Share

Bab 61

last update Huling Na-update: 2025-01-30 15:56:52

Di balik tirai malam yang gelap, Rainer, Elyse, Kael, dan seluruh kelompok bergerak dengan hati-hati menuju kedalaman ibu kota. Mereka tahu bahwa keberadaan mereka sangat berisiko, namun tak ada jalan mundur. Sejak mendengar nama Altheos, mereka sadar bahwa pertempuran ini lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan.

Mereka berada di sebuah penginapan kecil yang terletak di pinggiran kota, jauh dari sorotan mata pejabat dan tentara yang berpatroli. Tetapi meskipun mereka berusaha menyembunyikan diri, udara di sekitar mereka terasa semakin mencekam. Sesuatu yang lebih besar sedang menunggu di depan.

“Rainer,” Elyse memanggil dengan suara pelan, matanya tidak lepas dari peta yang terbentang di atas meja. “Altheos… siapa sebenarnya dia? Kenapa dia begitu penting?”

Rainer melirik Elyse dengan tatapan penuh tekad. “Dia adalah orang yang mengendalikan aliran kekuasaan di kerajaan ini. Bukan hanya politik, tapi juga kekuatan gelap yang tersembunyi di dalamnya. Banyak yang tak tahu tentang
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 62

    Altheos berdiri di hadapan mereka dengan senyum tipis yang seakan menyembunyikan lebih banyak rahasia daripada yang bisa mereka pahami. Ruangan yang gelap dan penuh dengan bayangan terasa semakin menekan, seperti sebuah perangkap yang siap menelan mereka.“Kalian benar-benar percaya bahwa kalian bisa mengubah dunia ini?” suara Altheos terngiang dalam kesunyian yang mencekam. “Kalian yang hanya berbekal idealisme dan keberanian, siapakah kalian untuk menantang aku?”Rainer menatap Altheos dengan tajam, mengamati setiap gerakan dan ekspresi pria itu. Dalam keheningan tersebut, hanya ketegangan yang bisa mereka rasakan, sementara di luar sana, dunia terus berputar, menunggu langkah mereka berikutnya.“Kami bukan hanya berbekal idealisme,” kata Rainer perlahan, suaranya penuh keyakinan. “Kami berbekal kecerdasan dan perhitungan. Kami akan menghancurkan sistem ini, meskipun harus memulainya dengan menghancurkan dasar dari kekuasaanmu.”Elyse berdiri di sampingnya, wajahnya menunjukkan teka

    Huling Na-update : 2025-01-30
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 63

    Suasana di ruangan itu semakin tegang seiring dengan percakapan yang semakin tajam. Altheos menatap mereka dengan penuh kecemasan yang tersembunyi di balik senyumnya yang dingin. Tiba-tiba, dalam keremangan itu, ia menghentakkan tangannya ke meja di hadapannya.“Kalian kira kalian bisa mengubah dunia hanya dengan kata-kata dan perencanaan yang sederhana?” kata Altheos, nada suaranya berubah tajam, penuh amarah yang sulit ia sembunyikan. “Dunia ini bukan tempat bagi mereka yang lemah atau yang terlahir dari kalangan rendah seperti kalian! Kalian hanya akan menjadi alat dalam permainan yang lebih besar daripada yang bisa kalian pahami.”Rainer menatapnya dengan tatapan yang tidak gentar, meskipun tubuhnya terasa tegang. Di dalam benaknya, ia merencanakan setiap langkah, mempersiapkan diri untuk apa yang mungkin akan terjadi selanjutnya. Elyse di sampingnya masih memegang tangan Rainer, memberikan kekuatan yang hampir tidak terucapkan.“Apakah kamu benar-benar berpikir kami lemah hanya k

    Huling Na-update : 2025-01-30
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 64

    Rainer dan kelompoknya melangkah keluar dari ruang pertemuan dengan langkah mantap, meskipun suasana di dalam hati mereka penuh dengan ketegangan. Langit di luar kastil gelap, hanya diterangi oleh sinar rembulan yang meredup. Namun, di dalam diri mereka, sesuatu yang lebih terang bersinar: harapan. Perjalanan ini tidak akan mudah, dan mereka tahu itu. Tetapi untuk pertama kalinya, mereka merasa bahwa mereka benar-benar siap menghadapi dunia ini.Di sisi lain, Altheos masih berdiri kaku di dalam ruangan, tubuhnya terasa kaku seperti patung. Ia mengamati mereka pergi, wajahnya mengerut dalam kebingungan dan amarah yang terkendali. Ia tahu bahwa Rainer tidak bisa dibiarkan begitu saja. Ia harus mengambil langkah yang lebih besar, lebih tajam untuk menghentikan mereka. Altheos tidak pernah menganggap remeh kemampuan seseorang, terutama seseorang seperti Rainer. Ia tahu betul bahwa kecerdasan bukan hanya soal penghitungan dan perencanaan, tetapi juga tentang mengetahui kapan harus bergerak

    Huling Na-update : 2025-01-30
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 65

    Malam telah turun dengan berat, menyelimuti kerajaan dalam kegelapan yang pekat. Hanya ada secercah cahaya dari lentera di beberapa sudut kota yang mulai tenang. Di dalam ruangan rahasia yang dipenuhi peta dan catatan, Rainer duduk bersama Elyse, Kael, dan beberapa pemimpin aliansi baru mereka, mempersiapkan langkah berikutnya.Di atas meja, peta besar yang menggambarkan seluruh kerajaan terbentang luas, dengan tanda-tanda strategis yang ditandai dengan simbol-simbol yang mereka buat sendiri. Aliansi yang mereka bangun semakin kokoh, dengan rakyat dari berbagai kalangan mulai merasakan kekuatan mereka. Namun, semakin mereka maju, semakin jelas bahwa rintangan yang akan mereka hadapi jauh lebih besar daripada yang mereka bayangkan.“Rainer,” kata Elyse dengan suara serius, “kami tahu bahwa banyak orang di dalam kerajaan ini tidak percaya pada perubahan. Beberapa masih merasa aman dalam ketidakpastian. Kami harus membuat mereka melihat apa yang sedang kita perjuangkan.”Rainer menatap E

    Huling Na-update : 2025-01-30
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 66

    Semakin hari, kabar tentang gerakan yang dipimpin oleh Rainer dan aliansinya semakin menyebar. Mereka yang sebelumnya tidak peduli mulai berbicara tentang perubahan yang dijanjikan. Namun, seperti yang Rainer duga, semakin banyak yang bersimpati, semakin besar pula ancaman yang mengintai.Di dalam markas rahasia mereka, Rainer berdiri di depan peta kerajaan yang besar, mata tajam menilai setiap gerakan. Di sekitar meja, Elyse, Kael, dan beberapa pemimpin aliansi lainnya berkumpul untuk merencanakan langkah berikutnya.“Laporan terbaru menyebutkan bahwa pasukan Altheos semakin mendekat,” Kael berkata, suaranya tegang. “Mereka tahu kita sudah siap untuk bergerak.”Rainer tidak terkejut. Dia sudah memprediksi bahwa musuhnya akan bergerak lebih cepat setelah kehilangan salah satu pemimpin mereka. Namun, kehilangan ini tidak hanya mengguncang pasukan mereka, tetapi juga mempercepat rencana mereka."Apakah kita siap?" tanya Rainer, suaranya tenang meski dalam hati dia tahu risiko besar yang

    Huling Na-update : 2025-01-31
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 67

    Keheningan malam dipenuhi dengan ketegangan. Ketika Rainer dan pasukannya memasuki markas utama Altheos, mereka tahu bahwa mereka hanya memiliki sedikit waktu sebelum musuh mereka menyadari bahwa serangan ini bukanlah hal yang mereka duga. Sebuah strategi yang berisiko, namun juga sebuah langkah yang tak bisa dihindari. Jika mereka ingin meruntuhkan Altheos, mereka harus bertindak cepat dan memanfaatkan ketidaksiapan musuh.Di dalam markas Altheos, Rainer dan kelompok kecilnya menyusup melalui lorong-lorong gelap yang sempit. Mereka melewati pintu-pintu besar yang terbuat dari kayu hitam, menyelinap seperti bayangan, menghindari setiap penjaga yang berjalan dengan langkah terburu-buru. Meskipun mereka sudah mempersiapkan diri dengan rencana matang, Rainer tahu bahwa kegagalan hanya berjarak beberapa langkah dari mereka.“Ke depan,” bisik Rainer kepada kelompoknya, tangan terangkat untuk memberi tanda agar mereka tetap diam dan bergerak perlahan. “Kita harus sampai ke ruang kendali.”E

    Huling Na-update : 2025-01-31
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 68

    Bumi di bawah kaki Rainer bergetar hebat, seakan dunia itu sendiri terguncang oleh ledakan yang baru saja terjadi. Kekuatan magis yang dikeluarkan oleh kristal yang hancur itu merobek ruang di sekitar mereka, menyebabkan dinding dan lantai benteng Altheos pecah dan retak, menimbulkan debu dan serpihan yang memenuhi udara. Detik-detik ketegangan itu seolah berhenti, setiap langkah terasa seperti detik yang panjang. Sebuah aura hitam pekat mulai menyebar dari dalam kristal yang hancur itu, membentuk pusaran energi yang memutar di dalam ruangan.Elyse menarik napas dalam-dalam, wajahnya terbenam dalam bayangan kegelapan yang merayap ke seluruh ruangan. "Apa yang baru saja terjadi?" tanyanya, suaranya hampir tak terdengar di tengah kegaduhan itu.Rainer berdiri terdiam, wajahnya memucat. Di hadapannya, energi gelap yang keluar dari kristal itu membentuk makhluk berbentuk bayangan, sebuah entitas magis yang sangat kuat. Sebuah makhluk yang bukan berasal dari dunia ini, yang tampaknya telah

    Huling Na-update : 2025-01-31
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 69

    Langit yang tadinya kelam kini mulai cerah, meskipun bekas ledakan dan serpihan hancur masih menyebar di sekitar mereka. Benteng Altheos yang megah, pusat kekuasaan dan persekutuan gelap, kini hanya tinggal puing-puing yang terbakar dan runtuh. Rainer terbaring di atas tanah yang terbelah, tubuhnya gemetar, napasnya terengah-engah. Energi yang telah ia keluarkan untuk menghancurkan pusat kekuatan Altheos membuat tubuhnya terasa sangat lemah, seolah seluruh tenaganya telah disedot.Elyse, yang berdiri dengan cemas di sampingnya, memandang Rainer dengan penuh kekhawatiran. “Rainer, bertahanlah,” katanya, suaranya hampir seperti bisikan. “Kau tidak boleh menyerah sekarang.”Rainer membuka matanya yang berat, menatap Elyse dengan senyum lemah. “Kita… berhasil,” bisiknya. “Tapi aku… tidak tahu… apakah aku bisa bertahan.”Elyse menggenggam tangannya dengan erat. “Jangan bicara seperti itu. Kita akan menemukan cara untuk mengembalikanmu. Kita sudah sejauh ini, Rainer. Kita akan membangun dun

    Huling Na-update : 2025-01-31

Pinakabagong kabanata

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 181

    Kilatan cahaya menyelimuti seluruh ruang dalam Menara Caelus. Cahaya dari Prisma Keempat memancar, menyatu dengan tiga fragmen sebelumnya yang telah Rainer kumpulkan. Suara bisikan kuno membahana, menyampaikan pesan yang tak dapat ditangkap oleh telinga biasa—melainkan oleh jiwa yang bersedia menerima kebenaran seutuhnya.Rainer berdiri di tengah pusaran cahaya itu, matanya terbuka lebar, menyerap seluruh memori dan kebenaran yang tersimpan selama ribuan tahun. Sosok Aeron, bayangan dari masa lalu, perlahan menghilang—senyumnya pudar, meninggalkan beban yang tak kasat mata.Elyse mendekat, wajahnya penuh kecemasan. “Apa yang kau lihat?”Rainer tidak langsung menjawab. Tangannya gemetar. Di matanya tergambar peperangan yang belum pernah diceritakan, pengkhianatan oleh mereka yang dicatat sebagai pahlawan, dan dunia yang dibentuk bukan dari harapan, melainkan dari ketakutan para pendiri.“Aku melihat... dunia yang kita kenal bukan hasil dari kebijaksanaan. Tapi hasil dari keputusan terb

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 180

    Angin dingin dari utara membawa kabar buruk.Pagi itu, Rainer berdiri di atas puncak benteng pengamatan, memandangi pusaran cahaya yang membelah langit dari kejauhan. Fenomena itu muncul mendadak—tidak satu pun dari alat-alat sihir mereka bisa mendeteksi energi semacam itu sebelumnya. Tapi satu hal jelas: titik pusatnya adalah Menara Caelus, struktur kuno dari Zaman Awal yang selama ini hanya dianggap reruntuhan tak berfungsi.Kini, menara itu bersinar. Hidup kembali.“Menara keempat telah bangkit,” gumam Rainer.Di belakangnya, Elyse datang membawa gulungan tua yang diambil dari arsip Perpustakaan Tengah. “Ada yang menarik,” katanya sambil membuka gulungan di meja observasi. “Menurut peta zaman kuno, Menara Caelus bukan hanya tempat sihir—melainkan tempat penyimpanan memori dunia.”Rainer menoleh, alisnya terangkat. “Memori dunia?”Elyse mengangguk. “Sesuatu yang disebut ‘Rekam Astral’. Sebuah sistem penyimpanan sihir yang bisa merekam kejadian dan pengetahuan dari masa lalu. Jika be

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 179

    Dunia berubah, tapi perubahan sejati tidak pernah datang tanpa konsekuensi.Sepekan setelah kepulangan Rainer dari Perpustakaan Tengah, gelombang informasi mulai merembes ke setiap pelosok kerajaan. Terjemahan parsial Simfoni Tertinggal telah disalin dan disebarkan ke berbagai sekolah sihir rakyat dan tempat-tempat belajar kecil yang tersembunyi di balik bayang-bayang kota besar.Di awalnya, banyak yang menertawakan dokumen itu. Mereka menyebutnya propaganda seorang anak dari kasta rendah yang menginginkan kekuasaan melalui pengetahuan. Namun semakin banyak yang membaca, semakin banyak pula yang mulai bertanya-tanya.“Kalau sihir bukan bakat keturunan, mengapa kami tidak bisa mempelajarinya?”“Kenapa hanya keluarga bangsawan yang punya akses ke sekolah sihir tingkat tinggi?”Pertanyaan-pertanyaan itu menyebar lebih cepat daripada yang diperkirakan siapa pun.Dan dari balik dinding istana, para bangsawan mulai merasakan tekanan.Di ruang utama Dewan Tertinggi Bangsawan, sebuah pertemua

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 178

    Hujan turun pelan di atas atap markas, membasahi kaca jendela tempat Rainer bersandar. Di tangan kirinya, liontin yang memuat tiga fragmen kini berpendar aneh—perpaduan antara cahaya dan kegelapan, seolah dua kekuatan bertentangan sedang saling menekan, mencari bentuk akhir dari sebuah kebenaran.Elyse melangkah masuk tanpa suara, membawa dua cangkir teh. Ia menyerahkan satu pada Rainer sebelum ikut bersandar di sisi jendela. Diam.“Apa kau pernah merasa,” kata Elyse akhirnya, “bahwa dunia ini... lebih tua dari yang kita tahu?”Rainer tersenyum kecil. “Tidak hanya lebih tua. Tapi juga lebih terluka.”Ia mengangkat liontin. “Setiap fragmen membawa ingatan. Yang pertama memberi petunjuk tentang asal usul sistem kasta. Yang kedua memperlihatkan eksperimen sihir terhadap manusia biasa. Tapi yang ketiga...”“...membawa kehampaan,” sambung Elyse pelan. “Aku merasakannya saat kita berada di altar itu.”“Dan lebih dari itu.” Rainer berbalik, berjalan ke meja penuh dokumen. Ia mengambil satu g

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 177

    Langit malam menyelimuti dunia dengan kelam yang lebih pekat dari biasanya. Di luar ibu kota, jauh dari mata para penguasa dan rakyat biasa, Menara Bayangan berdiri di atas bukit batu yang tandus, dikelilingi reruntuhan peradaban lama yang telah lama dilupakan. Di dalam menara itu, sihir lama—sihir yang bahkan tidak dikenali oleh Akademi Sihir Pusat—masih hidup.Di tengah lingkaran sihir yang berpendar redup, pria berjubah ungu tua itu membuka matanya. Mereka bersinar hijau pucat, bukan karena sihir, tapi karena kekosongan yang menghuni raganya. Ia bukan lagi manusia biasa. Namanya telah lama dihapus dari sejarah, digantikan dengan satu julukan: Nihros, sang Pemelihara Kekosongan.“Fragmen ketiga telah terbangun,” gumam Nihros. Suaranya nyaris seperti bisikan di antara celah kenyataan. “Dan si bocah itu... mulai mengganggu alur.”Di sekelilingnya, entitas-entitas tak bernama—makhluk yang dulunya manusia, tapi telah dirusak oleh sihir gelap dari

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 176

    Ruangan Majelis Tertinggi tidak seperti aula biasa di kerajaan—ia tidak hanya dibangun dari marmer dan batu mulia, tapi dari keheningan yang dalam dan rasa takut yang menggantung. Di tempat inilah hukum kerajaan diciptakan, strategi perang dirancang, dan takdir rakyat ditentukan.Pagi itu, ratusan kursi di tribun atas dipenuhi para bangsawan, penyihir agung, akademisi, dan bahkan utusan luar negeri. Mereka semua datang karena undangan langka: seseorang dari kalangan bawah, tanpa darah bangsawan, tanpa gelar, akan berbicara di hadapan Majelis.Rainer berdiri di tengah podium, mengenakan jubah hitam dengan garis emas yang dirancang Elyse dan para pendukungnya—sebuah simbol antara perlawanan dan martabat. Di belakangnya, Elyse berdiri tegak, mata tajamnya menyapu ruangan.Suara bel logam berdentang tiga kali, menandakan awal sesi. Di kursi utama, High Consul Avarel—pemimpin tertinggi Majelis—mengangguk ke arah Rainer.“Rainer dari distrik bawah, pemegang fra

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 175

    Langit di atas ibu kota kerajaan Arkwen tampak kelabu. Awan gelap menggantung rendah, seolah menandakan badai besar akan segera datang. Namun badai yang mendekat bukan sekadar cuaca—melainkan konflik yang akan mengguncang seluruh struktur kekuasaan kerajaan.Rainer dan timnya baru saja kembali dari ekspedisi ke Utara, membawa satu kebenaran baru dan satu fragmen simfoni tambahan. Tapi bukan hanya kekuatan yang mereka bawa pulang, melainkan juga informasi yang bisa mengguncang fondasi dunia: bahwa sistem yang saat ini berdiri adalah hasil dari siklus berulang yang dipaksakan oleh kekuatan kuno, dan bahwa pemilik simfoni sejati berpotensi menjadi kunci pembebas atau penghancur dari siklus itu.“Berita tentang pergerakan kita telah bocor,” kata Kysha sambil menyerahkan gulungan surat kepada Rainer. “Tiga dari lima keluarga bangsawan besar mengirim utusan ke menara dewan sihir. Mereka menyebutnya sebagai ‘Tanda Pertama dari Kerusakan.’”“Karena kita mengambil fragme

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 174

    Hutan Frostveil, wilayah utara kerajaan yang dinginnya mampu membekukan tulang bahkan sebelum musim salju datang. Kabut tebal menggantung di antara pohon-pohon cemara tinggi, dan hanya suara ranting patah atau langkah lembut di salju yang memberi tanda bahwa kehidupan masih ada di tempat itu.Di sinilah Rainer, Elyse, Marcus, dan Kysha menelusuri jejak pengkhianat dari tim mereka—Seth, anggota pencatat sihir yang ternyata telah menyusup atas perintah pihak luar. Peta menuju fragmen ketiga kini berada di tangannya, dan jika dia berhasil menyerahkannya ke tangan sekte atau faksi bangsawan tertentu, pertarungan untuk perubahan bisa berakhir sebelum dimulai.“Kita hanya berjarak satu hari perjalanan dari kuil tua yang disebutkan di fragmen kedua,” bisik Kysha sambil menunjuk peta yang telah mereka salin ulang. “Tapi jalur yang diambil Seth... bukan jalur langsung. Dia menuju celah pegunungan—ada sesuatu di sana yang dia sembunyikan.”Rainer menatap langit yang mulai

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 173

    Hujan deras mengguyur pelabuhan selatan Kerajaan Galvane. Kapal ekspedisi akademi telah bersandar di dermaga, dan suara ombak yang menghantam kayu menambah ketegangan suasana. Rainer berdiri di dek kapal, mengenakan jubah tebal berlapis pelindung sihir. Di belakangnya, Elyse, Marcus, dan beberapa anggota tim elite akademi bersiap turun.Wilayah yang mereka tuju adalah reruntuhan Virellis, kota kuno yang terkubur oleh tanah longsor dua abad lalu. Berdasarkan kode dalam simfoni pertama, fragmen kedua tersembunyi di bawah tanah, dilindungi oleh mekanisme sihir yang hanya bisa dipecahkan oleh harmoni energi tertentu—sesuatu yang hanya bisa dideteksi jika seseorang memiliki resonansi dengan fragmen pertama.“Aku merasakannya,” bisik Rainer sambil menekan telapak tangannya ke dada, tempat ia mengenakan liontin kristal kecil dari fragmen pertama. “Ada sesuatu yang memanggil… seperti gema di ujung lorong panjang.”Elyse menatapnya, mata peraknya penuh waspada. “Pastikan

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status