Beranda / Thriller / Ellipsis / Psalm XXVIII

Share

Psalm XXVIII

Pagi masih gelap. Di dalam ruangan itu semburat pekat masih menyelimuti segala sisi dan mengendap.

Di salah satu sudut ruang tahanan, Adnan duduk bersila dan menghadap ke arah barat. Usai shalat subuh Adnan menghabiskan waktu pagi dengan berdzikir. Samar-samar dapat terdengar lantunan dzikir yang terucap dari bibirnya, terasa begitu sendu namun syahdu. Lafadz-lafadz yang terucap itu ibarat aliran Waw an Namus yang menyegarkan gersangnya Sahara.

Setelah dirasa cukup Adnan bangkit dan melepas seulas senyum untuk Sumargo. Sahabat baik yang sejak dari tadi menantinya.

Sumargo membalas senyum itu dan lekas bangkit dari ranjang. Ia mengambil semangkuk air jernih yang telah ia siapkan sebelumnya. Ia kemudian duduk di sisi yang berlawanan dengan tempat yang biasa Adnan gunakan untuk shalat. Tempat itu adalah wilayah otoritasnya sealama beribadah di ruang tahanan. Meski ia dan Adnan sebelumnya tidak pernah membuat perjanjian, semua rutinitas bisa berjalan dengan baik karena adanya sikap sali
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status