Thian Sin langsung menghantam lapisan es yang menyelimuti tubuh Kim Mi.Plak….Krek!Lapisan es yang menyelimuti tubuh Kim Mi pecah, tetapi Kim Mi tidak bergerak.“Kim Mi….Kim Mi! Seru Thian Sin sambil mengguncang tubuh sang Istri yang membeku, wajah pucat pasi dan bibir berwarna kebiruan membuat Thian Sin cemas.Thian Sin lalu membaringkan tubuh Kim Mi dan menyalurkan tenaga dalam untuk membantu Kim Mi, tetapi sang istri tetap tidak ada perubahan.“Yang mulia, pasukan kita terdesak,” ujar salah seorang perwira yang melindungi Thian Sin ketika berusaha mengobati Kim Mi.Thian Sin seperti tersadar ketika mendengar perkataan anak buahnya, matanya menatap langit senja, kemudian berkata.“Kau tolong bawa istriku, setelah sampai di dalam gerbang cari kakek guruku dan minta ia menyembuhkan istriku dan perintahkan 200 pasukan inti bersamaku menahan pasukan Yuan,” Thian Sin berkata.“Baik Yang Mulia,” jawab si perwira sambil membawa tubuh Kim Mi.Thian Sin mengambil pedang racun merah yang ia
Matahari senja perlahan mulai menghilang dan malam pun tiba.Suara binatang malam yang berpesta pora terdengar, karena hamparan daging manusia di depan benteng kota Tayli seakan menyajikan makanan yang tidak perlu susah payah mereka cari dan buru.200 pasukan inti Tayli yang menahan prajurit Yuan tewas tak tersisa, tetapi pengorbanan mereka tidak sia-sia karena berkat pengorbanan mereka sebagian besar prajurit Tayli berhasil selamat kembali masuk ke dalam benteng kota.Memang tidak ada aturan tertulis dalam aturan perang, tetapi jika malam tiba pasukan dari kedua belah pihak akan mundur untuk istirahat dan melanjutkan perang ke esokan harinya, begitu pula yang terjadi antara pasukan negeri Tayli dengan prajurit Yuan yang di pimpin oleh Panglima Arkun. Thian Sin sesudah menengok Kim Mi dan memastikan sang istri sudah lepas dari bahaya berkat tangan dingin Yok Kwi berkumpul di ruangan dengan para mentri, Jendral Zhou Chu serta putri Lie Hwa untuk membahas perang yang tengah berlangsun
Ke khawatiran Panglima Arkun bukan tanpa alasan, karena mereka adalah bangsa yang menginvasi Bangsa Han, bangsa yang penduduknya sangat besar dan itu bisa menjadi bumerang jika mereka salah dan tidak bertindak hati-hati seperti sekarang ini, karena rasa patriotik rakyat yang negerinya di jajah pasti akan bangkit melawan.Walau negeri Tayli adalah negeri yang kecil dan sebagian besar penduduk serta asal pemimpin mereka bukan dari Han, tetapi keberadaan Tayli dapat di terima dan menjadi bagian dari rakyat Han.Panglima Arkun sesudah menyiapkan apa yang harus ia lakukan untuk esok hari, kemudian beranjak menunju ke arah tempat tidur untuk istirahat, karena besok adalah hari dimana ia harus bekerja keras mengeluarkan tenaga serta pikiran untuk menaklukan Tayli.~Matahari pagi mulai menampakan sinar nya, prajurit dari kedua belah pihak mulai bersiap untuk menyerang dan bertahan.Pagi-pagi sekali Thian Sin sudah bangun untuk melihat kesiapan para prajuritnya, Thian Sin bergerak seorang dir
Kali ini Panglima Arkun langsung memimpin penyerangan dan fokus yang di tuju oleh prajurit Yuan sesuai instruksi adalah menghancurkan gerbang kota Tayli serta bagaimana caranya pasukan bisa masuk ke dalam kota.Prajurit pendobrak pintu terus bergerak di bawah hujan ratusan panah, sedangkan prajurit yang berada di sisi mereka selalu melindungi dengan tameng, beberapa panah yang masuk melalui celah tameng berhasi melukai bahkan membunuh puluhan prajurit, tetapi hal itu tidak berarti karena pertahanan yang ketat dari prajurit Yuan.Iblis Putih dan Sepasang Badai Utara sesuai dengan petunjuk dari Panglima Arkun, mereka naik ke arah pelontar batu untuk bisa masuk ke dalam benteng kota, setelah mereka masuk dan mengacau di dalam kota Tayli, prajurit pendobrak pintu akan bekerja dengan cepat karena tidak ada gangguan berarti dari Prajurit Tayli.Ketiganya naik sesudah mendapat isyarat dari Panglima Arkun, setelah ketiganya naik, tali di tarik dan langsung di lepaskan secara bersamaan, ketiga
“Bagaimana caranya aku menarik jiwa dalam pedang? Tanya Thian Sin.“Kau pikir saja sendiri,” jawab pedang racun merah.Shenjin melihat Thian Sin diam, langsung bergerak menyerang, sementara Bi Hai mengawasi karena menurutnya iya belum perlu untuk ikut menyerang pemuda yang umurnya jauh di bawah mereka.Melihat musuh menyerang, Thian Sin tanpa pikir panjang langsung bergerak mengibaskan pedang pusaka racun merah tanpa menghiraukan lagi saran dari jiwa yang berada di dalam pedang.Shenjin melihat hawa pedang mengarah tubuhnya langsung bergerak ke samping kiri sambil kibaskan tangan ke arah Thian Sin.Whus!Serangkum angin menderu ke arah Thian Sin, Thian Sin melihat serangan lawan langsung membalas dengan menebas angin yang menuju ke arah nya.Sinar merah melesat menebas angin yang di kibaskan tangan kiri Shenjin.Blast!Angin seperti terbelah setelah terkena tebasan pedang pusaka racun merah, sesudah menebas. Tangan kiri Thian Sin langsung lancarkan serangan dengan jari sakti Budha ke
Karena Thian Sin, Yok Kwi dan putri Lie Hwa sibuk dengan musuh yang berada di dalam benteng, Panglima Arkun terus memerintahkan prajurit nya mendobrak gerbang kota Tayli.Hujan anak panah yang di lesatkan tidak membuat prajurit pendobrak pintu gentar, karena pasukan tameng selalu melindungi mereka, jika ada panah yang lolos dan berhasil menewaskan prajurit pendobrak pintu gerbang, langsung di gantikan oleh yang lain.Prajurit pemanah kota Tayli juga tidak terlalu fokus memanah, karena pelontar batu terus menghujani mereka, belum lagi para pemanah berkuda.Komandan Gurma terus teriak memberi semangat anak buahnya membalas hujan panah lawan.Jendral Zhou Chu melihat pintu gerbang mulai goyah langsung turun dan memerintahkan prajurit untuk melapisi pintu gerbang dengan kayu serta batu untuk menahan dobrakan pihak prajurit Yuan.Siapkan anak tangga serta tali untuk naik!? Teriak panglima Arkun melihat pintu gerbang kota masih belum berhasil di runtuhkan.Komandan Gurma mendengar perintah
Memang terlihat biasa saja sesudah kepala Thian Sin di tepak oleh Yok Kwi, kemudian aura hitam keluar dari pedang dan masuk ke dalam tubuh Thian Sin, tetapi yang terjadi di dalam tubuh Thian Sin berbeda, karena aliran darah di meridian ( urat yang menyalurkan tenaga dalam ) Thian Sin terus bergejolak, penghuni lama serta pendatang baru yang tidak lain dari dua jiwa saling hantam berebut untuk menguasai tubuh.Sepasang badai utara memang menyerang dengan dua pusaran angin, tetapi sesaat serangan menuju ke arah Thian Sin, kedua jiwa bersatu dan membuat serangan sepasang badai utara tidak berarti.Di sisi lain, Lie Hwa di perintahkan oleh Yok Kwi untuk membawa Kim Mi pergi, begitu pula dengan Jendral Zhou Chu. Yok Kwi memerintahkan sang Jendral untuk menarik pasukannya dan mundur dari gerbang kota Tayli, karena gerbang kota sudah tidak bisa di pertahankan lagi.Seiring dengan berkurangnya penjagaan dari prajurit Tayli, tentara Yuan mulai masuk dari benteng kota, gerbang kota juga perlaha
Pertempuran hebat terjadi di dekat gerbang kota Tayli antara Thian Sin dan Sepasang Badai Utara, sepasang pendekar tua tersebut walau tidak berada di atas angin, tetapi berkat pengalaman bertempur sepasang suami istri tersebut mampu menahan serangan serangan yang di lakukan oleh Thian Sin.Sementara pasukan yang di pimpin oleh Yok Kwi perlahan keluar dari kota dan mulai bergerak menjauh dari kota Tayli walau terus di buru oleh pasukan Yuan pimpinan panglima Arkun.Jurus andalan Pemecah Gelombang dari Sepasang Badai utara hanya bisa mendorong tubuh Thian Sin tanpa dapat melukai, itu pun jika keduanya menggabungkan pukulan dengan tenaga dalam mereka berdua.Shenjin dan Bi Hai sudah putus asa melawan Thian Sin, karena setiap tangan mereka hendak menyentuh tubuh lawan, tangan mereka seperti melenceng.“Kepung dan serang dia!?” Teriak Shenjin kepada puluhan prajurit Yuan yang tidak ikut mengejar rombongan prajurit Tayli.Walau gentar melihat pertempuran antara Thian Sin serta Sepasang Bada
Thian Sin terus berusaha menggerakkan pedang pusaka racun merah yang membeku di udara, tetapi walau sudah mengerahkan sebagian tenaga dalamnya, pedang pusaka racun merah tetap tak bergerak.Sementara di sisi lain, Qin Qin bersama anggota topeng merah langsung pergi menjauh dari tempat pertempuran setelah melihat keganasan jurus Iblis Putih, begitu pula dengan prajurit Yuan, mereka tidak mau mati konyol terkena imbas dari jurus sang pemimpin.Setelah tahu pedang pusaka racun merah terkunci oleh bongkahan es, Thian Sin kibaskan tangan ke arah Iblis Putih, lalu melesat ke arah pedang pusaka racun merah.Sinar merah dari jurus Ban Tok Ciang melesat cepat menyerang Iblis putih.Bibir Iblis putih tersenyum penuh ejekan melihat jurus lawan menyerang dirinya, sambil lalu sang Iblis kerahkan tangan untuk menahan pukulan sambil lompat, berusaha menghalangi niat Thian Sin.Iblis Putih tahu jika Thian Sin ingin menghancurkan bongkahan es yang membekukan pedang agar bisa ia gunakan, karena jurus s
“Sungguh hebat nama jurus mu, apa jurus itu mampu membunuhku? Tanya Thian Sin dengan nada penuh ejekan.“Jangan sombong anak muda, aku tahu racun Raja ular merah tidak tahan terhadap hawa dingin, itu sebanya waktu itu kau hampir mampus di tangan Ong Thian,” Iblis putih membalas perkataan Thian Sin, kemudian tertawa.Ha Ha Ha“Memang ku akui kalau pukulan beracun serta racun di dalam tubuhku mempunyai kelemahan terhadap tenaga dalam berhawa dingin, itu sebabnya aku mempelajari jurus selain pukulan beracun untuk menghadapi orang-orang sepertimu,” Thian Sin menanggapi perkataan Iblis putih, kemudian lanjut berkata.“Kau mau coba?”Raut wajah Iblis putih tampak kelam mendengar perkataan Thian Sin, tetapi dalam hati sang Iblis ragu, apa benar perkataan pemuda yang sudah membunuh saudaranya tersebut.“Kalian mundur dan beritahu Panglima Arkun agar bergegas karena musuh sudah berada tidak jauh,” Iblis Putih beri perintah kepada prajurit Yuan yang ikut bersamanya.Seorang perwira anggukan kep
Setelah Ban Tok Kui Bo bersama Tabib Yok pergi, Thian Sin langsung mengambil alih pimpinan anggota topeng merah yang menunggu pasukan Panglima Arkun di pintu masuk hutan Liu.Tidak ada satu pun dari anggota topeng merah yang menolak kepemimpinan Thian Sin, karena mereka tahu kapasitas dari anak Pek I Siancu.Maling sakti di perintahkan oleh Thian Sin pergi ke telaga Liu dan memberitahu kalau mereka akan menyerang Pasukan Panglima Arkun, Thian Sin juga menyampaikan pesan agar semua pasukan berkumpul untuk menghabisi pasukan Yuan dan membebaskan Tayli dari ancaman.Maling sakti bersama Mi Xue tanpa banyak bicara langsung bergerak menuju telaga dimana sang ketua berada untuk menyampaikan pesan Thian Sin.Setelah Maling sakti serta cucunya pergi, Qin Qin tidak mau jauh dari Thian Sin sehingga membuat Jendral Zhou Chu bertanya tanya siapa sebenarnya Qin Qin dan ada hubungan apa antara gadis itu dengan suami dari putri Lie Hwa, untuk bertanya Jendral Zhou Chu tidak berani, akhirnya sang Jen
Thian Sin hentikan larinya ketika melihat dan mendengar suara yang ia kenal.“Nek! Mana ibuku? Tanya Thian Sin ketika sudah berhadapan dengan Ban Tok Kui Bo.“Ibumu sedang berada di telaga Liu bersama kedua orang istri mu,” jawab Ban Tok Kui Bo.Thian Sin tersenyum mendengar perkataan sang nenek.“Apa kau tahu dimana Yok Kwi gege? Tanya Ban Tok Kui Bo.Thian Sin menjawab dengan gelengkan kepala.“Sesudah menewaskan Sepasang Badai Utara aku langsung pergi mengambil jalan lain agar tidak di ketahui oleh pasukan Panglima Arkun, jadi aku tidak tahu dimana kakek Yok, karena beliau berangkat lebih dulu bersama pasukan Tayli,” jawab Thian Sin.“Aku tahu itu dari cerita salah seorang istrimu, tetapi menurut mertua mu, Yok Kwi gege pergi bersama Jendral Zhou Chu mengawasi pergerakan pasukan Panglima Arkun,” balas Ban Tok Kui Bo.“Rupanya begitu,” ucap Thian Sin mendengar perkataan Ban Tok Kui Bo, kemudian lanjut berkata.“Apa di telaga Liu, Ibu bersama anggota Topeng merah?“Tidak, hanya aku
“Tidak peduli kau Dewi berbaju putih, hitam atau merah, kau harus mati karena telah membunuh prajurit Tayli,” Lie Hwa berkata dengan raut wajah penuh nafsu membunuh.“Kurang ajar! Anak masih ingusan berani memaki, kau ingin mati dengan cara apa? Tanya Ban Tok Kui Bo dengan nada gusar sambil melotot ke arah Lie Hwa.“Nenek peot! Aku lihat wajah serta penampilan mu seram, tetapi apa ilmu yang kau miliki sama menyeramkan? Balas Lie Hwa sambil tersenyum mengejek.Raut wajah Ban Tok Kui Bo berubah kelam mendengar ejekan Lie Hwa, tongkat kepala setan di tangan kanan terangkat naik dan siap menyerang.Kim Hwa yang diam karena berusaha mengingat tokoh bergelar Pek I Siancu, ketika teringat kembali kalau anak buahnya sering berkata bahwa ketua kelompok topeng merah adalah wanita yang selalu memakai pakaian putih, langsung bergerak maju dan berkata.“Anak Lie, jaga bahasamu!“Maaf kan kami yang tidak tahu tingginya gunung dan dalamnya lautan,” ucap Kim Hwa sambil memberi hormat, kemudian lanjut
Lie Hwa, Yok Kwi, Kim Mi serta sang ibu langsung bergegas ketika mendengar laporan dari perwira yang berjaga di atas bukit.Mereka tidak sabar menunggu kedatangan kelompok topeng merah, apalagi Lie Hwa serta Kim Mi, karena mereka tahu kalau ketua kelompok topeng merah adalah ibu dari sang suami.“Apa kau yakin itu kelompok topeng merah? Tanya Kim Hwa dengan raut wajah cemas, karena orang yang mereka tunggu dan harapkan masih juga belum datang.“Hamba hanya di beritahu mereka memakai topeng merah, jadi hamba menyimpulkan bahwa mereka adalah kelompok merah,” balas si Perwira.Ketika sedang bercakap cakap, datang seorang prajurit yang di kirim untuk melihat pertempuran.“Bagaimana? Siapa yang bertempur, apa mereka dari kelompok topeng merah? Tanya si Perwira kepada anak buahnya.“Tanya satu-satu biar dia tidak bingung,” Yok Kwi berkata mendengar rentetan pertanyaan dari perwira tersebut.“Cepat ceritakan apa yang kau lihat! Seru Putri Lie Hwa yang sudah tidak sabar.“Mereka memang sepert
Bab : 144 Hancurnya Pasukan PenyergapJendral Gurma sudah tidak ada pilihan, sebagian besar anak buahnya menjadi bulan bulanan kelompok topeng merah serta kumpulan kuda yang mengamuk, melarikan diri juga tidak mungkin, karena ruang geraknya semakin di persempit oleh Bu Ceng Kui yang terus menyerang tanpa memberi kesempatan kepada Jendral Gurma untuk berpikir lebih jauh.Wu Chen serta Dewa Tongkat Merah terus memburu satu persatu prajurit Yuan.Tombak Jendral Gurma terus menyerang ke arah Bu Ceng Kui, jurus tombak pencakar langit kian gencar menyerang.Plak....plak!Tangan kanan Bu Ceng Kui menahan tombak, setelah menahan tombak, jari tangan kanan Bu Ceng Kui bergerak menuju batang dan langsung mencengkeram tombak lawan.Jendral Gurma melihat Bu Ceng Kui mencengkeram tombak, tangannya langsung menarik tombak sekuat tenaga, berusaha melukai jari lawannya.Bu Ceng Kui tahu maksud dari Gurma dan mengerahkan tenaga dalamnya menahan tombak agar tidak tertarik.Asap mengepul keluar dari ba
Jendral Gurma ketika mendengar suara Bu Ceng Kui langsung bergegas menyusul anak buahnya ke tempat penyimpanan kuda.Langkahnya semakin di percepat saat mendengar suara teriakan dan beradunya senjata“Apa yang terjadi? Apa mungkin pasukan Tayli sudah tahu rencana kami?” Batin Jendral Gurma sambil memerintahkan anak buahnya untuk bergegas.“Walau rencanaku sudah di ketahui, tetapi itu tidak jadi masalah karena mereka tidak akan menang melawan pasukan Panglima Arkun,” kembali Jendral Gurma berkata dalam hati.Sementara itu Wu Chen, Bu Ceng Kui serta kelompok Topeng merah bersiap menghadapi prajurit Yuan yang di pimpin oleh Jendral Gurma, mereka bersembunyi di antara 500 ekor kuda.Sesampainya di depan pagar yang menjadi tempat persembunyian kuda, Jendral Gurma menatap ke arah kuda-kuda yang berada di dalam kandang sementara tersebut.“Aneh! Ke mana Mogu bersama anak buahnya? Batin Jendral Gurma tidak melihat anak buahnya tersebut di tempat persembunyian kuda. “Coba periksa kuda-kuda d
“Aneh! Kenapa di dalam hutan bisa ada bau tembakau,” batin Mogu.Merasa ada hal yang tidak wajar, Mogu memberi isyarat kepada anak buahnya untuk menyebar.Prajurit Yuan yang bersama Mogu ketika melihat isyarat sang pemimpin, mereka langsung menyebar dan berusaha mencari asal bau tembakau yang mereka cium.Ketika para prajurit mulai mencari, tiba-tiba Mogu mendengar suara ringkik kuda.Raut wajah Mogu berubah ketika teringat dengan 500 ekor kuda yang baru saja mereka sembunyikan.Tanpa banyak bicara Mogu langsung mencabut golok dari punggung dan melesat ke tempat dimana mereka menyembunyikan kuda.Benar saja perkiraan Mogu, di tempat mereka menyembunyikan kuda, Mogu melihat seorang kakek tengah memegang tali kekang seekor kuda di kelilingi oleh anak buahnya.“Kurang ajar! Berani sekali kau mencuri kuda, kau tahu kuda milik siapa yang kau curi? Tanya Mogu sambil acungkan golok ke arah si kakek.“Kalian yang hendak mencuri, kuda-kuda ini adalah milikku karena aku yang menemukan kuda-kud