Bukan main terkejutnya Yu Lai serta Sin Kun ketika mendengar suara dan melihat Ban Tok Kui Bo keluar dari balik tumpukan mayat prajurit Yuan.“Ini….ini!” Ucap Sin Kun dengan nada gagap, melihat raut wajah Ban Tok Kui Bo yang tidak sedap di pandang mata.Yu Lai menatap Sin Kun, dari tatapan matanya terlihat Yu Lai sangat kesal karena merasa tertipu dengan Sin Kun.Kalau hanya Thian Sin sendiri ia masih sanggup menghadapi Thian Sin, tetapi dengan adanya Ban Tok Kui Bo, walau ia berdua dengan si Telapak Sakti, Yu Lai tidak yakin akan mampu menghadapi mereka berdua.“Menurut ibumu, si muka pucat ini yang sudah membuat ayah mu tewas? Tanya Kui Bo dengan nada dingin.“Benar Nek,” Jawab Thian Sin sambil terus menatap Sin Kun.“Tetapi ibu melarangku membunuh dia ketika berada di dalam kuil Siauw Lim Pai, karena para pendekar dari golongan putih akan berbalik memusuhi perkumpulan Topeng Merah,” lanjut perkataan Thian Sin.Chuih!“Kenapa harus takut di musuhi? Kalau mau bunuh, bunuh saja tidak
“Ban Tok Kui Bo sudah janji akan melepaskan aku,” ucap Sin Kun mendengar perkataan Thian Sin.“Kapan aku janji padamu? Tanya Kui Bo.“Kau….kau hendak mengingkari janji yang sudah kita buat jika aku tidak membantuYu Lai,” balas Sin Kun.Chuih!“Dasar pengecut! Orang seperti mu tidak pantas menjadi salah satu dari 4 rasul,” Kui Bo berkata sambil meludah.“Kau cepat bunuh dia! Muak aku melihat wajahnya,” lanjut perkataan Kui Bo.Tanpa banyak bicara, Thian Sin melesat ke arah Sin Kun.Mata Sin Kun menatap Kui Bo dan Thian Sin bergantian.Sin Kun tidak mau di racun oleh Kui Bo, oleh karena itu dia harus waspada.Melihat Kui Bo tidak melakukan gerakan, Sin Kun miringkan kepala menghindari serangan Thian Sin.Setelah menghindar, tangan kiri Sin Kun balas menghantam ke arah pinggang Thian Sin.Thian Sin geser tubuhnya menghindari hantaman.Blar!Suara ledakan terdengar dari telapak tangan Sin Kun.Sin Kun tahu bahwa anggota badan Thian Sin mengandung racun seperti Ang Bin Moko dan ia tidak bi
Sesudah tidak bisa mengambil keputusan dan terus mengawasi ratusan prajurit Yuan yang tengah menjaga pintu keluar, Tat Mo melihat panglima Arkun datang bersama beberapa perwira setelah mendapat laporan dari prajurit yang berhasil menemukan sebuah goa.Diam-diam Tat Mo menjauh karena takut panglima Arkun tahu ia ada di sekitar situ dan itu sangat berbahaya.Di tempat baru yang lebih tersembunyi, Tat Mo mendengarkan percakapan prajurit dengan sang panglima.“Apa kalian sudah selidiki goa ini, apa ada yang bersembunyi di dalam? Tanya Panglima Arkun.“Belum panglima, kami memberitahu terlebih dahulu dan siap melaksanakan apa yang di perintahkan oleh panglima,” jawab seorang perwira.Panglima Arkun anggukan kepala, kemudian memerintahkan prajurit nya untuk memeriksa di dalam goa.Tat Mo terus melihat dan mendengarkan perkataan panglima Arkun.Di dalam goa terdapat beberapa jalan, tetapi jalan yang tembus ke atas menuju kuil Siauw Lim Pai tertutup pintu batu yang hanya bisa di buka dari ara
Mendengar pertanyaan Tat Mo, Kui Bo berpaling dan menatap Thian Sin.“Kau saja yang jawab, karena kau lebih tahu daripada aku,” Kui Bo berkata.Thian Sin anggukan kepala, setelah menarik napas dalam-dalam Thian Sin akhirnya mulai bicara.Thian Sin menceritakan bagaimana puluhan prajurit Yuan berdatangan bahkan sampai ratusan menuju ke selatan tempat dimana mereka mencari pintu jalan rahasian, sesudah para prajurit berhasil di pukul mundur baru di ketahu jika para prajurit tersebut datang karena di pancing seseorang untuk bergerak menuju selatan.Thian Sin belum memberitahu nama 2 orang yang menjadi penghianat, karena khawatir para pendekar berbalik memusuhi perkumpulan topeng merah.“Pantas saja kami di utara walau sudah teriak teriak dan membiarkan prajurit Yuan melarikan diri agar memanggil kawan mereka, tetapi tidak ada yang datang, jadi kami memutuskan kembali ke kuil,” Dewa Tongkat Merah angkat bicara setelah mendengar cerita Thian Sin.“Taihiap tadi mengatakan ada 2 penghianat y
Bab : 47 Kesepakatan Dua KetuaKetua Siauw Lim Pai serta Wu Tien saling pandang melihat kepergian rombongan Topeng Merah.“Bagaimana menurut Sicu? Tanya ketua Siauw Lim Pai kepada Wu Tien.“Terus terang jika tidak ada Ban Tok Kui Bo, Pinto merasa kita tidak akan kuat melawan serbuan prajurit Panglima Arkun, belum lagi para pendekar yang ada di belakang panglima Arkun.“Menghadapi Ngo Beng Kui Ong saja kita belum tentu menang, belum lagi pendekar yang lain,” balas Wu Tien sambil menarik napas dalam-dalam.“Jadi menurutmu bagaimana? Tanya Chie Su.“Kita butuh tenaga mereka sekarang, karena banyak nyawa yang harus di pertaruhkan di sini,” jawab Wu Tien.Chie Su bersama para pendekar berembug, sesudah mendapat persetujuan dan para pendekar tidak mempersalahkan Thian Sin membunuh 2 Rasul langit yang di anggap berkhianat, Ketua Siauw Lim Pai bersama para pendekar bergegas keluar dari ruangan mengejar rombongan Topeng Merah.“Tunggu….tunggu dulu Pangcu! Seru Chie Su ketika melihat rombongan
“Pedang pusaka Racun Merah adalah pusaka leluhur perguruan, tidak sembarang orang bisa menggunakan pedang tersebut, karena pedang pusaka racun merah mempunyai jiwa,” Kui Bo menjelaskan kepada So In Hwa.“Kita lihat saja nanti, apa anakmu pantas memegang pedang racun merah,” lanjut perkataan Kui Bo yang di balas oleh anggukan kepala So In Hwa.Keduanya hentikan percakapan ketika melihat Khong Su mendekat.“Pangcu! Kita sudah sampai di dekat pos penjagaan Prajurit Yuan,” Khong Su memberi laporan.“Suruh kawan kawan berkumpul,” balas So In Hwa.“Baik Pangcu,” ucap Khong Su.Tidak lama kemudian semua pendekar serta anggota Topeng Merah berkumpul.“Rencana berubah, kita akan menyerang prajurit Yuan dan membantu para pendekar yang ada di kuil untuk melarikan diri,” So In Hwa memberitahu rencananya.Seruan kaget terdengar dari mulut para pendekar, banyak yang tidak setuju dengan So In Hwa,“Kakak ipar! Elmaut berwajah merah di desak oleh para pendekar karena sudah membunuh 2 rasul langit, ap
Thian Sin mengamuk di tengah kepungan ratusan Prajurit, sementara Khong Su selalu berkelit dan keluar dari kepungan sambil menghabisi prajurit Yuan yang berada di dekatnya.Khong Su beradu punggung dengan Thian Sin di tengah kepungan.“Punggung mu beracun tidak? Tanya Khong Su.“Paman tidak sudah khawatir, aku bisa mengatur racun dalam tubuhku,” jawab Thian Sin.“Kalau seperti ini terus kita bisa kehabisan tenaga,” Khong Su berkata dengan nada khawatir.“Tetapi kita belum melihat Panglima Arkun, nanti kalau dia datang baru kita pergi,” Thian Sin membalas.“Kalau dia ada di sini, kalau tidak bagaimana? Tanya Khong Su.Thian Sin dalam hati membenarkan perkataan Khong Su, kemudian membalas.“Paman pergi saja dulu, nanti aku menyusul.”Prajurit Yuan melihat orang yang tengah mereka kepung malah bercakap cakap, melemparkan tombak ke arah Thian Sin serta Khong Su.Shing….Shing!“Aku pergi dulu,” ucap Khong Su sambil lompat, kaki kanannya menginjak batang tombak yang di lempar sebagai tumpua
Thian Sin mendengus mendengar jawaban Khong Su.“Walau harus mati yang penting kita sudah berusaha,” ucap Thian Sin sambil menyalurkan Hud Kong Singkang ke seluruh tubuh.Aura emas keluar menyelimuti tubuh setelah tenaga dalam Hud Kong Singkang di kerahkan.Melihat aura emas keluar dari tubuh Thian Sin, Ngo Toa berkata.“Jika ingin selamat, berikan kitab Hud Kong Singkang dan bergabung dengan kami.”“Kalau kitab itu ada padaku sudah ku berikan ke Siauw Lim Pai bukan kepada kalian dan aku bukan penghianat seperti kalian, jadi tidak bisa bergabung,” balas Thian Sin.“Keparat….serang!? Teriak pemimpin lima setan sambil melesat, kemudian cakar besi menyambar perut Thian Sin.Thian Sin mundur dua langkah, sedangkan Khong Su pejamkan mata saat merasa angin dingin bergerak menuju punggungnya.Thian Sin tahu serangan dari Setan kelima, setelah mundur kaki nya langsung bergerak ke kanan menghindari sabetan pedang yang akan membelah tubuh Khong Su.Belum sempat Thian Sin menarik napas sesudah m
Thian Sin terus berusaha menggerakkan pedang pusaka racun merah yang membeku di udara, tetapi walau sudah mengerahkan sebagian tenaga dalamnya, pedang pusaka racun merah tetap tak bergerak.Sementara di sisi lain, Qin Qin bersama anggota topeng merah langsung pergi menjauh dari tempat pertempuran setelah melihat keganasan jurus Iblis Putih, begitu pula dengan prajurit Yuan, mereka tidak mau mati konyol terkena imbas dari jurus sang pemimpin.Setelah tahu pedang pusaka racun merah terkunci oleh bongkahan es, Thian Sin kibaskan tangan ke arah Iblis Putih, lalu melesat ke arah pedang pusaka racun merah.Sinar merah dari jurus Ban Tok Ciang melesat cepat menyerang Iblis putih.Bibir Iblis putih tersenyum penuh ejekan melihat jurus lawan menyerang dirinya, sambil lalu sang Iblis kerahkan tangan untuk menahan pukulan sambil lompat, berusaha menghalangi niat Thian Sin.Iblis Putih tahu jika Thian Sin ingin menghancurkan bongkahan es yang membekukan pedang agar bisa ia gunakan, karena jurus s
“Sungguh hebat nama jurus mu, apa jurus itu mampu membunuhku? Tanya Thian Sin dengan nada penuh ejekan.“Jangan sombong anak muda, aku tahu racun Raja ular merah tidak tahan terhadap hawa dingin, itu sebanya waktu itu kau hampir mampus di tangan Ong Thian,” Iblis putih membalas perkataan Thian Sin, kemudian tertawa.Ha Ha Ha“Memang ku akui kalau pukulan beracun serta racun di dalam tubuhku mempunyai kelemahan terhadap tenaga dalam berhawa dingin, itu sebabnya aku mempelajari jurus selain pukulan beracun untuk menghadapi orang-orang sepertimu,” Thian Sin menanggapi perkataan Iblis putih, kemudian lanjut berkata.“Kau mau coba?”Raut wajah Iblis putih tampak kelam mendengar perkataan Thian Sin, tetapi dalam hati sang Iblis ragu, apa benar perkataan pemuda yang sudah membunuh saudaranya tersebut.“Kalian mundur dan beritahu Panglima Arkun agar bergegas karena musuh sudah berada tidak jauh,” Iblis Putih beri perintah kepada prajurit Yuan yang ikut bersamanya.Seorang perwira anggukan kep
Setelah Ban Tok Kui Bo bersama Tabib Yok pergi, Thian Sin langsung mengambil alih pimpinan anggota topeng merah yang menunggu pasukan Panglima Arkun di pintu masuk hutan Liu.Tidak ada satu pun dari anggota topeng merah yang menolak kepemimpinan Thian Sin, karena mereka tahu kapasitas dari anak Pek I Siancu.Maling sakti di perintahkan oleh Thian Sin pergi ke telaga Liu dan memberitahu kalau mereka akan menyerang Pasukan Panglima Arkun, Thian Sin juga menyampaikan pesan agar semua pasukan berkumpul untuk menghabisi pasukan Yuan dan membebaskan Tayli dari ancaman.Maling sakti bersama Mi Xue tanpa banyak bicara langsung bergerak menuju telaga dimana sang ketua berada untuk menyampaikan pesan Thian Sin.Setelah Maling sakti serta cucunya pergi, Qin Qin tidak mau jauh dari Thian Sin sehingga membuat Jendral Zhou Chu bertanya tanya siapa sebenarnya Qin Qin dan ada hubungan apa antara gadis itu dengan suami dari putri Lie Hwa, untuk bertanya Jendral Zhou Chu tidak berani, akhirnya sang Jen
Thian Sin hentikan larinya ketika melihat dan mendengar suara yang ia kenal.“Nek! Mana ibuku? Tanya Thian Sin ketika sudah berhadapan dengan Ban Tok Kui Bo.“Ibumu sedang berada di telaga Liu bersama kedua orang istri mu,” jawab Ban Tok Kui Bo.Thian Sin tersenyum mendengar perkataan sang nenek.“Apa kau tahu dimana Yok Kwi gege? Tanya Ban Tok Kui Bo.Thian Sin menjawab dengan gelengkan kepala.“Sesudah menewaskan Sepasang Badai Utara aku langsung pergi mengambil jalan lain agar tidak di ketahui oleh pasukan Panglima Arkun, jadi aku tidak tahu dimana kakek Yok, karena beliau berangkat lebih dulu bersama pasukan Tayli,” jawab Thian Sin.“Aku tahu itu dari cerita salah seorang istrimu, tetapi menurut mertua mu, Yok Kwi gege pergi bersama Jendral Zhou Chu mengawasi pergerakan pasukan Panglima Arkun,” balas Ban Tok Kui Bo.“Rupanya begitu,” ucap Thian Sin mendengar perkataan Ban Tok Kui Bo, kemudian lanjut berkata.“Apa di telaga Liu, Ibu bersama anggota Topeng merah?“Tidak, hanya aku
“Tidak peduli kau Dewi berbaju putih, hitam atau merah, kau harus mati karena telah membunuh prajurit Tayli,” Lie Hwa berkata dengan raut wajah penuh nafsu membunuh.“Kurang ajar! Anak masih ingusan berani memaki, kau ingin mati dengan cara apa? Tanya Ban Tok Kui Bo dengan nada gusar sambil melotot ke arah Lie Hwa.“Nenek peot! Aku lihat wajah serta penampilan mu seram, tetapi apa ilmu yang kau miliki sama menyeramkan? Balas Lie Hwa sambil tersenyum mengejek.Raut wajah Ban Tok Kui Bo berubah kelam mendengar ejekan Lie Hwa, tongkat kepala setan di tangan kanan terangkat naik dan siap menyerang.Kim Hwa yang diam karena berusaha mengingat tokoh bergelar Pek I Siancu, ketika teringat kembali kalau anak buahnya sering berkata bahwa ketua kelompok topeng merah adalah wanita yang selalu memakai pakaian putih, langsung bergerak maju dan berkata.“Anak Lie, jaga bahasamu!“Maaf kan kami yang tidak tahu tingginya gunung dan dalamnya lautan,” ucap Kim Hwa sambil memberi hormat, kemudian lanjut
Lie Hwa, Yok Kwi, Kim Mi serta sang ibu langsung bergegas ketika mendengar laporan dari perwira yang berjaga di atas bukit.Mereka tidak sabar menunggu kedatangan kelompok topeng merah, apalagi Lie Hwa serta Kim Mi, karena mereka tahu kalau ketua kelompok topeng merah adalah ibu dari sang suami.“Apa kau yakin itu kelompok topeng merah? Tanya Kim Hwa dengan raut wajah cemas, karena orang yang mereka tunggu dan harapkan masih juga belum datang.“Hamba hanya di beritahu mereka memakai topeng merah, jadi hamba menyimpulkan bahwa mereka adalah kelompok merah,” balas si Perwira.Ketika sedang bercakap cakap, datang seorang prajurit yang di kirim untuk melihat pertempuran.“Bagaimana? Siapa yang bertempur, apa mereka dari kelompok topeng merah? Tanya si Perwira kepada anak buahnya.“Tanya satu-satu biar dia tidak bingung,” Yok Kwi berkata mendengar rentetan pertanyaan dari perwira tersebut.“Cepat ceritakan apa yang kau lihat! Seru Putri Lie Hwa yang sudah tidak sabar.“Mereka memang sepert
Bab : 144 Hancurnya Pasukan PenyergapJendral Gurma sudah tidak ada pilihan, sebagian besar anak buahnya menjadi bulan bulanan kelompok topeng merah serta kumpulan kuda yang mengamuk, melarikan diri juga tidak mungkin, karena ruang geraknya semakin di persempit oleh Bu Ceng Kui yang terus menyerang tanpa memberi kesempatan kepada Jendral Gurma untuk berpikir lebih jauh.Wu Chen serta Dewa Tongkat Merah terus memburu satu persatu prajurit Yuan.Tombak Jendral Gurma terus menyerang ke arah Bu Ceng Kui, jurus tombak pencakar langit kian gencar menyerang.Plak....plak!Tangan kanan Bu Ceng Kui menahan tombak, setelah menahan tombak, jari tangan kanan Bu Ceng Kui bergerak menuju batang dan langsung mencengkeram tombak lawan.Jendral Gurma melihat Bu Ceng Kui mencengkeram tombak, tangannya langsung menarik tombak sekuat tenaga, berusaha melukai jari lawannya.Bu Ceng Kui tahu maksud dari Gurma dan mengerahkan tenaga dalamnya menahan tombak agar tidak tertarik.Asap mengepul keluar dari ba
Jendral Gurma ketika mendengar suara Bu Ceng Kui langsung bergegas menyusul anak buahnya ke tempat penyimpanan kuda.Langkahnya semakin di percepat saat mendengar suara teriakan dan beradunya senjata“Apa yang terjadi? Apa mungkin pasukan Tayli sudah tahu rencana kami?” Batin Jendral Gurma sambil memerintahkan anak buahnya untuk bergegas.“Walau rencanaku sudah di ketahui, tetapi itu tidak jadi masalah karena mereka tidak akan menang melawan pasukan Panglima Arkun,” kembali Jendral Gurma berkata dalam hati.Sementara itu Wu Chen, Bu Ceng Kui serta kelompok Topeng merah bersiap menghadapi prajurit Yuan yang di pimpin oleh Jendral Gurma, mereka bersembunyi di antara 500 ekor kuda.Sesampainya di depan pagar yang menjadi tempat persembunyian kuda, Jendral Gurma menatap ke arah kuda-kuda yang berada di dalam kandang sementara tersebut.“Aneh! Ke mana Mogu bersama anak buahnya? Batin Jendral Gurma tidak melihat anak buahnya tersebut di tempat persembunyian kuda. “Coba periksa kuda-kuda d
“Aneh! Kenapa di dalam hutan bisa ada bau tembakau,” batin Mogu.Merasa ada hal yang tidak wajar, Mogu memberi isyarat kepada anak buahnya untuk menyebar.Prajurit Yuan yang bersama Mogu ketika melihat isyarat sang pemimpin, mereka langsung menyebar dan berusaha mencari asal bau tembakau yang mereka cium.Ketika para prajurit mulai mencari, tiba-tiba Mogu mendengar suara ringkik kuda.Raut wajah Mogu berubah ketika teringat dengan 500 ekor kuda yang baru saja mereka sembunyikan.Tanpa banyak bicara Mogu langsung mencabut golok dari punggung dan melesat ke tempat dimana mereka menyembunyikan kuda.Benar saja perkiraan Mogu, di tempat mereka menyembunyikan kuda, Mogu melihat seorang kakek tengah memegang tali kekang seekor kuda di kelilingi oleh anak buahnya.“Kurang ajar! Berani sekali kau mencuri kuda, kau tahu kuda milik siapa yang kau curi? Tanya Mogu sambil acungkan golok ke arah si kakek.“Kalian yang hendak mencuri, kuda-kuda ini adalah milikku karena aku yang menemukan kuda-kud