Adrian membiar Amelia untuk tidur. Setelah minum madu jahe dan makan sup kaldu. Dia pun kembali terlelap, tanpa Adrian bisa mengorek keterangan darinya. Hal ini semakin membuat Adrian gelisah. Dalam hatinya, sangat yakin bahwa telah terjadi sesuatu yang menyakitkan pada Amelia.
"Tapi, apa?" bisiknya berulang-ulang. Sembari mondar mandir di depan pintu kamar Amelia.
Lelaki tampan dan matang ini, tak bisa menahan gelisahnya.
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
Teringat akan Salsa. Adrian segera merogoh saku celana.
"Hallo! Belum tidur?'
"Belum, Adrian. Ada apa?"
"Apa kamu belum dapat informasi sama sekali mengenai mereka? Apa Romy belum kau ajak bicara, Sa?"
Hening! Tampaknya Salsa tak langsung menjawab pertanyaan Adrian.
"Kenapa kamu diam?"
Salsa tak malah menjawab. Adrian malah hanya mendengar isak tangis yang mendayu. Membuat hati Adrian ikut trenyuh.
"Katakan, Sa! Apa yang terjadi dengan kalian? Apa, Romy tela
Dering ponsel berbunyi nyaring. Merusak lamunan Adrian yang masih terpaku. Seperti tak siap atas semua yang baru saja terjadi."Salsa ...!" Suaranya berbisik lirih.Buru-buru dia mengangkat telepon."Adrian ....""Bagaimana, Sa?""Dompet sama HP Amelia, ada di dalam mobil Romy. Aku sudah mengambilnya. Mau kamu ambil kapan?""Sekarang!""Maksud kamu?""Aku berangkat sekarang ke apartemen kamu.""Ini sudah jam dua Adrian. Mending besok pagi aja.""Dari rumah Amelia ke apartemen kamu, hampir Shubuh lah. Sekalian aku mau ambil mobil!"Sejenak Salsa terdiam. Dia bingung, bagaimana kalau Romy tahu dan mereka bertemu? Salsa berjalan mondar mandir kian resah. Dia masih menggenggam ponsel dan mendekatkan pada telinga."Aku berangkat sekarang, Sa!"Salsa tak bisa menolak. Dia hanya bisa pasrah. Entah apa yang akan terjadi di antara keduanya nanti.Sedang
Dua lelaki yang mencintai seorang wanita saling berhadapan. Salsa pun mundur beberapa langkah. Saat pandangan mata Romy tertuju pada dompet dan HP Amelia. Dia melirik sekilas pada Salsa."Kau yang ambil dompet sama HP itu?"Tatap matanya nyalang. Bagai elang yang ingin menyambar anak ayam. Membuat Salsa gelagapan. Tak bisa bicara. Dia serasa mati kutu."Jadi, kau berkomplot dengan dia ... haaahhh?!" sentak Romy."Berkomplot apa, Mas?"Adrian tak pedulikan pertengkaran mereka berdua. Dia menerobos masuk dan duduk di sebuah sofa yang tak jauh dari keduanya."Bisa kalian selesaikan pertengkaran nanti?""Lagian, siapa yang suruh kamu masuk?""Karena aku ingin bicara sama kamu!" tegas Adrian.Tanpa ada rasa penyesalan dan bersalah. Romy tersungging sinis. Penuh tatapan kebencian pada Adrian, yang dia anggpa telah merebut hati Amelia."Apa yang ingin kamu bicarakan?!" Suara Romy meninggi. Membuat Adrian gerah. Dia pun b
"Kalau kalian ingin saling memukul. Hantam aku! Lakukan sekarang!!!" teriak Salsa kesal. "Kalian bertengkar memperebutkan Amelia. Tanpa menyadari perasaan aku yang sakit dan terluka. Sekarang, pukul aku! Bila perlu, kalian bunuh!"Teriakan Salsa membuat Adrian dan Romy tersadar. Mereka berdua menghentikan aksi pergulatan dengan napas yang masih memburu keras."Kalian jika ingin melanjutkan perkelahian ini. Silakan pergi sekarang! Lakukan di jalan atau di mana pun juga. Asal jangan di hadapan aku!" sentak Salsa geram."Maafkan aku, Sa. Terbawa emosi melihat suami kamu ini yang masih bermain api. Mencoba merayu Amelia yang jelas-jelas akan jadi istri aku. Kamu benar-benar aneh, Rom! Istri sebaik Salsa kau campakkan begitu saja.""Tak usah kamu campuri urusan rumah tanggaku! Atau kamu memang mau menyerah? Melepaskan Amelia untukku?"Mendengar Romy berkata seperti itu. Salsa langsung pergi masuk kamar.Bruuuuakkk!Pintu kamar dibant
"Bukannya aku ini sudah berusaha menjadi istri yang baik buat kamu, Mas. Kamu perlakukan aku semena-mena pun aku diam. Sekarang, apa aku juga harus diam? Saat Adrian mencari calon istrinya, yang hilang bersama kamu, Mas. Jawab!"Salsa semakin berani menentang Romy."Masih diam juga, Mas? Apa kamu sudah merasa hebat? Bisa mengajak Amelia keluar dan menurutmu itu berhasil memisahkan mereka?""Diam!" bentak Romy naik pitam. "Itu bukan urusan kau, Sa! Aku hanya menanyakan, kenapa kamu membantu Adrian? Dan lagi, buat apa kamu mendatangi Santi ... haaa?""Itu juga bukan urusan kamu, Mas Romy. Aku hanya ingin memastikan, kalau seorang Santi yang pengusaha kaya raya. Terpandang, ternyata kelakuannya bejat. Menghasut suami orang untuk balikan sama mantannya. Apa aku salah?""Salah! Karena kau sudah tau bagaimana hubungan kita ini!" hardik Romy semakin berang."Jangan menghardik aku seenaknya, Mas. Aku pun bisa berangkat ke Semarang dan mengadu sama M
"Mas Adrian enggak minta diantar pulang. Dia minta diantar ke apartemen. Entah ke tempatnya siapa?"Deg!Jantungnya berdegup keras."A-apartemen?""Iya, Mbak Amel."Pikiran Amelia langsung melayang pada apartemen Romy."Apa Adrian mencari aku, Rin? Sewaktu aku pergi sama Romy?""Iya, Mbak. Pulangnya hampir bersamaan dengan Mbak Amnleia juga kok."Tatap mata Amelia seketika nanar. Dia merasa Adrian mengetahui di mana keberadaannya saat tadi malam.'Pasti dia sudah berpikir yang enggak-enggak. Kalau dia tahu apa yag telah terjadi. Pasti Adrian tak mau lagi menerima aku. Yang telah kotor dan hina ini.'Amelia tertunduk dalam. Dia larut dalam perasaan bersalahnya."Oh iya, Mbak. Mas Adrian juga turunin sepatu bdari dalam mobil.""Se-sepatu? Punya aku, Rin?""Iya, yang merah. Yang biasa Mbak pake."Dada Amelia semakin berdebar-debar tak karuan. Hatinya menjadi gelisah. Dia tak
Kali ini, keduanya sama-sama terdiam. Hingga sekian detik. Membuat Amelia dan Salsa saling berpikir apa yang harus dikatakan. Terlebih Amelia, yang merasa seperti seorang penjahat. Yang telah melakukan sebuah kesalahan besar."Tante, Salsa mau bicara. Dari hati ke hati.""Ehhh ... bi-bicara apa?" Suara Amelia terdengar sangat lemah."Tante, sakit? Apa Mas Romy telah melakukan sesuatu yang membuat Tante jadi sakit?"Tanpa mengindahkan perasaan Amelia. Salsa terus nyerocos dengan banyak pertanyaan."Kenapa Tante masih juga diam? Aku butuh kepastian dari Tante. Apa yang sebenarnya terjadi kemarin itu, Te? Apa?!"Amelia tak mampu lagi menahan isak tangisnya. Dia pun menutup telepon dari Salsa. Tak sampai satu menit berselang. Kembali terdengar suara telepon yang berdering.Kriiing kriiing kriiing!Dada Amelia kembali bergetar. Dia tak sanggup mendengarkan segala macam pertanyaan yang menohok hatinya dari Salsa.Namu
Sudah lima hari. Adrian belum juga menampakkan batang hidungnya. Dengan alasan masih di berada Jakarta. Amelia merasa ada yang tak wajar. Dia merasakan kalau Adrian mulai berubah."Apa yang terjadi sama kamu Adrian? Apa, kamu mendengar sesuatu tentang kejadian itu?"Amelia semakin gelisah. Dia beranjak dari tempat tidur."Aku harus menemui Adrian! Harus!"Tok tok tok!Belum selesai dia mengganti pakaian. Rini memanggilnya pelan dari luar kamar."Ada apa Rin?""Ada tamu Mbak.""Tamu?"Dengan gerakan cepat, Amelia membuka pintu kamar."Tamu siapa, Rin?""Istrinya Mas Romy, Mbak.""Salsa?"Rini mengangguk pelan. Sejenak Amelia terdiam. Dia berpikir untuk apa Salsa menemuinya.'Apa dia masih akan membahas masalah itu lagi?'Amelia menyisir rambutnya. Sedikit memberi polesan bedak dan lipstik pada wajahnya yang masih pucat.Sambil menarik napas dalam-dalam. Ameli
"Mas Adrian ada di dalam, Mbak."Hati Amelia berdesir lembut. Entah mengapa hatinya yakin Adrian menyimpan suatu masalah. Yang disembunyikan dari dirinya."Boleh saya masuk?""Silakan Mbak Amel. Mari saya antar!""Makasih, Pak."Saat menapaki lantai dua. Hati Amelia berdesir. Entah karena apa? Ada ketakutan tersendiri terhadap apa yang berputar di pikiran Amelia saat ini. Yaitu Adrian meminta hubungan mereka berakhir.Tok tok tok!"Siapa?"Amelia memilih tetap diam. Lalu, dia membuka pintu perlahan. Amelia melongok dan melihat Adrian yang tengah rebahan juga melihat ke arahnya."Amel?!""Iya, Adrian.""Ka-kamu diantar siapa? Bukannya badan kamu masih lemes?""Udah mendingan kok. Aku kepikiran kamu."Saat Amelia mendekat dan duduk di sebelah Adrian. Dia terkejut saat melihat kondisi wajah lelaki tampan itu."Wa-wajah kamu kenapa Adrian?" Seraya cemas dia mengusap perlahan wajah san