Home / Fantasi / ELLIA / Georges Hat

Share

Georges Hat

Author: Anonim.ina
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Jauh dari Kota Westinhorn, deretan kendaraan berkapasitas besar terpakir dekat Negeri Gostell, sebuah Negeri yang tandus lantaran terjadi pengerukan tanah besar-besaran. Ini disebabkan kandungan aneka tambang yang besar, terutama emas dan nikel. 

10 kendaraan besar roda 4 yang mengangkut kontainer itu terparkir rapi di hamparan tanah yang di kelilingi oleh rumput-rumput liar sejenis ilalang di dekat aliran sungai berarus besar. Deretan kendaraan itu juga terparkir melingkari sebuah tenda yang besar dan menjulang tinggi. Sementara 3 kendaraan sedang dan satu buah jeep ukuran besar terparkir di depan pohon yang tak berdaun.

Di dalam tenda itu terdapat berbagai hewan yang dirantai dengan besi di 4 arena, 3 ekor Singa, 5 ekor gajah, 2 ekor beruang madu dan 6 ekor kuda zebra. Seorang laki-laki di masing-masing arena tampak beberapa kali melepaskan cambuk pada mereka yang tidak menurut pada perintah yang diberikan. Sedangkan 1 orang laki-laki lainnya di masing-masing arena tersebut membantu mengawasi dan membetulkan gerakan hewan-hewan itu.

Sementara itu, seorang pria bertopi Bowler hitam menghisap cerutu begitu teliti mengawasi dari sebuah kursi di atas mobil yang terparkir di depan pintu masuk. Laki-laki bernama Edhi itu adalah pemiliki usaha jual beli hewan untuk keperluan sirkus, bernama Georges Hat. Ia menampung banyak satwa liar untuk dilatih kepatuhannya, kemudian satwa liar yang sudah kehilangan naluri keliarannya itu dijual ke usaha-usaha sirkus di berbagai Negeri. 

Setelah para Pawang dan Asistennya menyudahi melatih hewan-hewan, Edhi memanggil mereka. Usai membuang asap yang bergumul di mulutnya, Edhi menanyakan mengenai hewan-hewan yang mereka latih, “Sudah sejauh mana perkembangan mereka?”

“Hmm, lebih sulit menjinakkan singa liar kali ini Tuan Edhi,” jawab laki-laki berambut ikal bernama Bareth, yang seorang pawang/pelatih singa. Asistennya yang berdiri di samping Bareth.

Mendengar jawaban Bareth, maka Edhi tak puas. Namun ia tak lekas memarahi Bareth. Ia ingat betul Bareth mengatakan “Kali ini” sehingga mungkin sebelum melatih singa yang sebelumnya mungkin lebih mudah.

Edhi pun bertanya, “Apa perbedaannya? Bukankah mereka sama-sama seekor singa?”

Belum Bareth menjawab, Edi melepas tawa hingga terkekeh. “Mereka masih makan daging kan?” 

Bareth menjawab santai pertanyaan Bosnya itu. Cukup panjang ia menjelaskan, namun tak berbelit-belit,  "Singa yang hidup di alam liar memiliki naluri alam liar sedangkan singa yang tidak berada di habitat aslinya rata-rata tidak memiliki naluri alam liar. Walaupun keduanya masih sama-sama hewan buas."

Edhi menggulungkan kening saat mencerna penjelasan Bareth yang selama ini menjadi pelatih yang khusus melatih singa, harimau dan hewan buas lainnya. Lalu Edhi meminta Asistennya, Cuki untuk mencari daftar keterangan hewan-hewan yang dilatih saat ini. Edhi harus mengingat kembali mengenai asal usul singa-singa itu, apakah ia membelinya dari manusia yang memelihara singa atau dari pemburu yang memerangkap mereka?

5 menit kemudian Cuki membawa sebuah odner map berisi kumpulan data-data dan keterangan asal-usul tiap-tiap hewan yang dimiliki. Usai membuka odner map Cuki si Asisten lekas membalik lembar demi lembar kertas, mencari tanggal pembelian hewan yang tengah dilatih saat ini.

“Tanggal 2 Januari tahun 5200 pukul 3 sore. Lukas dan kawan-kawan. Buruan hidup, 3 singa, 2 harimau, 1 gajah dan 3 berang-berang,” ucap Edhi membaca tulisan di kertas yang ditunjukkan Asistennya.

“Apa kau yakin ini data yang benar?”

“Benar Tuan. Bisa dicek pada kalung yang pakai keempat hewan itu dan chip yang dimasukkan mereka,” jawab Cuki. Lalu mengambil laptop. Setelah menyalakannya dan menemukan dan menyambungkannya pada microchip yang ditanam pada keempat hewan tersebut, maka munculkan identitas mengenai hewan tersebut mulai dari tanggal, tahun dan pukul hewan tersebut didapat. 

Edhi mengangguk-angguk, menyetujui pendapat Bareth bahwa singa yang dilatih oleh Bareth berasal dari alam liar, yang kenyataannya memang demikian. “Baiklah, dugaanmu Benar Bareth. Lalu berapa lama singa-singa itu dapat dilatih?”

“Mungkin bisa sampai 3 bulan atau bisa lebih, Tuan.”

Edhi menghela nafas dalam-dalam, pikirnya ia tak bisa menunggu selama itu. 3 bulan adalah waktu yang lama. Usai membuang nafas Edhi berkata, “Begini Bareth, aku minta pendapatmu, bagaimana bila ada orang yang akan memberimu uang dalam jumlah yang besar dengan syarat kau harus menyelesaikan tugasmu dalam tenggang waktu yang ditentukan olehnya, sementara kau merasa waktu yang diberikan padamu terlalu pendek. Apa yang akan kau lakukan?”

Untuk sekian detik Bareth menarik nafas dalam-dalam seraya memikirkan jawaban dari pertanyaan sang Bos, Edhi. Kemudian, usai Bareth menghembuskan nafas, ia menjawab, “Saya akan mengeluarkan seluruh kemampuan saya, Tuan. Hanya fokus pada proses dan penyelesaian, bukan pada waktu yang diberikan. Dan memastikan tugas yang saya kerjakan tidak bermasalah di kemudian hari.”

Tiba-tiba Edhi menepuk-nepukkan kedua telapa tangan, sangat keras dan cukup lama. Lalu ia bangkit berdiri, melangkah pada Bareth. Di hadapan Bareth ia mengatakan, "Tidak ada pawang binatang buas yang paling bagus di seluruh negeri, kecuali pawang itu hanya ada di Georges Hat. Pawang itu ada di sini di hadapanku."

Edhi menepuk keras pundak Bareth seraya menatap lekat-lekat laki-laki berkulit gelap itu.  “Aku yakin kau bisa membereskannya dalam waktu 3 minggu saja.”

Dan usaha Edhi tak sia-sia. Bareth bangga sekaligus bahagia, sang Bos mendukung dan mempercayai kemampuannya. Dan bila sang Tuan saja mempercayai dirinya bisa berbuat lebih baik, mengapa dirinya harus menyalahkan singa-singa itu? Harusnya ia memacu dirinya supaya lebih mempercayai kemampuan diri, sehingga tak lepas rasa percaya diri. 

Dengan yakin, Bareth mengatakan pada Edhi, bahwa ia akan berusaha menjinakkan singa-singa itu dalam waktu 3 minggu sesuai yang diminta oleh Edhi. Kata-kata itu yang dinanti Edhi dari Bareth sang pawang hewan buas. Ia pun melepas tawa sambil menepuk-nepuk pundak Bareth, lalu menepuk pipi kiri Bareth, sebagai tanda kepercayaan.

Usai menghembuskan nafas Edhi berkata pada 4 pawang dan 4 Asistennya, “Baiklah. Kalian kembalilah, istirahat, sebelum kembali melatih hewan yang lain.”

“Baik Tuan Edhi.” Setelah itu mereka melangkah pergi dari hadapan Edhi.

Kemudian Edhi memanggil 4 anak buahnya yang mengurusi pengadaan hewan-hewan untuk sirkus dan seputar berita mengenai hewan-hewan untuk sirkus. Ia menanyakan berapa jumlah gajah, singa, harimau, kuda, kuda zebra, beruang, beruang hitam, simpanse, monyet, sipder monkey zumba atau lebih dikenal monyet laba-laba yang sudah dan belum dilatih.

Seketika 4 laki-laki yang masing-masing bernama Bomba, Holdan, Mike dan Lindhan serentak menjawab dengan jawaban berbeda, “Lengkap, Tuan.” “Tidak lengkap, Tuan.” “Tidak tahu, Tuan.” “Belum dicek, Tuan.”

Edhi murka mendengar jawaban tak seragam dari mereka. Dengan kesal ia membuang cerutu di bawah kakinya. Kemudian menginjaknya kuat-kuat,“ jawab yang benar!”

Lindhan yang paling lurus pikirannya lekas meluruskan dengan terbata,“Kami belum sempat mengecek mereka Tuan. Karena tadi pagi Tuan meminta kami....”

“Mencari persediaan makanan, Tuan.” Mike terpaksa berbohong, berharap Bosnya percaya dan mereka bisa lekas pergi.

Edhi pun memandang anak buahnya lekat-lekat. Usai membuang nafas, ia lekas berkata, “Sekarang kalian periksa mereka dan segera laporkan. Atau kalian kuhukum menjadi pemain sirkus!”

“Ehhmm sekarang, Tuan?” tanya Mike.

Belum Edhi menjawab, ketiga kawannya lekas menarik Mike, sambil berkata pada Edhi, “Baik Tuan, sekarang kamu pergi mengecek mereka.”

“Tunggu. Berapa banyak makanan yang kalian dapat?” tanya Edhi.

“Ehm sebenarnya kami...,” jawab Lindhan, namun Mike menyela, mengatakan bahwa mereka hanya mendapat sedikit makanan. Hanya beberapa roti.

Edhi pun semakin murka pada mereka berempat. Meminta mereka tak main-main bila bekerja dengan dirinya. “Gunakan tenaga dan otak kalian bila bekerja denganku!”

“Baik Tuan,” jawab keempat anak buah Edhi dengan terbata. Lalu pergi ke kandang-kandang hewan yang berada di dalam truk kontainer. Sementara Edhi kembali menyalakan cerutu dengan bensin, lalu menghisapnya kuat-kuat, sebelum membuang asapnya. 

Tetiba telepon di dalam mobil pribadinya berdering keras. Ia pun meminta Cuki untuk mengangkat telepon. Tak sampai 3 menit Cuki memberikan telepon lawas itu pada Edhi, seraya memberi tahu sang Tuan mengenai si penelpon. Tawa seketika membuncah dari wajah Edhi seraya menyapa seseorang di balik telepon.

“Baik baik, segera akan saya bereskan dalam waktu 1 minggu. Dan saya pastikan anda tidak akan kecewa,” kata Edhi seraya melepas tawa ringan.

“Bagaimana bila hewan yang dikirim bermasalah?” tanya seseorang di balik telepon.

Kemudian dijawab tegas oleh Edhi, “Anda tenang saja. Saya tidak pernah gagal melatih mereka supaya menurut.”

“Ahmm baik saya percaya anda. Mmm tapi bagaimana seandainya.... ”

“Tuan Kosmo akan mendapat ganti hewan yang serupa yang lebih cerdas dan lebih menurut.” Edhi memotong ucapan Tuan Kosmo, seorang pengusaha taman sirkus yang memesan beberapa binatang untuk menambah pasukan pemain sirkus dari kalangan binatang.

                                       *#*

Bomba, Holdan, Mike dan Lindhan sepakat membagi tugas mereka mengecek jumlah hewan dan jenisnya yang masih ada di kandang dan yang sudah siap dijual pada pengusaha sirkus. Bomba dan Holdan memeriksa kontainer-kontainer di sisi Barat, sedangkan Mike dan Lindhan memeriksa kontainer-kontainer di sisi Timur.

Begitu Bomba dan Holdan menarik selot di muka pintu kontainer tetiba terdengar suara mengaum dari dalam kontainer yang gelap. Bomba yang ketakutan lekas menutup pintu kontainer yang sempat ditarik oleh Holdan, hingga menimbulkan suara benturan antar besi-besi pada pintu kontainer.

“Hei hei, apalagi ini?”

 “Apa kau tak mendengar suara mereka?”

“Memangnya kenapa? Suara singa dan harimau ya seperti itu, mengaum! Bukan mengeong.” Di ujung perkataan suara Holdan keras.

“Aaaahh, aku tahu. Jangan bilang kau takut, hai penakut!” Lagi-lagi Holdan mengeraskan suaranya di ujung perkataannya.

“Aku bukan penakut. Tidak pernah takut pada mereka. Aku hanya takut gelap.” Di akhir perkataan, suara Bomba agak pelan.

Seketika Holdan mengemplang kepala Bomba. Lalu ia merogoh bensin dan menyalakannya. Setelah itu sekuat tenaga Holdan membuka pintu kontainer. Namun tiba-tiba bensin di tangannya tejatuh lantaran terlalu lema manyala menyebabkan tangan Holdan kepanasan.

Bomba lekas memungutnya, lalu berkata, “Biar aku yang membawa bensin ini!”

Lalu Bomba melangkah pelan bersama Holdan ke dalam kointainer. Terdapat tiga kandang di dalam kontainer itu. Masing-masing kandang diisi oleh 2 harimau dan 1 singa yang telah dilatih oleh Pawangnya. 

Begitu ada cahaya dari bensin di dalam gelap kontainer, hewan-hewan buas di dalam kandang bergegas mendekat sambil mengaum-ngaum. Bomba dan Holdan tertawa terkekeh melihat ketiga hewan buas itu. Kemudian mereka meledek dengan memancing-mancing kegarangan hewan-hewan itu. 

Tiba-tiba bensin di tangan Bomba padam lataran tiupan angin dari auman harimau dari balik kandang berjeruji besi. Sontak Bomba dan Holdan panik, berlarian menuju cahaya di paling ujung sampai terjatuh-tajuh begitu begitu melewati pintu kontainer. Setelah menutup pintu kontainer sebuah kertas jatuh di hadapan mereka.

Holdan pun memungut, lalu membaca tulisan di kertas itu, “2 harimau, 1 singa. Selesai masa pelatihan. Siap dikirim.”

Seraya menghembuskan nafas Holden menepuk dada Bomba, meminta kawannya itu membaca tulisan di kertas  yang dihimpitkan ke dada Bomba. Harusnya tugas mereka tidak seberat yang mereka pikir bila mereka lebih teliti. Tuan Edhi hanya meminta mereka mendata jumlah hewan yang belum dilatik dan sudah dilatih yang ada di dalam kandang, yang ternyata jumlah hewan-hewan itu sudah ditulis di atas kertas yang menempel di depan pintu kontainer.

                                       *#*

Usai melaporkan jumlah hewan yang ada di dalam kandang, Edhi memerintahkan Bomba dan Mike membeli bahan makanan untuk pekerja Georges Hat. Sedangkan Holden dan Lindhan diperintahkan untuk mengawasi 5 pekerja kasar dalam menyiapkan makanan sekaligus memberi makan semua  hewan.

Mike memacu mobil jeep dengan atap yang bisa ditutup buka. Tak lupa ia membawa telepon genggam dan mengaktifkan peta pada layar monitor yang terdapat di mobil itu. Bomba yang begitu lelah tertidur di samping Mike yang mengemudi.

Kantuk pun perlahan mendekap kedua mata Mike ketika melaju di jalan asal yang lurus. Jalan satu-satunya ini membelah daratan tandus lagi berbatu. Tetiba kesal dirasa Mike melihat jalan di hadapannya yang tak kunjung berujung.

Sampai-sampai Mike memaki-maki sambil menghentakkan tangan kanannya di atas kemudi. “Jalan apa ini!”

Sontak gertakan kekesalan Mike, membangunkan sekaligus mengagetkan Bomba yang tengah tertidur. “Ada apa Mike, ada apa?”

Lalu Bomba memandang jalan lurus yang tak ada satu pun kendaraan yang melintas, hamparan tanah tandus lagi berbatu di kanan kiri jalan tanpa ada satupun rumah. “Tempat apa ini Mike? Apa kau tak salah jalan?”

“Kau lihat sendiri pada monitor. Aku hanya mengikutinya.”

Bomba lekas mengalihkan kedua matanya pada layar monitor. Usai mengotak-atik, mengecek riwayat perjalanan mereka, Bomba berkata keras, “Kau tak salah? Mengapa kau tempuh jalur ini? Harusnya kau lurus, bukan belok kanan!”

Mike yang tak terima lekas menyangkal bahwa ia salah memilih jalan. Ia hanya mengikuti apa yang dikatakan dan ditunjukkan oleh peta di monitor itu.

Melihat kawannya masih memacu mobil ke arah yang menurutnya salah, Bomba kembali berkata keras, “Mike, hentikan mobil ini, dan putar balik. Kita menempuh jalan yang salah.” 

“Kau tak sungguh-sungguh kan? Jelas-jelas ini jalan yang benar sesuai dengan peta,” ujar Mike.

“Baik, lihat ini.” Bomba menunjukkan riwayat perjalanan mereka. Di peta itu mobil bergerak ke arah Utara, seharusnya belok ke arah Timur bukan ke arah Barat.

Namun, Mike tak menghiraukan penjelasan Bomba. Ia begitu yakin bahwa jalan yang ditempuh saat ini adalah jalan yang benar, menuju Kota Herbone di sisi Timur. Herbone adalah sebuah Kota di suatu Negeri yang saat ini dilanda musim hujan. Sehingga, dipastikan terdapat banyak buah-buahan, sayuran dan daging yang melimpah. Apalagi karena penduduknya mayoritas adalah petani.

Bomba pun naik pitam. Ia begitu kesal melihat Mike tetap memacu mobil jeep ini dan tak mendengar apalagi melihat yang ia jelaskan di monitor. Terpaksa Bomba menghentikan laju mobil dengan cara yang kasar. Ia berebut kemudi dengan kawannya, Mike. Karena itu mobil jeep itu melaju oleng dengan kecepatan tinggi. Dan perdebatan Mike dan Bomba terus terjadi selama itu. Masing-masing tak ada yang mau mengalah. Perkelahian pun tak dapat ditolak.

Hingga laju mobil jeep tiba-tiba melenceng dari jalan aspal. Kemudian menyasar tanah tandus dengan serakan bebatuan. Seketika Bomba dan Mike terkejut bukan main. 

“Mike!!! stop stop stop...,” teriak Bomba pada Mike.

“Ssrrraaaakkkk....” Suara ban mobil menyeret tanah tandus berbatu ketika direm mendadak. Hingga Bomba terjungkal ke kaca depan. Hanya Mike yang selamat lantaran masih mengenakan save belt.

“Sial!” Mike memukul kemudi. Sementara Bomba tampak mengaduh, menyeringai kesakitan, lalu ia duduk bersandar di kursi.

“Hei Mike, lihatlah layar,” ucap Bomba sambil menyeringai dan mengusap pundaknya yang sakit.

Tanpa mengatakan apapun Mike melihat layar monitor. Riwayat perjalanan mobil jeep dari Georges Hat menuju kota Herbone, kota yang lebih dekat dengan posisi Georges Hat saat ini. Namun lantaran kecerobohan Mike dalam membaca dan mengemudikan mobil, sehingga mereka malah bergerak jauh ke arah berlawanan, ke arah Barat yang masih dilanda musim kemarau.

Mike menggelengkan kepala, menghembuskan nafas, lalu kepala dan tubuhnya jatuh tertelungkup di atas kemudi. Bomba berusaha menguatkan Mike dengan mengusap-usap bahunya, mengatakan masih ada banyak waktu untuk pergi ke kota Herbone. Bomba pun meminta Mike memindahkan mobil jeep ke jalan aspal.

“Ini semua gara-gara kau tidur terus,” ujar Mike. Lalu memacu mobil menuju jalan asal.

“Iyaaaa maaf Mike. Aku lupa kalau kau itu selalu ceroboh membaca peta,” kata Bomba. Dengan kesal Mike kembali menginjak rem. Mobil jeep itu pun kembali berhenti satu meter di depan jalan aspal. 

Mike hendak meluapkan kekesalannya lagi. Namun kali ini pikirannya tidak berliku. Ia pun mampu menenangkan diri. Dan kembali memacu mobil jeep. Namun, lagi-lagi mobil jeep berhenti ketika ban depan mobil baru menginjak aspal. Setelah dicek ternyata mobil mereka kehabisan bensin. Seketika meleleh seluruh tenaga yang dimiliki Mike dan Bomba.

“Mati kita...,” ucap Mike sambil menepuk kening, lalu memukul kemudi.

Mobil jeep tak menyala sama sekali. Namun layar monitor masih berfungsi untuk beberapa menit. Bomba menggunakan sisa waktu hidup pada monitor itu untuk melacak tempat terdekat, berharap semoga ada pom bensin atau rumah warga yang memiliki tangki bensin. Tetiba Bomba membuka kedua matanya begitu melihat di layar monitor ada dua buah rumah yang berdekatan di arah Barat, sekitar 20 sampai 40 meter. 

Usai menjelaskan pada Mike mengenai keberadaan rumah yang terdekat dengan mereka di sisi Barat, Bomba mengajak Mike mendorong mobil di jalan aspal, hingga sampai rumah itu.

“Mungkin saja rumah itu memiliki tangki bensin.”

“Yang terpenting bensinnya bukan tangki bensinnya,” kata Mike dengan muka datar.

“Eh tapi...bagaimana bila itu rumah kosong, atau hanya gudang?” Mike mendadak bimbang.

“Aaah, sudahlah yang penting dicoba dulu,” kata Bomba, lalu melanjutkan, “Mmm baik begini saja, aku akan pergi ke sana, dan kau menanti di mobil ini.“

Namun Mike menolak Bomba pergi ke rumah yang belum terlihat di mata. Mike pun menawarkan dirinya yang pergi, sementara kawannya itu yang menanti di mobil.

“Tidak Mike. Aku tidak mau di sini. Kau lihat di mobil ini tak ada air setetes pun. Bisa mati kekeringan aku menunggumu,” kata Bomba.

Bomba mengusulkan bagaimana bila mereka bedua pergi ke rumah itu. Namun, Mike menolak keras. Ia berkata, “Kau gila, bisa-bisa mobil ini yang hilang. Dasar!”

Lalu melanjutkan, “Kalau begitu kita berdua mendorong mobil ke rumah itu!”

“Nah... itu baru aku setuju.... ”

Dua pasukan Georges Hat, Mike dan Bomba yang mencari bahan makanan, harus tersesat di negeri yang dilanda kemarau panjang. Mereka mendorong mobil lantaran kehabisan bensin di bawah terik matahar, menuju dua rumah yang belum tampak. Berharap rumah yang terdekteksi di layar monitor mobil itu bukan rumah kosong berhantu ataupun gudang tanpa penghuni dan pemilik.

Related chapters

  • ELLIA   Buah Kecerobohan

    Langit melepuh di penghujung waktu menjelang terbenamnya matahari. Kebun binatang Planet Zoo melepas senja dengan nada yang sendu. Jeritan berbagai jenis burung-burung di sangkar raksasa. Nyanyian berbagai jenis bangau di tepi danau buatan. Lirikan tajam para elang bondol sambil sesekali memekikkan suara. Auman berbagai jenis singa dan harimau hingga cheeta. Ringkikan dan dengusan berbagai jenis kuda. Dengusan dan erangan hewan berleher panjang dengan kulit bermotif bintik besar alias kumpulan jerapah. Nyaringnya suara kuda nil. Terompet yang melengking dari gajah-gajah. Celotehan berang-berang yang tak ingin lekas naik dari aliran air. Buaya-buaya yang tenang mengintip di dalam ketenangan air. Auman berbagai jenis beruang mulai dari beruang hitam amerika, beruang cokelat, panda mata hitam dan panda merah, beruang madu, beruang sloth, beruang andes, beruang hitam asia. Pekikan berbagai jenis monyet dan orangutan bahkan simpanse hingga gorila. Suara kunyahan

  • ELLIA   Buntut Kepanikan

    “Dari mana saja kalian!” Edhi berang dengan kedua anak buahnya, Mike dan Bomba yang menghilang tanpa kabar. Mereka juga baru kembali ke Georges Hat pada tengah malam tanpa membawa bahan makanan seperti yang telah diperintahkan pada mereka.Mike dan Bomba tak lekas menjawab kemarahan Bosnya. Mereka berdua mendadak bingung dengan apa yang harus dijelaskan. Semuanya terjadi karena kesalahan mereka berdua, Mike yang salah membaca peta dan Bomba yang harusnya mengingatkan malah tertidur pulas. Hingga mereka berdua tersesat di tempat yang kering, gersang, bertanah merah lagi berbatu, seperti tanah di planet Mars. Namun anehnya jalan aspal yang membelah tempat itu begitu mulus dan cukup lebar.Kini mereka berdua terdiam dengan muka kecel dan lecek. Di kepala mereka berdua hanya ada bagaimana memutus kemarahan Bos mereka yang gampang marah. Padahal mereka hanya terlambat sedikit dari batas waktu yang ditentukan olehnya.Bomba yang merasa sa

  • ELLIA   Ledakan Dua Bibir

    “Bomba Mike apa-apaan ini?” Edhi kembali murka begitu mengetahui dari tangki mobil jeep miliknya tercium bau solar. Bahkan terdapat 1 jeriken di bagasi jeep berwana hitam itu.Tak pelak Bomba dan Mike lari kalang kabut menghadap Edhi, begitu mendengar suara Edhi yang begitu keras. Di hadapan Edhi mereka tertunduk lesu lantaran kelelahan.“Ayo jelaskan, apa yang kalian lakukan dengan mobil ini!”“Kami hanya membuatnya melaju lagi, Tuan.”“Melaju lagi? Apa maksud kalian!”Mike segera menceritakan, bahwa kemarin siang mereka tersesat dan kehabisan bensin di tengah perjalanan. Karena tak membawa persediaan bensin, jadi mereka menggunakan solar milik seorang kakek.“Mengapa kalian tidak menjelaskannya tadi malam!”“Karena Tuan Edhi meminta kami segera membersihkan kandang-kandang dan hewan-hewan yang akan dikirim pada Tuan Kosmo dan

  • ELLIA   Memandang Lebih Dekat

    Dering telepon di meja kerja Kepala Utama Kebersihan dan Logistik Satwa diangkat oleh Mrs. Vaeolin yang tengah memeriksa beberapa berkas. Setelah mengetahui si penelepon tetiba Mrs. Vaeolin meletakkan berkas-berkas di tangan kirinya. Lalu serius menyimak yang disampaikan oleh si penelepon.Mr. Jhoan, Sektretaris Pemerintah Kota Westinhorn mengabarkan, pertama, Wali Kota Westinhorn meminta Penanggungjawab Planet Zoo melaporkan mengenai jumlah satwa di kebun binatang Planet Zoo berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin. Kedua, Senat dan Parlemen Pemerintah telah memilih Manajer yang layak memimpin Planet Zoo ke arah yang lebih baik sesuai dengan misi Pemerintah Kota Westinhorn.Mr. Jhoan juga mengatakan bahwa pihaknya telah mengirimkan surat, ditujukan pada Mrs. Vaeolin yang menjadi penanggungjawab Planet Zoo selama ini. Setelah telepon ditutup, Mrs. Vaeolin bergeming di kursi kerjanya. Tatapannya begitu tajam, seakan menggambarkan ketidaksetujuannya

  • ELLIA   Mendekap Waktu

    Langit pagi yang terik terbentang luas di atas Georges Hat. Menabuh genderang pada pasang-pasang mata yang terpejam di dalam tenda. Termasuk pada Edhi, penguasa Georges Hat. Kecuali,si Juru Masak Eric, pekerja kasar dan seorang pemuda berambut ikal yang tempo hari menyusup ke dalam mobil jeep.Pemuda berusia 20 tahun itu bernama Jack. Hanya Jack. Jack adalah pemuda yang bertahan hidup di Gostell, sebagai supir yang mengemudikan mobil-mobil besar dan alat-alat berat. Jack juga memiliki keahlian di dunia mesin, walau ia bukan tamatan sekolah permesinan. Bahkan Jack tak pernah mengenyam bangku sekolah.Jack pemuda yang mudah bosan dengan bidang kerja yang ia jalani, bila ia sudah bisa mengusainya, bahkan ahli. Ia pergi dari Gostell lantaran ingin melihat sisi dunia selain yang tampak di Gostell. Karena itu, kemarin ia menyelinap masuk ke dalam sebuah mobil jeep yang pintu-pintunya tidak dikunci di sebuah bengkel mobil. Namun sialnya, mobil

  • ELLIA   Kesempatan Tak Ternilai

    Georges Hat bertambah ramai dengan kehadiran 3 ekor sapi, 3 ekor kambing dan 10 ekor ayam. Selaku orang yang diserahi kepercayaan oleh Edhi, Eric rajin memberi makan semua jenis hewan ternak itu. Supaya mereka bisa menikmati sisa hidup sebelum menjadi sajian makan malam yang lezat.Eric, sang Juru Masak masih duduk terdiam mengayun-ayunkan sebilah pisau tajam seraya memandang sapi, kambing dan ayam-ayam. Dalam kepalanya ia sibuk memilih, siapakah yang akan dipotong dan dimasak lebih dulu?“Sepertinya memanggang daging yang tebal dan besar bisa cukup selama... 4 sampai 6 hari,” lirih Eric.“Atau yang kecil-kecil itu dihabiskan terlebih dulu. Mmm tidak tidak. Yang kecil-kecil lebih baik dipelihara, supaya... di Georges Hat ini juga bisa menjadi peternakan ayam. Wow, sampai jumlah yang sangat banyak. Tuan Edhi pasti senang, bila ada pemasukan tambahan. Lagi pula mereka juga bisa menjadi hidangan pembuka bagi hewan-hew

  • ELLIA   Petak Umpat

    “Indahnya hari ini... indahnya pagi ini... Planet Zoo... Planet Zoo... Planet Zoo... menyibak indahmu pada awal hari... kabut-kabut meleleh... air-air menetes... Planet Zoo... Planet Zoo.... ” Sepotong nyanyian di dalam hati Ellia sebelum memulai pekerjaannya di Planet Zoo di bagian kebersihan kandang satwa.Dalam mengawali hari-harinya sebagai pekerja kebersihan Satwa, Ellia mendapat mentor yang bernama Joshy. Joshy adalah seorang pekerja perempuan yang hampir 30 tahun ditempatkan di bagian kebersihan Satwa. Di usianya kini yang hampir 50 tahun, Joshy adalah pekerja senior yang sudah malang melintang dengan dunia satwa. Ia juga penemu beberapa trik tipuan untuk mengalihkan satwa-satwa yang kandangnya hendak dibersihkan.Tak diduga, sebelum mengajarkan cara membersihkan kandang-kandang satwa yang tersebar di sejumlah tempat di Planet Zoo, Joshy malah meminta Ellia membersihkan kandang kuda khusus kuda-kuda yang digunakan pekerja kebun binatang d

  • ELLIA   Setengah Mati

    Robert MT, Manajer terpilih dari hasil tes dan wawancara yang diadakan Pemerintah Kota Westinhorn hadir untuk pertama kali di kebun binatang Planet Zoo. Kedatangan Robert pagi itu bersama 4 anggota Pengawas dan Pembina sekaligus perwakilan anggota Parlemen Pemerintah Kota Westinhorn, disambut hangat para petinggi kebun binatang Planet Zoo. Kecuali Mrs. Vaeolin.Saat semua yang bertatap muda dengan Robert memberikan tepuk tangan diiringi senyum menawan nan hangat, hanya Mrs. Vaeolin yang bermuka dingin. Bahkan ia tak memberikan aplaus pada laki-laki yang dekat dengan kalangan pengusaha dan pejabat pemerintah itu.Begitu melewati gerbang Selatan, mereka berlima disambut riuh suara aneka Satwa yang menjerit, memekik tinggi, dan meringkik-ringkit. Udara segara seketika terhirup oleh mereka. Udara yang tak didapat di kota-kota besar atau bahkan di wilayah gersang lagi tandus.Di aula yang terdapat di zona kantor, Mr. Rafael memberi sambutan pe

Latest chapter

  • ELLIA   Pondasi Memulihkan Bumi

    Riuh warga Kota Westinhorn menyeruak begitu Mrs. Vaeolin keluar dari gedung parlemen pemerintah kota westinhorn. Sorak-sorak bahkan tangis mengalir di dalam gemuruh tepuk tangan. Mereka begitu mencintai sosok perempuan berusia 50 tahun itu. wanita yang tegas dan di segani siapapun terutama menyangkut kebun binatang planet zoo.Kini, warga Westinhorn tak lagi terpecah seperti sebelumnya. Setelah kebenaran terungkap, mereka pun bersatu. Mereka berharap dengan kembalinya mrs. Vaeolin maka permasalahan kebun binatang yang menjadi ikon kota westinhorn akan terselesaikan. Dan mereka dapat kembali menyaksikan kedamaian menyaksikan tingkah laku satwa-satwa yang pernah menghuni seluruh hutan yang pernah ada di dunia. Setelah Mrs. Vaeolin berdiri di depan mic, Ellia melangkah malu-malu di belakang Mrs. Vaeolin. Mr. Cruise meminta Ellia untuk mendampingi Mrs. Vaeolin. Ia menganggap Ellia begitu berjasa karena berhasil mengungkapkan penjahat utama yang ingin menjarah harta berharta milik Westi

  • ELLIA   Kembali Pulang

    Matahari terbit lebih awal di hari itu. Berita tak terduga diterima Mrs. Vaeolin di tahanan Dry Land Cave. Kepala rumah tahanan itu telah mengajukan peningkatan hukuman bagi Mrs. Vaeolin, dari semula ditahan seumur hidup menjadi hukuman mati. Pengadilan Westinhorn telah menyetujui. Bahkan keputusan pengadilan telah keluar sebelum sebelum komunikasi dari pihak pengacara Mrs. Vaeolin. Para pendukung Mrs. Vaeolin kembali kecewa dengan putusan pengadilan. Padahal mereka berharap dengan ditemukannya orang-orang yang hilang pada saat kejadian huru-hara pertama di planet Zoo, maka Mrs. Vaeolin akan dibebaskan. “Ini tidak adil!” seru pengunjuk rasa. “Pengadilan buta. Hakim buta dan tuli!” teriak para pengunjuk rasa. “Bebaskan bebaskan bebaskan Mrs. Vaeolin! Bersihkan namanya!” sorak-sorak pengunjuk rasa. Suara sirine polisi mengoyak pasang telinga setiap orang di depan pengadilan. Para polisi bergerak cepat menembus para pengunjuk rasa. Di tengah kerumunan itu juga terlihat asisten Mrs. V

  • ELLIA   Sambutan Tak Terduga

    Malam bertambah larut. Hampir berganti hari ketika jam menunjukkan pukul 12 malam kurang 15 menit. Dan kini keadaan di kebun binatang Planet Zoo telah kembali normal. Badai angin berangsur-angsur pergi menghilang. Dan tentunya semua orang yang menyaksikan malam itu tak mengetahui kemana perginya sang badai yang menakutkan itu.Kini polisi dan tentara semakin banyak yang masuk ke dalam area kebun binatang yang menjadi ikon Kota Westinhorn. Mereka menyisir lokasi hingga menangkap orang-orang yang terlibat keonaran. Dan pastinya mereka masih memburu tahanan yang kabur dari Dry Land Cave. Mereka juga membantu para polisi yang terjebak di dalam Planet Zoo selama terjadinya badai yang mengerikan. 20 orang anak buah Robert dan para pekerja Georges Hat yang lemas diringkus termasuk Cuki dan Eric. Cuki bahkan hampir tak sadarkan diri ketika dibawa polisi.Namun, ia sempat mengigau, berkata, “Tuan Edhi, apa kau sudah kembali? Aku dan para pekerja datang menyambut kepulanganmu.”“Angkat tangan

  • ELLIA   Kemenangan Yang Menyedihkan

    Benar dugaan Paman Hery. Lubang hitam yang menjadi pintu ke dunia lampau itu kian mengecil. Badai pun ikut melemah. Dan jangkauannya tak seluas semula.Bahkan kini para polisi dan tentara yang berada di luar area Planet Zoo memutuskan bergerak masuk ke dalam Planet Zoo. Komandan mereka mengintruksikan pada pasukannya supaya tetap bersabar menanti celah untuk mendekati sumber badai itu.“Tetap utamakan keselamatan! Ini hanya masalah waktu,” tambah komandan tentara.Sementara itu, masih banyak polisi yang terjebak di tengah badai di dalam Planet Zoo. Mereka tak berani pergi dari persembunyian karena khawatir badai akan tiba-tiba menguat dan menggulung mereka. Namun, beberapa polisi ternyata keluar dari persembunyian untuk pergi memeriksa.5 tentara pergi ke tempat terjadinya ledakan pertama, karena badai dirasa melemah di wilayah terjadinya ledakan pertama. Mereka pun menemukan bangkai helikopter yang sudah hangus dan mengepulkan asap hitam. Setelah didekati, mereka menemukan seorang p

  • ELLIA   Pertarungan Yang Berubah Menjadi Perlombaan

    Paman Hery masih sekuat tenaga menahan goncangan dari jam pasir kuno. Walau tak ada badai menerpa dirinya, namun ia jam pasir di kedua tangannya dapat dikatakan cukup berat. Ia sendiri masih tak mengerti mengapa jam pasir yang bisa menjadi seberat itu.1 jam waktu yang dimiliki Mrs. Vaeolin untuk pergi menyusul Ellia ke dalam dunia di dalam jam pasir itu. Bila ia tak kembali tepat waktu maka mereka tak bisa kembali ke dunia nyata. Karena jam pasir tak akan membuka tiga kali dunia yang sama.Malam itu juga pasukan tambahan dari kepolisian dan tentara pemerintah Kota Westinhorn berdatangan. Truk-truk dan helikopter telah bergerak dari markas. Sebagian truk yang mengangkut tentara dan polisi sudah tiba di area wilayah sekitar kebun binatang Planet Zoo yang luasnya mencapai puluhan hektar. Sedangkan helikopter yang terbang di sekitar kebun binatang itu tak berani bergerak maju lebih ke dalam lantaran badai angin yang menelimuti kebun binatang itu.Tak hanya aparat dan para wartawan yang m

  • ELLIA   Berhadapan

    “Apalagi ini?” lirih Ellia manakala melihat sebuah lubang hitam bertambah besar dari semula yang berupa titik.“Ellia, bagaimana ini. hewan-hewan itu sudah mulai keluar.” John begitu panik.“Dan apa itu?” John menunjuk sebuah lubang hitam raksasa sejauh 200 meter di hadapan mereka. Kemudian sesosok manusia melangkah ke keluar dari dalam lubang hitam itu.“Ellia, kau pergi saja bersama John dan Jerry. Aku akan menghadang mereka,” kata Jack seraya menatap Ellia dengan cemas.“Mereka hanya menginginkanku,” lanjut Jack.“Pergi kemana maksudmu Jack!” sela John.“Kita terkurung!” lanjutnya.“Kita pergi bersama, Jack. Karena kita akan pulang bersama,” kata Ellia.Kemudian John menoleh pada lubang hitam itu, maka dilhatnya kini puluhan hewan buas menemani langkah sesosok manusia itu. Ia hampir pingsan karena ketakutan yang luar biasa. Bagaimana tidak, di kanan dan di kiri mereka terdapat hewan-hewan buas yang hendak menyerang.John pun menangis meraung-raung. I berucap, “Apakah daging kita te

  • ELLIA   Terdesak

    Kedua mata Mrs. Vaeolin terbuka lebih lebar manakala melihat pasir terakhir akan jatuh. Sementara Paman Hery belum juga datang. Bila ia sendiri yang menahan jam pasir itu, maka ia tak dapat memantau ketika waktu habis. Tak diduga Paman Hery melompat dari belakang diri Mrs. Vaeolin. Ia mencoba meraih jam pasir itu. Dan tepat sekali, ketika jam pasir itu menciptakan badai bercampur cahaya yang berputar maka Paman Herry telah menggenggam jam pasir itu. Namun, tiba-tiba Robert melompat ke arah jam pasir itu. Ia mencoba merebut jam pasir kuno dari tangan Paman Hery. Robert sudah mendengar cerita mengenai jam pasir itu dari Max dan Durrel. Jam pasir kuno itu mampu menelan siapapun yang masuk ke dalamnya. Dan tidak memungkiri pula, jam pasir itu dapat mengembalikan Ellia, gadis kebun binatang yang menjadi saksi kejahatannya. Karena itu Robert ingin menggagalkan rencana Mrs. Vaeolin dan Paman Hery.“Berikan jam ini padaku!” Robert geram.“Kau yang menyingkir. Atau aku akan membuangmu ke dal

  • ELLIA   Menanti Keajaiban

    Polisi dan tentara dikerahkan untuk mengepung kebun binatang Planet Zoo. Sesuai dengan pernyataan 6 orang yang telah diamankan dari Georges Hat, bahwa tersangka buronan dari tahanan Dry Land Cave pergi ke kebun binatang Planet Zoo. Karena itu pihak kepolisian meminta bantuan tentara yang dimiliki Westinhorn untuk mengepung kebun binatang itu.Sesampainya di Planet Zoo, kedatangan puluhan polisi dan tentara mengejutkan orang-orang yang berseteru. Bahkan perkelahian antara anak buah Edhi dan pekerja Georges Hat yang dibantu pasukan patroli sempat terhenti ketika polisi dan tentara mengepung mereka. Bahkan helikopter yang terbang di atas mereka menyorotkan cahaya terang pada orang-orang yang bertikai di planet Zoo.“Kalian sudah terkepung. Jatuhkan senjata dan angkat tangan kalian semua!” seru komandan polisi di balik megaphone.Pilot yang mengemudikan helikopter itu mendapat perintah untuk menyisir tiap sudut kebun binatang itu. Sementara para polisi dan tentara mengamankan orang-orang

  • ELLIA   Saling Serang

    Tak diduga Ellia melempar sekepal salju ke muka John. Akibatnya John terkejut dan lengah. Ellia akhirnya mampu melepaskan cengkraman John dari lengannya. Ia pun bergegas menghampiri Jack. John berusaha mengejar, namun Jerry menarik bajunya. Ia meminta John tak pergi kemanapun. Lebih baik John mengawasi mereka dari tempatnya kini.“Lepaskan aku. Ellia dalam bahaya!”“Bukankah, Jack dan Edhi berada jauh dari anak buah Edhi?” bisik Jerry.John pun menggulungkan kening. “Tapi aku sangat khawatir.”“Dan kau? Tak biasanya kau bersikap begini!” lanjut John seraya menatap Jerry dengan penuh curiga.Dengan wajah datar Jerry berkata, “Kau salah. Aku masih sama seperti dulu. Hanya saja... aku tak ingin melihat Ellia... kembali sedih.” “Tapi kau malah membuatnya celaka!” maki John. Ia pun menyeringai sambil mengawasi Ellia.Sementara itu, kedatangan Ellia membuyarkan rayuan Edhi. Wajahnya kini dipenuhi dengan sakit hati. Ia tak rela Jack bersama dengan gadis itu, gadis yang sudah menggagalkan re

DMCA.com Protection Status