Share

Bab 74

Penulis: Eclipse Draven
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-01 20:10:21

Sebuah kabar yang datang dengan cepat dan tak terduga mengubah seluruh jalannya perencanaan yang telah disusun dengan teliti. Di tengah perjalanan Rainer dan Elyse yang sedang berusaha memenangkan hati rakyat, desas-desus tentang kemungkinan pengkhianatan mulai terdengar. Informasi yang mereka terima dari beberapa mata-mata mereka sangat mencurigakan. Ada pergerakan di kalangan bangsawan—sekelompok elit yang merasa terancam oleh kebijakan-kebijakan yang mulai diusung oleh Rainer. Mereka diam-diam merencanakan untuk menggulingkan pemerintahan yang tengah dibangun dengan susah payah.

Rainer berdiri di balkon istana saat fajar menyingsing. Udara pagi yang sejuk, berpadu dengan angin yang berhembus pelan, seolah memberi sedikit ruang bagi pikirannya untuk bernapas. Dalam keremangan cahaya yang mulai muncul, ia merenung, memikirkan langkah berikutnya. Kepercayaan rakyat memang telah sedikit didapat, tetapi jika ancaman dari dalam semakin besar, maka segala usaha yang telah dilakukan bisa r
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 75

    Langit sore itu tampak lebih gelap dari biasanya, dengan awan tebal yang berkumpul di atas kerajaan. Seolah dunia pun mengetahui bahwa saat yang paling genting sudah semakin dekat. Rainer berdiri di depan jendela ruang kerjanya, menatap ke arah cakrawala yang terhampar luas, seperti ingin menelusuri jalan-jalan yang akan ia ambil dalam beberapa hari mendatang. Keputusan-keputusan besar yang akan menentukan hidup dan mati, kemenangan dan kekalahan, dan bahkan takdir seluruh kerajaan.Kabar tentang rencana pengkhianatan musuh semakin jelas, dan meskipun ia sudah mempersiapkan segala sesuatu dengan hati-hati, rasa cemas tetap saja merayap di benaknya. Elyse yang selalu berada di sisinya sejak awal kini juga tampak serius, wajahnya penuh tekad. Mereka tahu bahwa jika mereka gagal, perubahan yang mereka perjuangkan selama ini akan hancur dalam sekejap.Rainer berbalik dari jendela dan menghadap Elyse. “Kita tidak punya banyak waktu. Musuh akan bergerak dalam waktu singkat. Jika kita tidak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 76

    Langit malam itu penuh dengan bintang, seolah mereka menyaksikan perjalanan takdir yang tak bisa dielakkan. Setelah pertempuran sengit yang menguji segala kemampuan mereka, pasukan Rainer berhasil menggulingkan sebagian besar pasukan musuh. Meski demikian, kemenangan ini bukan tanpa pengorbanan. Banyak nyawa yang hilang, dan banyak luka yang tak akan pernah sembuh. Namun, di dalam kemenangan yang pahit ini, ada secercah harapan yang mulai tumbuh.Rainer duduk di ruang kerjanya, wajahnya lelah tetapi tekadnya tak pernah surut. Elyse berdiri di jendela, matanya menatap bintang-bintang yang membentang luas. Mereka berdua tahu bahwa meskipun kemenangan ini besar, tantangan mereka baru saja dimulai. Di luar sana, di antara tumpukan reruntuhan, ada banyak pertanyaan yang belum terjawab, dan beberapa musuh yang belum sepenuhnya terungkap.Elyse berpaling, melihat Rainer dengan mata yang penuh kekhawatiran. “Kita telah berhasil, tapi aku bisa merasakan ada sesuatu yang lebih besar yang sedang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 77

    Pagi itu, sebuah kabar baru sampai ke telinga Rainer dan Elyse. Dalam kesibukan mereka mempersiapkan serangan besar, seorang mata-mata yang berhasil menyusup ke dalam benteng musuh datang dengan informasi yang lebih mengejutkan dari sebelumnya. Ternyata, kelompok bangsawan yang dulu menguasai kerajaan bukanlah satu-satunya ancaman yang harus mereka hadapi. Ada kekuatan lain yang lebih gelap, yang bekerja di balik layar, menunggu saat yang tepat untuk muncul dan menggulingkan semua yang telah mereka perjuangkan.“Sepertinya kita telah menginjak sarang yang lebih besar daripada yang kita kira,” kata Rainer dengan suara penuh perhitungan. Dia duduk di depan peta besar yang sudah disebar di atas meja, matanya melotot pada jalur yang akan mereka ambil selanjutnya. Di sekitar meja, beberapa pemimpin aliansi berdiri dengan wajah serius, menanti instruksi lebih lanjut.Elyse, yang sejak tadi berdiri di samping Rainer, menatap wajahnya yang penuh kerutan. “Apa yang kita hadapi, Rainer? Apa yan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 78

    Keheningan malam yang mencekam seakan menciptakan sebuah ruang di dalam hati Rainer. Meskipun tubuhnya bergerak maju dengan penuh kewaspadaan, pikirannya terus berputar, merancang dan mengolah berbagai strategi yang ada. Elyse berada di sampingnya, seperti biasa, setia mendampinginya, tetapi ada sesuatu dalam tatapannya yang berbeda malam itu—sesuatu yang menyiratkan keraguan, meskipun ia berusaha untuk tetap tegar."Kau masih ragu, bukan?" tanya Rainer, meskipun ia sudah bisa menebak jawabannya.Elyse berhenti sejenak, menarik napas panjang, dan akhirnya menatapnya dengan tatapan serius. "Tidak ada yang bisa memastikan hasil dari apa yang kita lakukan. Tetapi aku percaya pada kita, Rainer. Aku hanya khawatir... jika kita gagal, kita akan kehilangan lebih dari yang kita bayangkan."Rainer mengangguk perlahan. "Aku tahu. Tetapi kita tidak punya pilihan. Dunia ini terjebak dalam sistem yang rusak. Jika kita tidak bertindak sekarang, kita hanya akan melihat lebih banyak orang terinjak-in

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 79

    Langit malam terasa semakin gelap dengan awan yang berputar-putar di atas mereka, menciptakan atmosfer yang penuh ketegangan. Petir yang menyambar-nyambar dari langit yang hitam pekat hanya memperburuk suasana. Rainer merasa ada sesuatu yang berbeda kali ini. Serangan penyihir itu telah mengubah medan pertempuran menjadi arena yang tak bisa mereka kuasai sepenuhnya. Dulu, dengan kecerdikan dan strategi yang matang, Rainer bisa memprediksi langkah musuh, namun kali ini, musuhnya bermain dengan kekuatan yang lebih dari sekadar logika dan perhitungan.Elyse berlari ke arah Rainer, wajahnya terbalut kekhawatiran. "Rainer, kita harus melakukan sesuatu. Serangan itu... mereka punya lebih banyak penyihir daripada yang kita kira!"Rainer mengangguk, matanya tak pernah lepas dari gerakan musuh. Pasukan mereka mulai terdesak. Di tengah kekacauan, musuh semakin mempersempit ruang gerak mereka. "Kita harus mencari cara untuk memecah konsentrasi mereka. Jika kita tidak bisa mengalahkan penyihir it

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 80

    Rainer berdiri tegak di atas medan pertempuran yang sunyi, angin yang membawa aroma asap dan tanah basah berdesir melewatinya. Beberapa pasukannya masih berjuang dengan sisa-sisa energi mereka, dan di kejauhan, Elyse mengarahkan pasukan untuk mengejar mundurnya musuh yang kini berlarian. Namun, meski pasukan musuh terdesak dan kekuatan penyihir utama telah tumbang, Rainer merasakan ada yang tidak beres.Pengejaran terhadap sisa pasukan musuh berlangsung cukup lama, namun dalam hatinya, ada rasa cemas yang tak kunjung padam. Kemenangan yang baru diraih bukan berarti akhir dari perjalanan panjang mereka. Dunia yang telah terpecah ini belum sepenuhnya aman, dan meskipun kekuatan penyihir utama telah dihancurkan, sistem kasta dan ketidakadilan yang menindas rakyat masih tetap ada. Dunia ini masih dikuasai oleh kekuatan-kekuatan besar yang tersembunyi, yang diam-diam menunggu saat untuk menyerang.Rainer menghadap Elyse yang kembali setelah menyelesaikan pengejaran. Wajahnya dipenuhi rasa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 81

    Rainer mengamati ibu kota dari balik jendela tinggi istana yang menjulang megah di tengah kota. Selama bertahun-tahun, tempat ini telah menjadi simbol dari segala ketidakadilan yang ada di dunia ini. Kastil ini, dengan temboknya yang kokoh dan menara yang menjulang, melambangkan kekuasaan para bangsawan yang telah menghancurkan kehidupan rakyat biasa. Tetapi yang lebih menarik baginya adalah ketegangan yang terasa di udara. Sesuatu yang besar akan terjadi.Elyse berdiri di sampingnya, matanya memandangi kerumunan yang mulai berkumpul di alun-alun, terdorong oleh desakan kebutuhan dan keinginan untuk perubahan. "Mereka sudah mulai bergerak," kata Elyse dengan suara pelan namun penuh makna. "Mereka tahu, sesuatu akan berubah."Rainer mengangguk. "Perubahan itu harus datang. Bukan hanya melalui kekuatan, tapi juga melalui pikiran dan hati mereka. Rakyat harus tahu bahwa mereka bisa memimpin sendiri, bahwa mereka bisa menjadi bagian dari dunia baru yang akan kita bangun."Namun, meskipun

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 82

    Pintu besar istana terbuka dengan perlahan. Rainer menahan napasnya sesaat, memberi sinyal kepada pasukannya yang tersembunyi di balik bayang-bayang. Di depan mereka, lorong panjang mengarah ke jantung kekuasaan para bangsawan—ruang takhta yang selama ini terjaga ketat oleh penjaga elite dan pasukan yang setia pada sistem lama. Namun, kali ini, mereka berada di sisi yang berbeda.Elyse melangkah mantap di sampingnya, wajahnya tegas, namun matanya memancarkan kegelisahan yang samar. Rainer tahu bahwa mereka berdua merasa berat akan konsekuensi yang akan datang, namun mereka juga sadar ini adalah pilihan yang tak bisa ditarik mundur. Mereka harus bertindak cepat. Hanya dengan kejutan dan ketepatan strategi mereka bisa berhasil."Ini adalah momen kita," kata Rainer dengan suara rendah, hanya cukup untuk didengar oleh Elyse. "Kita harus menghancurkan mereka dari dalam, dari jantung kekuasaan ini."Elyse mengangguk, tangannya meraih senjata yang tersembunyi di balik jubahnya. "Dan kita aka

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04

Bab terbaru

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 116

    Darah menetes dari luka di bahu Rainer, jatuh ke lantai batu katedral yang dingin.Ia menekan lukanya dengan tangan kiri, mencoba menahan rasa sakit yang berdenyut. Elyse berdiri di sampingnya, napasnya memburu. Di depan mereka, lorong-lorong panjang Katedral Ravenheim membentang seperti labirin, diterangi cahaya lilin yang berkelap-kelip."Ini jebakan," bisik Elyse.Rainer mengangguk pelan. "Tapi kita tidak punya pilihan lain selain terus maju."Langkah kaki terdengar di belakang mereka. Suara itu berirama, terukur. Bukan lari, bukan terburu-buru. Seperti seseorang yang tahu pasti bahwa buruannya tidak akan bisa kabur.Elyse menggenggam belatinya erat. "Kita tidak bisa bertarung dalam kondisi seperti ini.""Kita tidak akan bertarung." Rainer menarik napas dalam. "Kita akan mengalahkan mereka sebelum pedang diayunkan."Elyse menatapnya sejenak, lalu mengangguk. "Baik. Aku percaya padamu."Mereka bergerak lebih dalam ke dalam katedral, menjauh dari suara langkah kaki yang semakin dekat

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 115

    Denting langkah mereka bergema di lorong sempit yang menuju ke dalam Benteng Ardentia.Udara di dalam terasa lebih dingin dibandingkan di luar. Cahaya obor yang berkedip-kedip di sepanjang dinding batu menciptakan bayangan yang bergerak seperti sosok-sosok hantu. Rainer dan Elyse berjalan pelan, memastikan setiap langkah mereka tidak menimbulkan suara berlebihan.Di depan, lorong bercabang menjadi dua.Elyse menoleh ke arah Rainer. "Ke mana?" bisiknya.Rainer mengamati ukiran kecil di sudut tembok. Sebuah tanda, samar tapi jelas bagi yang tahu cara membacanya. Itu adalah simbol navigasi kuno yang digunakan oleh para arsitek istana di masa lalu."Ke kanan," katanya pelan.Mereka bergerak mengikuti lorong itu, mendekati jantung benteng tempat arsip rahasia Ordo Maledicta kemungkinan besar disimpan.Di pusat Benteng Ardentia, sebuah ruangan tersembunyi menyimpan dokumen yang telah ada selama berabad-abad.Rainer menempelkan telinganya ke pintu kayu besar di hadapannya. Tidak ada suara da

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 114

    Gema pertempuran masih tersisa di udara, meski keheningan kini menyelimuti gua bawah tanah.Rainer berdiri di tengah ruangan, napasnya sedikit berat. Jejak sihir yang baru saja ia gunakan masih berkilauan di lantai, menghilang sedikit demi sedikit seperti embun yang menguap. Di sekelilingnya, tubuh-tubuh penyihir bertopeng telah lenyap, terbakar oleh kekuatan ritual pemurnian yang ia ciptakan.Elyse mengamati simbol-simbol kuno yang terpahat di dinding gua. Matanya menyipit. "Ini bukan sekadar tempat pertemuan biasa, Rainer. Tempat ini… lebih tua dari yang kita duga."Rainer melangkah mendekat, menyentuh salah satu ukiran di dinding. Goresan-goresan itu bukan hanya sekadar tulisan sihir biasa. Ada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang terasa seperti bagian dari sebuah teka-teki yang lebih besar."Lambang ini…" Rainer bergumam. "Aku pernah melihatnya sebelumnya."Elyse menoleh. "Di mana?""Di perpustakaan bawah tanah di Akademi Arcadia," jawab Rainer, suaranya penuh pertimbangan. "Itu

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 113

    Suara ledakan menggema di dalam gua bawah tanah.Rainer mundur selangkah saat debu berhamburan di udara. Cahaya biru dari perangkap sihir yang ia aktifkan membentuk pola rumit di tanah, mengurung sosok bertopeng emas dalam lingkaran bercahaya.Namun, bukannya panik, sosok itu justru tertawa pelan. “Kau cukup cerdas. Tapi apakah kau benar-benar berpikir perangkap seperti ini cukup untuk menahan kami?”Rainer tak menjawab. Matanya menyipit, memerhatikan pergerakan lawannya. Terlalu tenang. Ini bukan sekadar penyihir biasa.Elyse bergerak cepat ke sisinya, belatinya sudah siap. “Kita habisi dia sekarang.”Namun sebelum mereka bisa bergerak, kabut semakin menebal. Udara berubah berat, seolah ada sesuatu yang menarik energi dari sekitar mereka.Sosok itu mengangkat tangannya. “Jika kau ingin menantang kami, maka bersiaplah menghadapi kekuatan yang telah menjaga dunia ini selama berabad-abad.”Rainer hanya tersenyum kecil. “Sudah kuduga.”Dengan satu gerakan tangan, lingkaran sihir di lanta

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 112

    Di dalam aula yang penuh dengan kemewahan, Rainer tetap menjaga ekspresi tenangnya saat Duke Marquez menatapnya dengan tajam. Elyse, yang berdiri di sampingnya, tetap siaga, tangannya hampir selalu berada di dekat belatinya, bersiap menghadapi kemungkinan ancaman.Duke Marquez tersenyum tipis, meski matanya penuh dengan ketegangan. “Kita bisa saling menguntungkan, Rainer. Kau ingin meruntuhkan sistem ini, bukan? Aku bisa membantumu.”Rainer menyilangkan tangannya di depan dada. “Setelah kau mengirim pembunuh untuk membunuhku? Itu cara yang aneh untuk mengundang kerja sama.”Duke Marquez tertawa kecil. “Kau lebih cerdas dari yang kukira. Tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku perlu tahu seberapa besar ancaman yang kau bawa.”Elyse menatapnya tajam. “Dan sekarang kau takut?”Duke Marquez menghela napas. “Aku realistis. Apa yang kau lakukan terhadap kota perdaganganku—itu adalah pukulan yang menghancurkan. Aku kehilangan kendali atas para pedagangku. Sekutuku mulai meragukanku. Jika aku

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 111

    Langit di atas desa yang hancur mulai memudar menjadi merah keemasan saat matahari terbit. Rainer berdiri di tengah reruntuhan, memandangi tubuh para pembunuh yang dikirim untuk menghabisinya. Simbol keluarga Duke Marquez di salah satu tubuh mereka menjadi bukti tak terbantahkan bahwa serangan ini bukan kebetulan.Elyse berjalan mendekat, matanya tajam menatap luka di lengannya yang masih mengeluarkan sedikit darah. “Kita tidak bisa membiarkan ini berlalu begitu saja, Rainer.”Rainer mengangguk. “Tentu saja tidak. Tapi kita juga tidak bisa menyerang balik tanpa perhitungan. Jika kita gegabah, kita bisa kehilangan legitimasi yang telah kita bangun.”Lord Gaillard, yang telah menyusul mereka bersama pasukan tambahan, menatap mayat-mayat di tanah dengan ekspresi serius. “Jika Duke Marquez benar-benar di balik ini, berarti dia sudah siap untuk mengumumkan permusuhan terbuka.”Rainer tersenyum tipis, tetapi matanya dingin. “Belum. Jika dia benar-benar siap, dia tidak akan mengirim tentara

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 110

    Setelah pertemuan besar di istana, ketegangan yang semula menggantung di udara mulai berubah menjadi rasa penasaran dan perhitungan. Beberapa bangsawan tampak mulai mempertimbangkan tawaran Rainer, sementara yang lain masih bersikeras mempertahankan sistem lama. Namun, yang paling berbahaya bukanlah mereka yang berbicara secara terang-terangan—melainkan mereka yang tetap diam.Di dalam ruang pribadinya, Rainer duduk di hadapan Elyse dan Lord Gaillard, mengamati laporan-laporan terbaru dari para mata-matanya.“Ada pergerakan mencurigakan dari kubu Duke Marquez,” ujar Elyse, menunjuk ke sebuah dokumen di meja. “Mereka mengadakan pertemuan rahasia dengan beberapa bangsawan yang tidak menghadiri pertemuan kita.”Rainer mengangguk pelan, ekspresinya tetap tenang. “Sudah kuduga. Mereka yang terlalu diam justru yang paling harus kita waspadai.”Lord Gaillard menatap peta kerajaan. “Sepertinya mereka tidak akan langsung melawan kita secara terbuka. Tapi jika mereka berhasil membentuk aliansi

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 109

    Setelah kejatuhan Duke Alvaric, suasana di istana mulai berubah. Para bangsawan yang sebelumnya merasa aman di balik status mereka kini mulai berhati-hati. Kekuatan Rainer sudah terbukti tidak hanya dalam kecerdasannya, tetapi juga dalam cara ia menggulingkan musuhnya tanpa mengangkat pedang sendiri.Namun, Rainer tahu ini hanyalah awal.Di ruang pertemuan rahasia, ia duduk bersama Elyse, Lord Gaillard, dan beberapa sekutu terdekatnya. Di depan mereka terbentang peta kerajaan dengan berbagai wilayah yang menandakan pengaruh para bangsawan.“Kejatuhan Alvaric menciptakan kekosongan kekuasaan,” Rainer memulai. “Beberapa bangsawan akan mencoba mengisi tempatnya, dan yang lainnya akan menunggu dalam bayang-bayang, mencari kesempatan untuk menyerang kita.”Lord Gaillard mengangguk. “Beberapa dari mereka mungkin mulai membentuk aliansi untuk melawan kita.”Elyse menambahkan, “Tapi kita bisa menggunakan ini untuk keuntungan kita. Jika kita bisa mendekati beberapa bangsawan sebelum mereka ber

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 108

    Rainer berdiri di balkon istananya, menatap langit malam yang berhiaskan bintang-bintang. Angin malam yang dingin berhembus pelan, tetapi pikirannya jauh lebih dingin.Veltan telah tersingkir, tetapi kata-katanya sebelum diseret keluar masih terngiang di benaknya. "Aku hanya mengikuti perintah..."Jika Veltan hanyalah boneka, maka siapa dalang sebenarnya?Elyse berjalan mendekat, membawa segelas anggur. “Kau tampak lebih murung dari biasanya.”Rainer menerima gelas itu dan menyesapnya sedikit sebelum berkata, “Veltan hanya permulaan. Masih ada sosok yang lebih besar di balik semua ini.”Elyse menyandarkan punggungnya ke pagar balkon. “Aku setuju. Kita harus mencari tahu siapa yang menarik tali di balik layar.”Rainer mengangguk. “Aku ingin tahu siapa saja yang menjalin hubungan dengan Veltan sebelum semua ini terjadi. Jika kita bisa menemukan pola, kita mungkin bisa menemukan dalangnya.”Elyse tersenyum tipis. “Kau sudah punya sesuatu dalam pikiran?”Rainer menatap gelasnya sejenak se

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status