Share

Bab 78

last update Huling Na-update: 2025-02-03 10:10:22

Keheningan malam yang mencekam seakan menciptakan sebuah ruang di dalam hati Rainer. Meskipun tubuhnya bergerak maju dengan penuh kewaspadaan, pikirannya terus berputar, merancang dan mengolah berbagai strategi yang ada. Elyse berada di sampingnya, seperti biasa, setia mendampinginya, tetapi ada sesuatu dalam tatapannya yang berbeda malam itu—sesuatu yang menyiratkan keraguan, meskipun ia berusaha untuk tetap tegar.

"Kau masih ragu, bukan?" tanya Rainer, meskipun ia sudah bisa menebak jawabannya.

Elyse berhenti sejenak, menarik napas panjang, dan akhirnya menatapnya dengan tatapan serius. "Tidak ada yang bisa memastikan hasil dari apa yang kita lakukan. Tetapi aku percaya pada kita, Rainer. Aku hanya khawatir... jika kita gagal, kita akan kehilangan lebih dari yang kita bayangkan."

Rainer mengangguk perlahan. "Aku tahu. Tetapi kita tidak punya pilihan. Dunia ini terjebak dalam sistem yang rusak. Jika kita tidak bertindak sekarang, kita hanya akan melihat lebih banyak orang terinjak-in
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 79

    Langit malam terasa semakin gelap dengan awan yang berputar-putar di atas mereka, menciptakan atmosfer yang penuh ketegangan. Petir yang menyambar-nyambar dari langit yang hitam pekat hanya memperburuk suasana. Rainer merasa ada sesuatu yang berbeda kali ini. Serangan penyihir itu telah mengubah medan pertempuran menjadi arena yang tak bisa mereka kuasai sepenuhnya. Dulu, dengan kecerdikan dan strategi yang matang, Rainer bisa memprediksi langkah musuh, namun kali ini, musuhnya bermain dengan kekuatan yang lebih dari sekadar logika dan perhitungan.Elyse berlari ke arah Rainer, wajahnya terbalut kekhawatiran. "Rainer, kita harus melakukan sesuatu. Serangan itu... mereka punya lebih banyak penyihir daripada yang kita kira!"Rainer mengangguk, matanya tak pernah lepas dari gerakan musuh. Pasukan mereka mulai terdesak. Di tengah kekacauan, musuh semakin mempersempit ruang gerak mereka. "Kita harus mencari cara untuk memecah konsentrasi mereka. Jika kita tidak bisa mengalahkan penyihir it

    Huling Na-update : 2025-02-03
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 80

    Rainer berdiri tegak di atas medan pertempuran yang sunyi, angin yang membawa aroma asap dan tanah basah berdesir melewatinya. Beberapa pasukannya masih berjuang dengan sisa-sisa energi mereka, dan di kejauhan, Elyse mengarahkan pasukan untuk mengejar mundurnya musuh yang kini berlarian. Namun, meski pasukan musuh terdesak dan kekuatan penyihir utama telah tumbang, Rainer merasakan ada yang tidak beres.Pengejaran terhadap sisa pasukan musuh berlangsung cukup lama, namun dalam hatinya, ada rasa cemas yang tak kunjung padam. Kemenangan yang baru diraih bukan berarti akhir dari perjalanan panjang mereka. Dunia yang telah terpecah ini belum sepenuhnya aman, dan meskipun kekuatan penyihir utama telah dihancurkan, sistem kasta dan ketidakadilan yang menindas rakyat masih tetap ada. Dunia ini masih dikuasai oleh kekuatan-kekuatan besar yang tersembunyi, yang diam-diam menunggu saat untuk menyerang.Rainer menghadap Elyse yang kembali setelah menyelesaikan pengejaran. Wajahnya dipenuhi rasa

    Huling Na-update : 2025-02-03
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 81

    Rainer mengamati ibu kota dari balik jendela tinggi istana yang menjulang megah di tengah kota. Selama bertahun-tahun, tempat ini telah menjadi simbol dari segala ketidakadilan yang ada di dunia ini. Kastil ini, dengan temboknya yang kokoh dan menara yang menjulang, melambangkan kekuasaan para bangsawan yang telah menghancurkan kehidupan rakyat biasa. Tetapi yang lebih menarik baginya adalah ketegangan yang terasa di udara. Sesuatu yang besar akan terjadi.Elyse berdiri di sampingnya, matanya memandangi kerumunan yang mulai berkumpul di alun-alun, terdorong oleh desakan kebutuhan dan keinginan untuk perubahan. "Mereka sudah mulai bergerak," kata Elyse dengan suara pelan namun penuh makna. "Mereka tahu, sesuatu akan berubah."Rainer mengangguk. "Perubahan itu harus datang. Bukan hanya melalui kekuatan, tapi juga melalui pikiran dan hati mereka. Rakyat harus tahu bahwa mereka bisa memimpin sendiri, bahwa mereka bisa menjadi bagian dari dunia baru yang akan kita bangun."Namun, meskipun

    Huling Na-update : 2025-02-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 82

    Pintu besar istana terbuka dengan perlahan. Rainer menahan napasnya sesaat, memberi sinyal kepada pasukannya yang tersembunyi di balik bayang-bayang. Di depan mereka, lorong panjang mengarah ke jantung kekuasaan para bangsawan—ruang takhta yang selama ini terjaga ketat oleh penjaga elite dan pasukan yang setia pada sistem lama. Namun, kali ini, mereka berada di sisi yang berbeda.Elyse melangkah mantap di sampingnya, wajahnya tegas, namun matanya memancarkan kegelisahan yang samar. Rainer tahu bahwa mereka berdua merasa berat akan konsekuensi yang akan datang, namun mereka juga sadar ini adalah pilihan yang tak bisa ditarik mundur. Mereka harus bertindak cepat. Hanya dengan kejutan dan ketepatan strategi mereka bisa berhasil."Ini adalah momen kita," kata Rainer dengan suara rendah, hanya cukup untuk didengar oleh Elyse. "Kita harus menghancurkan mereka dari dalam, dari jantung kekuasaan ini."Elyse mengangguk, tangannya meraih senjata yang tersembunyi di balik jubahnya. "Dan kita aka

    Huling Na-update : 2025-02-04
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 83

    Langit malam di luar jendela besar istana tampak gelap gulita, seolah mencerminkan suasana hati Rainer yang tengah bergulat dengan pengkhianatan yang baru saja terungkap. Sebelum dia bisa memproses sepenuhnya apa yang terjadi, Benar dan sekutunya, penyihir gelap yang kini berdiri di samping Valen, sudah mengubah peta kekuasaan yang telah mereka bangun dengan susah payah.Elyse, yang berdiri di samping Rainer, tampak terpukul. Namun, di balik ekspresinya yang marah dan bingung, ada tekad yang semakin kuat. Di dunia ini, tidak ada yang bisa sepenuhnya dapat dipercaya. Rainer tahu ini adalah kenyataan yang harus diterima, dan mereka harus bergerak cepat jika mereka ingin mengubah takdir."Bern, kenapa?" tanya Elyse dengan suara penuh kekesalan, mengarahkan pandangannya tajam ke arah pemimpin pemberontak yang dulu mereka anggap sebagai sekutu. "Kau tahu betapa kerasnya perjuangan kita untuk mengubah dunia ini. Bagaimana kau bisa..."Bern menundukkan kepalanya, tampak sangat berat dengan k

    Huling Na-update : 2025-02-05
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 84

    Rainer berdiri di balkon istana, menatap langit yang semakin gelap di luar. Suasana yang dulu penuh dengan semangat perjuangan kini terasa tegang. Bayang-bayang pengkhianatan dan intrik politik mulai meresap ke dalam setiap sudut hatinya. Namun, dia tahu bahwa di dunia ini, tidak ada yang bisa dicapai tanpa menghadapi tantangan besar. Rainer menyadari bahwa untuk melawan kekuatan yang tampaknya tak terhentikan, mereka perlu lebih dari sekadar taktik cerdas. Mereka perlu sebuah rencana besar, sebuah langkah yang tak terduga.Elyse, yang telah berdiri di sampingnya sepanjang malam, akhirnya membuka suara. "Rainer, kita tidak bisa terus bertahan dengan cara ini. Bern, Valen, dan para penyihir itu semakin mendekat. Kita harus bergerak sekarang, sebelum mereka benar-benar menghancurkan kita."Rainer mengangguk, namun pikirannya masih terfokus pada sesuatu yang lebih besar. "Kita akan bergerak, Elyse, tetapi bukan hanya dengan kekuatan. Ini bukan lagi soal pertempuran langsung. Kita harus m

    Huling Na-update : 2025-02-05
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 85

    Rainer dan Elyse berdiri di ruang pertemuan, mata mereka saling bertemu, saling menguatkan. Semua langkah yang telah mereka ambil, semua strategi yang telah mereka susun, kini berada pada titik krusial. Keputusan yang akan mereka buat selanjutnya akan menentukan nasib seluruh dunia yang telah terjerat dalam sistem kasta yang menindas. Rainer merasakan ketegangan yang menyesakkan, namun di balik itu, ada keyakinan yang semakin menguat. Mereka berada di ambang perubahan besar. Tak ada lagi jalan mundur.Di luar, malam telah jatuh dengan cepat, dan istana yang dulunya tampak penuh kemegahan kini terasa semakin mencekam. Para pasukan pemberontak yang setia kepada Rainer mulai bergerak ke tempat-tempat yang telah mereka tentukan. Setiap gerakan mereka direncanakan dengan sangat hati-hati. Rainer tahu bahwa meskipun mereka sudah mempersiapkan segalanya dengan matang, kecepatan dan ketepatan adalah kunci. Kalau saja mereka melakukan kesalahan sekecil apapun, seluruh dunia akan mengetahui sia

    Huling Na-update : 2025-02-06
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 86

    Rainer berdiri di depan peta besar yang tergantung di dinding ruang pertemuan. Setiap gerakan pasukan, setiap posisi bangsawan, setiap rute yang bisa dilalui—semua telah dipertimbangkan dengan cermat. Elyse berdiri di sampingnya, memeriksa peta dengan seksama. Wajahnya tegang, namun matanya penuh harapan. Mereka telah mencapai titik ini, namun untuk sampai ke garis akhir, tantangan yang lebih besar menanti mereka.“Ini adalah langkah terakhir,” kata Rainer dengan suara datar namun penuh keyakinan. “Setiap keputusan kita sekarang akan menentukan segalanya. Jika kita berhasil, maka kita akan mengubah dunia ini selamanya. Namun jika kita gagal…”Elyse menatapnya, menyelesaikan kalimat yang tak terucapkan. “Maka kita akan kehilangan segalanya.” Tetapi dia tak menunjukkan rasa takut. Sebaliknya, ada keteguhan di matanya. “Kita sudah sampai sejauh ini. Kita tidak akan mundur.”Rainer mengangguk, kemudian mengalihkan pandangannya kembali pada peta. “Kita akan menggunakan informasi yang telah

    Huling Na-update : 2025-02-07

Pinakabagong kabanata

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 181

    Kilatan cahaya menyelimuti seluruh ruang dalam Menara Caelus. Cahaya dari Prisma Keempat memancar, menyatu dengan tiga fragmen sebelumnya yang telah Rainer kumpulkan. Suara bisikan kuno membahana, menyampaikan pesan yang tak dapat ditangkap oleh telinga biasa—melainkan oleh jiwa yang bersedia menerima kebenaran seutuhnya.Rainer berdiri di tengah pusaran cahaya itu, matanya terbuka lebar, menyerap seluruh memori dan kebenaran yang tersimpan selama ribuan tahun. Sosok Aeron, bayangan dari masa lalu, perlahan menghilang—senyumnya pudar, meninggalkan beban yang tak kasat mata.Elyse mendekat, wajahnya penuh kecemasan. “Apa yang kau lihat?”Rainer tidak langsung menjawab. Tangannya gemetar. Di matanya tergambar peperangan yang belum pernah diceritakan, pengkhianatan oleh mereka yang dicatat sebagai pahlawan, dan dunia yang dibentuk bukan dari harapan, melainkan dari ketakutan para pendiri.“Aku melihat... dunia yang kita kenal bukan hasil dari kebijaksanaan. Tapi hasil dari keputusan terb

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 180

    Angin dingin dari utara membawa kabar buruk.Pagi itu, Rainer berdiri di atas puncak benteng pengamatan, memandangi pusaran cahaya yang membelah langit dari kejauhan. Fenomena itu muncul mendadak—tidak satu pun dari alat-alat sihir mereka bisa mendeteksi energi semacam itu sebelumnya. Tapi satu hal jelas: titik pusatnya adalah Menara Caelus, struktur kuno dari Zaman Awal yang selama ini hanya dianggap reruntuhan tak berfungsi.Kini, menara itu bersinar. Hidup kembali.“Menara keempat telah bangkit,” gumam Rainer.Di belakangnya, Elyse datang membawa gulungan tua yang diambil dari arsip Perpustakaan Tengah. “Ada yang menarik,” katanya sambil membuka gulungan di meja observasi. “Menurut peta zaman kuno, Menara Caelus bukan hanya tempat sihir—melainkan tempat penyimpanan memori dunia.”Rainer menoleh, alisnya terangkat. “Memori dunia?”Elyse mengangguk. “Sesuatu yang disebut ‘Rekam Astral’. Sebuah sistem penyimpanan sihir yang bisa merekam kejadian dan pengetahuan dari masa lalu. Jika be

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 179

    Dunia berubah, tapi perubahan sejati tidak pernah datang tanpa konsekuensi.Sepekan setelah kepulangan Rainer dari Perpustakaan Tengah, gelombang informasi mulai merembes ke setiap pelosok kerajaan. Terjemahan parsial Simfoni Tertinggal telah disalin dan disebarkan ke berbagai sekolah sihir rakyat dan tempat-tempat belajar kecil yang tersembunyi di balik bayang-bayang kota besar.Di awalnya, banyak yang menertawakan dokumen itu. Mereka menyebutnya propaganda seorang anak dari kasta rendah yang menginginkan kekuasaan melalui pengetahuan. Namun semakin banyak yang membaca, semakin banyak pula yang mulai bertanya-tanya.“Kalau sihir bukan bakat keturunan, mengapa kami tidak bisa mempelajarinya?”“Kenapa hanya keluarga bangsawan yang punya akses ke sekolah sihir tingkat tinggi?”Pertanyaan-pertanyaan itu menyebar lebih cepat daripada yang diperkirakan siapa pun.Dan dari balik dinding istana, para bangsawan mulai merasakan tekanan.Di ruang utama Dewan Tertinggi Bangsawan, sebuah pertemua

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 178

    Hujan turun pelan di atas atap markas, membasahi kaca jendela tempat Rainer bersandar. Di tangan kirinya, liontin yang memuat tiga fragmen kini berpendar aneh—perpaduan antara cahaya dan kegelapan, seolah dua kekuatan bertentangan sedang saling menekan, mencari bentuk akhir dari sebuah kebenaran.Elyse melangkah masuk tanpa suara, membawa dua cangkir teh. Ia menyerahkan satu pada Rainer sebelum ikut bersandar di sisi jendela. Diam.“Apa kau pernah merasa,” kata Elyse akhirnya, “bahwa dunia ini... lebih tua dari yang kita tahu?”Rainer tersenyum kecil. “Tidak hanya lebih tua. Tapi juga lebih terluka.”Ia mengangkat liontin. “Setiap fragmen membawa ingatan. Yang pertama memberi petunjuk tentang asal usul sistem kasta. Yang kedua memperlihatkan eksperimen sihir terhadap manusia biasa. Tapi yang ketiga...”“...membawa kehampaan,” sambung Elyse pelan. “Aku merasakannya saat kita berada di altar itu.”“Dan lebih dari itu.” Rainer berbalik, berjalan ke meja penuh dokumen. Ia mengambil satu g

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 177

    Langit malam menyelimuti dunia dengan kelam yang lebih pekat dari biasanya. Di luar ibu kota, jauh dari mata para penguasa dan rakyat biasa, Menara Bayangan berdiri di atas bukit batu yang tandus, dikelilingi reruntuhan peradaban lama yang telah lama dilupakan. Di dalam menara itu, sihir lama—sihir yang bahkan tidak dikenali oleh Akademi Sihir Pusat—masih hidup.Di tengah lingkaran sihir yang berpendar redup, pria berjubah ungu tua itu membuka matanya. Mereka bersinar hijau pucat, bukan karena sihir, tapi karena kekosongan yang menghuni raganya. Ia bukan lagi manusia biasa. Namanya telah lama dihapus dari sejarah, digantikan dengan satu julukan: Nihros, sang Pemelihara Kekosongan.“Fragmen ketiga telah terbangun,” gumam Nihros. Suaranya nyaris seperti bisikan di antara celah kenyataan. “Dan si bocah itu... mulai mengganggu alur.”Di sekelilingnya, entitas-entitas tak bernama—makhluk yang dulunya manusia, tapi telah dirusak oleh sihir gelap dari

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 176

    Ruangan Majelis Tertinggi tidak seperti aula biasa di kerajaan—ia tidak hanya dibangun dari marmer dan batu mulia, tapi dari keheningan yang dalam dan rasa takut yang menggantung. Di tempat inilah hukum kerajaan diciptakan, strategi perang dirancang, dan takdir rakyat ditentukan.Pagi itu, ratusan kursi di tribun atas dipenuhi para bangsawan, penyihir agung, akademisi, dan bahkan utusan luar negeri. Mereka semua datang karena undangan langka: seseorang dari kalangan bawah, tanpa darah bangsawan, tanpa gelar, akan berbicara di hadapan Majelis.Rainer berdiri di tengah podium, mengenakan jubah hitam dengan garis emas yang dirancang Elyse dan para pendukungnya—sebuah simbol antara perlawanan dan martabat. Di belakangnya, Elyse berdiri tegak, mata tajamnya menyapu ruangan.Suara bel logam berdentang tiga kali, menandakan awal sesi. Di kursi utama, High Consul Avarel—pemimpin tertinggi Majelis—mengangguk ke arah Rainer.“Rainer dari distrik bawah, pemegang fra

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 175

    Langit di atas ibu kota kerajaan Arkwen tampak kelabu. Awan gelap menggantung rendah, seolah menandakan badai besar akan segera datang. Namun badai yang mendekat bukan sekadar cuaca—melainkan konflik yang akan mengguncang seluruh struktur kekuasaan kerajaan.Rainer dan timnya baru saja kembali dari ekspedisi ke Utara, membawa satu kebenaran baru dan satu fragmen simfoni tambahan. Tapi bukan hanya kekuatan yang mereka bawa pulang, melainkan juga informasi yang bisa mengguncang fondasi dunia: bahwa sistem yang saat ini berdiri adalah hasil dari siklus berulang yang dipaksakan oleh kekuatan kuno, dan bahwa pemilik simfoni sejati berpotensi menjadi kunci pembebas atau penghancur dari siklus itu.“Berita tentang pergerakan kita telah bocor,” kata Kysha sambil menyerahkan gulungan surat kepada Rainer. “Tiga dari lima keluarga bangsawan besar mengirim utusan ke menara dewan sihir. Mereka menyebutnya sebagai ‘Tanda Pertama dari Kerusakan.’”“Karena kita mengambil fragme

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 174

    Hutan Frostveil, wilayah utara kerajaan yang dinginnya mampu membekukan tulang bahkan sebelum musim salju datang. Kabut tebal menggantung di antara pohon-pohon cemara tinggi, dan hanya suara ranting patah atau langkah lembut di salju yang memberi tanda bahwa kehidupan masih ada di tempat itu.Di sinilah Rainer, Elyse, Marcus, dan Kysha menelusuri jejak pengkhianat dari tim mereka—Seth, anggota pencatat sihir yang ternyata telah menyusup atas perintah pihak luar. Peta menuju fragmen ketiga kini berada di tangannya, dan jika dia berhasil menyerahkannya ke tangan sekte atau faksi bangsawan tertentu, pertarungan untuk perubahan bisa berakhir sebelum dimulai.“Kita hanya berjarak satu hari perjalanan dari kuil tua yang disebutkan di fragmen kedua,” bisik Kysha sambil menunjuk peta yang telah mereka salin ulang. “Tapi jalur yang diambil Seth... bukan jalur langsung. Dia menuju celah pegunungan—ada sesuatu di sana yang dia sembunyikan.”Rainer menatap langit yang mulai

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 173

    Hujan deras mengguyur pelabuhan selatan Kerajaan Galvane. Kapal ekspedisi akademi telah bersandar di dermaga, dan suara ombak yang menghantam kayu menambah ketegangan suasana. Rainer berdiri di dek kapal, mengenakan jubah tebal berlapis pelindung sihir. Di belakangnya, Elyse, Marcus, dan beberapa anggota tim elite akademi bersiap turun.Wilayah yang mereka tuju adalah reruntuhan Virellis, kota kuno yang terkubur oleh tanah longsor dua abad lalu. Berdasarkan kode dalam simfoni pertama, fragmen kedua tersembunyi di bawah tanah, dilindungi oleh mekanisme sihir yang hanya bisa dipecahkan oleh harmoni energi tertentu—sesuatu yang hanya bisa dideteksi jika seseorang memiliki resonansi dengan fragmen pertama.“Aku merasakannya,” bisik Rainer sambil menekan telapak tangannya ke dada, tempat ia mengenakan liontin kristal kecil dari fragmen pertama. “Ada sesuatu yang memanggil… seperti gema di ujung lorong panjang.”Elyse menatapnya, mata peraknya penuh waspada. “Pastikan

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status