Raja Ong Thian terkejut mendengar laporan dari perwiranya ketika tahu prajurit lawan sudah berada dekat Yangjumie.“Apa benar informasi yang kalian dapat? Tanya Ong Thian.“Tidak ada keraguan lagi Yang Mulia, sebab banyak laporan dari desa desa yang mereka lewati, mereka menjarah apa saja yang bisa mereka bawa sambil bergerak ke Yangjumie,” jawab si perwira.Brak!Ong Thian memukul gagang kursi mendengar perkataan si perwira.“Kenapa kau tidak cerita kalau mereka sudah menjarah di wilayah Tayli? Tanya Ong Thian.“Maaf Yang Mulia, berita ini baru kami dapat, karena selain menjarah pasukan Yuan juga membunuh semua penduduk agar gerakan mereka tidak di ketahui oleh kita,” jawab Si perwira.“Kurang ajar! Siapkan pasukan, aku akan hancurkan mereka jika sampai menyerang Yangjumie,” ucap Ong Thian dengan wajah penuh hawa amarah.“Maaf Yang mulia, boleh Thian Sin bicara? Tanya Thian Sin sambil memberi hormat.“Silahkan,” jawab Ong Thian.“Hal ini sudah Thian Sin duga, Yang mulia lebih baik di
Malam semakin larut dan hawa semakin dingin, bulan terlihat enggan memperlihatkan kan bentuknya yang indah di saat dirinya tertutup awan, tidak lama kemudian titik air turun dari langit membasahi bumi yang mulai enggan melihat keserakahan umat manusia yang selalu membawa kehancuran bagi sebagian alam.Yangjumie kota yang di kelilingi bukit serta gunung terlihat kecil dari atas bukit.Lima orang melesat dari dalam hutan menuju ke arah lembah kabut.Taka pemuda yang mengetahui daerah di sekitar Yangjumie memimpin empat orang, Thian Sin, Kim Mi, Lie Hwa serta Harimau Besi, terus bergerak tanpa ragu menuju ke arah lembah yang di yakini Thian Sin menjadi tempat persembunyian 1500 prajurit yang di pimpin oleh Ngo Beng Kui Ong.Taka perlahan angkat tangan ketika berada di atas bukit, kemudian tubuhnya melesat naik ke atas pohon yang ada di bukit tersebut.Thian Sin serta yang lain ikut naik ke atas pohon mengikuti pergerakan Taka.“Pangeran lihat tanah datar di depan sana? Tanya Taka.“Aku l
Thian Sin dan Putri Lie Hwa terus menunggu di atas lembah kabut sambil mengawasi pergerakan dari pasukan Yuan yang di pimpin oleh Ngo Beng Kui Ong.Ketika mendengar suara dari kejauhan, Thian Sin memberi isyarat kepada putri Lie Hwa untuk naik ke atas pohon.Tidak lama kemudian tampak Harimau besi mendekat.“Pangeran….Pangeran! Seru Harimau besi dengan nada pelan.“Kami di sini,” balas Thian Sin dengan nada pelan.Can Houw menghampiri ke arah suara dan tersenyum melihat Thian Sin.“Kau sudah membawa anak buahmu? Tanya Thian Sin.“Sudah pangeran, sekarang mereka sudah berkumpul di atas bukit,” jawab Can Houw.“Bagus! Sekarang dengar apa yang harus kau lakukan bersama anak buahmu di atas bukit,” balas Thian Sin yang di balas anggukan kepala Can Houw.“Kau sebar anak buahmu mengelilingi di atas bukit, yang bisa memanah dan membawa busur kau sebar diantara yang lain, sisanya kumpulkan batu serta batang-batang pohon besar serta ranting yang bisa di lemparkan ke bawah dan bisa membunuh praj
Melihat Wang Cun berada bersama rombongan prajurit Yuan, Thian Sin langsung mengejar rombongan berkuda yang hendak pergi ke gunung Thiansan.Putri Lie Hwa terus mengikuti di belakang Thian Sin.Tanpa membuang waktu, Thian Sin langsung mencabut Pedang dan langsung mengibaskan pedangnya ke arah penunggang kuda yang berada di paling belakang.Whut!Sinar merah melesat dan menebas dua orang prajurit penunggang kuda.Crash….Crash!Tidak ada suara jeritan saat tubuh kedua prajurit terpotong dua.Ban Cheng terkejut dan langsung menarik tali kekang kuda saat melihat dua ekor kuda berlari mendahului tanpa ada si penunggang.Rombongan berhenti dan berbalik.Wang Cun mendengus melihat Thian Sin berdiri bersama seorang wanita, perlahan kuda Wang Cun mendekat.Ketika melihat wanita yang berada di sisi Thian Sin bukan Kim Mi melainkan Lie Hwa, bibir Wang Cun tersenyum mengejek.“Apa aku bilang, Kim Hwa dan Kim Mi sudah berhasil kau tipu,” ucap Wang Cun.“Ibu Kim Hwa dan Kim Mi yang sudah tertipu ol
Wang Cun dan Ban Cheng bergabung ketika mendengar suara gemuruh ratusan kuda bergerak menghampiri ke arah pertempuran.Putri Lie Hwa menghampiri Thian Sin, dari raut wajahnya terlihat cemas.Wang Cun melihat raut wajah Putri Lie Hwa langsung tertawa terbahak bahak sambil berkata.“Ini saatnya untuk Tayli berganti yang berkuasa, Marga Ong harus habis dari muka bumi.”“Yang akan habis itu kalian yang ada di sini serta pasukan kalian yang ada di lembah kabut, karena racun yang aku tabur di kota lama sudah mulai bekerja, itu sebabnya kalian keluar dari lembah kabut untuk mencari obat untuk prajurit kalian yang keracunan, benar tidak apa yang aku katakan? Tanya Thian Sin sambil tersenyum dingin.Raut wajah Ban Cheng serta Wang Cun berubah mendengar perkataan Thian Sin.“Tutup mulutmu! Walau sebagian yang kau katakan ada benarnya, tetapi setelah pasukan kami datang membantu, kau akan mati,” jawab Wang Cun.Suara gemuruh semakin lama semakin dekat, raut wajah Ban Cheng serta Wang Cun berubah
Apa benar yang di katakan oleh Kim Mi, pasukan yang di pimpin oleh Ngo Beng Kui Ong berada di dalam lembah kabut? Tanya Kim Hwa.“Benar ibu,” jawab Thian Sin.“Lantas apa rencanamu? Tanya Kim Hwa.“Tentu saja menyerang mereka,” jawab Thian Sin sambil tersenyum.“Taka! Kau pergi ke atas bukit dan beritahu majikan mu beserta anak buahnya agar siap sedia, ketika kami pancing mereka, baru pasukan Harimau besi bertindak,” perintah Thian Sin.Taka langsung anggukan kepala mendengar perintah Thian Sin, kemudian lari menuju ke atas bukit, tempat dimana Harimau besi beserta anak buahnya bersembunyi dan siap menyerang dari puncak bukit.Setelah Taka pergi, Thian Sin berkata kepada Kim Hwa.“Prajurit Yuan sedang terkena racun, sehingga tubuh mereka lemah, tetapi masih ada 2 orang setan, aku akan memancing kedua setan keluar dari lembah kabut, setelah habis panah dan batu yang di lempar dari atas, baru pasukan Phoenix suci menyerang dari pintu lembah kabut, sedangkan pasukan Harimau besi turun da
Kedua Setan mendengus mendengar perkataan Thian Sin, keduanya langsung melesat dan memburu pendekar yang sudah membunuh 2 saudara mereka.Sementara di sisi lain, Prajurit Yuan terus berhamburan keluar menghindari lemparan batu, batang pohon serta panah yang di lepaskan secara acak dari atas puncak bukit lembah kabut.Prajurit Yuan setelah berada di luar tidak tahu apa yang harus mereka kerjakan, membantu kedua pemimpin mereka sama saja mencari mati, karena hawa tenaga dalam tingkat tinggi yang keluar dari pertempuran bisa langsung membunuh mereka.Para perwira yang tersisa hanya memerintahkan anak buahnya untuk menutup jalan agar musuh yang tengah bertempur dengan pemimpin mereka tidak melarikan diri.Ngo Toa sangat bernafsu menyerang Thian Sin, kedua cakar besi miliknya selalu menyerang tempat-tempat mematikan di tubuh Thian Sin, sedangkan setan ke empat dari sisi lain dengan tangan kosong mencari kesempatan untuk menjatuhkan Thian Sin di saat lengah.Pedang Racun merah terus bergera
Ngo Toa terus menjerit sambil memeluk sang adik yang terbujur kaku.Pasukan Phoenik suci mulai berdatangan dan menyerang prajurit Yuan yang tersisa, sementara Harimau besi dan anak buahnya juga sudah mulai turun dari atas bukit dan langsung menyerang prajurit Yuan.Pertempuran hebat di pintu lembah kabut tidak bisa di hindarkan, kedua kubu yang saling bertentangan mulai saling serang.“Tuan Ngo Toa….tuan Ngo Toa! Sebaiknya kita mundur, kalau tidak prajurit Yuan semuanya akan habis di tempat ini,” seorang perwira mengingatkan Setan pertama yang masih memeluk jasad adiknya yang tewas oleh Thian Sin.“Diam kau! Seru Ngo Toa sambil kibaskan tangan ke arah kepala si perwira.Cakar besi Ngo Toa langsung menghantam dan menghancurkan kepala si perwira.Crak!“Adik, tenangkan dirimu! kakak akan memberikan teman untuk menemanimu menemui Dewa,” ujar Ngo Toa sambil meletakan jasad Setan ke empat.Ngo Toa silangkan kedua tangan di depan dada, wajah Ngo Toa terlihat menegang dan urat di wajah serta
Thian Sin terus berusaha menggerakkan pedang pusaka racun merah yang membeku di udara, tetapi walau sudah mengerahkan sebagian tenaga dalamnya, pedang pusaka racun merah tetap tak bergerak.Sementara di sisi lain, Qin Qin bersama anggota topeng merah langsung pergi menjauh dari tempat pertempuran setelah melihat keganasan jurus Iblis Putih, begitu pula dengan prajurit Yuan, mereka tidak mau mati konyol terkena imbas dari jurus sang pemimpin.Setelah tahu pedang pusaka racun merah terkunci oleh bongkahan es, Thian Sin kibaskan tangan ke arah Iblis Putih, lalu melesat ke arah pedang pusaka racun merah.Sinar merah dari jurus Ban Tok Ciang melesat cepat menyerang Iblis putih.Bibir Iblis putih tersenyum penuh ejekan melihat jurus lawan menyerang dirinya, sambil lalu sang Iblis kerahkan tangan untuk menahan pukulan sambil lompat, berusaha menghalangi niat Thian Sin.Iblis Putih tahu jika Thian Sin ingin menghancurkan bongkahan es yang membekukan pedang agar bisa ia gunakan, karena jurus s
“Sungguh hebat nama jurus mu, apa jurus itu mampu membunuhku? Tanya Thian Sin dengan nada penuh ejekan.“Jangan sombong anak muda, aku tahu racun Raja ular merah tidak tahan terhadap hawa dingin, itu sebanya waktu itu kau hampir mampus di tangan Ong Thian,” Iblis putih membalas perkataan Thian Sin, kemudian tertawa.Ha Ha Ha“Memang ku akui kalau pukulan beracun serta racun di dalam tubuhku mempunyai kelemahan terhadap tenaga dalam berhawa dingin, itu sebabnya aku mempelajari jurus selain pukulan beracun untuk menghadapi orang-orang sepertimu,” Thian Sin menanggapi perkataan Iblis putih, kemudian lanjut berkata.“Kau mau coba?”Raut wajah Iblis putih tampak kelam mendengar perkataan Thian Sin, tetapi dalam hati sang Iblis ragu, apa benar perkataan pemuda yang sudah membunuh saudaranya tersebut.“Kalian mundur dan beritahu Panglima Arkun agar bergegas karena musuh sudah berada tidak jauh,” Iblis Putih beri perintah kepada prajurit Yuan yang ikut bersamanya.Seorang perwira anggukan kep
Setelah Ban Tok Kui Bo bersama Tabib Yok pergi, Thian Sin langsung mengambil alih pimpinan anggota topeng merah yang menunggu pasukan Panglima Arkun di pintu masuk hutan Liu.Tidak ada satu pun dari anggota topeng merah yang menolak kepemimpinan Thian Sin, karena mereka tahu kapasitas dari anak Pek I Siancu.Maling sakti di perintahkan oleh Thian Sin pergi ke telaga Liu dan memberitahu kalau mereka akan menyerang Pasukan Panglima Arkun, Thian Sin juga menyampaikan pesan agar semua pasukan berkumpul untuk menghabisi pasukan Yuan dan membebaskan Tayli dari ancaman.Maling sakti bersama Mi Xue tanpa banyak bicara langsung bergerak menuju telaga dimana sang ketua berada untuk menyampaikan pesan Thian Sin.Setelah Maling sakti serta cucunya pergi, Qin Qin tidak mau jauh dari Thian Sin sehingga membuat Jendral Zhou Chu bertanya tanya siapa sebenarnya Qin Qin dan ada hubungan apa antara gadis itu dengan suami dari putri Lie Hwa, untuk bertanya Jendral Zhou Chu tidak berani, akhirnya sang Jen
Thian Sin hentikan larinya ketika melihat dan mendengar suara yang ia kenal.“Nek! Mana ibuku? Tanya Thian Sin ketika sudah berhadapan dengan Ban Tok Kui Bo.“Ibumu sedang berada di telaga Liu bersama kedua orang istri mu,” jawab Ban Tok Kui Bo.Thian Sin tersenyum mendengar perkataan sang nenek.“Apa kau tahu dimana Yok Kwi gege? Tanya Ban Tok Kui Bo.Thian Sin menjawab dengan gelengkan kepala.“Sesudah menewaskan Sepasang Badai Utara aku langsung pergi mengambil jalan lain agar tidak di ketahui oleh pasukan Panglima Arkun, jadi aku tidak tahu dimana kakek Yok, karena beliau berangkat lebih dulu bersama pasukan Tayli,” jawab Thian Sin.“Aku tahu itu dari cerita salah seorang istrimu, tetapi menurut mertua mu, Yok Kwi gege pergi bersama Jendral Zhou Chu mengawasi pergerakan pasukan Panglima Arkun,” balas Ban Tok Kui Bo.“Rupanya begitu,” ucap Thian Sin mendengar perkataan Ban Tok Kui Bo, kemudian lanjut berkata.“Apa di telaga Liu, Ibu bersama anggota Topeng merah?“Tidak, hanya aku
“Tidak peduli kau Dewi berbaju putih, hitam atau merah, kau harus mati karena telah membunuh prajurit Tayli,” Lie Hwa berkata dengan raut wajah penuh nafsu membunuh.“Kurang ajar! Anak masih ingusan berani memaki, kau ingin mati dengan cara apa? Tanya Ban Tok Kui Bo dengan nada gusar sambil melotot ke arah Lie Hwa.“Nenek peot! Aku lihat wajah serta penampilan mu seram, tetapi apa ilmu yang kau miliki sama menyeramkan? Balas Lie Hwa sambil tersenyum mengejek.Raut wajah Ban Tok Kui Bo berubah kelam mendengar ejekan Lie Hwa, tongkat kepala setan di tangan kanan terangkat naik dan siap menyerang.Kim Hwa yang diam karena berusaha mengingat tokoh bergelar Pek I Siancu, ketika teringat kembali kalau anak buahnya sering berkata bahwa ketua kelompok topeng merah adalah wanita yang selalu memakai pakaian putih, langsung bergerak maju dan berkata.“Anak Lie, jaga bahasamu!“Maaf kan kami yang tidak tahu tingginya gunung dan dalamnya lautan,” ucap Kim Hwa sambil memberi hormat, kemudian lanjut
Lie Hwa, Yok Kwi, Kim Mi serta sang ibu langsung bergegas ketika mendengar laporan dari perwira yang berjaga di atas bukit.Mereka tidak sabar menunggu kedatangan kelompok topeng merah, apalagi Lie Hwa serta Kim Mi, karena mereka tahu kalau ketua kelompok topeng merah adalah ibu dari sang suami.“Apa kau yakin itu kelompok topeng merah? Tanya Kim Hwa dengan raut wajah cemas, karena orang yang mereka tunggu dan harapkan masih juga belum datang.“Hamba hanya di beritahu mereka memakai topeng merah, jadi hamba menyimpulkan bahwa mereka adalah kelompok merah,” balas si Perwira.Ketika sedang bercakap cakap, datang seorang prajurit yang di kirim untuk melihat pertempuran.“Bagaimana? Siapa yang bertempur, apa mereka dari kelompok topeng merah? Tanya si Perwira kepada anak buahnya.“Tanya satu-satu biar dia tidak bingung,” Yok Kwi berkata mendengar rentetan pertanyaan dari perwira tersebut.“Cepat ceritakan apa yang kau lihat! Seru Putri Lie Hwa yang sudah tidak sabar.“Mereka memang sepert
Bab : 144 Hancurnya Pasukan PenyergapJendral Gurma sudah tidak ada pilihan, sebagian besar anak buahnya menjadi bulan bulanan kelompok topeng merah serta kumpulan kuda yang mengamuk, melarikan diri juga tidak mungkin, karena ruang geraknya semakin di persempit oleh Bu Ceng Kui yang terus menyerang tanpa memberi kesempatan kepada Jendral Gurma untuk berpikir lebih jauh.Wu Chen serta Dewa Tongkat Merah terus memburu satu persatu prajurit Yuan.Tombak Jendral Gurma terus menyerang ke arah Bu Ceng Kui, jurus tombak pencakar langit kian gencar menyerang.Plak....plak!Tangan kanan Bu Ceng Kui menahan tombak, setelah menahan tombak, jari tangan kanan Bu Ceng Kui bergerak menuju batang dan langsung mencengkeram tombak lawan.Jendral Gurma melihat Bu Ceng Kui mencengkeram tombak, tangannya langsung menarik tombak sekuat tenaga, berusaha melukai jari lawannya.Bu Ceng Kui tahu maksud dari Gurma dan mengerahkan tenaga dalamnya menahan tombak agar tidak tertarik.Asap mengepul keluar dari ba
Jendral Gurma ketika mendengar suara Bu Ceng Kui langsung bergegas menyusul anak buahnya ke tempat penyimpanan kuda.Langkahnya semakin di percepat saat mendengar suara teriakan dan beradunya senjata“Apa yang terjadi? Apa mungkin pasukan Tayli sudah tahu rencana kami?” Batin Jendral Gurma sambil memerintahkan anak buahnya untuk bergegas.“Walau rencanaku sudah di ketahui, tetapi itu tidak jadi masalah karena mereka tidak akan menang melawan pasukan Panglima Arkun,” kembali Jendral Gurma berkata dalam hati.Sementara itu Wu Chen, Bu Ceng Kui serta kelompok Topeng merah bersiap menghadapi prajurit Yuan yang di pimpin oleh Jendral Gurma, mereka bersembunyi di antara 500 ekor kuda.Sesampainya di depan pagar yang menjadi tempat persembunyian kuda, Jendral Gurma menatap ke arah kuda-kuda yang berada di dalam kandang sementara tersebut.“Aneh! Ke mana Mogu bersama anak buahnya? Batin Jendral Gurma tidak melihat anak buahnya tersebut di tempat persembunyian kuda. “Coba periksa kuda-kuda d
“Aneh! Kenapa di dalam hutan bisa ada bau tembakau,” batin Mogu.Merasa ada hal yang tidak wajar, Mogu memberi isyarat kepada anak buahnya untuk menyebar.Prajurit Yuan yang bersama Mogu ketika melihat isyarat sang pemimpin, mereka langsung menyebar dan berusaha mencari asal bau tembakau yang mereka cium.Ketika para prajurit mulai mencari, tiba-tiba Mogu mendengar suara ringkik kuda.Raut wajah Mogu berubah ketika teringat dengan 500 ekor kuda yang baru saja mereka sembunyikan.Tanpa banyak bicara Mogu langsung mencabut golok dari punggung dan melesat ke tempat dimana mereka menyembunyikan kuda.Benar saja perkiraan Mogu, di tempat mereka menyembunyikan kuda, Mogu melihat seorang kakek tengah memegang tali kekang seekor kuda di kelilingi oleh anak buahnya.“Kurang ajar! Berani sekali kau mencuri kuda, kau tahu kuda milik siapa yang kau curi? Tanya Mogu sambil acungkan golok ke arah si kakek.“Kalian yang hendak mencuri, kuda-kuda ini adalah milikku karena aku yang menemukan kuda-kud