Beranda / Romansa / Editor Dingin Bikin Bucin / Bab 79: Lorong Rumah Sakit

Share

Bab 79: Lorong Rumah Sakit

Penulis: Nikma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-19 14:00:49

Di lorong rumah sakit yang sunyi, Nathaniel duduk seorang diri sambil terdiam. Berbagai peristiwa yang baru saja terjadi terus menghantuinya. Ia merenungkan betapa banyaknya hal yang menimpa Isabella dalam waktu yang singkat, dan betapa ia merasa tak berdaya karena tidak bisa melakukan banyak hal untuk membantu gadis itu.

Raut wajah Nathaniel tampak gelisah. Ia masih dihantui rasa khawatir jika Hugo akan kembali suatu saat nanti, ia juga mencemaskan keadaan Emilia yang masih tak sadarkan diri. Meskipun telah berusaha sekuat tenaga untuk melindungi Isabella dan Emilia, ia merasa bahwa banyak hal yang masih belum bisa ia lakukan.

Ketika itu, tiba-tiba saja Isabella muncul. Gadis itu melangkah mendekati Nathaniel yang duduk sendirian di lorong rumah sakit. Langkahnya terdengar lembut di atas lantai rumah sakit yang sunyi. Mendengar suara itu, Nathaniel menoleh dan menyambutnya dengan senyuman lembut.

“Bagaimana keadaan ibumu?” tanya Nathaniel.

Is

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 80: Kecoa Dapur

    Setelah dirawat selama empat hari di rumah sakit, akhirnya Emilia diizinkan pulang. Kabar tersebut seperti menjadi penyegar bagi mereka setelah beberapa hari dibuat bosan karena terus menginap di ruangan beraroma medis tersebut. Isabella sengaja menghubungi Nathaniel, meminta bantuan pemuda tersebut agar menjemput mereka ke rumah sakit. Tak ada alasan khusus, Isabella hanya ingin bertemu dengan pemuda itu. Karena selama tiga hari terakhir, Nathaniel tak bisa menemani Isanella menjaga Emilia di rumah sakit karena harus bekerja.Namun pagi ini, ketika Isabella menelpon dan mengatakan jika Emilia sudah diperbolehkan pulang— dan ia butuh bantuan untuk menyetir mobilnya, Nathaniel langsung mengatakan jika ia akan segera ke rumah sakit.“Maaf sudah merepotkanmu belakangan ini, Nate,” kata Emilia ketika Nathaniel baru tiba di ruangan dan duduk di samping ranjang Emilia.“Sama sekali tidak repot, Bibi,” jawab Nathaniel dengan senyuman hanga

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 81: Hampir Saja

    Nathaniel berjalan mendekat pada lemari kabinet, lalu membukanya untuk mencari sarung tangan plastik. Setelah menemukannya, ia segera mengenakan sarung tangan itu dan melangkah mendekati kecoa yang masih berada di sudut ruang.Saat Nathaniel mendekat, kecoa tersebut bergerak gesit berlari kesana kemari, membuat Isabella menjerit ketakutan, “Huaaaa!!! Pergi! Pergi!!” Isabella lompat-lompat di tempatnya berdiri, terlihat sangat jijik melihat kecoa tersebut.“Isabella, ssstt... Sudah kubilang jangan bergerak,” tegur Nathaniel dengan suara pelan.“Maafkan aku, rasanya aku tidak bisa mengendalikan diri.” Isabella masih menggeliat jijik.Nathaniel menghela napas, kemudian kembali fokus pada kecoa yang masih berlarian di sekitar dapur, mencoba menangkapnya secepat yang ia bisa.Setelah drama kejar-kejaran yang cukup panjang dan melelahkan, akhirnya Nathaniel berhasil mencengkeram kecoa tersebut saat ada kesempatan. &ldq

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 82: Situasi Canggung

    Nathaniel mengangkat sebelah sudut bibirnya, tersenyum sinis, yang membuat Isabella merasa bingung akan maksud dari senyum itu. “Kau yang memulai ini, Isabella.”“Anggap saja begitu,” sahut Isabella. Waktu seakan berhenti berdetak saat keduanya saling berpandangan dari jarak dekat.“Kau menyukaiku, bukan?” tanya Isabella, dia meyakini itu, tapi masih membutuhkan validasi.“Kau terlalu percaya diri,” balas Nathaniel.“Bagaimana kalau kita buktikan?” Tangan Isabella bergerak, mengalungkan lengannya di leher Nathaniel.Nathaniel spontan meraih pinggang Isabella, keduanya siap saling menerkam satu sama lain, namun tiba-tiba saja terdengar suara langkah kaki mendekat, disusul dengan suara Emilia. “Isabella, kenapa lama sekali?”Emilia tiba-tiba muncul di dapur, membuat Nathaniel refleks mendorong tubuh Isabella hingga punggungnya membentur meja. “Aduh!”Sek

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 83: Kari Spesial

    Isabella sibuk di dapur, perasaannya penuh harap. Pagi ini dia sedang memasak kari spesial untuk Nathaniel—pemuda yang selalu memenuhi pikirannya. Selama aktivitas memasaknya, bibir Isabella tak henti mengulas senyum, membayangkan jika kari spesial yang dibuat dengan cinta ini akan dinikmati oleh pujaan hatinya.Kini sudah seminggu setelah insiden hampir berciuman di dapur, Isabella makin yakin bahwa Nathaniel memiliki perasaan yang sama dengannya. Isabella hanya perlu menciptakan situasi seperti sebelumnya— berita bagusnya saat ini sudah tidak akan ada orang yang mengganggu karena ibunya sudah kembali ke Lavenham setelah kondisinya pulih sepenuhnya. Bukan berarti Isabella mengusir wanita itu hanya karena tidak ingin diganggu saat berniat mesra-mesraan dengan Nathaniel, Isabella hanya ingin Emilia aman dari gangguan Ayahnya.Setelah beberapa saat, kari yang dimasak oleh Isabella akhirnya matang, mengeluarkan aroma harum yang menguar di seluruh ruangan. Isab

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-21
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 84: Gadis Bernama Jane Ashford

    Sore itu Isabella dan Nathaniel meninggalkan kantor BelleVue Book bersama-sama, langkah mereka seiring dengan semilir angin musim dingin yang sejuk.“Setelah ini aku masih harus ke kantor Evergreen Publishing, aku harus meeting untuk rencana perilisan buku 'The Labyrinth of Lies' yang terbit di sana,” ujar Isabella, suaranya terdengar bersemangat.Nathaniel mengangguk, “Oke. Sebelumnya selamat, aku yakin bukumu akan selalu sukses.”“Terima kasih,” jawab Isabella dengan senyum. “Apa kau mau ikut aku ke kantor Evergreen Publishing?”Nathaniel mengernyitkan dahi, mempertimbangkan tawaran Isabella. “Mau apa aku ke sana? Kau ingin mereka menindasku karena merebut penulis kesayangan mereka?”Isabella tertawa, menyadari kekhawatiran Nathaniel. “Jangan bilang kalau kau adalah editor BelleVue Book. Katakan kalau kau pacarku.”Nathaniel menggeleng sambil tersenyu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-21
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 85: Pion Henrik

    Isabella meninggalkan ruang pertemuan di penerbit Evergreen dengan rasa puas. Meeting telah berjalan lancar, dan ia merasa senang dengan hasilnya. Bersama Eleanor— editor yang telah mengurus naskahnya dengan baik, ia meninggalkan kantor menuju pintu keluar.“Semoga perilisan bukumu nanti berjalan lancar,” ucap Eleanor sambil menatap Isabella dengan penuh harap. “Untuk rencana tur promosi bukumu yang akan dilakukan di luar kota, kau bilang ingin mengajak seseorang. Sebenarnya siapa yang ingin kau ajak?”Isabella tersenyum, mata berbinar dengan pikiran yang melambung tinggi.Eleanor makin penasaran melihat Isabella hanya tersenyum-senyum sendiri. “Hei, bukannya jawab malah senyum-senyum,” tegurnya. Eleanor jadi teringat postingan Isabella di media sosialnya beberapa hari lalu. “Ah, apa kau ingin mengajak pemuda itu?”“Siapa maksudmu?” tanya Isabella, mencoba menutupi kegembiraannya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-21
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 86: Foto Nathaniel dengan Seorang Gadis

    Nathaniel menyimpan ponselnya di saku sesaat setelah mengakhiri panggilan dengan Isabella. Saat itulah, dia melihat Jane keluar dari pintu ruang pemeriksaan klinik dengan langkah pincang.Nathaniel segera menghampiri dan membantu memapah Jane. “Apa kata dokter?” tanya Nathaniel.“Tidak masalah, hanya luka sobekan kecil. Sudah dibalut dengan baik,” jawab Jane dengan senyum lebar, meredakan kekhawatiran Nathaniel.“Di mana rumahmu? Aku akan mengantarmu,” tawar Nathaniel.“Sungguh? Aku senang sekali kau meluangkan waktumu,” kata Jane dengan senang, menerima tawaran Nathaniel dengan antusias.Tanpa menunggu lebih lama, Nathaniel membimbing Jane berjalan keluar klinik. Begitu tiba di parkiran depan klinik, dia segera membukakan pintu mobil untuk Jane dengan sopan.Ada kamera berkedip di kejauhan, menangkap momen ketika Nathaniel membantu Jane masuk ke dalam mobilnya. Tanpa disadari, mereka menjadi o

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-22
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 87: Masuk Perangkap

    Nathaniel merasakan jika situasi makin tidak wajar, dia menyadari bahwa daerah di sekitarnya makin sepi— terutama karena sudah larut malam. Dengan pertimbangan tersebut, Nathaniel memutuskan untuk menghentikan mobilnya dan menanyakan keadaan kepada Jane.“Jane, kau yakin tidak tersesat?” tanya Nathaniel dengan wajah penuh kekhawatiran.Namun, Jane hanya tertawa melihat keresahan Nathaniel. “Tidak sama sekali, Nate. Kita berada di arah yang benar. Baiklah, kurasa kita memang sudah sampai.”“Kurasa?” Nathaniel mengulangi ucapan Jane yang seolah tidak yakin. Namun Jane mengabaikan keheranan Nathaniel dan malah membuka pintu mobil. “Bantu aku turun,” pintanya.Nathaniel tak punya pilihan selain mengikuti permintaan gadis tersebut. Ia turun dari mobil dan bergegas melangkah ke arah Jane. Nathaniel segera membantu Jane keluar dari mobil, sementara gadis itu langsung mengalungkan tangan pada bahunya.N

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-22

Bab terbaru

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 139. Ending

    Sore itu, Nathaniel melangkah keluar dari kantor dengan langkah cepat, wajahnya menunjukkan jelas kemarahan dan frustrasi. Pertengkarannya dengan Isabella tadi masih terasa panas di benaknya. Ketika Isabella mencoba mengikutinya, Nathaniel berusaha untuk tidak memperdulikannya.“Nate, tunggu!” panggil Isabella sambil mempercepat langkahnya untuk mengejar Nathaniel yang sudah berada di depan pintu utama.Nathaniel menghentikan langkahnya sejenak, namun tidak berbalik. “Apa?” suaranya terdengar dingin dan tegang.Isabella mendekat, meraih lengan Nathaniel. “Aku minta maaf soal tadi. Aku hanya kesal karena kau terus menerus menerima pesan dari Olivia,” katanya, suaranya merendah, berusaha menenangkan suasana.Nathaniel menatap Isabella dengan tajam, melepaskan tangannya dari genggaman Isabella. “Olivia yang mengirimiku pesan, Isabella. Bukan aku. Kenapa kau harus cemburu karena hal itu?”Isabella menghela napas, mencoba mengendalikan emosinya. “Karena aku merasa dia hanya mencari alasan

  • Editor Dingin Bikin Bucin   138. Kerjasama Lagi

    Nathaniel dan Isabella duduk berdampingan di ruang kerja mereka, suasana penuh dengan semangat dan produktivitas. Mereka telah menghabiskan beberapa minggu terakhir dengan bekerja keras, dan kini Isabella baru saja menulis penutup untuk novelnya. Ia merasa lega dan antusias untuk menunjukkan hasil kerjanya kepada Nathaniel.“Nate, bagaimana menurutmu?” Isabella bertanya, suaranya penuh harap sambil menatap layar komputer yang menampilkan paragraf akhir dari novelnya.Nathaniel yang sedang sibuk dengan catatannya, menggeser kursinya lebih dekat ke layar Isabella. Ia membaca dengan cermat setiap kata, matanya fokus pada kalimat-kalimat terakhir yang menggambarkan penyelesaian cerita.Isabella tersenyum, menikmati momen ini karena posisi Nathaniel yang sekarang sangat dekat dengannya. Kehangatan tubuhnya terasa nyaman di sebelahnya, membuat jantungnya berdetak sedikit lebih cepat.Melihat peluang yang tak ingin dilewatkan, Isabella perlahan melin

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 137. Kejutan

    Nathaniel kesal mendengar ucapan Gabriel. “Ayah, aku bukan anak kecil lagi. Aku tahu apa yang kulakukan. Kau tidak bisa memaksaku untuk meninggalkan Isabella. Kita harus mencari solusi, bukan menambah masalah.”Isabella yang duduk mendengarkan pertengkaran itu dengan cemas, akhirnya berdiri. Hatinya terasa campur aduk, antara perasaan bersalah dan keinginan untuk mendukung Nathaniel. Dia berjalan mendekat, menatap Nathaniel dengan tatapan lembut.“Nate, tenanglah,” katanya dengan suara lembut, meski berusaha keras menahan emosinya. “Aku tahu ini sulit, tapi kita tidak akan mendapatkan solusi dengan bertengkar seperti ini.”Nathaniel menatap Isabella. Perlahan, dia menghela napas dan menurunkan suaranya. “Maafkan aku,” katanya dengan nada lebih tenang, mencoba meredam emosinya.Gabriel masih tampak tegang, wajahnya kaku dengan emosi yang bergolak. Nathaniel kembali duduk di samping Isabella, yang segera mengg

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 136. Meminta Maaf

    Pagi itu, sinar matahari menerobos tirai tipis jendela kamar Isabella, menerangi ruangan dengan kehangatan yang lembut. Udara pagi yang segar merayap masuk melalui jendela yang sedikit terbuka, menambah semangat baru untuk hari yang penting. Isabella berdiri di depan cermin kamarnya, merapikan gaun putih sederhana yang dipilihnya. Gaun itu memberikan kesan elegan namun rendah hati, sesuai dengan niatnya hari ini.Di sisi lain rumah, Emilia sedang merapikan rambutnya di depan cermin di kamar tidur. Wajahnya kini tampak sedikit tegang. Hari ini, dia akan melakukan sesuatu yang belum pernah dia lakukan seumur hidupnya: meminta maaf kepada keluarga selebriti. Emilia tahu jika mungkin ini akan lebih sulit dari yang dia bayangkan, tapi setidaknya dia akan berusaha demi putrinya.“Ibu, kau sudah siap?” Suara Isabella memecah keheningan, membawa Emilia kembali dari lamunannya. Isabella berdiri di ambang pintu, menatap ibunya dengan senyum lembut namun penuh doronga

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 135. Membersihkan Nama

    Di salah satu sudut tenang café yang berada tidak jauh dari jantung kota, Nathaniel duduk sendirian di meja kecil yang dikelilingi oleh dekorasi kayu dan lampu-lampu hangat yang menambah nuansa damai. Sambil menunggu kedatangan Olivia, ia meraih ponselnya dari saku, melihat layar penuh dengan pesan dari Isabella. Senyum tipis mengembang di wajahnya ketika ia membaca pesan-pesan itu yang kebanyakan tak begitu penting itu.Isabella, kau masih sakit. Harusnya banyak istirahat. Jangan melulu menggunakan ponselmu.Nathaniel mengirim pesan tersebut. Tak lama kemudian balasan dari Isabella masuk.Aku merasa bisa cepat sembuh jika aku terus terhubung denganmu.Sebelum Nathaniel sempat membalas pesan itu, terdengar suara dering keras dari ponselnya. Ia melihat nama Isabella muncul di layar sebagai panggila

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 134. Rindu Suaramu

    Isabella baru saja berbaring— siap untuk tidur setelah hari yang melelahkan di rumah sakit. Namun, tiba-tiba ponselnya berdering. Nada dering yang familiar membuatnya meraih ponsel di meja samping tempat tidur, dan melihat nama Nathaniel yang terpampang di layar membuat kantuknya sirna seketika.Isabella segera menjawab telepon itu, senyum terbentuk di wajahnya. “Halo, Nate,” sapanya semangat. “Halo, Isabella,” suara Nathaniel terdengar agak ragu. “Apa aku mengganggumu? Sudah larut.”Isabella tertawa kecil. “Tentu tidak, Sayang. Aku selalu rindu mendengar suaramu.”Nathaniel tertawa pelan, suara tawanya terdengar sedikit lega.“Aku serius, Nate,” lanjut Isabella dengan nada setengah menggoda. “Jangan tertawa.”“Baiklah, aku tidak akan tertawa lagi,” jawab Nathaniel dengan nada yang lebih serius, meski senyuman masih terasa dalam suaranya.

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 133. Tidak Salah Menerima Bantuan

    Nathaniel menarik napas panjang, berusaha mengendalikan emosinya. “Aku tahu ini tidak mudah, tapi kita harus mencoba. Isabella dan aku... kami saling mencintai, dan kami berhak mendapatkan kesempatan.”Elena menggigit bibirnya, tampak bimbang sejenak sebelum menegakkan punggungnya lagi. “Cinta tidak selalu cukup, Nate. Kadang ada hal-hal yang lebih penting dari perasaan itu.”“Apa yang lebih penting?” Nathaniel menatap Elena.Tepat saat itu, beberapa wartawan muncul, mengelilingi mereka di parkiran. Kilatan kamera dan rentetan pertanyaan yang mendesak membuat suasana semakin kacau.“Bagaimana kelanjutan hubungan Anda dengan Isabella setelah kecelakaan sebelumnya?”“Nathaniel, bukankah hubunganmu dengan keluarga Isabella sedang tidak baik?”“Nathaniel, bagaimana tanggapan Anda tentang situasi ini?”“Apakah ini terkait dengan skandal sebelumnya?”

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 132. Konflik

    Emilia mengingat bagaimana kelakuannya hingga membuat berita di media makin panas, menambahkan api ke situasi yang sudah kacau. Dia tahu bahwa dia paling merugikan Nathaniel, yang sebenarnya tidak pernah berbuat salah apa pun padanya. Dengan rasa bersalah yang menyelimuti, Emilia melangkah mendekat, wajahnya menunduk, merasa tak berdaya di hadapan dua orang muda yang telah dia sakiti.Nathaniel dan Isabella melepaskan pelukan mereka dengan perasaan hangat namun canggung. Nathaniel menoleh ke arah Emilia yang terus menatapnya dengan ekspresi serius.“Nate, bisa kita bicara sebentar?” tanya Emilia dengan ekspresi agak ragu. Nathaniel terkejut oleh permintaan itu, merasa resah, mengingat penolakan Emilia sebelumnya. Ia ragu-ragu sebelum akhirnya bertanya, “Kita bicara di luar?”Emilia mengangguk. Isabella, yang memperhatikan mereka, memberikan senyuman yang meyakinkan kepada Nathaniel, mencoba menenangkannya. “Semuanya akan baik-baik s

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 131. Kerinduan Terobati

    Hugo memandang Emilia dengan mata penuh kebencian. “Aku tidak akan pergi kecuali kau mentransfer uang padaku sekarang. Aku butuh uang itu, dan aku tahu kalian bisa memberikannya.”Emilia tersentak, hampir tidak percaya dengan sikap Hugo yang tidak tahu malu. “Uang? Kau datang ke sini untuk meminta uang? Ini rumah sakit, Hugo! Isabella sedang sakit, dan kau hanya memikirkan dirimu sendiri!”Hugo menyeringai sinis, melipat tangan di dadanya. “Ya, aku butuh uang itu. Dan aku tidak akan pergi sampai kau memberikannya.”Isabella menatap ayahnya penuh kebencian. “Kau benar-benar tidak punya hati, Ayah. Aku tidak akan memberikan apa pun padamu. Keluar dari sini!”Emilia akhirnya bangkit dari tempat duduknya, tubuhnya gemetar karena marah. “Keluar, Hugo. Sekarang juga!” teriak Emilia, matanya menyalak dengan kemarahan yang tertahan terlalu lama.Wajah Hugo berubah merah karena marah, pria itu mela

DMCA.com Protection Status