Ngo Toa terus menjerit sambil memeluk sang adik yang terbujur kaku.Pasukan Phoenik suci mulai berdatangan dan menyerang prajurit Yuan yang tersisa, sementara Harimau besi dan anak buahnya juga sudah mulai turun dari atas bukit dan langsung menyerang prajurit Yuan.Pertempuran hebat di pintu lembah kabut tidak bisa di hindarkan, kedua kubu yang saling bertentangan mulai saling serang.“Tuan Ngo Toa….tuan Ngo Toa! Sebaiknya kita mundur, kalau tidak prajurit Yuan semuanya akan habis di tempat ini,” seorang perwira mengingatkan Setan pertama yang masih memeluk jasad adiknya yang tewas oleh Thian Sin.“Diam kau! Seru Ngo Toa sambil kibaskan tangan ke arah kepala si perwira.Cakar besi Ngo Toa langsung menghantam dan menghancurkan kepala si perwira.Crak!“Adik, tenangkan dirimu! kakak akan memberikan teman untuk menemanimu menemui Dewa,” ujar Ngo Toa sambil meletakan jasad Setan ke empat.Ngo Toa silangkan kedua tangan di depan dada, wajah Ngo Toa terlihat menegang dan urat di wajah serta
Tidak butuh waktu lama bagi anggota Phoenik suci dan anak buah Harimau besi menghabisi prajurit Yuan setelah para pemimpin mereka tewas.Prajurit Yuan hanya sedikit yang menyerahkan diri dan sisanya semua tewas, anggota Phoenik suci dan Harimau besi juga kehilangan kurang lebih 500 anggota, tidak bisa di pungkiri walau jumlah mereka lebih banyak, tetapi prajurit Yuan adalah para prajurit yang tangguh, walau sudah terkena racun semangat bertempur mereka masih tinggi.“Apa langkah kita selanjutnya? Tanya Kim Hwa setelah pertempuran berakhir.“Lebih baik kita kembali ke kota Yangjumie merawat pasukan yang terluka,” jawab Thian Sin.Kim Hwa anggukan kepala, karena pemikiran Thian Sin sama dengannya.Kim Hwa, Thian Sin, Kim Mi serta Putri Lie Hwa membawa semua anak buah mereka ke kota Yangjumie.Anggota Phoenik suci serta anggota Harimau besi yang terluka langsung di rawat dan di beri obat terbaik.Karena Wang Cun tewas, putri Lie Hwa mewakili sang ayah menyerahkan kepemimpinan kota Yangju
Dua bayangan melesat melompati benteng kota Tayli, gerakan mereka sangat ringan ketika melewati benteng kota yang tinggi, setelah melompati benteng, keduanya melesat ke arah kota dengan satu tujuan, yaitu istana Tayli.Perlahan kedua bayangan yang berpakaian serba hitam dan memakai topeng hitam mengamati dua orang penjaga di salah satu pintu masuk komplek istana Tayli.Salah seorang bertopeng menunjuk ke arah salah satu pengawal yang tengah berjaga sambil berbisik kepada sang kawan.“Kau bereskan dia sedangkan aku bereskan yang satu lagi.”Tanpa berkata lagi, keduanya melesat ke arah kedua penjaga tersebut.Whut….Prak….Krek!Dua penjaga langsung tewas, setelah kepalanya hancur dan satu lagi tulang lehernya remuk.Perlahan kedua orang tersebut menarik mayat si penjaga, kemudian menyembunyikan kedua mayat agar tidak terlihat oleh petugas patroli.Setelah membunuh dua orang penjaga, keduanya bergerak cepat masuk ke dalam komplek istana.Di salah satu gedung keduanya berhenti, kemudian sa
Bukan tanpa alasan Yok Kwi memerintahkan Ong Thian untuk menjauh, karena Yok Kwi melihat pancaran energi yang sangat besar.Putaran dua Iblis memang gabungan dari dua kekuatan antara Iblis hitam dan putih, serangan yang mereka keluarkan adalah serangan gabungan kedua kekuatan dan jika mereka di serang, tenaga dalam keduanya melindungi dari serangan.Satu persatu para pengawal raja tewas dengan tubuh hancur dan membeku akibat jurus pukulan api hitam serta jurus inti es dari kedua Iblis.Pengawal Raja yang tubuhnya tidak hancur berusaha di obati oleh Yok Kwi, beberapa pengawal raja akhirnya selamat setelah di obati, tetapi akibat luka yang di derita mereka tidak bisa bertarung.Prajurit Tayli yang berdatangan berusaha menolong pengawal raja yang terluka.Iblis Putih lompat turun dan putaran dua Iblis berhenti.Iblis putih dan Hitam setelah tidak bergabung, keduanya lompat ke arah Ong Thian.Yok Kwi melihat kedua Iblis menyerang Ong Thian langsung bergerak, Yok Kwi kibaskan tangan ke ara
Mendung terlihat di atas negri Tayli, sang Mentari terlihat enggan menampakan sinarnya di pagi hari, seperti tahu akan suasana yang terjadi di istana.Istana Tayli di hiasi oleh kain serta bendera berwarna putih, begitu pula dengan Rakyat berpakaian putih berbondong bondong mendatangi istana untuk menghormati sang Raja yang tewas oleh dua orang pembunuh yang di utus oleh pemerintah Yuan.Para Mentri dan Jendral berbaris di kiri dan kanan dengan kepala di ikat kain putih, sedangkan putri Lie Hwa, Kim Mi dan Thian Sin duduk di depan peti mati tempat dimana Raja Ong Thian terbujur kaku.Seorang pendeta tampak melemparkan kertas berwarna putih ke dalam tungku api dan bau dupa memenuhi ruangan tempat dimana jasad sang raja bersemayam.Satu persatu para tamu datang untuk memberi penghormatan terakhir.Lie Hwa serta Kim Mi masih menunggu kedatangan Kim Hwa untuk melepas kepergian Ong Thian ke tempat per istirahatan terakhir.Suasana penuh haru terlihat di dalam ruangan, tetapi di balik wajah
Thian Sin setelah di angkat menjadi Raja Tayli langsung mengumpulkan semua mentri dan Jendral Zhou Chu untuk membahas serangan yang akan di lancarkan oleh Panglima Arkun.Walau pasukan Panglima Arkun hanya 3500 prajurit di tambah orang dunia persilatan, tetapi kekuatan pasukan Panglima Arkun tidak boleh di anggap remeh karena yang mendampingi sang panglima bisa di pastikan prajurit terlatih dan pilihan, belum lagi para pendekar yang berasal dari kelompok Iblis langit, kelompok misterius terdiri dari tokoh pilihan yang pernah merajai dunia persilatan, itu sebabnya Thian Sin perlu membicarakan strategi yang akan di ambil untuk menghadapi pasukan Panglima Arkun.“Strategi apa yang akan di ambil oleh Yang Mulia untuk menghadapi Panglima Arkun? Tanya Jendral Zhou Chu.“Pasukan Panglima Arkun sudah bisa di pastikan akan menyerang dari arah timur, jadi kita harus mempertahankan gerbang utama agar tidak bisa di tembus oleh pasukan mereka, jika sampai gerbang kota berhasil di terobos itu akan
1000 prajurit berkuda yang bergerak cepat menuju gerbang di susul oleh pasukan yang lain memang sudah di perkirakan oleh Thian Sin.Selama ini Thian Sin memang mempelajari pasukan pemerintah Yuan dan pasukan yang terkuat adalah pasukan berkuda, karena orang Mongol ( Yuan ) adalah suku Nomaden yang sering berpindah tempat mencari lokasi yang tepat untuk suku mereka berdiam dan kuda adalah sarana transportasi yang mereka gunakan, jadi hampir semua prajurit Yuan ahli dalam berkuda, itu sebabnya pasukan berkuda mereka paling di takuti jika bertempur dan selalu menjadi penentu kemenangan dalam setiap pertempuran.Thian Sin angkat tangan, memberi isyarat kepada jendral Zhou Chu.Sang jendral setelah mendapat isyarat, langsung memerintahkan para pemanah terkuat untuk membidik pasukan berkuda.Shing….Shing….Shing!Ratusan anak panah bergerak menuju ke arah pasukan berkuda pemerintah Yuan.Beberapa prajurit berkuda tewas terkena panah, tetapi hal itu tidak menyurutkan pasukan berkuda untuk ter
Komandan Gurma terkejut melihat di tengah lingkaran api banyak lubang berisi minyak bakar, jika lubang-lubang tersebut terkena api, bisa di pastikan prajuritnya akan terbakar hebat.“Mundur….mundur!? Teriak komandan Gurma kepada anak buahnya.Pasukan berkuda mendengar teriakan komandan langsung berpencar mencari celah untuk keluar dari lingkaran api, sementara dari atas benteng kota Tayli Thian Sin langsung memerintahkan para pemanah memanah dengan panah api.Thian Sin sesudah memerintahkan para pemanah langsung turun dan bersiap di belakang benteng menunggu untuk menyerang.Shing….Shing….Shing!Ratusan panah api melesat ke arah lingkaran api, sebagian menancap dan berhasil di tangkis tetapi sebagian lain mengenai lobang berisi minyak bakar dan membuat di dalam lingkaran jebakan semakin berkobar.Raut wajah Panglima Arkun terlihat kelam melihat anak buahnya terjebak dalam lingkaran api, dengan terpaksa akhirnya sang panglima perintahkan prajurit untuk mundur.Dua bendera di kibarkan m
Thian Sin terus berusaha menggerakkan pedang pusaka racun merah yang membeku di udara, tetapi walau sudah mengerahkan sebagian tenaga dalamnya, pedang pusaka racun merah tetap tak bergerak.Sementara di sisi lain, Qin Qin bersama anggota topeng merah langsung pergi menjauh dari tempat pertempuran setelah melihat keganasan jurus Iblis Putih, begitu pula dengan prajurit Yuan, mereka tidak mau mati konyol terkena imbas dari jurus sang pemimpin.Setelah tahu pedang pusaka racun merah terkunci oleh bongkahan es, Thian Sin kibaskan tangan ke arah Iblis Putih, lalu melesat ke arah pedang pusaka racun merah.Sinar merah dari jurus Ban Tok Ciang melesat cepat menyerang Iblis putih.Bibir Iblis putih tersenyum penuh ejekan melihat jurus lawan menyerang dirinya, sambil lalu sang Iblis kerahkan tangan untuk menahan pukulan sambil lompat, berusaha menghalangi niat Thian Sin.Iblis Putih tahu jika Thian Sin ingin menghancurkan bongkahan es yang membekukan pedang agar bisa ia gunakan, karena jurus s
“Sungguh hebat nama jurus mu, apa jurus itu mampu membunuhku? Tanya Thian Sin dengan nada penuh ejekan.“Jangan sombong anak muda, aku tahu racun Raja ular merah tidak tahan terhadap hawa dingin, itu sebanya waktu itu kau hampir mampus di tangan Ong Thian,” Iblis putih membalas perkataan Thian Sin, kemudian tertawa.Ha Ha Ha“Memang ku akui kalau pukulan beracun serta racun di dalam tubuhku mempunyai kelemahan terhadap tenaga dalam berhawa dingin, itu sebabnya aku mempelajari jurus selain pukulan beracun untuk menghadapi orang-orang sepertimu,” Thian Sin menanggapi perkataan Iblis putih, kemudian lanjut berkata.“Kau mau coba?”Raut wajah Iblis putih tampak kelam mendengar perkataan Thian Sin, tetapi dalam hati sang Iblis ragu, apa benar perkataan pemuda yang sudah membunuh saudaranya tersebut.“Kalian mundur dan beritahu Panglima Arkun agar bergegas karena musuh sudah berada tidak jauh,” Iblis Putih beri perintah kepada prajurit Yuan yang ikut bersamanya.Seorang perwira anggukan kep
Setelah Ban Tok Kui Bo bersama Tabib Yok pergi, Thian Sin langsung mengambil alih pimpinan anggota topeng merah yang menunggu pasukan Panglima Arkun di pintu masuk hutan Liu.Tidak ada satu pun dari anggota topeng merah yang menolak kepemimpinan Thian Sin, karena mereka tahu kapasitas dari anak Pek I Siancu.Maling sakti di perintahkan oleh Thian Sin pergi ke telaga Liu dan memberitahu kalau mereka akan menyerang Pasukan Panglima Arkun, Thian Sin juga menyampaikan pesan agar semua pasukan berkumpul untuk menghabisi pasukan Yuan dan membebaskan Tayli dari ancaman.Maling sakti bersama Mi Xue tanpa banyak bicara langsung bergerak menuju telaga dimana sang ketua berada untuk menyampaikan pesan Thian Sin.Setelah Maling sakti serta cucunya pergi, Qin Qin tidak mau jauh dari Thian Sin sehingga membuat Jendral Zhou Chu bertanya tanya siapa sebenarnya Qin Qin dan ada hubungan apa antara gadis itu dengan suami dari putri Lie Hwa, untuk bertanya Jendral Zhou Chu tidak berani, akhirnya sang Jen
Thian Sin hentikan larinya ketika melihat dan mendengar suara yang ia kenal.“Nek! Mana ibuku? Tanya Thian Sin ketika sudah berhadapan dengan Ban Tok Kui Bo.“Ibumu sedang berada di telaga Liu bersama kedua orang istri mu,” jawab Ban Tok Kui Bo.Thian Sin tersenyum mendengar perkataan sang nenek.“Apa kau tahu dimana Yok Kwi gege? Tanya Ban Tok Kui Bo.Thian Sin menjawab dengan gelengkan kepala.“Sesudah menewaskan Sepasang Badai Utara aku langsung pergi mengambil jalan lain agar tidak di ketahui oleh pasukan Panglima Arkun, jadi aku tidak tahu dimana kakek Yok, karena beliau berangkat lebih dulu bersama pasukan Tayli,” jawab Thian Sin.“Aku tahu itu dari cerita salah seorang istrimu, tetapi menurut mertua mu, Yok Kwi gege pergi bersama Jendral Zhou Chu mengawasi pergerakan pasukan Panglima Arkun,” balas Ban Tok Kui Bo.“Rupanya begitu,” ucap Thian Sin mendengar perkataan Ban Tok Kui Bo, kemudian lanjut berkata.“Apa di telaga Liu, Ibu bersama anggota Topeng merah?“Tidak, hanya aku
“Tidak peduli kau Dewi berbaju putih, hitam atau merah, kau harus mati karena telah membunuh prajurit Tayli,” Lie Hwa berkata dengan raut wajah penuh nafsu membunuh.“Kurang ajar! Anak masih ingusan berani memaki, kau ingin mati dengan cara apa? Tanya Ban Tok Kui Bo dengan nada gusar sambil melotot ke arah Lie Hwa.“Nenek peot! Aku lihat wajah serta penampilan mu seram, tetapi apa ilmu yang kau miliki sama menyeramkan? Balas Lie Hwa sambil tersenyum mengejek.Raut wajah Ban Tok Kui Bo berubah kelam mendengar ejekan Lie Hwa, tongkat kepala setan di tangan kanan terangkat naik dan siap menyerang.Kim Hwa yang diam karena berusaha mengingat tokoh bergelar Pek I Siancu, ketika teringat kembali kalau anak buahnya sering berkata bahwa ketua kelompok topeng merah adalah wanita yang selalu memakai pakaian putih, langsung bergerak maju dan berkata.“Anak Lie, jaga bahasamu!“Maaf kan kami yang tidak tahu tingginya gunung dan dalamnya lautan,” ucap Kim Hwa sambil memberi hormat, kemudian lanjut
Lie Hwa, Yok Kwi, Kim Mi serta sang ibu langsung bergegas ketika mendengar laporan dari perwira yang berjaga di atas bukit.Mereka tidak sabar menunggu kedatangan kelompok topeng merah, apalagi Lie Hwa serta Kim Mi, karena mereka tahu kalau ketua kelompok topeng merah adalah ibu dari sang suami.“Apa kau yakin itu kelompok topeng merah? Tanya Kim Hwa dengan raut wajah cemas, karena orang yang mereka tunggu dan harapkan masih juga belum datang.“Hamba hanya di beritahu mereka memakai topeng merah, jadi hamba menyimpulkan bahwa mereka adalah kelompok merah,” balas si Perwira.Ketika sedang bercakap cakap, datang seorang prajurit yang di kirim untuk melihat pertempuran.“Bagaimana? Siapa yang bertempur, apa mereka dari kelompok topeng merah? Tanya si Perwira kepada anak buahnya.“Tanya satu-satu biar dia tidak bingung,” Yok Kwi berkata mendengar rentetan pertanyaan dari perwira tersebut.“Cepat ceritakan apa yang kau lihat! Seru Putri Lie Hwa yang sudah tidak sabar.“Mereka memang sepert
Bab : 144 Hancurnya Pasukan PenyergapJendral Gurma sudah tidak ada pilihan, sebagian besar anak buahnya menjadi bulan bulanan kelompok topeng merah serta kumpulan kuda yang mengamuk, melarikan diri juga tidak mungkin, karena ruang geraknya semakin di persempit oleh Bu Ceng Kui yang terus menyerang tanpa memberi kesempatan kepada Jendral Gurma untuk berpikir lebih jauh.Wu Chen serta Dewa Tongkat Merah terus memburu satu persatu prajurit Yuan.Tombak Jendral Gurma terus menyerang ke arah Bu Ceng Kui, jurus tombak pencakar langit kian gencar menyerang.Plak....plak!Tangan kanan Bu Ceng Kui menahan tombak, setelah menahan tombak, jari tangan kanan Bu Ceng Kui bergerak menuju batang dan langsung mencengkeram tombak lawan.Jendral Gurma melihat Bu Ceng Kui mencengkeram tombak, tangannya langsung menarik tombak sekuat tenaga, berusaha melukai jari lawannya.Bu Ceng Kui tahu maksud dari Gurma dan mengerahkan tenaga dalamnya menahan tombak agar tidak tertarik.Asap mengepul keluar dari ba
Jendral Gurma ketika mendengar suara Bu Ceng Kui langsung bergegas menyusul anak buahnya ke tempat penyimpanan kuda.Langkahnya semakin di percepat saat mendengar suara teriakan dan beradunya senjata“Apa yang terjadi? Apa mungkin pasukan Tayli sudah tahu rencana kami?” Batin Jendral Gurma sambil memerintahkan anak buahnya untuk bergegas.“Walau rencanaku sudah di ketahui, tetapi itu tidak jadi masalah karena mereka tidak akan menang melawan pasukan Panglima Arkun,” kembali Jendral Gurma berkata dalam hati.Sementara itu Wu Chen, Bu Ceng Kui serta kelompok Topeng merah bersiap menghadapi prajurit Yuan yang di pimpin oleh Jendral Gurma, mereka bersembunyi di antara 500 ekor kuda.Sesampainya di depan pagar yang menjadi tempat persembunyian kuda, Jendral Gurma menatap ke arah kuda-kuda yang berada di dalam kandang sementara tersebut.“Aneh! Ke mana Mogu bersama anak buahnya? Batin Jendral Gurma tidak melihat anak buahnya tersebut di tempat persembunyian kuda. “Coba periksa kuda-kuda d
“Aneh! Kenapa di dalam hutan bisa ada bau tembakau,” batin Mogu.Merasa ada hal yang tidak wajar, Mogu memberi isyarat kepada anak buahnya untuk menyebar.Prajurit Yuan yang bersama Mogu ketika melihat isyarat sang pemimpin, mereka langsung menyebar dan berusaha mencari asal bau tembakau yang mereka cium.Ketika para prajurit mulai mencari, tiba-tiba Mogu mendengar suara ringkik kuda.Raut wajah Mogu berubah ketika teringat dengan 500 ekor kuda yang baru saja mereka sembunyikan.Tanpa banyak bicara Mogu langsung mencabut golok dari punggung dan melesat ke tempat dimana mereka menyembunyikan kuda.Benar saja perkiraan Mogu, di tempat mereka menyembunyikan kuda, Mogu melihat seorang kakek tengah memegang tali kekang seekor kuda di kelilingi oleh anak buahnya.“Kurang ajar! Berani sekali kau mencuri kuda, kau tahu kuda milik siapa yang kau curi? Tanya Mogu sambil acungkan golok ke arah si kakek.“Kalian yang hendak mencuri, kuda-kuda ini adalah milikku karena aku yang menemukan kuda-kud