Share

Bab 56

last update Last Updated: 2025-01-29 14:46:10

Di luar ruang yang penuh ketegangan itu, langit mulai meredup. Angin malam bertiup kencang, membawa aroma tanah basah dan suara gemerisik daun yang bergoyang. Namun, di dalam ruangan tersebut, keheningan terasa begitu pekat. Rainer, Elyse, dan Kael berdiri bersama, merasakan detak jantung mereka yang semakin cepat, menanti saat-saat yang tak terhindarkan.

Pria bertopeng yang berdiri di hadapan mereka mengisyaratkan agar mereka melangkah maju. "Kalian sudah memilih jalan ini. Siapapun yang ingin melawan, akan terhukum oleh ketidakpastian dunia ini," katanya dengan suara yang dalam dan mengancam.

Elyse menatap pria itu dengan tajam. "Kami tidak takut dengan ancaman kosong," katanya dengan tegas. "Jika kamu benar-benar percaya bahwa dunia ini harus tetap berada dalam bayang-bayang sistem ini, kami akan melawannya. Keadilan adalah hak semua orang, bukan hanya milik mereka yang berkuasa."

Rainer merasakan beban kata-kata Elyse. Mereka telah mengorbankan banyak hal untuk mencapai titik ini.
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 57

    Kegelapan semakin pekat. Langit yang sebelumnya biru cerah kini digantikan oleh kabut kelam yang melingkupi seluruh area pertempuran. Suara gemuruh terdengar dari kejauhan, menandakan bahwa kekuatan luar biasa telah dibangkitkan. Rainer berdiri tegak di tengah kegelapan itu, menyadari bahwa situasi yang mereka hadapi lebih berat daripada yang pernah dia bayangkan.Elyse berdiri di sampingnya, pedang terhunus, matanya penuh tekad. "Kita takkan mundur," katanya, suaranya penuh keyakinan. "Kita telah sampai sejauh ini, Rainer. Dunia ini perlu berubah, dan kita adalah orang yang ditakdirkan untuk merubahnya."Rainer mengangguk, meskipun hatinya penuh dengan pertanyaan. "Kita harus memanfaatkan kecerdasan kita lebih dari sebelumnya. Jika kita hanya mengandalkan kekuatan fisik, kita akan kalah. Mereka sudah mempersiapkan ini dengan matang."Kael, yang berdiri lebih jauh di sisi kiri mereka, menatap ke arah kegelapan yang mengelilingi mereka dengan hati-hati. "Ada sesuatu yang besar yang sed

    Last Updated : 2025-01-29
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 58

    Perang melawan makhluk bayangan yang muncul dari dalam kegelapan itu berlangsung semakin sengit. Rainer, Elyse, dan Kael berjuang keras menghadapi setiap serangan dengan keahlian dan kekuatan yang mereka miliki. Namun, mereka menyadari bahwa mereka hanya bisa bertahan—bukan mengalahkan—musuh yang tampaknya tak terhentikan.“Ini tidak bisa berlanjut lebih lama,” kata Rainer, matanya menyapu medan pertempuran yang semakin kacau. Setiap gerakan makhluk bayangan itu semakin cepat dan mematikan. Mereka mengelilingi tiga sekutu itu dengan ketelitian yang mengerikan, menyerang dengan pola yang hampir tak terprediksi.Elyse, pedangnya berkilau di bawah cahaya yang samar, menghindar dari serangan makhluk yang menyerangnya. "Kita harus mencari titik kelemahannya, Rainer! Bagaimana kita bisa mengalahkan mereka?"Rainer hanya diam sejenak, menatap ke dalam kabut hitam yang memeluk medan pertempuran. "Makhluk-makhluk ini bukan hanya mengandalkan kekuatan fisik. Mereka adalah manifestasi dari kegel

    Last Updated : 2025-01-29
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 59

    Keheningan yang menyelimuti medan pertempuran terasa begitu mencekam. Setelah pertempuran sengit melawan makhluk bayangan dan pengendali misterius, Rainer, Elyse, dan Kael berdiri di antara reruntuhan, memandang ke arah tubuh pria bertopeng yang tergeletak di tanah. Kemenangan mereka adalah sebuah pencapaian besar, namun ada sesuatu yang masih menggantung di udara, sebuah pertanyaan yang belum terjawab.Rainer menarik napas panjang, memandang hasil perjuangan mereka. "Ini hanya permulaan," ucapnya dengan suara yang tegas namun mengandung kelelahan. "Pertempuran ini mungkin selesai, tapi ada lebih banyak tantangan yang menunggu."Elyse, yang berdiri di samping Rainer, memandang tubuh pria bertopeng yang kini tak berdaya. "Tapi apa yang sebenarnya kita hadapi?" tanyanya dengan nada yang penuh keraguan. "Kita baru saja mengalahkan dia, tapi ada sesuatu yang terasa lebih besar dari ini."Rainer mengangguk perlahan. "Pria bertopeng itu hanya salah satu dari banyak pihak yang berusaha menge

    Last Updated : 2025-01-29
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 60

    Udara di sekitar markas terasa semakin berat. Meskipun mereka baru saja mendapat informasi berharga di pasar, Rainer dan kelompoknya tahu bahwa mereka hanya menggores permukaan dari misteri yang lebih dalam. Peta dunia ini, meskipun terbentang luas di depan mereka, penuh dengan jebakan yang tidak bisa mereka hindari.Pagi itu, setelah memutuskan langkah selanjutnya, mereka kembali mengumpulkan kekuatan untuk merencanakan perjalanan berbahaya menuju pusat pemerintahan yang terletak jauh di utara. Ini adalah langkah pertama yang harus mereka ambil untuk mengetahui lebih banyak tentang siapa yang benar-benar berkuasa di balik layar.“Jika kita ingin mengguncang dunia ini, kita harus memulai dari sumbernya,” ujar Rainer dengan suara yang penuh ketegasan. Matanya menatap horizon yang seakan tak berujung. “Kerajaan ini punya lebih banyak rahasia dari yang kita kira. Jika kita berhasil menyusup ke dalam pusat kekuasaan mereka, kita mungkin bisa membuka pintu menuju perubahan.”Elyse, yang se

    Last Updated : 2025-01-29
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 61

    Di balik tirai malam yang gelap, Rainer, Elyse, Kael, dan seluruh kelompok bergerak dengan hati-hati menuju kedalaman ibu kota. Mereka tahu bahwa keberadaan mereka sangat berisiko, namun tak ada jalan mundur. Sejak mendengar nama Altheos, mereka sadar bahwa pertempuran ini lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan.Mereka berada di sebuah penginapan kecil yang terletak di pinggiran kota, jauh dari sorotan mata pejabat dan tentara yang berpatroli. Tetapi meskipun mereka berusaha menyembunyikan diri, udara di sekitar mereka terasa semakin mencekam. Sesuatu yang lebih besar sedang menunggu di depan.“Rainer,” Elyse memanggil dengan suara pelan, matanya tidak lepas dari peta yang terbentang di atas meja. “Altheos… siapa sebenarnya dia? Kenapa dia begitu penting?”Rainer melirik Elyse dengan tatapan penuh tekad. “Dia adalah orang yang mengendalikan aliran kekuasaan di kerajaan ini. Bukan hanya politik, tapi juga kekuatan gelap yang tersembunyi di dalamnya. Banyak yang tak tahu tentang

    Last Updated : 2025-01-30
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 62

    Altheos berdiri di hadapan mereka dengan senyum tipis yang seakan menyembunyikan lebih banyak rahasia daripada yang bisa mereka pahami. Ruangan yang gelap dan penuh dengan bayangan terasa semakin menekan, seperti sebuah perangkap yang siap menelan mereka.“Kalian benar-benar percaya bahwa kalian bisa mengubah dunia ini?” suara Altheos terngiang dalam kesunyian yang mencekam. “Kalian yang hanya berbekal idealisme dan keberanian, siapakah kalian untuk menantang aku?”Rainer menatap Altheos dengan tajam, mengamati setiap gerakan dan ekspresi pria itu. Dalam keheningan tersebut, hanya ketegangan yang bisa mereka rasakan, sementara di luar sana, dunia terus berputar, menunggu langkah mereka berikutnya.“Kami bukan hanya berbekal idealisme,” kata Rainer perlahan, suaranya penuh keyakinan. “Kami berbekal kecerdasan dan perhitungan. Kami akan menghancurkan sistem ini, meskipun harus memulainya dengan menghancurkan dasar dari kekuasaanmu.”Elyse berdiri di sampingnya, wajahnya menunjukkan teka

    Last Updated : 2025-01-30
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 63

    Suasana di ruangan itu semakin tegang seiring dengan percakapan yang semakin tajam. Altheos menatap mereka dengan penuh kecemasan yang tersembunyi di balik senyumnya yang dingin. Tiba-tiba, dalam keremangan itu, ia menghentakkan tangannya ke meja di hadapannya.“Kalian kira kalian bisa mengubah dunia hanya dengan kata-kata dan perencanaan yang sederhana?” kata Altheos, nada suaranya berubah tajam, penuh amarah yang sulit ia sembunyikan. “Dunia ini bukan tempat bagi mereka yang lemah atau yang terlahir dari kalangan rendah seperti kalian! Kalian hanya akan menjadi alat dalam permainan yang lebih besar daripada yang bisa kalian pahami.”Rainer menatapnya dengan tatapan yang tidak gentar, meskipun tubuhnya terasa tegang. Di dalam benaknya, ia merencanakan setiap langkah, mempersiapkan diri untuk apa yang mungkin akan terjadi selanjutnya. Elyse di sampingnya masih memegang tangan Rainer, memberikan kekuatan yang hampir tidak terucapkan.“Apakah kamu benar-benar berpikir kami lemah hanya k

    Last Updated : 2025-01-30
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 64

    Rainer dan kelompoknya melangkah keluar dari ruang pertemuan dengan langkah mantap, meskipun suasana di dalam hati mereka penuh dengan ketegangan. Langit di luar kastil gelap, hanya diterangi oleh sinar rembulan yang meredup. Namun, di dalam diri mereka, sesuatu yang lebih terang bersinar: harapan. Perjalanan ini tidak akan mudah, dan mereka tahu itu. Tetapi untuk pertama kalinya, mereka merasa bahwa mereka benar-benar siap menghadapi dunia ini.Di sisi lain, Altheos masih berdiri kaku di dalam ruangan, tubuhnya terasa kaku seperti patung. Ia mengamati mereka pergi, wajahnya mengerut dalam kebingungan dan amarah yang terkendali. Ia tahu bahwa Rainer tidak bisa dibiarkan begitu saja. Ia harus mengambil langkah yang lebih besar, lebih tajam untuk menghentikan mereka. Altheos tidak pernah menganggap remeh kemampuan seseorang, terutama seseorang seperti Rainer. Ia tahu betul bahwa kecerdasan bukan hanya soal penghitungan dan perencanaan, tetapi juga tentang mengetahui kapan harus bergerak

    Last Updated : 2025-01-30

Latest chapter

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 115

    Denting langkah mereka bergema di lorong sempit yang menuju ke dalam Benteng Ardentia.Udara di dalam terasa lebih dingin dibandingkan di luar. Cahaya obor yang berkedip-kedip di sepanjang dinding batu menciptakan bayangan yang bergerak seperti sosok-sosok hantu. Rainer dan Elyse berjalan pelan, memastikan setiap langkah mereka tidak menimbulkan suara berlebihan.Di depan, lorong bercabang menjadi dua.Elyse menoleh ke arah Rainer. "Ke mana?" bisiknya.Rainer mengamati ukiran kecil di sudut tembok. Sebuah tanda, samar tapi jelas bagi yang tahu cara membacanya. Itu adalah simbol navigasi kuno yang digunakan oleh para arsitek istana di masa lalu."Ke kanan," katanya pelan.Mereka bergerak mengikuti lorong itu, mendekati jantung benteng tempat arsip rahasia Ordo Maledicta kemungkinan besar disimpan.Di pusat Benteng Ardentia, sebuah ruangan tersembunyi menyimpan dokumen yang telah ada selama berabad-abad.Rainer menempelkan telinganya ke pintu kayu besar di hadapannya. Tidak ada suara da

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 114

    Gema pertempuran masih tersisa di udara, meski keheningan kini menyelimuti gua bawah tanah.Rainer berdiri di tengah ruangan, napasnya sedikit berat. Jejak sihir yang baru saja ia gunakan masih berkilauan di lantai, menghilang sedikit demi sedikit seperti embun yang menguap. Di sekelilingnya, tubuh-tubuh penyihir bertopeng telah lenyap, terbakar oleh kekuatan ritual pemurnian yang ia ciptakan.Elyse mengamati simbol-simbol kuno yang terpahat di dinding gua. Matanya menyipit. "Ini bukan sekadar tempat pertemuan biasa, Rainer. Tempat ini… lebih tua dari yang kita duga."Rainer melangkah mendekat, menyentuh salah satu ukiran di dinding. Goresan-goresan itu bukan hanya sekadar tulisan sihir biasa. Ada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang terasa seperti bagian dari sebuah teka-teki yang lebih besar."Lambang ini…" Rainer bergumam. "Aku pernah melihatnya sebelumnya."Elyse menoleh. "Di mana?""Di perpustakaan bawah tanah di Akademi Arcadia," jawab Rainer, suaranya penuh pertimbangan. "Itu

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 113

    Suara ledakan menggema di dalam gua bawah tanah.Rainer mundur selangkah saat debu berhamburan di udara. Cahaya biru dari perangkap sihir yang ia aktifkan membentuk pola rumit di tanah, mengurung sosok bertopeng emas dalam lingkaran bercahaya.Namun, bukannya panik, sosok itu justru tertawa pelan. “Kau cukup cerdas. Tapi apakah kau benar-benar berpikir perangkap seperti ini cukup untuk menahan kami?”Rainer tak menjawab. Matanya menyipit, memerhatikan pergerakan lawannya. Terlalu tenang. Ini bukan sekadar penyihir biasa.Elyse bergerak cepat ke sisinya, belatinya sudah siap. “Kita habisi dia sekarang.”Namun sebelum mereka bisa bergerak, kabut semakin menebal. Udara berubah berat, seolah ada sesuatu yang menarik energi dari sekitar mereka.Sosok itu mengangkat tangannya. “Jika kau ingin menantang kami, maka bersiaplah menghadapi kekuatan yang telah menjaga dunia ini selama berabad-abad.”Rainer hanya tersenyum kecil. “Sudah kuduga.”Dengan satu gerakan tangan, lingkaran sihir di lanta

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 112

    Di dalam aula yang penuh dengan kemewahan, Rainer tetap menjaga ekspresi tenangnya saat Duke Marquez menatapnya dengan tajam. Elyse, yang berdiri di sampingnya, tetap siaga, tangannya hampir selalu berada di dekat belatinya, bersiap menghadapi kemungkinan ancaman.Duke Marquez tersenyum tipis, meski matanya penuh dengan ketegangan. “Kita bisa saling menguntungkan, Rainer. Kau ingin meruntuhkan sistem ini, bukan? Aku bisa membantumu.”Rainer menyilangkan tangannya di depan dada. “Setelah kau mengirim pembunuh untuk membunuhku? Itu cara yang aneh untuk mengundang kerja sama.”Duke Marquez tertawa kecil. “Kau lebih cerdas dari yang kukira. Tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku perlu tahu seberapa besar ancaman yang kau bawa.”Elyse menatapnya tajam. “Dan sekarang kau takut?”Duke Marquez menghela napas. “Aku realistis. Apa yang kau lakukan terhadap kota perdaganganku—itu adalah pukulan yang menghancurkan. Aku kehilangan kendali atas para pedagangku. Sekutuku mulai meragukanku. Jika aku

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 111

    Langit di atas desa yang hancur mulai memudar menjadi merah keemasan saat matahari terbit. Rainer berdiri di tengah reruntuhan, memandangi tubuh para pembunuh yang dikirim untuk menghabisinya. Simbol keluarga Duke Marquez di salah satu tubuh mereka menjadi bukti tak terbantahkan bahwa serangan ini bukan kebetulan.Elyse berjalan mendekat, matanya tajam menatap luka di lengannya yang masih mengeluarkan sedikit darah. “Kita tidak bisa membiarkan ini berlalu begitu saja, Rainer.”Rainer mengangguk. “Tentu saja tidak. Tapi kita juga tidak bisa menyerang balik tanpa perhitungan. Jika kita gegabah, kita bisa kehilangan legitimasi yang telah kita bangun.”Lord Gaillard, yang telah menyusul mereka bersama pasukan tambahan, menatap mayat-mayat di tanah dengan ekspresi serius. “Jika Duke Marquez benar-benar di balik ini, berarti dia sudah siap untuk mengumumkan permusuhan terbuka.”Rainer tersenyum tipis, tetapi matanya dingin. “Belum. Jika dia benar-benar siap, dia tidak akan mengirim tentara

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 110

    Setelah pertemuan besar di istana, ketegangan yang semula menggantung di udara mulai berubah menjadi rasa penasaran dan perhitungan. Beberapa bangsawan tampak mulai mempertimbangkan tawaran Rainer, sementara yang lain masih bersikeras mempertahankan sistem lama. Namun, yang paling berbahaya bukanlah mereka yang berbicara secara terang-terangan—melainkan mereka yang tetap diam.Di dalam ruang pribadinya, Rainer duduk di hadapan Elyse dan Lord Gaillard, mengamati laporan-laporan terbaru dari para mata-matanya.“Ada pergerakan mencurigakan dari kubu Duke Marquez,” ujar Elyse, menunjuk ke sebuah dokumen di meja. “Mereka mengadakan pertemuan rahasia dengan beberapa bangsawan yang tidak menghadiri pertemuan kita.”Rainer mengangguk pelan, ekspresinya tetap tenang. “Sudah kuduga. Mereka yang terlalu diam justru yang paling harus kita waspadai.”Lord Gaillard menatap peta kerajaan. “Sepertinya mereka tidak akan langsung melawan kita secara terbuka. Tapi jika mereka berhasil membentuk aliansi

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 109

    Setelah kejatuhan Duke Alvaric, suasana di istana mulai berubah. Para bangsawan yang sebelumnya merasa aman di balik status mereka kini mulai berhati-hati. Kekuatan Rainer sudah terbukti tidak hanya dalam kecerdasannya, tetapi juga dalam cara ia menggulingkan musuhnya tanpa mengangkat pedang sendiri.Namun, Rainer tahu ini hanyalah awal.Di ruang pertemuan rahasia, ia duduk bersama Elyse, Lord Gaillard, dan beberapa sekutu terdekatnya. Di depan mereka terbentang peta kerajaan dengan berbagai wilayah yang menandakan pengaruh para bangsawan.“Kejatuhan Alvaric menciptakan kekosongan kekuasaan,” Rainer memulai. “Beberapa bangsawan akan mencoba mengisi tempatnya, dan yang lainnya akan menunggu dalam bayang-bayang, mencari kesempatan untuk menyerang kita.”Lord Gaillard mengangguk. “Beberapa dari mereka mungkin mulai membentuk aliansi untuk melawan kita.”Elyse menambahkan, “Tapi kita bisa menggunakan ini untuk keuntungan kita. Jika kita bisa mendekati beberapa bangsawan sebelum mereka ber

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 108

    Rainer berdiri di balkon istananya, menatap langit malam yang berhiaskan bintang-bintang. Angin malam yang dingin berhembus pelan, tetapi pikirannya jauh lebih dingin.Veltan telah tersingkir, tetapi kata-katanya sebelum diseret keluar masih terngiang di benaknya. "Aku hanya mengikuti perintah..."Jika Veltan hanyalah boneka, maka siapa dalang sebenarnya?Elyse berjalan mendekat, membawa segelas anggur. “Kau tampak lebih murung dari biasanya.”Rainer menerima gelas itu dan menyesapnya sedikit sebelum berkata, “Veltan hanya permulaan. Masih ada sosok yang lebih besar di balik semua ini.”Elyse menyandarkan punggungnya ke pagar balkon. “Aku setuju. Kita harus mencari tahu siapa yang menarik tali di balik layar.”Rainer mengangguk. “Aku ingin tahu siapa saja yang menjalin hubungan dengan Veltan sebelum semua ini terjadi. Jika kita bisa menemukan pola, kita mungkin bisa menemukan dalangnya.”Elyse tersenyum tipis. “Kau sudah punya sesuatu dalam pikiran?”Rainer menatap gelasnya sejenak se

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 107

    Malam menyelimuti istana, tetapi pikiran Rainer tetap bekerja tanpa henti. Pengkhianatan bukan lagi sekadar kemungkinan—itu adalah kepastian. Namun, ia masih belum mengetahui siapa pengkhianatnya, kapan mereka akan bergerak, atau bagaimana mereka berencana untuk menghancurkan semuanya.Elyse duduk di seberangnya, tangannya menopang dagu, matanya terfokus pada peta kerajaan yang terbentang di atas meja kayu besar. "Kita tidak bisa terus dalam keadaan defensif, Rainer. Jika kita hanya menunggu dan berjaga-jaga, kita akan kehilangan inisiatif. Kita harus mencari tahu siapa yang berkhianat sebelum mereka menyerang lebih dulu."Rainer mengangguk pelan, matanya menyipit, menganalisis berbagai kemungkinan. "Kita harus memancing mereka keluar. Membuat mereka merasa cukup percaya diri untuk mengungkap niat mereka."Elyse mengangkat alis. "Bagaimana caranya?"Rainer tersenyum kecil, meskipun ada ketegangan di baliknya. "Kita akan menyebarkan kabar bahwa aku berencana bertemu dengan seorang bang

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status