Langit melepuh di penghujung waktu menjelang terbenamnya matahari. Kebun binatang Planet Zoo melepas senja dengan nada yang sendu. Jeritan berbagai jenis burung-burung di sangkar raksasa. Nyanyian berbagai jenis bangau di tepi danau buatan.
Lirikan tajam para elang bondol sambil sesekali memekikkan suara. Auman berbagai jenis singa dan harimau hingga cheeta. Ringkikan dan dengusan berbagai jenis kuda. Dengusan dan erangan hewan berleher panjang dengan kulit bermotif bintik besar alias kumpulan jerapah. Nyaringnya suara kuda nil. Terompet yang melengking dari gajah-gajah.
Celotehan berang-berang yang tak ingin lekas naik dari aliran air. Buaya-buaya yang tenang mengintip di dalam ketenangan air. Auman berbagai jenis beruang mulai dari beruang hitam amerika, beruang cokelat, panda mata hitam dan panda merah, beruang madu, beruang sloth, beruang andes, beruang hitam asia. Pekikan berbagai jenis monyet dan orangutan bahkan simpanse hingga gorila. Suara kunyahan unta-unta makan seraya terkantuk-kantuk. Desisan jenis-jenis ular, baik ular berbisa maupun tidak berbisa.Dan masih banyak lagi hewan-hewan di kebun bintang Planet Zoo, yang semuanya memekik, mengaum, menjerit, mengerang, merintih, mendesisi, melonglong di kala langit senja menjemput datangnya malam.
Dan hingga sore itu Ellia masih berada di kebun binatang Planet Zoo. Di ruang Unit Kebersihan dan Logistik Satwa, Ellia menghadap asisten Kepala Utama Kebersihan dan Logistik Satwa usai Mrs.Vaeolin mencatat nama Ellia dalam daftar Pekerja yang melakukan kesalahan di papan pengumuman dalam ruangan itu.Sementara Mrs. Vaeolin melakukan pengecekan kebun binatang dengan menunggangi kuda, Asistennya yang bernama Fredy menjelaskan singkat pada Ellia, “Ellia, lembur selama 6 jam mulai pukul 6 sore sampai 12 malam. Tugas; membersihkan, dan merapikan berkas-berkas, map-map dan odner map yang tersimpan di 3 lemari.”
Walau sedih harus menerima lembur sebagai hukuman di hari pertama bekerja, namun Ellia bisa bernafas lega. Pikirnya, menghabiskan waktu di ruangan ini untuk merapikan dan membersihkan lemari dan tumpukkan map dan odner map dari debu adalah hal yang mudah baginya, tak jauh beda dengan rutinitasnya pada pagi hari di rumah sang Kakek sebelum turun ke lantai 1.Saat jeda istirahat sebelum memulai lembur pada pukul 6 petang nanti, Ellia duduk di bangku kantin yang dikelola Paman Dardar bersama beberapa pekerja kantin yang tak lain masih ada hubungan saudara. Kantin bernama Bangau ini adalah kantin khusus pegawai yang akan buka 24 jam nonstop. Setelah sepiring spageti dan segelas air mineral yang dipesan datang ke hadapan Ellia, tetiba gadis berkulit putih susu itu bermuka sendu. Duduk seorang diri seraya menatap spagety, membangkitkan kesedihan dalam diri Ellia. Ia menyesali apa yang dilakukannya, hingga membuahkan hukuman dari Mrs Vaeolin. Sesaat kemudian Ellia menghembuskan nafas. Pikirnya, ia masih diuntungkan lantaran hukuman lembur hanya selama 1 hari satu malam saja, bahkan hanya 6 jam saja. Padahal menurut para pekerja lapangan senior, Mrs. Vaeolin biasanya menghukum lembur lebih dari 12 jam. Lalu pikirannya beralih pada ingatan sang kakek dan nenek di rumah. Tetiba sedih yang mendalam menguras air matanya dan merongrong hatinya, memikirkan orang-orang terkasih di hidupnya. Pasti mereka bertanya-tanya, mengharapkan dirinya segera pulang.Andai ada telepon, mungkin dirinya akan segera mengabari Kakek Jack dan Nenek Emi mengenai keberadaan dirinya. Mmm ah! Namun itu tidak mungkin, walau dirinya bisa meminjam telepon, tetapi sang Kakek tak memiliki telepon di rumah.Membahas mengenai telepon, Ellia pun teringat sang kakek pernah mengatakan sebuah cerita turun temurun, bahwa pemerintah Kota Westinhorn melarang penggunaan telepon yang menggunakan jaringan internet berkecepatan tinggi yang bisa memacu radiasi melintas di langit Kota Westinhorn. Karena itu Pemerintah kota Westinhorn membatasi kecepatan jaringan komunikasi termasuk internet yang melintas di langit Westinhorn. Kata Kakek, mungkin kecepatan jaringan di Westinhorn ini sudah ketinggalan jaman, namun lantaran kemerataan sinyal jaringan X di seluruh wilayah Kota Westinhorn maka kecepatan jaringan ini begitu kuat digunakan di Westinhorn. Dan yang terpeting masih tergolong aman.Kata kakek juga, Pemerintah Kota Westinhorn hanya berusaha mengendalikan ketergantungan warganya pada teknologi berlebih, yang dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat malah akan menimbulkan bahaya radiasi. Seperti itulah yang pernah dialami oleh penduduk di bumi 200 tahun yang lalu.Cerita paling penting yang selalu diulang-ulang turun temurun hingga sampai pada Kakek, bahwa 200 tahun sebelum tahun 5200, penduduk bumi terkena sasaran radiasi dari kemajuan pesat teknologi berupa jaringan internet. Banyak manusia mati terkena radiasi. Dan bumi pun menjadi lengang lantaran tingkat kelahiran tak sebanding dengan tingkat kematian. Dampak lainnya adalah tanah tandus lagi gersang di banyak Negeri yang kini sudah umum dan lumrah.Saat ini bukan hanya jaringan internet dan telepon, pemerintah Kota Westinhorn bahkan membatasi penggunaan mobil yang memakai bahan bakar minyak bumi. Bisa jadi suatu saat nanti hanya mobil listrik yang diperbolehkan. Tentu dengan catatan, penggunaan mobil listrik tak menimbulkan bahaya radiasi.Ellia duduk memangku dagu di depan piring spageti yang belum tersentuh. “Kakek...Nenek... maafkan Ellia... tolong jangan khawatirkan Ellia, jangan tidur di sofa hanya untuk menanti Ellia. Ellia akan segera pulang.” Ellia menghela nafas dalam-dalam. Lalu meneliti jam dinding di dalam kantin itu. Ketika Ellia membuang nafas seraya mengalihkan sorot matanya, tanpa terduga pandangannya tertuju pada seseorang yang ia kenal pertama kali di Planet Zoo. Siapa lagi kalau bukan Security yang ia panggil Om John.
Seketika Ellia mendapat ide. Buru-buru ia meminta selembar kertas dan meminjam bulpoin pada kasir di kantin. Di samping piring spageti yang masih utuh, Ellia menulis pesan singkat untuk sang nenek dan kakek. Di dalam pesan itu Ellia menyebutkan bahwa, dirinya akan pulang terlambat sekitar pukul 1 malam. Ellia juga meminta mereka tak mengkhawatirkan dirinya.
Tergesa Ellia mengejar Om John si Security yang telah keluar dari kantin. Di hadapan Om John Ellia menundukkan tubuh dan kepalanya seraya berkata, “Om Security, tolong bantu saya. Saya mohon, saya mohon.”Laki-laki berkulit gelap yang bernama lengkap John Meren itu sempat mengelus dada lantaran terkejut dengan kedatangan seorang gadis muda di hadapannya. Ia pun menajamkan kedua matanya meneliti gadis muda itu. Seketika keningnya menggulung, merasa tak asing dengan wajah gadis muda di hadapannya.Ia mengangangguk pelan seraya menahan nafasnya. “Oooh, kau gadis itu kan? Yang hampir terlambat mengikuti apel pagi?”Ellia lekas mengiyakan, membenarkan bahwa benar dirinya yang seperti disebutkan Om John. Kemudian Ellia mengatakan bahwa dirinya mendapat hukuman lembur dari Mrs. Vaeolin. Sehingga ia tak bisa pulang sore ini. Karena itu Ellia meminta tolong pada Om John supaya mengantarkan surat ini pada sang nenek di rumah dan mengecek keberadaan sepedah gowes miliknya yang dititipkan di pos polisi tadi pagi.Om John tak menjawab apapun. Ia merapatkan kedua bibirnya seraya menggulungkan kening mendengar permintaa gadis ini.“Aku mohon Om. Nenek dan Kakekku pasti mencemaskan keberadaanku. Aku tak ingin membuat mereka bersedih,” kata Ellia memelas.“Maaf, aku harus cepat pulang. Piketku hanya sampai petang ini di kebun binatang Planet Zoo, bukan di luar,” ujar Om John si Security, di ujung perkataan suaranya tegas.Ellia tertunduk lesu. Lalu menarik kembali dua lembar kertas yang telah disodorkan. Kecewa dan sedih mendalam dirasa Ellia. Pikirannya buntu seketika. Batinnya berbisik, “Oh Tuhan Yang Maha Pengasih mohon kasihanilah Kakek Nenekku, jagalah mereka selalu.”Ketika Ellia hendak melangkah, tiba-tiba saja Om John merasa iba. Untuk sesaat ia menghembuskan nafasnya, laki-laki berkepala plontos itu berkata, “Baiklah akan kusampaikan pesanmu.”Tiba-tiba Ellia menghentikan langkah seraya mengangkat kepalanya yang tertunduk lesu. Dengan girang ia lekas balik badan, lalu menghampiri Om John. “Benarkah?” Om John hanya mengangguk sambil merapatkan kedua bibirnya. Ia pun menerima dua potong kertas dari tangan Ellia yang berasal dari selembar kertas. Di potongan pertama tertulis jelas alamat rumah sang kakek dan nenek. Sedangkan pada potongan kertas yang lain adalah tulisan pesan untuk sang kakek dan nenek.Ellia pun lega usai Security kebun binatang Planet Zoo yang ia panggil Om John melangkah pergi bersama dua potongan kertas darinya. Syukur yang besar terucap. Karena baginya hal-hal kecil menyusun arti yang besar dalam hidupnya.*#*
Di bawah sorot matahari yang hendak tergelincir tajam di tepi Barat, Mike dan Bomba masih mendorong mobil jeep yang kehabisan bensin. Butiran keringat berjatuhan dari tubuh mereka berdua. Sudah lebih dari 50 meter mendorong mobil, namun rumah yang dimaksud di peta dalam layar monitor di mobil tak kunjung tampak.Bomba yang kehabisan tenaga sampai-sampai bersandar pada mobil. Ia menggunakan punggungnya untuk mendorong menggantikan fungsi tangannya. Ia pun melangkah mundur sekaligus mendorong mobil dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki.Mike yang mendorong mobil dengan kedua tangan, berkata dengan lemah, “Ayo, dorong terus, sebentar lagi sampai.”Tak terdengar suara dari Bomba kecuali deru nafasnya yang menggebu-debu. Ia pun menduga bila keberadaan rumah di peta yang terlihat di monitor hanya kekeliruan monitor belaka. Rumah yang belum tampak yang menjadi harapannya itu, baginya hanya fatamorgana. Seperti musafir di tengah gurun pasir yang melihat air danau yang melimpah, namun setelah didekati nyatanya tak pernah ada danau apalagi air.Seketika Bomba jatuh di atas aspal. Mike lekas menolong kawannya itu yang hampir pingsan. Dengan mata terpejam Bomba berkata, “Aair... air... air....”“Bomba, Bomba bangun, ayo bangun! Buka matamu, jangan kau tutup,” kata Mike keras sambil menepuk-nepuk kedua pipi Bomba. Mike pun lekas membuka kedua mata Bomba dengan kedua jari-jari tangannya.“Bomba tetap buka matamu. Jangan kau tutup, jangan kau tutup. Aku akan mencari air sekarang. Kau tunggu di sini dan tetap buka matamu,” ucap Mike yang panik luar biasa terhadap kondisi kawannya itu.Tetiba Bomba mengangkat kepalanya seraya membuka kedua mata lebar-lebar. Sambil menahan tangan Mike Bomba bertanya, “Ada air, Mike? Dimana dimana dimana?”“Ahmmm....” Mike bingung harus berkata apa pada Bomba. Ia tak memiliki air setetespun. Bila ia mengatakan pada Bomba tak ada air, maka Bomba akan kembali jatuh pingsan.“Ayo Mike mana airnya? Mana? Kau mau kawanmu ini mati kekeringan seperti tempat ini?” Bomba histeris sambil menarik-narik baju yang dikenakan Mike.“Airnya... ada di ujung jalan itu. Aku akan mengambilnya untukmu. Kau tunggu di sini.” Setelah perkataannya, Mike pun bangkit berdiri, namun lagi-lagi Bomba menahan langkah Mike. Boma ingin ikut pergi bersama Mike.Mike tak mengijinkan Bomba ikut dengannya. Ia khawatir dengan mobil jeep milik Bosnya. Bisa-bisa mobil jeep itu hilang tersapu angin. Sehingga Mike berusaha keras melepaskan tarikan tangan Bomba yang mengait pada baju yang dikenakan Mike.Bomba kembali jatuh terkapar. Namun, Mike tetap berlari semakin ke Barat. Ia harus segera menemukan rumah yang terdekteksi di layar monitor mobil. Kali ini ia begitu yakin dengan kebenaran peta di layar monitor.Mike semakin jauh berlari. Ia berlari dan terus berlari. 100 meter, 200 meter hingga 500 meter bahkan 1000 meter. Tepat pada 1500 meter Mike jatuh ke aspal. Habis sudah sisa tenaga yang dimiliki. Kedua matanya kini tak mampu memandang jelas apa yang ada di depan mata. Padahal sebenarnya rumah yang diharapkannya berjarak 20 meter dari tempat ia terjatuh.Dua orang lelaki jatuh pingsan di jalan satu-satu yang menuju Kota Westinhorn yang subur. Satu orang terbaring di dekat mobil jeep, sedangkan satu orang lagi tergeletak sejauh 1500 meter dari posisi mobil jeep. Kisah menyedihkan yang hanya dialami dan dirasa dua orang sahabat atau kekasih.Di gudang berupa bangunan kayu yang berada di sisi Timur dari rumah kayu miliknya, Kakek Jack mengecek traktor yang telah diperbaiki. Setelah berkali-kali dihidupkan, akhirnya traktor tua roda 4 itu meraung-raung juga. Untuk memastikan traktor tua miliknya benar-benar berfungsi, maka Kakek Jack mematikan mesin traktor itu. Kemudian ia menghidupkannya kembali. Untuk beberapa saat Kakek Jack kembali memanaskan mesinMelihat langit semakin memerah, membuat Kakek Jack semakin mencemaskan Ellia yang belum juga kembali dari tempatnya bekerja di Westinhorn. Ia mengatakan pada Istrinya, bahwa bila tak kunjung tiba hingga pukul 6 petang, maka dirinya akan segera menyusul Ellia ke Westinhorn.“Aku setuju sayang, kau menyusul Ellia. Tapi... kau mau pergi naik apa ke Westinhorn? Bukankah Pemerintah Kota Westinhorn tak mengijinkan sembarang kendaraan memasuki wilayahnya? Dan sepedahmu juga rusak,” kata sang Istri.“Aaah, tak masalah. Aku titipkan traktornya pada Sam.”“Sam?” Sang Istri mengulang, lantaran baru terpikir.“Baiklah. Jangan lupa pakai jaket tebalmu nanti. Udara malam sangat dingin.”Tepat pukul 6 petang, Traktor tua milik Kakek Jack melaju keluar gudang. Melewati pintu rumahnya yang menghadap ke Timur, Kakek Jack membunyikan klakson seraya melambaikan tangan pada sang Istri yang berdiri di muka pintu.Tepat di jalan aspal yang berada sekitar 10 meter dari rumahnya di sisi Utara Jalan itu, Kakek Jack memutar kemudi ke arah Barat. Ia sempat menoleh ke arah Timur memperhatikan alam yang tandus dan jalan yang sepi. Namun, ia terkejut begitu melihat seorang laki-laki tertidur di jalan aspal.Kakek Jack pun mematikan mesin traktor, lalu tergesa menghampiri laki-laki itu sambil memanggil sang Istri. “Emi... Emi... Emi... kau harus lihat ini....”Di samping laki-laki tak dikenalnya itu, Kakek Jack berusaha membangunkannya. Lalu mengecek kondisinya dengan meletakkan dua jarinya di bawah lubang hidung laki-laki itu.Kakek Jack lekas membawa traktor miliknya ke dekat laki-laki itu, lalu mengangkutnya ke rumah. Sesampainya di rumah Nenek Emi lekas mengambil air hangat dan beberapa roti sambil mengompres laki-laki tak dikenal itu.
Akhirnua Mike terbangun. Namun, ia pura-pura lupa ingatan supaya tak dicurigai. Mike mengatakan bahwa dirinya tertinggal rombongan yang hendak berangkat ke Gostell. Malam itupun Mike makan dengan lahap masakan terenak buatan Nenek Emi. Bahkan hingga membuat Kakek Jack dan Nenek Emi terkekeh.Kakek Jack meminta Mike menginap sementara di rumahnya, sekalian menemani sang Istri. Itu karena dirinya akan pergi menjemput sang Cucu yang bekerja di kebun binatang, Westinhorn. Mike tak bertanya apapun mengenai Westinhorn dan kebun binatang di sana, walaupun ia sangat ingin tahu.Setelah Kakek Jack pergi, Nenek Emi pergi ke dapur. Ia merapikan dapur yang berantakan usai digunakan memasak untuk tamunya. Mike memanfaatkan situasi sepi di rumah itu. Ia melangkah mengendap-endap menuju pintu rumah. Namun, tiba-tiba ia menyeringai begitu mengingat kawannya Bomba membutuhkan air. Diam-diam Mike mengambil air mineral dalam botol dari dalam kulkas dan beberapa buah. Mengambil beberapa roti di meja makan. Lalu mengambil lagi 2 roti terakhir di piring. Pikirnya, Bomba pasti sangat kelaparan. Begitu keluar dari rumah Kakek Jack, Mike lekas berlari ke jalan aspal. Namun, ia kembali menghentikan langkah. “Bukan hanya Bomba yang butuh air, tapi mobilmu juga!”Mike kebingungan seraya memukul-mukul kepalanya. Memikirkan dimana ia harus mendapatkan bensin untuk mobilnya. Ketika pandangannya tertuju pada rumah Kakek Jack, Mike teringat dengan traktor tua milik Kakek Jack. Bila Kakek Jack memiliki traktor maka Kakek Jack memiliki bensin, solar atau apapun yang bisa digunakan untuk membakar mesin mobil hingga menghasilkan tenaga.“Pasti Kakek tua itu menyimpan bensinnya di... di gudang. Tidak mungkin dia tak memiliki simpanan bensin di tempat seperti ini, yang tidak ada satupun tanda kehidupan,” ujar Mike.Mike tergesa kembali ke rumah Kakek Jack yang berada sekitar 10 meter di sebelah Utara jalan aspal. Namun ia tak masuk ke dalam rumah. Mike mengobrak abrik seisi gudang, mencari persediaan bensin.Tak sampai 5 menit, Mike sudah menemukan persediaan bahan bakar di dalam sebuah jeriken berkapasitas 30 liter sebanyak 6 buah yang ternyata solar. Dengan menggunakan gerobak Mike membawa 5 jeriken. Mike pun berlari sambil mendorong gerobak di jalan aspal, menuju Bomba yang tak sadarkan diri dan mobil jeep yang tak memiliki daya. *#*Di tengah sepinya malam suara-suara yang bermunculan dari kegelapan. Tak ada yang tampak di kebun binatang itu selain cahaya dari lampu-lampu di tengah taman dan lampu-lampu yang menerangi sudut-sudut taman. Kandang-kandang hewan yang tersebar di bagian Barat, Timur, Utara dan Selatan tak diijinkan diberi sinar cahaya pada malam hari. Sehingga yang terdengar pada malam hari hanya suara dari kegelapan tanpa rupa. Seperti hutan belantara, namun dengan bintik-bintik cahaya di tiap sudutnya.“Kyak... kyaaakkkk... ghrrrr... gghrrr... kkekyeek... kyyeeek... kakakkakkakk....” Seketika gemetar tubuh kecil Ellia, begitu mendengar suara-suara itu dari dalam kantor yang terang. Jantungnya terus berdebar-debar, membayangkan hewan-hewan itu lepas dari kandang-kandangnya. Lalu menerkam dirinya yang tengah lengah.“Ah, tidak tidak tidak, Ellia ini bukan pertama kalinya kau mendengar suara binatang di malam hari. Bahkan setiap malam kau selalu mendengar suara sapi, domba bahkan burung hantu di rumah Kakek. Bila kau bisa mengabaikan mereka, maka pasti kau bisa mengabaikan suara-suara hewan yang tak dapat tidur lelap di kebun binatang ini.” Sisi hatinya berusaha menguatkan mental Ellia. Ellia pun mengangguk, menyetujui ucapan hatinya. Ia meyakinkan diri tak boleh lengah apalagi takut sehingga mengganggu konsentrasi pekerjaannya dalam lembur malam ini. Ia harus secepatnya menyelesaikan membersihkan dan merapikan berkas-berkas dokumen di dalam rak, sesuai dengan perintah asisten Kepala Kebersihan dan Logistik Satwa. Di dalam kantor itu, Ellia memaksa membuka mata lebar-lebar, menahan kantuk yang menerpa, menguatkan tubuh supaya tak roboh. Satu lemari beserta berkas di dalamnya telah dibersihkan.Selanjutnya, di hadapannya ada setumpuk kertas dari lemari ke 2 yang harus dibersihkan dari debu-debu, dilipat dan disusun rapi. Lalu disimpan ke dalam map yang baru. Dan dikumpulkan menjadi satu dalam jumlah tertentu dalam satu bendel Ordner map yang baru juga. Barulah kemudian kembali ditata di dalam lemari yang sudah dibersihkan.
Ellia pun mengusap kening dengan punggung tangannya seraya menghela nafas. Hingga tak dirasa 2 jam berlalu, lemari ke 2 berikut dengan tumpukkan map dan ordner map telah selesai dirapikan dan dibersihkan. Untuk sekian detik Ellia meregangkan otot-ototnya, membebaskan lelah yang menggelayuti tubuhnya.“Aduh... aku mohon bantu aku hai mata. Jangan menutup dulu. Hanya tinggal satu lemari lagi, setelah itu kita bisa pulang dan tidur,” lirih Ellia mencoba menjelaskan pada kedua bola matanya, supaya tetap terjaga.Untuk membuang lelah dan bosan Ellia bangkit berdiri, melangkah menuju jendela kantor. Dilihatnya gelap mengepung kantor tempat dirinya bekerja lembur. Apa dirinya cukup berani berjalan di tengah gelap menuju kantin yang buka 24 jam, kantin yang dikelola oleh Paman Dardar.“Sepertinya aku butuh segelas kopi,” lirih Ellia. Lalu menoleh pada satu lemari berisi dokumen-dokumen yang telah berdebu lantaran lama tak tersentuh.Jarum jam terus berderak. Malam pun bertambah larut. Ellia diterpa bimbang, memilih melangkah ke kantin seorang diri menerobos gelap malam atau tetap berada di kantor itu dengan cahaya lambu yang terang.Namun masalahnya, ia membutuhkan air untuk membasahi tenggorokannya. Walau tidak mendapat kopi yang bisa memacu matanya supaya terbuka lebar, setidaknya ia tak membiarkan kerongkongannya kering.
Ellia membuang nafas dan menghirup udara dalam-dalam. Ksmudian ia kembali menatap lekat-lekat 1 lemari yang belum dibersihkan termasuk dengan tumpukkan berkas di dalamnya. “Aku tak tahu berapa usiamu. Tetapi usia yang tua bukan alasan bagi benda kuat sepertimu merapuhkan diri. Lihatlah dirimu saat ini, tak ada satupun rayap memakan tubuhmu, tidak juga semut merah. Kau ini terlihat begitu rapuh, ringkih dan kusam. Padalah aku yakin kau tidak seperti ini, sebelum malam ini. Mmm setidaknya jauh pada tahun-tahun lalu sebelum... mmm tahun ini, atau beberapa bulan yang lalu, atau mmm hari ini. Kau lemari yang dipahat dibentuk dari kayu-kayu pilihan.”“Dan kau debu, mengapa kau suka sekali membuat kotor tempat manapun? Darimana kau muncul? Apa kau tidak lelah selalu berserakan mengotori apapun?” Setelah ucapannya, Ellia menghela nafas dalam-dalam.Tak sampai 3 detik, Ellia kembali ngomel-ngomel, namun yang diucapkannya kini bertolak belakang dengan rentetan pertanyaan-bertanyaannya tadi. “Oh, maafkan aku. Kalau tidak ada dirimu wahai debu, manusia jadi malas bergerak, kalau tak ada kau wahai debu tak akan ada pekerja kebersihan! Dan itu artinya aku, Ellia tidak akan diterima bekerja membersihkan apapun di kebun binatang ini.”Ellia begitu terkejut dengan ucapannya pada kalimat terakhir. Bertambah terkejut ketika ia mendengar suara sepatu kuda. Ia pun bertanya-tanya siapa yang datang dengan naik kuda?Tergesa ia mengintip dari balik jendela. Ia pun mengetahui bahwa suara itu adalah suara sepatu kuda dari para Petugas patroli malam. Tak pikir panjang Ellia membuka pintu, memanggil petugas patroli malam itu. Di hadapan petugas Ellia meminta diantarkan ke kantin, karena ia membutuhkan segelas kopi untuk menghilangkan kantuknya.
Setibanya di kantin, Ellia lupa kembali ke ruang Kebersihan dan Logistik Satwa. Lantara, ia begitu asyik mendengarkan cerita 2 Petugas patroli malam, Paman Hery dan Romi.“Dari mana saja kalian!” Edhi berang dengan kedua anak buahnya, Mike dan Bomba yang menghilang tanpa kabar. Mereka juga baru kembali ke Georges Hat pada tengah malam tanpa membawa bahan makanan seperti yang telah diperintahkan pada mereka.Mike dan Bomba tak lekas menjawab kemarahan Bosnya. Mereka berdua mendadak bingung dengan apa yang harus dijelaskan. Semuanya terjadi karena kesalahan mereka berdua, Mike yang salah membaca peta dan Bomba yang harusnya mengingatkan malah tertidur pulas. Hingga mereka berdua tersesat di tempat yang kering, gersang, bertanah merah lagi berbatu, seperti tanah di planet Mars. Namun anehnya jalan aspal yang membelah tempat itu begitu mulus dan cukup lebar.Kini mereka berdua terdiam dengan muka kecel dan lecek. Di kepala mereka berdua hanya ada bagaimana memutus kemarahan Bos mereka yang gampang marah. Padahal mereka hanya terlambat sedikit dari batas waktu yang ditentukan olehnya.Bomba yang merasa sa
“Bomba Mike apa-apaan ini?” Edhi kembali murka begitu mengetahui dari tangki mobil jeep miliknya tercium bau solar. Bahkan terdapat 1 jeriken di bagasi jeep berwana hitam itu.Tak pelak Bomba dan Mike lari kalang kabut menghadap Edhi, begitu mendengar suara Edhi yang begitu keras. Di hadapan Edhi mereka tertunduk lesu lantaran kelelahan.“Ayo jelaskan, apa yang kalian lakukan dengan mobil ini!”“Kami hanya membuatnya melaju lagi, Tuan.”“Melaju lagi? Apa maksud kalian!”Mike segera menceritakan, bahwa kemarin siang mereka tersesat dan kehabisan bensin di tengah perjalanan. Karena tak membawa persediaan bensin, jadi mereka menggunakan solar milik seorang kakek.“Mengapa kalian tidak menjelaskannya tadi malam!”“Karena Tuan Edhi meminta kami segera membersihkan kandang-kandang dan hewan-hewan yang akan dikirim pada Tuan Kosmo dan
Dering telepon di meja kerja Kepala Utama Kebersihan dan Logistik Satwa diangkat oleh Mrs. Vaeolin yang tengah memeriksa beberapa berkas. Setelah mengetahui si penelepon tetiba Mrs. Vaeolin meletakkan berkas-berkas di tangan kirinya. Lalu serius menyimak yang disampaikan oleh si penelepon.Mr. Jhoan, Sektretaris Pemerintah Kota Westinhorn mengabarkan, pertama, Wali Kota Westinhorn meminta Penanggungjawab Planet Zoo melaporkan mengenai jumlah satwa di kebun binatang Planet Zoo berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin. Kedua, Senat dan Parlemen Pemerintah telah memilih Manajer yang layak memimpin Planet Zoo ke arah yang lebih baik sesuai dengan misi Pemerintah Kota Westinhorn.Mr. Jhoan juga mengatakan bahwa pihaknya telah mengirimkan surat, ditujukan pada Mrs. Vaeolin yang menjadi penanggungjawab Planet Zoo selama ini. Setelah telepon ditutup, Mrs. Vaeolin bergeming di kursi kerjanya. Tatapannya begitu tajam, seakan menggambarkan ketidaksetujuannya
Langit pagi yang terik terbentang luas di atas Georges Hat. Menabuh genderang pada pasang-pasang mata yang terpejam di dalam tenda. Termasuk pada Edhi, penguasa Georges Hat. Kecuali,si Juru Masak Eric, pekerja kasar dan seorang pemuda berambut ikal yang tempo hari menyusup ke dalam mobil jeep.Pemuda berusia 20 tahun itu bernama Jack. Hanya Jack. Jack adalah pemuda yang bertahan hidup di Gostell, sebagai supir yang mengemudikan mobil-mobil besar dan alat-alat berat. Jack juga memiliki keahlian di dunia mesin, walau ia bukan tamatan sekolah permesinan. Bahkan Jack tak pernah mengenyam bangku sekolah.Jack pemuda yang mudah bosan dengan bidang kerja yang ia jalani, bila ia sudah bisa mengusainya, bahkan ahli. Ia pergi dari Gostell lantaran ingin melihat sisi dunia selain yang tampak di Gostell. Karena itu, kemarin ia menyelinap masuk ke dalam sebuah mobil jeep yang pintu-pintunya tidak dikunci di sebuah bengkel mobil. Namun sialnya, mobil
Georges Hat bertambah ramai dengan kehadiran 3 ekor sapi, 3 ekor kambing dan 10 ekor ayam. Selaku orang yang diserahi kepercayaan oleh Edhi, Eric rajin memberi makan semua jenis hewan ternak itu. Supaya mereka bisa menikmati sisa hidup sebelum menjadi sajian makan malam yang lezat.Eric, sang Juru Masak masih duduk terdiam mengayun-ayunkan sebilah pisau tajam seraya memandang sapi, kambing dan ayam-ayam. Dalam kepalanya ia sibuk memilih, siapakah yang akan dipotong dan dimasak lebih dulu?“Sepertinya memanggang daging yang tebal dan besar bisa cukup selama... 4 sampai 6 hari,” lirih Eric.“Atau yang kecil-kecil itu dihabiskan terlebih dulu. Mmm tidak tidak. Yang kecil-kecil lebih baik dipelihara, supaya... di Georges Hat ini juga bisa menjadi peternakan ayam. Wow, sampai jumlah yang sangat banyak. Tuan Edhi pasti senang, bila ada pemasukan tambahan. Lagi pula mereka juga bisa menjadi hidangan pembuka bagi hewan-hew
“Indahnya hari ini... indahnya pagi ini... Planet Zoo... Planet Zoo... Planet Zoo... menyibak indahmu pada awal hari... kabut-kabut meleleh... air-air menetes... Planet Zoo... Planet Zoo.... ” Sepotong nyanyian di dalam hati Ellia sebelum memulai pekerjaannya di Planet Zoo di bagian kebersihan kandang satwa.Dalam mengawali hari-harinya sebagai pekerja kebersihan Satwa, Ellia mendapat mentor yang bernama Joshy. Joshy adalah seorang pekerja perempuan yang hampir 30 tahun ditempatkan di bagian kebersihan Satwa. Di usianya kini yang hampir 50 tahun, Joshy adalah pekerja senior yang sudah malang melintang dengan dunia satwa. Ia juga penemu beberapa trik tipuan untuk mengalihkan satwa-satwa yang kandangnya hendak dibersihkan.Tak diduga, sebelum mengajarkan cara membersihkan kandang-kandang satwa yang tersebar di sejumlah tempat di Planet Zoo, Joshy malah meminta Ellia membersihkan kandang kuda khusus kuda-kuda yang digunakan pekerja kebun binatang d
Robert MT, Manajer terpilih dari hasil tes dan wawancara yang diadakan Pemerintah Kota Westinhorn hadir untuk pertama kali di kebun binatang Planet Zoo. Kedatangan Robert pagi itu bersama 4 anggota Pengawas dan Pembina sekaligus perwakilan anggota Parlemen Pemerintah Kota Westinhorn, disambut hangat para petinggi kebun binatang Planet Zoo. Kecuali Mrs. Vaeolin.Saat semua yang bertatap muda dengan Robert memberikan tepuk tangan diiringi senyum menawan nan hangat, hanya Mrs. Vaeolin yang bermuka dingin. Bahkan ia tak memberikan aplaus pada laki-laki yang dekat dengan kalangan pengusaha dan pejabat pemerintah itu.Begitu melewati gerbang Selatan, mereka berlima disambut riuh suara aneka Satwa yang menjerit, memekik tinggi, dan meringkik-ringkit. Udara segara seketika terhirup oleh mereka. Udara yang tak didapat di kota-kota besar atau bahkan di wilayah gersang lagi tandus.Di aula yang terdapat di zona kantor, Mr. Rafael memberi sambutan pe
“Kenapa mereka bisa lepas, Jack!” Mike begitu geram pada Jack, hingga ia menarik kerah lingkaran kaos Jack.“Sudahlah Mike. Jack juga sudah menangkap mereka kembali,” ucap Holdan.Mike pun melepaskan tangannya dari kerah baju Jack. Hembusan nafasnya menjadi tanda akhir kelelahannya sekaligus kekesalannya. Mike menjatuhkan diri, terduduk di atas tanah kering. Berikutnya Jack ikut menjatuhan diri, terduduk di samping Mike. Dan terakhir, Holden mengikuti Mike dan Jack.Lelah yang sangat mendera mereka bertiga di atas tanah kering, hingga tak ada perbincangan sedikit pun. Tak ada yang terdengar di antara mereka, kecuali suara desir angin dan degup jantung di balik dada mereka. Tanpa ada aba-aba, serentak mereka bertiga merobohkan tubuh ke belakang. Jadilah, mereka berbaring di tanah tandus Dengan payah mereka bertiga memandang langit biru yang jauh tinggi di atas mereka.Mereka tak bisa menggunakan telepon pinta
Riuh warga Kota Westinhorn menyeruak begitu Mrs. Vaeolin keluar dari gedung parlemen pemerintah kota westinhorn. Sorak-sorak bahkan tangis mengalir di dalam gemuruh tepuk tangan. Mereka begitu mencintai sosok perempuan berusia 50 tahun itu. wanita yang tegas dan di segani siapapun terutama menyangkut kebun binatang planet zoo.Kini, warga Westinhorn tak lagi terpecah seperti sebelumnya. Setelah kebenaran terungkap, mereka pun bersatu. Mereka berharap dengan kembalinya mrs. Vaeolin maka permasalahan kebun binatang yang menjadi ikon kota westinhorn akan terselesaikan. Dan mereka dapat kembali menyaksikan kedamaian menyaksikan tingkah laku satwa-satwa yang pernah menghuni seluruh hutan yang pernah ada di dunia. Setelah Mrs. Vaeolin berdiri di depan mic, Ellia melangkah malu-malu di belakang Mrs. Vaeolin. Mr. Cruise meminta Ellia untuk mendampingi Mrs. Vaeolin. Ia menganggap Ellia begitu berjasa karena berhasil mengungkapkan penjahat utama yang ingin menjarah harta berharta milik Westi
Matahari terbit lebih awal di hari itu. Berita tak terduga diterima Mrs. Vaeolin di tahanan Dry Land Cave. Kepala rumah tahanan itu telah mengajukan peningkatan hukuman bagi Mrs. Vaeolin, dari semula ditahan seumur hidup menjadi hukuman mati. Pengadilan Westinhorn telah menyetujui. Bahkan keputusan pengadilan telah keluar sebelum sebelum komunikasi dari pihak pengacara Mrs. Vaeolin. Para pendukung Mrs. Vaeolin kembali kecewa dengan putusan pengadilan. Padahal mereka berharap dengan ditemukannya orang-orang yang hilang pada saat kejadian huru-hara pertama di planet Zoo, maka Mrs. Vaeolin akan dibebaskan. “Ini tidak adil!” seru pengunjuk rasa. “Pengadilan buta. Hakim buta dan tuli!” teriak para pengunjuk rasa. “Bebaskan bebaskan bebaskan Mrs. Vaeolin! Bersihkan namanya!” sorak-sorak pengunjuk rasa. Suara sirine polisi mengoyak pasang telinga setiap orang di depan pengadilan. Para polisi bergerak cepat menembus para pengunjuk rasa. Di tengah kerumunan itu juga terlihat asisten Mrs. V
Malam bertambah larut. Hampir berganti hari ketika jam menunjukkan pukul 12 malam kurang 15 menit. Dan kini keadaan di kebun binatang Planet Zoo telah kembali normal. Badai angin berangsur-angsur pergi menghilang. Dan tentunya semua orang yang menyaksikan malam itu tak mengetahui kemana perginya sang badai yang menakutkan itu.Kini polisi dan tentara semakin banyak yang masuk ke dalam area kebun binatang yang menjadi ikon Kota Westinhorn. Mereka menyisir lokasi hingga menangkap orang-orang yang terlibat keonaran. Dan pastinya mereka masih memburu tahanan yang kabur dari Dry Land Cave. Mereka juga membantu para polisi yang terjebak di dalam Planet Zoo selama terjadinya badai yang mengerikan. 20 orang anak buah Robert dan para pekerja Georges Hat yang lemas diringkus termasuk Cuki dan Eric. Cuki bahkan hampir tak sadarkan diri ketika dibawa polisi.Namun, ia sempat mengigau, berkata, “Tuan Edhi, apa kau sudah kembali? Aku dan para pekerja datang menyambut kepulanganmu.”“Angkat tangan
Benar dugaan Paman Hery. Lubang hitam yang menjadi pintu ke dunia lampau itu kian mengecil. Badai pun ikut melemah. Dan jangkauannya tak seluas semula.Bahkan kini para polisi dan tentara yang berada di luar area Planet Zoo memutuskan bergerak masuk ke dalam Planet Zoo. Komandan mereka mengintruksikan pada pasukannya supaya tetap bersabar menanti celah untuk mendekati sumber badai itu.“Tetap utamakan keselamatan! Ini hanya masalah waktu,” tambah komandan tentara.Sementara itu, masih banyak polisi yang terjebak di tengah badai di dalam Planet Zoo. Mereka tak berani pergi dari persembunyian karena khawatir badai akan tiba-tiba menguat dan menggulung mereka. Namun, beberapa polisi ternyata keluar dari persembunyian untuk pergi memeriksa.5 tentara pergi ke tempat terjadinya ledakan pertama, karena badai dirasa melemah di wilayah terjadinya ledakan pertama. Mereka pun menemukan bangkai helikopter yang sudah hangus dan mengepulkan asap hitam. Setelah didekati, mereka menemukan seorang p
Paman Hery masih sekuat tenaga menahan goncangan dari jam pasir kuno. Walau tak ada badai menerpa dirinya, namun ia jam pasir di kedua tangannya dapat dikatakan cukup berat. Ia sendiri masih tak mengerti mengapa jam pasir yang bisa menjadi seberat itu.1 jam waktu yang dimiliki Mrs. Vaeolin untuk pergi menyusul Ellia ke dalam dunia di dalam jam pasir itu. Bila ia tak kembali tepat waktu maka mereka tak bisa kembali ke dunia nyata. Karena jam pasir tak akan membuka tiga kali dunia yang sama.Malam itu juga pasukan tambahan dari kepolisian dan tentara pemerintah Kota Westinhorn berdatangan. Truk-truk dan helikopter telah bergerak dari markas. Sebagian truk yang mengangkut tentara dan polisi sudah tiba di area wilayah sekitar kebun binatang Planet Zoo yang luasnya mencapai puluhan hektar. Sedangkan helikopter yang terbang di sekitar kebun binatang itu tak berani bergerak maju lebih ke dalam lantaran badai angin yang menelimuti kebun binatang itu.Tak hanya aparat dan para wartawan yang m
“Apalagi ini?” lirih Ellia manakala melihat sebuah lubang hitam bertambah besar dari semula yang berupa titik.“Ellia, bagaimana ini. hewan-hewan itu sudah mulai keluar.” John begitu panik.“Dan apa itu?” John menunjuk sebuah lubang hitam raksasa sejauh 200 meter di hadapan mereka. Kemudian sesosok manusia melangkah ke keluar dari dalam lubang hitam itu.“Ellia, kau pergi saja bersama John dan Jerry. Aku akan menghadang mereka,” kata Jack seraya menatap Ellia dengan cemas.“Mereka hanya menginginkanku,” lanjut Jack.“Pergi kemana maksudmu Jack!” sela John.“Kita terkurung!” lanjutnya.“Kita pergi bersama, Jack. Karena kita akan pulang bersama,” kata Ellia.Kemudian John menoleh pada lubang hitam itu, maka dilhatnya kini puluhan hewan buas menemani langkah sesosok manusia itu. Ia hampir pingsan karena ketakutan yang luar biasa. Bagaimana tidak, di kanan dan di kiri mereka terdapat hewan-hewan buas yang hendak menyerang.John pun menangis meraung-raung. I berucap, “Apakah daging kita te
Kedua mata Mrs. Vaeolin terbuka lebih lebar manakala melihat pasir terakhir akan jatuh. Sementara Paman Hery belum juga datang. Bila ia sendiri yang menahan jam pasir itu, maka ia tak dapat memantau ketika waktu habis. Tak diduga Paman Hery melompat dari belakang diri Mrs. Vaeolin. Ia mencoba meraih jam pasir itu. Dan tepat sekali, ketika jam pasir itu menciptakan badai bercampur cahaya yang berputar maka Paman Herry telah menggenggam jam pasir itu. Namun, tiba-tiba Robert melompat ke arah jam pasir itu. Ia mencoba merebut jam pasir kuno dari tangan Paman Hery. Robert sudah mendengar cerita mengenai jam pasir itu dari Max dan Durrel. Jam pasir kuno itu mampu menelan siapapun yang masuk ke dalamnya. Dan tidak memungkiri pula, jam pasir itu dapat mengembalikan Ellia, gadis kebun binatang yang menjadi saksi kejahatannya. Karena itu Robert ingin menggagalkan rencana Mrs. Vaeolin dan Paman Hery.“Berikan jam ini padaku!” Robert geram.“Kau yang menyingkir. Atau aku akan membuangmu ke dal
Polisi dan tentara dikerahkan untuk mengepung kebun binatang Planet Zoo. Sesuai dengan pernyataan 6 orang yang telah diamankan dari Georges Hat, bahwa tersangka buronan dari tahanan Dry Land Cave pergi ke kebun binatang Planet Zoo. Karena itu pihak kepolisian meminta bantuan tentara yang dimiliki Westinhorn untuk mengepung kebun binatang itu.Sesampainya di Planet Zoo, kedatangan puluhan polisi dan tentara mengejutkan orang-orang yang berseteru. Bahkan perkelahian antara anak buah Edhi dan pekerja Georges Hat yang dibantu pasukan patroli sempat terhenti ketika polisi dan tentara mengepung mereka. Bahkan helikopter yang terbang di atas mereka menyorotkan cahaya terang pada orang-orang yang bertikai di planet Zoo.“Kalian sudah terkepung. Jatuhkan senjata dan angkat tangan kalian semua!” seru komandan polisi di balik megaphone.Pilot yang mengemudikan helikopter itu mendapat perintah untuk menyisir tiap sudut kebun binatang itu. Sementara para polisi dan tentara mengamankan orang-orang
Tak diduga Ellia melempar sekepal salju ke muka John. Akibatnya John terkejut dan lengah. Ellia akhirnya mampu melepaskan cengkraman John dari lengannya. Ia pun bergegas menghampiri Jack. John berusaha mengejar, namun Jerry menarik bajunya. Ia meminta John tak pergi kemanapun. Lebih baik John mengawasi mereka dari tempatnya kini.“Lepaskan aku. Ellia dalam bahaya!”“Bukankah, Jack dan Edhi berada jauh dari anak buah Edhi?” bisik Jerry.John pun menggulungkan kening. “Tapi aku sangat khawatir.”“Dan kau? Tak biasanya kau bersikap begini!” lanjut John seraya menatap Jerry dengan penuh curiga.Dengan wajah datar Jerry berkata, “Kau salah. Aku masih sama seperti dulu. Hanya saja... aku tak ingin melihat Ellia... kembali sedih.” “Tapi kau malah membuatnya celaka!” maki John. Ia pun menyeringai sambil mengawasi Ellia.Sementara itu, kedatangan Ellia membuyarkan rayuan Edhi. Wajahnya kini dipenuhi dengan sakit hati. Ia tak rela Jack bersama dengan gadis itu, gadis yang sudah menggagalkan re