Ana di sadarkan oleh panggilan telepon, dia segera mengangkatnya hanya dengan menekan satu tombol di saku celananya yang langsung terhubung denan earpods yang masih berada di telinganya.
“I’m sorry, Ana. Sepertinya tadi aku diikuti dan membuat Dake tahu tempat itu. Sekarang aku berada di atas rumah dan memperhatikan kemera pengawas. Ada ruang bawah tanah yang berada di belakangmu, sekitar dua meter.” Ucap Anton dari sambungan telepon.
Ana bangun dengan kaget ketika mendengar suara keributan dari luar, dengan setengah kesadaran dia langsung bangun dan melangkah keluar dari kamar. Hanya butuh beberapa detik untuk Ana melangkah sampai melihat apa yang sedang terjadi. Di sana, tepat di depan pintu berdiri seorang pria dengan wajah memerah karena marah dan di depannya Werren sedang tertunduk sembari memegang wajahnya. Ana melangkah mendekat.
Seorang gadis sedang tergantung di sebuah ruangan sempit yang minim ventilasi udara. Gadis itu dalam keadaan sadar tetapi dalam keadaan yang sangat lemah, ia sudah di gantung selama dua hari tanpa di beri makan. Ia bernapas dengan susah payah karena ruangan yang pengap.Gadis itu hanya memakai bra dan celana pendek setengah paha. Pakaiannya sudah di lepaskan sejak ia masuk ke sini, bajunya robek saat ia melawan agar tidak di masukkan di dalam tempat ini, semenara celananya
Ana melemaskan badan, ia baru saja kembali dari melakukan misi. Kali ini ia membawa pulang beberapa peti kayu berisi senjata pesanan mereka yang dikirim dari Rusia, misinya berjalan cukup keras karena informasinya bocor dan langsung ditangani langsung oleh kepolisian.Ana terkena goresan peluru di bahu kanannya ketika melakukan tembak menembak saat ingin membawa peti-peti itu ke markas. Tetapi, tentunya tidak ada misi yang tidak berhasil saat ia yang melakukannya. Ana kembali ke markas dengan bangga walaupun tergores
Ana mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, ia membawa mobil mewah dengan santai. Ana sangat menyukai semilir angina yang menyentuh wajahnya. Ia menaruh tangannya di jendela mobil dengan satu tangan memegang kemudi.Tujuan Ana kali ini untuk pergi ke klub malam untuk menghilangkan penat. Ia sangat butuh udara segar dan juga sesuatu untuk menyenangkan pikirannya. Ana senang ketika malam hari karena lebih tenang dan leluasa untuk begerak.
Ana mengigit bibirnya, bagaimana bisa pria itu menemukannya? Ana keluar dari mobil dan menuju mobil pria itu. Ana menatap Werren dengan kening berkerut dan pria itu balas menatapnya dengan ekspresi senang dan mengejek. “Bagaimana bisa?” tanya Ana tidak mengerti.Wer
Ana melajukan mobilnya sampai dua ratus meter dari lokasi kecelakaannya. Ia memarkir mobilnya di sebuah lorong gelap yang berada di antara dua gedung tidak terlalu ramai. Ana memegang bahu kanannya yang sakit akibat terbentur di badan mobil.Ia melihat Sherly yang juga dalam kondisi yang tidak jauh lebih baik darinya, bahkan kepala gadis itu berdarah akibat terbentur di kaca mobil. Ana menggeram lalu membuka sabuk pengamannya untuk mengambil dua benda yang merupakan sebuah benda hitam mirip remot yang hanya memiliki d
Werren uring-uringan karena tidak bisa menemukan Ana di manapun. Ia sudah mencarinya berkali-kali ke kelab malam bahkan bertahan sampai pagi buta untuk bertemu dengan Ana tetapi gadis itu tidak pernah lagi datang.Werren berada di balik meja kerjanya dan tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan baik karena memikrikan tentang Ana. Gadis itu memberikan efek yang sangat hebat untuknya yang sudah sangat handal dalam urusan bercinta.
Ana mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia tidak lagi memikirkan tentang peraturan lalu lintas yang harus ia patuhi. Ana bahkan mendengar suara sirine polisi tetapi dengan cepat mengecoh merkea dan berhasil melarikan diri.Ketika ia sampai di markas, tidak banyak orang di sana dan malah sangat sepi dari biasanya. Ana memarkirkan mobilnya dan mencari Dake tetapi pria itu tidak terlihat dimanapun.
Ana bangun dengan kaget ketika mendengar suara keributan dari luar, dengan setengah kesadaran dia langsung bangun dan melangkah keluar dari kamar. Hanya butuh beberapa detik untuk Ana melangkah sampai melihat apa yang sedang terjadi. Di sana, tepat di depan pintu berdiri seorang pria dengan wajah memerah karena marah dan di depannya Werren sedang tertunduk sembari memegang wajahnya. Ana melangkah mendekat.
Ana di sadarkan oleh panggilan telepon, dia segera mengangkatnya hanya dengan menekan satu tombol di saku celananya yang langsung terhubung denan earpods yang masih berada di telinganya.“I’m sorry, Ana. Sepertinya tadi aku diikuti dan membuat Dake tahu tempat itu. Sekarang aku berada di atas rumah dan memperhatikan kemera pengawas. Ada ruang bawah tanah yang berada di belakangmu, sekitar dua meter.” Ucap Anton dari sambungan telepon.
Ana kembali masuk ke dalam kamar setelah menyimpan handuk dan baskom di wastafel, dia melihat Werren sudah tertidur pulas di atas tempat tidur. Ana memutuskan untuk membersihkan diri.Sejak tadi, dia merasakan seluruh tubuhnya ngilu. Walaupun posisi bahunya sudah kembali seperti semula Ana masih merasakan nyerinya sampai sekarang. Dia masuk ke dalam kamar mandi dan melihat pantulan dirinya di cermin.
Perasaan Ana tidak enak, sekarang sudah jam dua malam dan Werren masih belum pulang. Dia sangat khawatir dan tidak bisa tenang menunggu Werren pulang. Ana menghela napas pelan, dia sudah berdiri di dekat jendela setengah jam hanya untuk menunggu kepulangan Werren tetapi tidak ada tanda-tanda pria yang di cintainya itu akan pulang.Ana berjalan buru-buru menuju ruangan kerja Werren, di mana banyak terdapat banyak komputer yang telah di rakit oleh pria itu. dia masuk dan melihat CCTV.
Ana memperhatikan tiga layar komputer di depannya. Dia sudah berada di tempat itu selama lima menit dan melihat Werren berada di sana sembari duduk dan sibuk mengerjakan pekerjaannya.Ana sedang melihat rekaman CCTV di ruangan Werren dari beberapa arah. Tetapi, dia menyukai rekaman yang memperlihatkan pria itu secara dekat. Ana sengaja berada di sana karena tidak lama lagi Rose akan datang, Werren sudah mengabarinya jika wanita itu setuju untuk datang.
Malam itu, menjadi malam yang paling buruk untuk Herman—ayah kandung dari Ana. Setelah di tangkap di Indonesia bersama istrinya, dia di bawa paksa menuju Amerika. Di dalam perjalanan, dia terus saja di siksa dan diberi makanan yang sangat tidak layak.Herman sangat marah tetapi dia tidak memiliki kekuatan untuk melawan. Padahal dia baru saja hidup dengan layak setelah beberapa tahun, Herman sangat marah ketika dia di culik karena anaknya yang telah dia jual, Ana melarikan diri.
Werren duduk setelah pria yang menemaninya, Anton… masuk di damping oleh seorang perempuan lain yang membawa tiga cangkir teh panas untuk mereka. Dia sering bertemu dengan wanita seperti Rose. Hanya saja, yang membedakan Rose dengan wanita lain adalah profesinya. “Jadi, langsung saja. Apa yang ingin kau bicarakan tentang mantan atasanku itu?” tanya Rose tertarik.
Werren dan Ana tidak perlu membawa banyak barang, dia tidak ingin membawa pakaian Ana dari vila itu. Untuk menyamarkan jejak bahwa mereka akan pergi, Werren tidak percaya jika mereka tidak akan kembali untuk masuk lagi ke dalam vila ini.Ana sedang membuat sarapan untuknya dan Werren, kali ini dia hanya membuat wafel di siram dengan madu serta teh panas untuk mengisi perut mereka sebelum pergi.
Werren langsung menghubungi Ana ketika menderima pesan itu, dia juga langsung berlari meninggalkan ruangan kerjanya dan langsung naik lift menuju tempat parkir. Tanpa pengawalan, Werren langsung mengemudi menuju vila miliknya. Ana masih tidak mengangkat panggilannya dan itu membuatnya semakin khawatir. Dia mengemudi sangat kencang sampai di peringati oleh petugas kepolisian.