Sudah jam lima lagi!
Sekarang impian Asia harus pupus, dia langsung pergi ke tempat restoran itu yang hanya berjarak 2 meter saja dari tempat kerjanya. Ia bahkan sekarang meninggalkan Alya seorang diri di sana, ia paham pasti Alya akan mengerti nantinya. Lalu dia juga tak lupa mengirimkan pesan singkat karena tiba – tiba ada acara.
Gue nggak peduli lah sekarang!
Batinnya di dalam hati.
Sekarang targetnya hari ini adalah melihat Dylan, ia ingin tahu bagaimana kabarnya pemuda itu. Sudah lama seperti mereka tidak bertatap muka antara satu sama lain. Benarkah dia sudah melupakan dirinya? Atau dia sedang ada masalah?
Asia hanya ingin melihat pemuda itu sebentar saja.
Tetapi sepertinya dunia sedang tidak berpihak kepadanya. Sekali lagi mereka memang tidak ditakdirkan, bisakah cinta tidak bertepuk sebelah tangan. Haruskah dia meminta kepada Tuhan untuk mengembalikan Dylan kepadanya?
Asia hanya bisa diam dan mulai memasang raut muka yan
“Ya lo pikir aja? Udah nyakitin, masih mau manggil sayang lagi? Gue turun dari mobil ini juga nih,” kata Nafisah dengan emosi yang berapi – api.Dylan hanya tertawa saja. Ia lalu mendekat lalu mulai merangkul tubuh gadis itu kemudian berusaha merangkulnya dengan rapat.Nafisah hanya diam dan tanpa suara. Dia berusaha untuk melepaskan rangkulan Dylan dari tubuhnya. Seharusnya dia tidak perlu bertemu dengan mantannya, pasti rangkulan dari pemuda itu tidak pernah dia dapatkan.“Ngapain sih peluk – peluk segala,” sungut Nafisah.“Heh? Kenapa sih?” Dylan langsung meledek. Padahal ia tahu kalau gadis itu tidak ingin berpelukkan dengannya.“Ya ampun enggak banget!”“Apa sih? Lo tuh ya udah kayak magnet banget kalau sama Rico,” katanya. “Lo mah nggak peka banget jadi cewek, udah tahu cowok suka masih saja cuek terus. Awas lo nanti Rico diambil orang!”“T
Asia baru melihat keajaiban baru hari ini, terlihat motor Dylan baru saja datang. Ia langsung mendapati bahwa motor itu sepertinya sama dengan yang dimiliki oleh Dylan.Gadis dengan tinggi seratus enam puluh enam sentimeter itu langsung melihat dengan jelas. Ia takut matanya kali ini salah. Ya berkali – kali, dia berusaha melihat ke arah motor itu.Dan benar saja Dylan baru turun dari motornya dan mulai berjalan dengan merangkul Nafisah.Sekali lagi Tuhan sepertinya tidak menginginkan Asia lagi ada di sisi Dylan. Pada dasarnya dia mulai meragukan, apakah mereka balikan? Tuhan, tolong tutup mata Asia hari ini rasanya tidak kuat melihat kebersamaan mereka. Walaupun ia tahu sebenarnya mereka tidak ada apa – apa, sudah jelas kalau mereka sudah cerai.Tetapi kenapa hati ini begitu sakit saat melihat kebersamaan mereka. Apalagi pada saat melihat Dylan yang sedang merangkul Nafisah dengan penuh rasa cinta.Bodohnya dia hanya bisa melihat kedua
Akhirnya libur tahun baru datang, setelah lelah bekerja seharian penuh. Akhirnya libur itu pun mulai tiba, terutama Dylan yang sudah menantikan hari – hari ini sudah lama.Sedangkan keluarganya masih asik sekali berlibur di Bandung, sedangkan Dylan hanya ditinggal sendirian saja di dalam rumah. Padahal kalau bukan karena Nafisah, pasti dia sudah bisa merasakan liburan bersama keluarganya.“Mama, baru pulang,” kata Dylan dengan ucapan manjanya.Mamanya langsung datang dan menghampiri anak kesayangannya itu. Ia tahu Dylan tidak biasanya bersikap seperti ini, tetapi dia hanya tersenyum saja.“Ada apa sih?’Dylan hanya tersenyum saja dan langsung memeluk mamanya sendiri. Ia berusaha menenangkan diri disana dan ibunya pun berkata,”Gimana pekerjaan kamu hari ini? Ada masalah?”“Ih mama, nggak ada apa – apa kok,” cebik Dylan.Sedangkan mamanya hanya tertawa kecil. “Tumben bang
Liburan hari ini sepertinya menjadi hari – hari yang menakutkan bagi seorang Asia. Asia yang dulu ceria, bersemangat dan selalu mewarnai hari – harinya itu sudah tidak terlihat lagi. Melainkan beberapa hari ini dia selalu memberikan wajah yang murung dan seperti tidak memiliki semangat untuk hidup. Tak hanya itu, ibunya juga pernah melihat saat Asia membersihkan lantai. Malah kain pelnya yang tidak dikeringkan, alhasil semua lantai tidak ada satu pun yang kering malah basah semua seperti air yang sengaja ditumpahkan.Air – air kain pel itu menyebabkan sang ibunda hampir jatuh. Abang dan ayahnya sampai kebingungan ada apa dengan Asia yang sebenarnya.Tak hanya itu, dia juga mulai membantu sang ibu untuk belanja ke pasar. Tetapi dia selalu pulang terlambat, entah kemana. Mama Asia langsung kebingungan tak biasanya anaknya pulang terlambat. Padahal dulu kalau pulang dari tempat manapun selalu cepat.Tetapi yang didapatkannya sekarang, hanya rasa p
Kini Mama Asia mulai kebingungan, ia tahu ada beberapa pria yang bersama dengan Asia dulu sebut saja Dylan dan Nanda.Tak hanya Mama Asia yang kebingungan bagaimana menanggapi anaknya, Asia Armelina. Mama Dylan pun sama seperti itu, ia hampir kehilangan cara bagaimana menasihati sang anak, Dylan Jalaludin Akbar.Padahal dulu Dylan sering sekali bercerita tentang apapun yang terjadi di hari itu. Mulai dari cerita bahagia, sedih, galau tetapi kini yang didapatkan oleh Mama Dylan hanya kehampaan belaka. Anaknya sudah berubah drastis 100 persen, entah apa yang harus dilakukanya saat ini.Sedangkan sang anak, Dylan masih saja mengaduk – ngaduk mienya di mangkuk. Sedangkan tatapannya hanya kosong seperti sedang ada masalah. Ya, kalau gini jadinya mienya bisa jadi surut kan?Perempuan setengah abad itu hanya bisa membuang napasnya. Sekarang mie rebus itu sudah layaknya seperti mie yang dicincang – cincang. Dan rasanya pasti sekarang sud
“Tumben banget sudah rapi pagi – pagi, mau kemana?” kata Mamanya yang lalu melirik ke anak bungsunya itu. Sedangkan sang Papa yang masih sibuk dengan laptopnya sendiri untuk mengerjakan pekerjaan kantornya.“Ini lho kebetulan kemarin aku nggak sengaja lihat makanan kesukaan kak Asia. Dan kebetulan aku mau beliin,” katanya sambil membawa – bawa oleh – oleh makanan itu. “Boleh kan, Ma? Kebetulan kan sudah lama nggak ketemu kak Asia jadi kangen,” Iya, sudah lama sekali mereka bertemu mungkin terakhir mereka bertemu saat Asia masih bersama dengan Dylan. Ya, dan di saat itu juga dia mulai kehilangan teman. Bukan sebagai teman kakaknya, melainkan teman sehari – hari yang selalu bersama Asia. Sekarang ia sadar, semuanya pasti akan berubah dan hanya menunggu waktunya saja.Dylan yang sejak tadi mendengar kata Asia hanya bisa diam saja dan melirik. Sudah lama memangnya dia tidak berjumpa dengan gadis itu. Ya, itu justr
“Eh kak Asia kenapa kok jadi kurus kering gini sih?” kata Rania yang terkejut melihat Asia sedang terbaring lemah.Asia masih terbaring lemah dengan mata panda hingga tubuh yang mirip seperti lidi. Ia hanya bisa mendengar pembicaraan gadis itu, tanpa mimik wajah yang jelas ia hanya tersenyum. Coba deh kalau Dylan menerima gue, nggak bakal kayak gini nih jadinya! Batin Asia dalam hati.“Tahu nggak kak? Aku sudah lama banget nggak ketemu kakak, kangen aja gitu,” Rania yang mulai mengelus – elus badan Asia. Sedangkan pacarnya hanya bertugas untuk mengantarinya saja hari ini.“Oh iya, kemarin aku habis jalan – jalan lho dan kebetulan habis ketemu makanan kesukaan kakak. Nanti harus dimakan ya nggak boleh kayak gini kurus banget”“Permisi gadis yang cantik, hari ini udah waktunya Asia untuk minum obat. Diminum ya adik aku tercinta, Asia Armelina,” kata Abangnya dari kejauhan yang mulai menghampiri mer
“Ma, suapin dong,” Dylan mulai membuka mulutnya dan sang mama mulai memberikan suapan salad buah yang baru saja dibuat.“Ihh curang banget, papa juga mau,” kata sang Papa yang cemburu melihat kedekatan antara Dylan dan sang mama.Subhanallah sudah pada besar, manjanya nggak hilang – hilang. Untung aja Mama Shita ada kalau enggak bisa berantem kali.“Tuh ada di meja jangan manja,” kata Mama Shita yang kembali memberikan sepotong salad kepada anaknya. Sedangkan Dylan merasa menjadi tuan rumahnya saat ini dan hanya memberikan senyuman kecil kepada papanya.“Nyebelin banget kamu dyl, lihat aja nanti awas aja,” kata Papa yang mulai kesal dengan tingkah laku anaknya itu.Saat ingin mengunyah salad itu, tiba – tiba telepon dari adiknya pun berdering. Setelah mendengar panggilan itu, Dylan jadu khawatir apa yang terjadi dengan adiknya, Rania.“Ehh, kamu kenapa?”“Se