Beranda / Fantasi / ELLIA / Mendekap Waktu

Share

Mendekap Waktu

Penulis: Anonim.ina
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-02 23:06:13

Langit pagi yang terik terbentang luas di atas Georges Hat. Menabuh genderang pada pasang-pasang mata yang terpejam di dalam tenda. Termasuk pada Edhi, penguasa Georges Hat. Kecuali,si Juru Masak Eric, pekerja kasar dan seorang pemuda berambut ikal yang tempo hari menyusup ke dalam mobil jeep.

Pemuda berusia 20 tahun itu bernama Jack. Hanya Jack. Jack adalah pemuda yang bertahan hidup di Gostell, sebagai supir yang mengemudikan mobil-mobil besar dan alat-alat berat. Jack juga memiliki keahlian di dunia mesin, walau ia bukan tamatan sekolah permesinan. Bahkan Jack tak pernah mengenyam bangku sekolah.

Jack pemuda yang mudah bosan dengan bidang kerja yang ia jalani, bila ia sudah bisa mengusainya, bahkan ahli. Ia pergi dari Gostell lantaran ingin melihat sisi dunia selain yang tampak di Gostell. Karena itu, kemarin ia menyelinap masuk ke dalam sebuah mobil jeep yang pintu-pintunya tidak dikunci di sebuah bengkel mobil.  

Namun sialnya, mobil jeep itu malah mengangkut banyak barang belanjaan bahkan sapi, kambing dan banyak ayam dari Pasar Lilie, Kota Herbone. Akibatnya dirinya harus berhimpitan, hampir sesak tertimpa banyak belanjaan di bagian belang mobil.

Tapi, untungnya mobil jeep itu berhenti di tujuan saat menjelang malam, di pertengahan pergantian siang menuju malam. Jadi, Jack bisa sigap menyelinap keluar saat orang-orang tak dikenal menurunkan dan mengeluarkan belanjaan di mobil.

Sekoyong-koyong ia berlari mencari tempat sembunyi di balik truk-truk kontainer kala anjing-anjing menggonggong tak jelas atau entah karena mereka sangat peka terhadap kehadiran orang asing di sekitar mereka. Di balik ban besar yang menopang rangkaian kontainer Jack menyembunyikan dirinya dari sorot-sorot lampu senter.

“Padahal, aku jauh dari mereka,” ucap Jack di tengah nafas yang menderu-deru, di tengah jantung yang berdegup-degup, dan di tengah keringat yang meluncur dari kulit-kulitnya.

Ketika melihat sebuah sinar lampu sorot datang mendekat dari sisi truk yang berbeda, maka Jack sigap merapatkan tubuhnya pada ban trus yang besar. Perlahan ia mengintip langkah kaki dari kolong truk kontainer.

Jack menggeser tubuhnya perlahan begitu melihat sepasang kaki terlihat hendak memutari truk untuk memeriksa. Bertambah keras degup jantung di balik dada Jack. Ia benar-benar gugup, cemas, panik, takut akan ketahuan oleh mereka. Bisa-bisa lehernya digorok.

Lantaran panik dengan suara langkah kaki yang semakin dekat dengan sorot lampu senter di belakang dari belakang truk, tak disadari tangan Jack meraih Handle pintu mobil truk. Ternyata pintu truk tak dikunci. Jack pun lekas naik ke atas, masuk ke dalam truk. Setelah menguncinya dari dalam, Jack sembunyi di bawah jok sambil mencuri dengan percakapan orang-orang di sekitar truk.

“Kau lihat sesuatu?” 

“Tidak, tapi tadi aku mendengar sesuatu. Apa kau dengar?”

Selang 20 detik usai memeriksa sekitar truk dengan bantuan lampu senter, salah satu di antara mereka berkata, “Sudahlah. Mungkin hanya suara seekor kucing.”

“Ayo pergi.”

“Eh tunggu, bukankah malam ini Tuan Edhi akan pergi menggunakan truk?”

Tiba-tiba kawannya tertawa terkekeh. Lalu mendekap mulutnya supaya tak terdengar keras. “Kau benar. Dan ini semua disebabkan ulah anak buahnya yang konyol itu.”

Satu orang dari mereka terdengar menarik nafas, lalu berkata, “Memang sudah nasib Tuan Edhi harus bepergian dengan truk. Padahal, tadinya Tuan Edhi akan pergi siang tadi menggunakan truk, lantaran mobil jeepnya dibawah 2 anak buahnya ke bengkel dan ke pasar.”

“Ya, aku tahu itu. Tiba-tiba pertemuan Tuan Edhi dan kawannya diganti menjadi malam.”

“Dan malamnya, tiba-tiba Bomba dan Mike pulang ke Georges Hat ini dengan mobil penuh kotoran sapi, kambing dan ayam.”

Lalu disambut tawa terbahak mengingat kekonyolan dua anak buah Edhi bernama Mike dan Bomba. “Akhirnya Tuan Edhi tetap menggunakan truk malam ini.”

Kelakar tawa dari tiga laki-laki di luar truk terdengar keras di tengah gelap malam. Namun tetiba, suara tawa mereka lenyap, sat mendengar suara Edhi meminta Lindhan menyiapkan truk yang akan digunakan.

“Aku tidak mau tahu. Truk yang akan mengantarku harus dalam kondisi baik dan wangi.” Suara Edhi begitu keras dari dalam rumah mobil mewahnya.

Tergesa Lindhan memeriksa truk-truk yang terparkir, lalu ia bertanya pada para 3 pekerja yang berbincang di dekat kepala truk.

“Tuan Edhi, meminta satu truk untuk pergi malam ini. Mana truk yang paling bersih dan nyaman?” tanya Lindhan.

“Oh, ahmm... yang ini saja. Karena tadi sore Daren baru mencuci dan membersihkan truk ini, termasuk kaca, jok dan karpet,” jawab salah satu laki-laki.

Lindhan pun lekas menanyakan keberadaan Daren, supir truk ini. Karena Edhi meminta truk ini di pindahkan ke dekat mobil Edhi. Lindhan meminta tiga laki-laki itu yang tak lain pekerja Georges Hat segera mencari Daren. 

“Katakan pada Daren. Dirinya dan truk ini ditunggu Tuan Edhi sekarang,” kata Lindhan. 3 laki-laki itu pun pergi mencari Daren.

Setelah Lindhan pergi dari sekitar truk itu, Jack yang mendengar percakapan mereka berempat di luar truk mendapatkan sebuah ide. Ia akan menyamar menjadi Daren, mengemudikan truk itu.

“Ah! Bagaimana dengan kuncinya?” Jack pelan dan kesal. Lalu tiba-tiba ia teringat cara-cara mencuri mobil, hanya dengan menggunakan kawat. Ia pun lekas menggeledah tubuhnya, mencari kawat yang selalu ia bawa untuk menjalankan mobil tanpa perlu kunci.

Setelah Jack menemukan kawat miliknya. Ia lekas memasukkan kawat ke lubang kontak, memutar sambil menginjak pedal gas dan rem kaki. Setelah mesin menyala Jack mengecek indikator tekanan udara. 

Ketika hendak menginjak pedal gas, Jack meihat sebuah kameja menggantung di kastok. Buru-buru ia melepas kaosnya, lalu menggantinya dengan memakai kemeja warna hitam. Sebuah jaket yang menggantung di belakang kemeja juga dipakai Jack.

Terakhir Jack mencuci wajahnya dengan air di botol yang ia temukan tergeletak di dekat kaca depan. Setelah itu ia membuka-buka laci di dashboard mobil. Ternyata ada sebuah parfum pria. 

Tak pikir panjang lagi Jack segera menyemprotkan parfum dam botol spray tubuh dan bajunya. Lalu ia mengikatkan sapu tangan melingkari sebagian wajahnya, diikat di belakang kepala. Jack pun menginjak pedal gas perlahan menuju tempat paling terang di depan tenda yang besar.

Jack mengingat betul, malam itu Kota Langge menjadi tujuan laki-laki yang dipanggil Edhi. Edhi mengungkapkan bahwa meluncur dengan truk kontainer yang tidak pernah terpikirkan olehnya. Pikir Edhi, apa boleh buat, daripada rumah mobilnya yang ia bawa, pasti semua orang akan menertawakan dirinya lantaran seperti kura-kura selalu membawa rumah kemanapun. 

Di samping Jack yang mengemudikan truk kontainer, Edhi menghembuskan nafas. Kemudian ia merapatkan kedua bibir sambil menyedekapkan kedua tangan di dada. Kedua matanya malam itu tampak sendu, memandang ke arah langit tanpa bintang dan tanpa sinar bulan.

Malam itu Jack ingat betul, tiba-tiba Edhi mencurahkan isi hanya yang penuh masalah, yang telalu berat dipikul seorang diri olehnya. “Apakah benar hidup itu pilihan? Kalau hidup adalah pilihan, maka siapakah yang memilih? Kita atau Tuhan?”

“Bertahun-tahun aku menggeluti usaha Goerges Hat. Sebelum memiliki nama besar Georges Hat, aku hanya anak yang tumbuh di jalanan. Semua serba susah. Kerja keras menjadi kunci berjalannya roda hidupku.”

“Ketika anak-anak seusiaku bermain dan tertawa, mendapat makanan yang mereka sukai, apapun yang mereka mau. Sementara aku yang di sudut jalan mencoba bertahan hidup sebisaku tanpa tahu aku milik siapa, aku anak siapa. Ketika perutku menjerit lapar, sementara tak ada makanan apalagi uang di tanganku. Ujung-ujungnya aku seperti dipaksa mengeluarkan tenagaku yang hampir habis, harus bekerja ketika lapar mendera, untuk mendapatkan sesuatu yang dapat membungkan laparku.”

“Terombang ambing dicampakkan orang-orang. Dilempari sampah ketika aku mengemis. Bahkan nyaris mati ketika orang-orang menuduhku pencuri.”

“Apakah saat itu Tuhan baik padaku? Bukankah semua yang kualami itu adalah pilihan Tuhan? Apa aku ditanya akan memilih apa?” tanya Edhi, lalu dijawabnya sendiri, “Kupikir tidak sama sekali.”

Edhi merogoh saku jasnya. Ia mengeluarkan kotak persegi panjang, lalu membukanya dan mengambil satu batang cerutu. Setelah menutup kembali kota persegi panjang itu dan memasukkannya kembali ke dalam saku, Edhi merogoh saku-saku jasnya, baju hingga celana mencari bensin untuk menyalakan cerutu. Namun, bensin tak kunjung ditemukannya.

Jack yang melihat sebuah bensin di dashboard mobil, lekas mengambil dan menyalakannya di hadapan cerutu di mulut Edhi. Usai cerutu menyala, Edhi menghisap kuat-kuat, lalu membuang asapnya ke luar jendela yang terbuka. 

Sementara Jack kembali fokus ke depan kemudi, Edhi kembali melanjutkan curahan hatinya dengan santai sambil menghisap cerutu. Edhi mengungkapkan, bahwa sebenarnya ia tak mempermasalahkan candaan mereka, namun kadang-kadang panas juga telinga Edhi mendengar candaan-candaan orang-orang kaya. Bagi mereka, mobil rumah semewah dan senyaman apapun, tak sebanding dengan harta fantastis milik mereka. Itulah mengapa mereka kerap menghina orang-orang tak sebanding dengan mereka.

Tetiba Edhi tertawa hingga terkekeh. Bahkan membuat Jack tersentak kaget. Usai menghisap dan membuang asap cerutunya, Edhi berkata, “Sampai suatu hari aku melihat kucing-kucing jalanan yang berebut makanan dipungut oleh orang pemburu kucing, memasukkan mereka ke dalam karung, lalu mendandani kucing jalanan itu, dan menjadikan mereka sebagai produk hidup untuk dijual kepada para pecinta kucing. Dari situ terpikirlah, bahwa untuk menjadi sukses kita harus pandai memanfaatkan lingkungan kita. Lalu kulihat diriku hanya meminta belas kasihan dari orang-orang yang melintas di keramaian. Aku juga tak memiliki bakat apapun. Jadi aku bicara dengan tubuhku ini, kalau kau mau keadaan yang nyaman denganku, maka hari ini, bahkan hingga beberapa tahun ke depan kau harus memeras keringat di tubuhmu. Kupastikan otakku kuputar mencari dunia yang layak untukmu.”

Edhi kembali tertawa usai menghisap cerutu dan membuang asapnya. Bila teliti mendengar tawa Edhi kali itu, maka tawanya ini adalah sebuah kebebasan dan keyakinan terhadap apa ambisinya selama ini.

“Dan kau lihat sekarang, mereka konsumenku.. Mereka rela merogoh kocek yang besar untuk membayarku agar memberikan hewan-hewan liar yang jadi hobi mereka. Walau mereka pemilik usaha sirkus, namun dunia sirkus terkendali oleh satu tangan, Georges Hat.” Di ujung perkataan Edhi kembali tertawa, bahkan tawanya lebih kerasbah keras.

Malam itu 2 jam berlalu seperti bernostalgia dengan ceita kisah hidup Edhi. Sejak saat itu Jack mengagumi Edhi, yang di matanya adalah seorang pejuang gigih. Edhi membuktikan diri, bahwa dirinya bisa satu meja dengan orang-orang terpandang lagi kaya yang dulu pernah menghinanya.

“Bhuughh!” Pukulan tangan Ramos tepat mengenai wajah Jack yang ketahuan mencuri makanan. Ramos pun menarik kerah bajunya, lalu kembali menghempaskan tinju pada muka Jack. “ Dasar pencuri, enak saja kau mencuri di sini.”

Jack jatuh tertelungkup. Perkelahian tak imbang itu buru-buru dicegah Eric sang Juru Masak Georges Hat. Jack akhirnya diseret oleh pekerja kasar. Mereka membawa Jack ke hadapan Edhi.

Mendapati Edhi masih terlelap, akhirnya Ramos dan kawan-kawannya menyerahkan pemuda itu pada Holdan dan Bomba. Jack pun kini meringkuk dalam pengawasan Holdan dan keempat kawannya. Mereka menyekap pemuda yang tak diketahu namanya itu di kandang berjeruji besi di dalam kontainer, berdampingan dengan kandang yang dihuni seekor Cheeta.

Di balik jeruji besi Jack yang terkapar tak berdaya di atas tumpukan jerami masih menhengar suara berisik dari seekor cheeta yang terus mengintai dirinya. Hewan berbintik itu tak henti menjulurkan kaki-kakinya ke celah-celah besi yang tak rapat untuk menggapai dirinya. Bahkan Jack bisa merasakan hembusan nafas seekor Cheeta yang kelaparan.

Jack yang lapar terpaksa mengikat perutnya dengan kemeja yang ia gunakan semalam, sedang tubuhnya hanya mengenakan kaos oblong warna biru tua. Jack berusaha memejamkan mata di tempat gelap itu. 

Tetiba pintu kontainer terbuka. Jack menoleh dengan lemah sambil mengernyitkan kening dan memicingkan kedua mata ketika cahaya terang menembus bola matanya. Terdengar olehnya seseorang membuka pintu kandang. Jack pun bangkit berdiri dengan sempoyongan.

“Byyuuuurrr!” Holdan menyiramkan air di muka Jack supaya lekas membuka mata. Tanpa mengucapkan apapun Holdan dan Lindhan lekas menyeret Jack keluar kandang. 

Di hadapan Edhi, Jack jatuh tersimpuh dengan tangan terikat, tak memiliki daya. Ia sangat lapar. Dan ia pun pasrah bila kematian datang menjemputnya saat itu juga.

“Ini Pencurinya Tuan Edhi,” kata Holdan.

“Saya pikir dia bukan pencuri, Tuan, tetapi lebih tepatnya penyusup,” sahut Lindhan. Di ujung perkataan Lindhan, kedua mata Edhi menajam seperti tatapan burung Elang.

Edhi meminta wajah pemuda di hadapanya dibasuh dengan air, supaya Edhi bisa melihat jelas wajah pemuda itu. Edhi juga meminta Mike dan Bomba menggeledah tubuh pemuda itu. 

Edhi khawatir, anak muda ini adalah mata-mata yang diperintahkan saingan bisnisnya untuk menyelidiki mengenai bisnis Georges Hat. Atau ia adalah agen mata-mata yang dikirim kepolisian untuk menyelidiki usahanya.

Setelah Holdan menyiramkan seember air pada pemuda itu, Mike dan Bomba mempreteli kaos dan celana yang dikenakan pemuda berkulit putih namun tampak tak terurus. Namun tiba-tiba semua tertawa begitu melihat pemuda itu mengikat perutnya dengan sebuah kemeja.

Namun tidak bagi Edhi. Ia malah membentak, meminta anak buahnya tak tertawa. Edhi mengetahui yang dilakukan pemuda ini adalah untuk mengganjal rasa laparnya. “Ini bukan lelucon!”

Dengan muka sangar Edhi bertanya pada pemuda itu, mengenai nama, asal, hingga tujuannya datang kemari. Apa benar yang dituduhkan  Holdan, bahwa pemda itu datang ke Georges Hat untuk mencuri? 

Jack merasa tak perlu mengungkapkan semuanya. Awal kedatangannya ke Georges Hat, menyamar menjadi supir yang mengantar Edhi memenuhi undangan para pengusaha, hingga terpergok ketika mencuri makanan.

Dengan lemas dan lemah Jack berkata, “Aku Jack. Aku hanya ingin mendapatkan pekerjaan.”

“Sebutkan dari mana kau berasal? Seperti yang diminta Tuan Edhi,” sahut Holdan.

Namun Jack tak lekas menjawab. Ia harus memeras otaknya di tengah genderang perutnya yang lapar. Ia menerka-nerka tempat mana yang ia pilih untuk menjadi jawaban pertanyaan Edhi yang diulangi oleh anak buahnya. 

“Saya tahanan yang baru dibebaskan.” Jack terpaksa berbohong supaya bisa menjadi pertimbangan Edhi menerima dirinya di Georges Hat ini.

Edhi mendekati pemuda bernama Jack. Ia jongkok supaya bisa menatap Jack lebih dekat, lalu dilihatnya dengan seksama paras pemuda bernama Jack. Edhi pun berkata, “Kau akan sangat menyesal bila berbohong padaku.”

Setelah itu Edhi memerintahkan Eric membawa makanan untuk pemuda ini. Dan meminta Bomba, Mike, Holdan dan Lindhan mengurus pemuda ini. “Bersihkan dia, pakaikan dia pakaian! Dia bekerja padaku mulai hari ini.”

“Siap Tuan Edhi.”

                                      *#*

Pagi itu Ellia tak lekas berangkat ke Westinhorn. Ia pikir, dirinya punya cukup banyak waktu membantu sang nenek membuat roti atau membantu sang kakek memerah susu sapi perah. Ia ingin membawa susu perah untuk Jiko yang termasuk ke dalam pekerja yang dipilih Mrs. Vaeolin untuk membantu petugas Unit Kesehatan yang akan mulai memeriksa kesehatan satwa di Planet Zoo pada hari ini, hingga 1 bulan ke depan. Sementara dirinya dan pekerja lapangan yang tak dipilih akan bergantian masuk kerja mulai pukul 7 pagi dan 10 pagi. 

Begitu turun ke lantai 1, ternyata sebagian roti-roti buatan sang nenek telah masuk tahap pengovenan. Ellia pun hanya membantu mencicipi roti yang baru keluar dari oven. Lalu membantu membersihkan dapur, lalu merapikannya dan mencuci wadah.

Setelah itu Ellia pergi ke kandang sapi, memeras susu sapi bersama sang kakek yang sudah lebih dulu. Melihat Ellia datang ke kandang sapi, Kakek Jack meminta cucunya itu kembali, lalu membiarkan dirinya yang memeras susu sapi.

“Tidak Kakek, hari ini aku akan membantu Kakek memeras sapi seperti dulu.”

Kakek Jack pun terkejut, pikirnya jangan-jangan terjadi masalah di tempatnya bekerja, Planet Zoo. Lagi pula harusnya Ellia bersiap-siap berangkat bekerja. Bukannya pergi ke kandang sapi, membantu memeras susu sapi.

“Kau baik-baik saja kan?” tanya Kakek Jack.

Ellia pun menggulungkan kening, lalu menjawab, “Tentu Kakek. Aku sangat baik hari ini. Bahkan.... ”

 “Bahkan apa?” Kakek Jack memotong lantaran tak sabar menanti.

Ellia pun tersenyum, lalu berkata manja pada sang kakek, bahwa ia ingin memberi susu sapi perah pada seseorang yang begitu baik pada dirinya di tempatnya bekerja. Lalu menceritakan mengenai Jiko, pemuda yang bekerja di kebun binatang, namun pikirannya lebih dewasa dari usianya. Jiko kerap datang tiba-tiba,  menghibur dan menemani Ellia yang diterpa kelinglungan dan kesedihan mendadak saat sedang bekerja. Bahkkan Jiko membagi makan siangnya, memberikan satu burger paling enak untuk dirinya.

“Kakek setuju denganmu. Berikan susu segar hangat dan roti istimewa Nenekmu pada kawanmu itu."

Satu jam sebelum pukul 10, Ellia sudah berangkat ke Westinhorn. Senyum bahagia berlarian dari wajahnya, menyapa langit, menyapa pepohonan kering, menyapa tanah tandus lagi gersang yang dilalui, menyapa burung-burung yang terbang rendah.

5 menit sebelum pukul 10 Ellia tiba di kebun binatang Planet Zoo. Sebelum memulai kerja, Ellia menyimpan bekal roti dan susu sapi segar yang di simpang dalam botol khusus supaya tetap hangat di dalam loker pekerja miliknya. 

Seorang pekerja bernama Dian, menghampiri Ellia, ia mengatakan bahwa astisten Mrs. Vaeolin yang bernama Fredy memberi perintah pada Ellia untuk membersihkan kaca di seluruh ruangan yang ada di Planet Zoo.

Kali ini, apa yang diperintahkan atasannya itu malah membuatnya tak bergairah. Ellia ingin bekerja di sekitar kandang-kandang dan wilayah satwa. Ia ingin sekali bisa melihat, dekat, menyapa mereka seperti waktu itu. Lagi pula, pikir Ellia membersihkan kaca jendela kan tugas Nancy sebagai petugas kebersihan dalam, yang membersihkan ruang-ruangan dalam termasuk toilet. Kenapa harus dirinya yang membersihkan kaca-kaca di semua ruangan?  Ellia juga ingin melihat petugas Unit Kesehatan Satwa memeriksa hewan-hewan lucu dan menggemaskan itu.

Selang 30 menit, Dian kembali mencari Ellia yang tak kunjung melaksanakan tugas yang diperintahkan Fredy. “Ellia cepatlah pergi membersihkan kaca seperti yang diminta Fredy.”

“Apa Mrs. Vaeolin mengetahui ini?”

“Mmm kupikir iya. Karena ia akan selalu mengawasimu semenjak kejadian waktu itu.”

Jawab Dian tegas. Setelah itu ia pergi tergesa.

Ellia pikir, benar juga yang dikatakan Nancy. Jangan-jangan mereka sengaja memberi pekerjaan yang memudahkan mereka mengawasi dirinya. Ellia yang bagi mereka selalu membuat masalah. Padahal menurut Ellia, dirinya merasa tidak demikian. Ia hanya pernah lalai bekerja sampai harus mendapat hukuman lembur selama 6 jam. Namun malah jadi 12 jam, eh tidak tidak tidak, hampir jadi 12 jam. 

Namun kini, kejadian yang ia alami itu selalu membuatnya tertawa bila mengingat kembali. Yaaa, ia anggap saja sebagai pelipur kesedihan, gergara tuduhan “Pencuri” dialamatkan pada dirinya setelah kejadian itu ramai diperbincangkan.

Usai menghembuskan nafas, Ellia pergi sambil membawa perlengkapan untuk membersihkan kaca jendela. Satu-persatu ruangan di Planet Zoo dimasuki, kaca-kaca dibersihkan dengan lap kaca ditambah sabun cair yang disemprotkan. 

Begitu seterusnya hingga tiba jam istirahat. Pada jam itu Ellia duduk di tempat yang sama saat Jiko berbagi burger dengan dirinya. Ia arahkan pandangannya ke segala arah, mencari kawannya Jiko. Namun hingga jam istirahat berakhir, Ellia tetap tak menemukan Jiko. Alhasil, roti dan susu sapi yang ia bekal masih utuh di dalam wadahnya.

Setelah kembali menyimpan bekalnya di loker pekerja miliknya, Elli kembali pergi membersihkan kaca-kaca jendela di ruangan-ruangann yang tersebar di Planet Zoo, kecuali kantin dan toilet. Pada siang hari Ellia memulai kerja dari pukul 1 sampai pukul 4 sore. 30 menit sisa waktu yang ia miliki, ternyata masih ada satu ruangan yang belum dibersihkan.

Namun ruangan itu ternyata tertutup rapat. Jadi pikir Ellia mungkin ruangan itu tidak termasuk yang dibersihkan. “Kebetulan sekali kalau memang terkunci, aku masih bisa melihat mereka.”

Ellia pun melangkah pergi dari depan ruangan itu. Namun hal tak terduga terjadi. Tiba-tiba Ellia mendengar suara pintu. Setelah diperiksa ternyata  pintu ruangan itu  di belakangnya bersuara lantaran dihantam angin. Lalu perlahan pintu itu terbuka Ellia pun menganga melihat pintu yang terbuka itu.

“Ha, apa....”

“Apa kau tidak ingin masuk dan menyapa kami, Ellia?” tanya pintu itu yang masuk ke dalam pikiran Ellia. 

Sontak Ellia lekas mengedipkan kedua mata. Lalu wajahnya memelas, “Tapi aku ingin....”

“Ayolah sebentar saja, kami ingin mengenalmu, Ellia. Dengar-dengar, kau bekerja di Planet Zoo ini. Pasti kau akan sering bertemu dengan kami.”

“Oooh kuharap kita tidak tidak sering berjumpa. Karena aku pekerja lapangan.”

“Oh sayang sekali.”

“Maafkan aku. Mmm tapi aku akan membersihkanmu hari ini.” Di ujung perkataannya Ellia melangkah menuju pintu ruangaan yang tidak diketahuinya, bahwa ruangan itu adalah ruang Manajer, yang disiapkan untuk Manajer terpilih.

Dengan suka cita Ellia membersihkan ruangan yang tidak diketahuinya itu. Sampai-sampai ia melewatkan 30 menit jam istirahat selama 1 jam. Melihat semua kaca, dan semua benda di ruangan itu sudah bersih dari debu, Ellia mengusap keringat di keningnya seraya menghela nafas panjang.

Tiba-tiba Ellia dikejutkan lagi dengan suara seseorang memanggil nama dirinya dari arah belakangnya. Dengan jantung berdebar Ellia menoleh ke asal suara. Ternyata Mrs. Vaeolin berdiri memandang dirinya dengan mukanya yang khas, tanpa senyum, galak seperti singa.

“Ellia siapa yang mengijinkanmu masuk ke ruangan ini!”

Ellia tak menjawab. Ia hanya tertunduk lesu di hadapan Mrs. Vaeolin yang galak.

Bab terkait

  • ELLIA   Kesempatan Tak Ternilai

    Georges Hat bertambah ramai dengan kehadiran 3 ekor sapi, 3 ekor kambing dan 10 ekor ayam. Selaku orang yang diserahi kepercayaan oleh Edhi, Eric rajin memberi makan semua jenis hewan ternak itu. Supaya mereka bisa menikmati sisa hidup sebelum menjadi sajian makan malam yang lezat.Eric, sang Juru Masak masih duduk terdiam mengayun-ayunkan sebilah pisau tajam seraya memandang sapi, kambing dan ayam-ayam. Dalam kepalanya ia sibuk memilih, siapakah yang akan dipotong dan dimasak lebih dulu?“Sepertinya memanggang daging yang tebal dan besar bisa cukup selama... 4 sampai 6 hari,” lirih Eric.“Atau yang kecil-kecil itu dihabiskan terlebih dulu. Mmm tidak tidak. Yang kecil-kecil lebih baik dipelihara, supaya... di Georges Hat ini juga bisa menjadi peternakan ayam. Wow, sampai jumlah yang sangat banyak. Tuan Edhi pasti senang, bila ada pemasukan tambahan. Lagi pula mereka juga bisa menjadi hidangan pembuka bagi hewan-hew

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-02
  • ELLIA   Petak Umpat

    “Indahnya hari ini... indahnya pagi ini... Planet Zoo... Planet Zoo... Planet Zoo... menyibak indahmu pada awal hari... kabut-kabut meleleh... air-air menetes... Planet Zoo... Planet Zoo.... ” Sepotong nyanyian di dalam hati Ellia sebelum memulai pekerjaannya di Planet Zoo di bagian kebersihan kandang satwa.Dalam mengawali hari-harinya sebagai pekerja kebersihan Satwa, Ellia mendapat mentor yang bernama Joshy. Joshy adalah seorang pekerja perempuan yang hampir 30 tahun ditempatkan di bagian kebersihan Satwa. Di usianya kini yang hampir 50 tahun, Joshy adalah pekerja senior yang sudah malang melintang dengan dunia satwa. Ia juga penemu beberapa trik tipuan untuk mengalihkan satwa-satwa yang kandangnya hendak dibersihkan.Tak diduga, sebelum mengajarkan cara membersihkan kandang-kandang satwa yang tersebar di sejumlah tempat di Planet Zoo, Joshy malah meminta Ellia membersihkan kandang kuda khusus kuda-kuda yang digunakan pekerja kebun binatang d

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-04
  • ELLIA   Setengah Mati

    Robert MT, Manajer terpilih dari hasil tes dan wawancara yang diadakan Pemerintah Kota Westinhorn hadir untuk pertama kali di kebun binatang Planet Zoo. Kedatangan Robert pagi itu bersama 4 anggota Pengawas dan Pembina sekaligus perwakilan anggota Parlemen Pemerintah Kota Westinhorn, disambut hangat para petinggi kebun binatang Planet Zoo. Kecuali Mrs. Vaeolin.Saat semua yang bertatap muda dengan Robert memberikan tepuk tangan diiringi senyum menawan nan hangat, hanya Mrs. Vaeolin yang bermuka dingin. Bahkan ia tak memberikan aplaus pada laki-laki yang dekat dengan kalangan pengusaha dan pejabat pemerintah itu.Begitu melewati gerbang Selatan, mereka berlima disambut riuh suara aneka Satwa yang menjerit, memekik tinggi, dan meringkik-ringkit. Udara segara seketika terhirup oleh mereka. Udara yang tak didapat di kota-kota besar atau bahkan di wilayah gersang lagi tandus.Di aula yang terdapat di zona kantor, Mr. Rafael memberi sambutan pe

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-05
  • ELLIA   Suka Cita

    “Kenapa mereka bisa lepas, Jack!” Mike begitu geram pada Jack, hingga ia menarik kerah lingkaran kaos Jack.“Sudahlah Mike. Jack juga sudah menangkap mereka kembali,” ucap Holdan.Mike pun melepaskan tangannya dari kerah baju Jack. Hembusan nafasnya menjadi tanda akhir kelelahannya sekaligus kekesalannya. Mike menjatuhkan diri, terduduk di atas tanah kering. Berikutnya Jack ikut menjatuhan diri, terduduk di samping Mike. Dan terakhir, Holden mengikuti Mike dan Jack.Lelah yang sangat mendera mereka bertiga di atas tanah kering, hingga tak ada perbincangan sedikit pun. Tak ada yang terdengar di antara mereka, kecuali suara desir angin dan degup jantung di balik dada mereka. Tanpa ada aba-aba, serentak mereka bertiga merobohkan tubuh ke belakang. Jadilah, mereka berbaring di tanah tandus Dengan payah mereka bertiga memandang langit biru yang jauh tinggi di atas mereka.Mereka tak bisa menggunakan telepon pinta

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-07
  • ELLIA   Saling Terpaut

    Sore menjelang terbenamnya matahari, Ellia tampak berseri-seri. Di bawah langit senja kemerahan Ellia mengayuh sepeda bersama Jiko. Tentu saja, Jiko mengayuh sepedah miliknya sendiri. Dan baru kali ini Ellia mengetahui, jika Jiko suka mengendarai sepeda gowes, seperti dirinya.Baiknya lagi, ternyata Jiko yang tak searah pulang dengan dirinya, malah sengaja menemani pulang sampai di rumah. Jalanan sepi yang dilalui di tengah kepungan angin petang menerkam mereka berdua.“Kau pasti terbiasa mengayuh sepeda,” ujar Jiko seraya mengayuh sepeda.“Kenapa?”“Karena laju sepedamu lebih cepat daripada aku.”Seketika Ellia tertawa, lalu sesekali dipandangnya wajah pemuda yang usianya tak jauh dengan dirinya. Ellia pun lebih memelankan laju sepedahnya, seperti Jiko mengayuh sepeda.“Sepertinya kau kesulitan mengayuh sepedamu.” Sesekali Ellia memperhatikan Jiko.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-08
  • ELLIA   Pergi Memeriksa

    Kamis pagi, jeep warna hitam yang dikemudikan Bomba menepi 500 meter sebelum rumah milik Kakek Jack. Usai berhenti, Mike keluar mobil seraya membawa tas ransel. Tak sampai 1 menit, Jeep kembali melaju.Mike memantapkan hati. Ia harus bisa masuk ke keluarga kecil Kakek Jack, seperti yang diperintahkan Majikannya. Sebelum melangkah, ia mengacak-acak rambut dan melumuri wajah, hingga baju dan celana dengan tanah kering.Sesaat ia melepas senyum, kala hatinya membisikkan pada dirinya bahwa sebentar lagi kau akan mendapat kepercayaan dari Tuan Edhi lantaran ektingnya yang bagus. Mike pun tertawa terbahak, begitu membayangkan dirinya menjadi pemeran utama yang berhasil dalam misi.“Ayo Mike sebentar lagi kau akan mendapat seperti yang kau pikir,” bisik hatinya. Sesaat ia pun menarik nafas, menggantikan oksigen di dalam dadanya. Ia mulai melangkah menuju rumah kayu lantai dua milik Kakek Jack.Kebetulan sekali, Mike mend

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-10
  • ELLIA   Lebih Dari Menjalankan Perintah

    “Mrs. Vaeolin, saya memanggil anda ke ruangan saya ini karena saya ingin anda secepatnya menyiapkan data-data mengenai satwa di Planet Zoo ini. Hmm anggap saja ini audit dari saya.”“Data mengenai satwa banyak kategorinya, Mr. Robert. Anda harus menyebutkan lebih spesifik. Dan anda bisa meminta bantuan pada Asisten saya, Fredy. Atau bila anda sudah menunjuk Asisten pribadi, anda bisa meminta Asisten anda mencari data satwa, nanti.”“Oh,” lirih Mr. Robert seraya menajamkan pandangannya. Lalu menghela nafas dalam-dalam.“Kalau begitu siapkan beberapa Staf pekerja Planet Zoo yang pandai dan memiliki keahlian dalam... menata dokumen dan... yaaa pokoknya yang berkaitan dengan kearsipan. Karena saya suka dengan pekerja yang pandai dan teliti.”Sebelum menjawab, Mrs. Vaeolin menarik nafas dalam dan mengeluarkannya perlahan. Ia mencoba mengendalikan luapan emosinya lantaran permintaan Manajer

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-14
  • ELLIA   Menyamar

    “Emm... eemm... hemm... Hmm!” Lindhan kembali meronta.Usai menghela nafas, Bomba menepikan laju jeep. Ia melepas lakban yang membungkam mulut Lindhan. “Krreeekkk!”“Aauww!” ucap Lindhan spontan sambil menyeringai lantaran perih.Usai sakitnya berkurang, Lindhan meluapkan kemarahannya pada Bomba. Ia juga meminta Bomba segera melepaskan ikatan tali yang melilit di tubuhnya. Tanpa bicara sepatah katapun Bomba melepas ikatan tali di tubuh Lindhan.Begitu tali terlepas dari tubuhnya, seketika Lindhan memarahi Bomba. Ia tak terima dengan yang dilakukan Bomba dan Holdan. Lantaran begitu marahnya, sampai-sampai Lindhan berkata, “Apa tujuanmu mengikatku, Hah!”“Apa kau sudah bosan hidup!”Kali ini Bomba bergeming. Tak satupun kata keluar dari kedua bibirnya. Ia pun pasrah saja yang akan dilakukan Lindhan terhadap dirinya. Sementara Lindhan dengan berapi-a

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-18

Bab terbaru

  • ELLIA   Pondasi Memulihkan Bumi

    Riuh warga Kota Westinhorn menyeruak begitu Mrs. Vaeolin keluar dari gedung parlemen pemerintah kota westinhorn. Sorak-sorak bahkan tangis mengalir di dalam gemuruh tepuk tangan. Mereka begitu mencintai sosok perempuan berusia 50 tahun itu. wanita yang tegas dan di segani siapapun terutama menyangkut kebun binatang planet zoo.Kini, warga Westinhorn tak lagi terpecah seperti sebelumnya. Setelah kebenaran terungkap, mereka pun bersatu. Mereka berharap dengan kembalinya mrs. Vaeolin maka permasalahan kebun binatang yang menjadi ikon kota westinhorn akan terselesaikan. Dan mereka dapat kembali menyaksikan kedamaian menyaksikan tingkah laku satwa-satwa yang pernah menghuni seluruh hutan yang pernah ada di dunia. Setelah Mrs. Vaeolin berdiri di depan mic, Ellia melangkah malu-malu di belakang Mrs. Vaeolin. Mr. Cruise meminta Ellia untuk mendampingi Mrs. Vaeolin. Ia menganggap Ellia begitu berjasa karena berhasil mengungkapkan penjahat utama yang ingin menjarah harta berharta milik Westi

  • ELLIA   Kembali Pulang

    Matahari terbit lebih awal di hari itu. Berita tak terduga diterima Mrs. Vaeolin di tahanan Dry Land Cave. Kepala rumah tahanan itu telah mengajukan peningkatan hukuman bagi Mrs. Vaeolin, dari semula ditahan seumur hidup menjadi hukuman mati. Pengadilan Westinhorn telah menyetujui. Bahkan keputusan pengadilan telah keluar sebelum sebelum komunikasi dari pihak pengacara Mrs. Vaeolin. Para pendukung Mrs. Vaeolin kembali kecewa dengan putusan pengadilan. Padahal mereka berharap dengan ditemukannya orang-orang yang hilang pada saat kejadian huru-hara pertama di planet Zoo, maka Mrs. Vaeolin akan dibebaskan. “Ini tidak adil!” seru pengunjuk rasa. “Pengadilan buta. Hakim buta dan tuli!” teriak para pengunjuk rasa. “Bebaskan bebaskan bebaskan Mrs. Vaeolin! Bersihkan namanya!” sorak-sorak pengunjuk rasa. Suara sirine polisi mengoyak pasang telinga setiap orang di depan pengadilan. Para polisi bergerak cepat menembus para pengunjuk rasa. Di tengah kerumunan itu juga terlihat asisten Mrs. V

  • ELLIA   Sambutan Tak Terduga

    Malam bertambah larut. Hampir berganti hari ketika jam menunjukkan pukul 12 malam kurang 15 menit. Dan kini keadaan di kebun binatang Planet Zoo telah kembali normal. Badai angin berangsur-angsur pergi menghilang. Dan tentunya semua orang yang menyaksikan malam itu tak mengetahui kemana perginya sang badai yang menakutkan itu.Kini polisi dan tentara semakin banyak yang masuk ke dalam area kebun binatang yang menjadi ikon Kota Westinhorn. Mereka menyisir lokasi hingga menangkap orang-orang yang terlibat keonaran. Dan pastinya mereka masih memburu tahanan yang kabur dari Dry Land Cave. Mereka juga membantu para polisi yang terjebak di dalam Planet Zoo selama terjadinya badai yang mengerikan. 20 orang anak buah Robert dan para pekerja Georges Hat yang lemas diringkus termasuk Cuki dan Eric. Cuki bahkan hampir tak sadarkan diri ketika dibawa polisi.Namun, ia sempat mengigau, berkata, “Tuan Edhi, apa kau sudah kembali? Aku dan para pekerja datang menyambut kepulanganmu.”“Angkat tangan

  • ELLIA   Kemenangan Yang Menyedihkan

    Benar dugaan Paman Hery. Lubang hitam yang menjadi pintu ke dunia lampau itu kian mengecil. Badai pun ikut melemah. Dan jangkauannya tak seluas semula.Bahkan kini para polisi dan tentara yang berada di luar area Planet Zoo memutuskan bergerak masuk ke dalam Planet Zoo. Komandan mereka mengintruksikan pada pasukannya supaya tetap bersabar menanti celah untuk mendekati sumber badai itu.“Tetap utamakan keselamatan! Ini hanya masalah waktu,” tambah komandan tentara.Sementara itu, masih banyak polisi yang terjebak di tengah badai di dalam Planet Zoo. Mereka tak berani pergi dari persembunyian karena khawatir badai akan tiba-tiba menguat dan menggulung mereka. Namun, beberapa polisi ternyata keluar dari persembunyian untuk pergi memeriksa.5 tentara pergi ke tempat terjadinya ledakan pertama, karena badai dirasa melemah di wilayah terjadinya ledakan pertama. Mereka pun menemukan bangkai helikopter yang sudah hangus dan mengepulkan asap hitam. Setelah didekati, mereka menemukan seorang p

  • ELLIA   Pertarungan Yang Berubah Menjadi Perlombaan

    Paman Hery masih sekuat tenaga menahan goncangan dari jam pasir kuno. Walau tak ada badai menerpa dirinya, namun ia jam pasir di kedua tangannya dapat dikatakan cukup berat. Ia sendiri masih tak mengerti mengapa jam pasir yang bisa menjadi seberat itu.1 jam waktu yang dimiliki Mrs. Vaeolin untuk pergi menyusul Ellia ke dalam dunia di dalam jam pasir itu. Bila ia tak kembali tepat waktu maka mereka tak bisa kembali ke dunia nyata. Karena jam pasir tak akan membuka tiga kali dunia yang sama.Malam itu juga pasukan tambahan dari kepolisian dan tentara pemerintah Kota Westinhorn berdatangan. Truk-truk dan helikopter telah bergerak dari markas. Sebagian truk yang mengangkut tentara dan polisi sudah tiba di area wilayah sekitar kebun binatang Planet Zoo yang luasnya mencapai puluhan hektar. Sedangkan helikopter yang terbang di sekitar kebun binatang itu tak berani bergerak maju lebih ke dalam lantaran badai angin yang menelimuti kebun binatang itu.Tak hanya aparat dan para wartawan yang m

  • ELLIA   Berhadapan

    “Apalagi ini?” lirih Ellia manakala melihat sebuah lubang hitam bertambah besar dari semula yang berupa titik.“Ellia, bagaimana ini. hewan-hewan itu sudah mulai keluar.” John begitu panik.“Dan apa itu?” John menunjuk sebuah lubang hitam raksasa sejauh 200 meter di hadapan mereka. Kemudian sesosok manusia melangkah ke keluar dari dalam lubang hitam itu.“Ellia, kau pergi saja bersama John dan Jerry. Aku akan menghadang mereka,” kata Jack seraya menatap Ellia dengan cemas.“Mereka hanya menginginkanku,” lanjut Jack.“Pergi kemana maksudmu Jack!” sela John.“Kita terkurung!” lanjutnya.“Kita pergi bersama, Jack. Karena kita akan pulang bersama,” kata Ellia.Kemudian John menoleh pada lubang hitam itu, maka dilhatnya kini puluhan hewan buas menemani langkah sesosok manusia itu. Ia hampir pingsan karena ketakutan yang luar biasa. Bagaimana tidak, di kanan dan di kiri mereka terdapat hewan-hewan buas yang hendak menyerang.John pun menangis meraung-raung. I berucap, “Apakah daging kita te

  • ELLIA   Terdesak

    Kedua mata Mrs. Vaeolin terbuka lebih lebar manakala melihat pasir terakhir akan jatuh. Sementara Paman Hery belum juga datang. Bila ia sendiri yang menahan jam pasir itu, maka ia tak dapat memantau ketika waktu habis. Tak diduga Paman Hery melompat dari belakang diri Mrs. Vaeolin. Ia mencoba meraih jam pasir itu. Dan tepat sekali, ketika jam pasir itu menciptakan badai bercampur cahaya yang berputar maka Paman Herry telah menggenggam jam pasir itu. Namun, tiba-tiba Robert melompat ke arah jam pasir itu. Ia mencoba merebut jam pasir kuno dari tangan Paman Hery. Robert sudah mendengar cerita mengenai jam pasir itu dari Max dan Durrel. Jam pasir kuno itu mampu menelan siapapun yang masuk ke dalamnya. Dan tidak memungkiri pula, jam pasir itu dapat mengembalikan Ellia, gadis kebun binatang yang menjadi saksi kejahatannya. Karena itu Robert ingin menggagalkan rencana Mrs. Vaeolin dan Paman Hery.“Berikan jam ini padaku!” Robert geram.“Kau yang menyingkir. Atau aku akan membuangmu ke dal

  • ELLIA   Menanti Keajaiban

    Polisi dan tentara dikerahkan untuk mengepung kebun binatang Planet Zoo. Sesuai dengan pernyataan 6 orang yang telah diamankan dari Georges Hat, bahwa tersangka buronan dari tahanan Dry Land Cave pergi ke kebun binatang Planet Zoo. Karena itu pihak kepolisian meminta bantuan tentara yang dimiliki Westinhorn untuk mengepung kebun binatang itu.Sesampainya di Planet Zoo, kedatangan puluhan polisi dan tentara mengejutkan orang-orang yang berseteru. Bahkan perkelahian antara anak buah Edhi dan pekerja Georges Hat yang dibantu pasukan patroli sempat terhenti ketika polisi dan tentara mengepung mereka. Bahkan helikopter yang terbang di atas mereka menyorotkan cahaya terang pada orang-orang yang bertikai di planet Zoo.“Kalian sudah terkepung. Jatuhkan senjata dan angkat tangan kalian semua!” seru komandan polisi di balik megaphone.Pilot yang mengemudikan helikopter itu mendapat perintah untuk menyisir tiap sudut kebun binatang itu. Sementara para polisi dan tentara mengamankan orang-orang

  • ELLIA   Saling Serang

    Tak diduga Ellia melempar sekepal salju ke muka John. Akibatnya John terkejut dan lengah. Ellia akhirnya mampu melepaskan cengkraman John dari lengannya. Ia pun bergegas menghampiri Jack. John berusaha mengejar, namun Jerry menarik bajunya. Ia meminta John tak pergi kemanapun. Lebih baik John mengawasi mereka dari tempatnya kini.“Lepaskan aku. Ellia dalam bahaya!”“Bukankah, Jack dan Edhi berada jauh dari anak buah Edhi?” bisik Jerry.John pun menggulungkan kening. “Tapi aku sangat khawatir.”“Dan kau? Tak biasanya kau bersikap begini!” lanjut John seraya menatap Jerry dengan penuh curiga.Dengan wajah datar Jerry berkata, “Kau salah. Aku masih sama seperti dulu. Hanya saja... aku tak ingin melihat Ellia... kembali sedih.” “Tapi kau malah membuatnya celaka!” maki John. Ia pun menyeringai sambil mengawasi Ellia.Sementara itu, kedatangan Ellia membuyarkan rayuan Edhi. Wajahnya kini dipenuhi dengan sakit hati. Ia tak rela Jack bersama dengan gadis itu, gadis yang sudah menggagalkan re

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status