Share

Bab 49

Penulis: Eclipse Draven
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-27 19:57:51

Langkah kaki Rainer dan Elyse bergema di lantai berbatu koridor panjang markas mereka. Ruang pertemuan utama dipenuhi dengan sekutu, penasihat, dan perwakilan dari aliansi yang mereka bentuk. Ketegangan melingkupi ruangan, memantul seperti gelombang tak terlihat. Semua mata tertuju pada Rainer ketika ia naik ke podium kecil, kitab kuno itu tergenggam erat di tangannya.

“Dunia ini sedang berubah,” katanya memulai, suaranya tegas namun penuh kehati-hatian. “Apa yang kita bawa dari Kuil Penyihir Kuno tidak hanya jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kita, tetapi juga tantangan yang belum pernah kita hadapi sebelumnya.”

Rainer melanjutkan penjelasannya tentang bagaimana kitab itu mengungkapkan Jalinan Dunia, jaringan energi sihir yang menghubungkan segala hal. Penjelasan ini menciptakan keheningan yang berat. Beberapa orang terlihat terpesona, sementara yang lain tampak khawatir.

“Keseimbangan sihir mulai terganggu,” lanjut Rainer. “Kita tidak bisa lagi hanya duduk diam dan menunggu. Kitab i
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 50

    Kemenangan kecil yang baru saja mereka raih tidak memberikan kelegaan bagi Rainer. Lingkaran sihir yang mereka hancurkan adalah bagian kecil dari teka-teki besar yang belum terpecahkan. Semakin dalam ia menyelami Jalinan Dunia melalui kitab, semakin jelas bahwa ancaman ini lebih besar dari sekadar gangguan sihir atau makhluk yang muncul.Ketika malam tiba, api unggun di perkemahan menyala redup. Rainer duduk terpisah dari kelompok, matanya terpaku pada kitab kuno yang berada di pangkuannya. Setiap simbol dan tulisan di halaman-halaman kitab itu tampak seperti bergerak, memanggilnya untuk membaca lebih dalam. Tetapi semakin ia mencoba memahami, semakin banyak bayangan yang menyelimuti pikirannya.“Rainer.” Suara Elyse memecah lamunannya.Rainer menoleh. Elyse berdiri di sana, wajahnya masih menunjukkan sisa kelelahan dari pertempuran sebelumnya. Namun, matanya tetap penuh perhatian.“Kau tidak istirahat,” katanya sambil duduk di sampingnya.“Aku tidak bisa,” jawab Rainer. “Semakin aku

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 51

    Hutan Larunth yang baru saja mereka tinggalkan menyisakan kesan mendalam bagi kelompok Rainer. Setiap langkah maju terasa seperti mendekati sesuatu yang lebih besar, tetapi juga membawa ancaman yang tidak terduga. Kini, mereka menuju wilayah dataran tinggi Almonier, di mana Nadi Sihir kedua berada. Lokasi itu dikenal sebagai "Benteng Langit," sebuah tempat legendaris yang pernah menjadi pusat ilmu sihir kuno sebelum akhirnya ditinggalkan.Saat perjalanan melintasi lembah yang berkelok, Rainer dan kelompoknya memperhatikan perubahan aneh pada lanskap. Udara terasa lebih dingin, dan langit yang seharusnya cerah mulai diselimuti awan gelap yang bergerak lambat. Burung-burung yang biasanya beterbangan di daerah ini tak terlihat, seolah-olah sesuatu yang besar dan berbahaya telah mengusir mereka pergi."Ini terlalu sepi," kata Elyse, matanya mengawasi sekeliling. "Aku tidak suka ini."Rainer mengangguk setuju. "Benteng Langit adalah tempat yang penuh misteri. Banyak catatan sejarah menggam

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 52

    Lantai Benteng Langit bergetar semakin kuat, dan suara gemuruh terdengar seperti raungan makhluk purba yang terbangun dari tidur panjang. Di tengah kegelapan yang mulai menyelimuti ruangan, Rainer, Elyse, Kael, dan kelompok mereka bersiap menghadapi apa pun yang mendekat.Elyse menggenggam pedangnya erat, matanya memindai setiap sudut ruangan. "Apa yang kita hadapi, Kael? Kau harus menjelaskan sekarang!"Kael berdiri dengan tenang, meskipun sorot matanya menunjukkan kewaspadaan. "Mereka adalah entitas yang terikat pada energi korup dari Nadi Sihir. Makhluk bayangan yang tidak bisa mati kecuali energinya dihancurkan. Dan sekarang, mereka datang untuk melindungi sumber kekuatan mereka."Rainer melangkah ke depan, tatapannya tajam. "Kalau begitu, kita harus melawan mereka sambil mencari cara untuk menghentikan energi ini. Kita tidak bisa mundur sekarang."Kael menatap Rainer dengan sorot mata penuh hormat. "Keberanianmu mengagumkan. Tapi ingat, ini bukan hanya tentang kekuatan. Strategi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 53

    Sejak pertempuran di Benteng Langit, suasana kerajaan telah berubah. Meskipun energi dari Nadi Sihir yang dikendalikan oleh para penjaga bayangan telah dipadamkan, ketegangan masih menyelimuti tanah ini. Rainer tahu, mereka baru saja mengalahkan satu ancaman besar, namun jauh lebih banyak yang tersembunyi di balik tirai kegelapan yang kini perlahan mulai terbuka.Saat malam tiba, angin dingin bertiup melalui hutan yang mengelilingi benteng, dan cahaya bintang seakan berkilau dengan makna baru. Di dalam ruang pertemuan rahasia yang terletak di bawah permukaan tanah kerajaan, Rainer, Elyse, Kael, dan sisa pasukan yang selamat berkumpul untuk merencanakan langkah berikutnya.Rainer berdiri di tengah ruangan, tangannya terlipat di depan dada, sementara tatapannya menilai setiap orang di sekitarnya. Matanya yang tajam seakan dapat menembus dinding yang tak terlihat, mencari jawab dari pertanyaan yang semakin menggantung di benaknya."Sekarang kita tahu bahwa ada lebih banyak kekuatan terse

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 54

    Pintu besar yang menutup rapat di depan mereka berderit perlahan. Rainer tidak bergerak, matanya tetap terfokus pada bayangan gelap yang tiba-tiba muncul dari balik gerbang. Udara terasa semakin berat, dan meskipun mereka sudah bersiap dengan segala kemungkinan, ketegangan itu tetap menggantung di atas mereka.Suara dari dalam ruangan itu menggema, dalam dan berwibawa. "Kalian tidak tahu apa yang kalian hadapi, bukan?" suara itu terdengar lebih dalam dari yang diharapkan, hampir seperti bisikan yang menjalar, meresap ke dalam pikiran mereka. "Kalian baru saja membuka pintu yang lebih gelap dari yang bisa kalian bayangkan."Rainer merasakan sensasi yang familiar—sebuah perasaan yang sudah lama ia kenal. Ini bukan pertama kalinya ia merasa dihadapkan dengan kekuatan yang jauh lebih besar dari dirinya. Namun, kali ini, ia tahu bahwa dunia ini lebih rumit daripada sekadar persaingan antar bangsawan atau kekuatan sihir yang biasa ia hadapi."Siapa kamu?" tanya Rainer, suaranya penuh ketega

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 55

    Rainer berdiri tegak, matanya menatap pria bertopeng yang kini berdiri beberapa langkah di depannya. Keputusan yang harus diambil terasa semakin berat. Di satu sisi, dia tahu bahwa perubahan yang mereka perjuangkan telah mengguncang fondasi kekuasaan yang telah berlangsung berabad-abad. Namun, di sisi lain, kata-kata pria itu membayangi benaknya. Dunia ini lebih rumit dari yang mereka duga. Tidak ada jawaban yang sederhana.Elyse berdiri di sampingnya, tangannya terulur sedikit, seakan ingin memberi dukungan. Namun, Rainer tahu bahwa ini bukan hanya tentang mereka berdua. Ini adalah keputusan yang melibatkan seluruh dunia, masa depan yang mereka impikan, dan takdir yang belum mereka pahami sepenuhnya.Pria bertopeng itu tidak bergerak, matanya tetap menatap mereka dengan tajam, seolah menunggu jawaban mereka. Sejurus kemudian, wanita berpakaian gelap yang memasuki ruangan mengangkat tangan, memberi isyarat agar mereka maju. "Tidak ada yang bisa kembali setelah melangkah lebih jauh," k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 56

    Di luar ruang yang penuh ketegangan itu, langit mulai meredup. Angin malam bertiup kencang, membawa aroma tanah basah dan suara gemerisik daun yang bergoyang. Namun, di dalam ruangan tersebut, keheningan terasa begitu pekat. Rainer, Elyse, dan Kael berdiri bersama, merasakan detak jantung mereka yang semakin cepat, menanti saat-saat yang tak terhindarkan.Pria bertopeng yang berdiri di hadapan mereka mengisyaratkan agar mereka melangkah maju. "Kalian sudah memilih jalan ini. Siapapun yang ingin melawan, akan terhukum oleh ketidakpastian dunia ini," katanya dengan suara yang dalam dan mengancam.Elyse menatap pria itu dengan tajam. "Kami tidak takut dengan ancaman kosong," katanya dengan tegas. "Jika kamu benar-benar percaya bahwa dunia ini harus tetap berada dalam bayang-bayang sistem ini, kami akan melawannya. Keadilan adalah hak semua orang, bukan hanya milik mereka yang berkuasa."Rainer merasakan beban kata-kata Elyse. Mereka telah mengorbankan banyak hal untuk mencapai titik ini.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 57

    Kegelapan semakin pekat. Langit yang sebelumnya biru cerah kini digantikan oleh kabut kelam yang melingkupi seluruh area pertempuran. Suara gemuruh terdengar dari kejauhan, menandakan bahwa kekuatan luar biasa telah dibangkitkan. Rainer berdiri tegak di tengah kegelapan itu, menyadari bahwa situasi yang mereka hadapi lebih berat daripada yang pernah dia bayangkan.Elyse berdiri di sampingnya, pedang terhunus, matanya penuh tekad. "Kita takkan mundur," katanya, suaranya penuh keyakinan. "Kita telah sampai sejauh ini, Rainer. Dunia ini perlu berubah, dan kita adalah orang yang ditakdirkan untuk merubahnya."Rainer mengangguk, meskipun hatinya penuh dengan pertanyaan. "Kita harus memanfaatkan kecerdasan kita lebih dari sebelumnya. Jika kita hanya mengandalkan kekuatan fisik, kita akan kalah. Mereka sudah mempersiapkan ini dengan matang."Kael, yang berdiri lebih jauh di sisi kiri mereka, menatap ke arah kegelapan yang mengelilingi mereka dengan hati-hati. "Ada sesuatu yang besar yang sed

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29

Bab terbaru

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 115

    Denting langkah mereka bergema di lorong sempit yang menuju ke dalam Benteng Ardentia.Udara di dalam terasa lebih dingin dibandingkan di luar. Cahaya obor yang berkedip-kedip di sepanjang dinding batu menciptakan bayangan yang bergerak seperti sosok-sosok hantu. Rainer dan Elyse berjalan pelan, memastikan setiap langkah mereka tidak menimbulkan suara berlebihan.Di depan, lorong bercabang menjadi dua.Elyse menoleh ke arah Rainer. "Ke mana?" bisiknya.Rainer mengamati ukiran kecil di sudut tembok. Sebuah tanda, samar tapi jelas bagi yang tahu cara membacanya. Itu adalah simbol navigasi kuno yang digunakan oleh para arsitek istana di masa lalu."Ke kanan," katanya pelan.Mereka bergerak mengikuti lorong itu, mendekati jantung benteng tempat arsip rahasia Ordo Maledicta kemungkinan besar disimpan.Di pusat Benteng Ardentia, sebuah ruangan tersembunyi menyimpan dokumen yang telah ada selama berabad-abad.Rainer menempelkan telinganya ke pintu kayu besar di hadapannya. Tidak ada suara da

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 114

    Gema pertempuran masih tersisa di udara, meski keheningan kini menyelimuti gua bawah tanah.Rainer berdiri di tengah ruangan, napasnya sedikit berat. Jejak sihir yang baru saja ia gunakan masih berkilauan di lantai, menghilang sedikit demi sedikit seperti embun yang menguap. Di sekelilingnya, tubuh-tubuh penyihir bertopeng telah lenyap, terbakar oleh kekuatan ritual pemurnian yang ia ciptakan.Elyse mengamati simbol-simbol kuno yang terpahat di dinding gua. Matanya menyipit. "Ini bukan sekadar tempat pertemuan biasa, Rainer. Tempat ini… lebih tua dari yang kita duga."Rainer melangkah mendekat, menyentuh salah satu ukiran di dinding. Goresan-goresan itu bukan hanya sekadar tulisan sihir biasa. Ada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang terasa seperti bagian dari sebuah teka-teki yang lebih besar."Lambang ini…" Rainer bergumam. "Aku pernah melihatnya sebelumnya."Elyse menoleh. "Di mana?""Di perpustakaan bawah tanah di Akademi Arcadia," jawab Rainer, suaranya penuh pertimbangan. "Itu

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 113

    Suara ledakan menggema di dalam gua bawah tanah.Rainer mundur selangkah saat debu berhamburan di udara. Cahaya biru dari perangkap sihir yang ia aktifkan membentuk pola rumit di tanah, mengurung sosok bertopeng emas dalam lingkaran bercahaya.Namun, bukannya panik, sosok itu justru tertawa pelan. “Kau cukup cerdas. Tapi apakah kau benar-benar berpikir perangkap seperti ini cukup untuk menahan kami?”Rainer tak menjawab. Matanya menyipit, memerhatikan pergerakan lawannya. Terlalu tenang. Ini bukan sekadar penyihir biasa.Elyse bergerak cepat ke sisinya, belatinya sudah siap. “Kita habisi dia sekarang.”Namun sebelum mereka bisa bergerak, kabut semakin menebal. Udara berubah berat, seolah ada sesuatu yang menarik energi dari sekitar mereka.Sosok itu mengangkat tangannya. “Jika kau ingin menantang kami, maka bersiaplah menghadapi kekuatan yang telah menjaga dunia ini selama berabad-abad.”Rainer hanya tersenyum kecil. “Sudah kuduga.”Dengan satu gerakan tangan, lingkaran sihir di lanta

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 112

    Di dalam aula yang penuh dengan kemewahan, Rainer tetap menjaga ekspresi tenangnya saat Duke Marquez menatapnya dengan tajam. Elyse, yang berdiri di sampingnya, tetap siaga, tangannya hampir selalu berada di dekat belatinya, bersiap menghadapi kemungkinan ancaman.Duke Marquez tersenyum tipis, meski matanya penuh dengan ketegangan. “Kita bisa saling menguntungkan, Rainer. Kau ingin meruntuhkan sistem ini, bukan? Aku bisa membantumu.”Rainer menyilangkan tangannya di depan dada. “Setelah kau mengirim pembunuh untuk membunuhku? Itu cara yang aneh untuk mengundang kerja sama.”Duke Marquez tertawa kecil. “Kau lebih cerdas dari yang kukira. Tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku perlu tahu seberapa besar ancaman yang kau bawa.”Elyse menatapnya tajam. “Dan sekarang kau takut?”Duke Marquez menghela napas. “Aku realistis. Apa yang kau lakukan terhadap kota perdaganganku—itu adalah pukulan yang menghancurkan. Aku kehilangan kendali atas para pedagangku. Sekutuku mulai meragukanku. Jika aku

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 111

    Langit di atas desa yang hancur mulai memudar menjadi merah keemasan saat matahari terbit. Rainer berdiri di tengah reruntuhan, memandangi tubuh para pembunuh yang dikirim untuk menghabisinya. Simbol keluarga Duke Marquez di salah satu tubuh mereka menjadi bukti tak terbantahkan bahwa serangan ini bukan kebetulan.Elyse berjalan mendekat, matanya tajam menatap luka di lengannya yang masih mengeluarkan sedikit darah. “Kita tidak bisa membiarkan ini berlalu begitu saja, Rainer.”Rainer mengangguk. “Tentu saja tidak. Tapi kita juga tidak bisa menyerang balik tanpa perhitungan. Jika kita gegabah, kita bisa kehilangan legitimasi yang telah kita bangun.”Lord Gaillard, yang telah menyusul mereka bersama pasukan tambahan, menatap mayat-mayat di tanah dengan ekspresi serius. “Jika Duke Marquez benar-benar di balik ini, berarti dia sudah siap untuk mengumumkan permusuhan terbuka.”Rainer tersenyum tipis, tetapi matanya dingin. “Belum. Jika dia benar-benar siap, dia tidak akan mengirim tentara

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 110

    Setelah pertemuan besar di istana, ketegangan yang semula menggantung di udara mulai berubah menjadi rasa penasaran dan perhitungan. Beberapa bangsawan tampak mulai mempertimbangkan tawaran Rainer, sementara yang lain masih bersikeras mempertahankan sistem lama. Namun, yang paling berbahaya bukanlah mereka yang berbicara secara terang-terangan—melainkan mereka yang tetap diam.Di dalam ruang pribadinya, Rainer duduk di hadapan Elyse dan Lord Gaillard, mengamati laporan-laporan terbaru dari para mata-matanya.“Ada pergerakan mencurigakan dari kubu Duke Marquez,” ujar Elyse, menunjuk ke sebuah dokumen di meja. “Mereka mengadakan pertemuan rahasia dengan beberapa bangsawan yang tidak menghadiri pertemuan kita.”Rainer mengangguk pelan, ekspresinya tetap tenang. “Sudah kuduga. Mereka yang terlalu diam justru yang paling harus kita waspadai.”Lord Gaillard menatap peta kerajaan. “Sepertinya mereka tidak akan langsung melawan kita secara terbuka. Tapi jika mereka berhasil membentuk aliansi

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 109

    Setelah kejatuhan Duke Alvaric, suasana di istana mulai berubah. Para bangsawan yang sebelumnya merasa aman di balik status mereka kini mulai berhati-hati. Kekuatan Rainer sudah terbukti tidak hanya dalam kecerdasannya, tetapi juga dalam cara ia menggulingkan musuhnya tanpa mengangkat pedang sendiri.Namun, Rainer tahu ini hanyalah awal.Di ruang pertemuan rahasia, ia duduk bersama Elyse, Lord Gaillard, dan beberapa sekutu terdekatnya. Di depan mereka terbentang peta kerajaan dengan berbagai wilayah yang menandakan pengaruh para bangsawan.“Kejatuhan Alvaric menciptakan kekosongan kekuasaan,” Rainer memulai. “Beberapa bangsawan akan mencoba mengisi tempatnya, dan yang lainnya akan menunggu dalam bayang-bayang, mencari kesempatan untuk menyerang kita.”Lord Gaillard mengangguk. “Beberapa dari mereka mungkin mulai membentuk aliansi untuk melawan kita.”Elyse menambahkan, “Tapi kita bisa menggunakan ini untuk keuntungan kita. Jika kita bisa mendekati beberapa bangsawan sebelum mereka ber

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 108

    Rainer berdiri di balkon istananya, menatap langit malam yang berhiaskan bintang-bintang. Angin malam yang dingin berhembus pelan, tetapi pikirannya jauh lebih dingin.Veltan telah tersingkir, tetapi kata-katanya sebelum diseret keluar masih terngiang di benaknya. "Aku hanya mengikuti perintah..."Jika Veltan hanyalah boneka, maka siapa dalang sebenarnya?Elyse berjalan mendekat, membawa segelas anggur. “Kau tampak lebih murung dari biasanya.”Rainer menerima gelas itu dan menyesapnya sedikit sebelum berkata, “Veltan hanya permulaan. Masih ada sosok yang lebih besar di balik semua ini.”Elyse menyandarkan punggungnya ke pagar balkon. “Aku setuju. Kita harus mencari tahu siapa yang menarik tali di balik layar.”Rainer mengangguk. “Aku ingin tahu siapa saja yang menjalin hubungan dengan Veltan sebelum semua ini terjadi. Jika kita bisa menemukan pola, kita mungkin bisa menemukan dalangnya.”Elyse tersenyum tipis. “Kau sudah punya sesuatu dalam pikiran?”Rainer menatap gelasnya sejenak se

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 107

    Malam menyelimuti istana, tetapi pikiran Rainer tetap bekerja tanpa henti. Pengkhianatan bukan lagi sekadar kemungkinan—itu adalah kepastian. Namun, ia masih belum mengetahui siapa pengkhianatnya, kapan mereka akan bergerak, atau bagaimana mereka berencana untuk menghancurkan semuanya.Elyse duduk di seberangnya, tangannya menopang dagu, matanya terfokus pada peta kerajaan yang terbentang di atas meja kayu besar. "Kita tidak bisa terus dalam keadaan defensif, Rainer. Jika kita hanya menunggu dan berjaga-jaga, kita akan kehilangan inisiatif. Kita harus mencari tahu siapa yang berkhianat sebelum mereka menyerang lebih dulu."Rainer mengangguk pelan, matanya menyipit, menganalisis berbagai kemungkinan. "Kita harus memancing mereka keluar. Membuat mereka merasa cukup percaya diri untuk mengungkap niat mereka."Elyse mengangkat alis. "Bagaimana caranya?"Rainer tersenyum kecil, meskipun ada ketegangan di baliknya. "Kita akan menyebarkan kabar bahwa aku berencana bertemu dengan seorang bang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status