Share

Bab 65

last update Last Updated: 2025-01-30 15:57:08

Malam telah turun dengan berat, menyelimuti kerajaan dalam kegelapan yang pekat. Hanya ada secercah cahaya dari lentera di beberapa sudut kota yang mulai tenang. Di dalam ruangan rahasia yang dipenuhi peta dan catatan, Rainer duduk bersama Elyse, Kael, dan beberapa pemimpin aliansi baru mereka, mempersiapkan langkah berikutnya.

Di atas meja, peta besar yang menggambarkan seluruh kerajaan terbentang luas, dengan tanda-tanda strategis yang ditandai dengan simbol-simbol yang mereka buat sendiri. Aliansi yang mereka bangun semakin kokoh, dengan rakyat dari berbagai kalangan mulai merasakan kekuatan mereka. Namun, semakin mereka maju, semakin jelas bahwa rintangan yang akan mereka hadapi jauh lebih besar daripada yang mereka bayangkan.

“Rainer,” kata Elyse dengan suara serius, “kami tahu bahwa banyak orang di dalam kerajaan ini tidak percaya pada perubahan. Beberapa masih merasa aman dalam ketidakpastian. Kami harus membuat mereka melihat apa yang sedang kita perjuangkan.”

Rainer menatap E
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 66

    Semakin hari, kabar tentang gerakan yang dipimpin oleh Rainer dan aliansinya semakin menyebar. Mereka yang sebelumnya tidak peduli mulai berbicara tentang perubahan yang dijanjikan. Namun, seperti yang Rainer duga, semakin banyak yang bersimpati, semakin besar pula ancaman yang mengintai.Di dalam markas rahasia mereka, Rainer berdiri di depan peta kerajaan yang besar, mata tajam menilai setiap gerakan. Di sekitar meja, Elyse, Kael, dan beberapa pemimpin aliansi lainnya berkumpul untuk merencanakan langkah berikutnya.“Laporan terbaru menyebutkan bahwa pasukan Altheos semakin mendekat,” Kael berkata, suaranya tegang. “Mereka tahu kita sudah siap untuk bergerak.”Rainer tidak terkejut. Dia sudah memprediksi bahwa musuhnya akan bergerak lebih cepat setelah kehilangan salah satu pemimpin mereka. Namun, kehilangan ini tidak hanya mengguncang pasukan mereka, tetapi juga mempercepat rencana mereka."Apakah kita siap?" tanya Rainer, suaranya tenang meski dalam hati dia tahu risiko besar yang

    Last Updated : 2025-01-31
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 67

    Keheningan malam dipenuhi dengan ketegangan. Ketika Rainer dan pasukannya memasuki markas utama Altheos, mereka tahu bahwa mereka hanya memiliki sedikit waktu sebelum musuh mereka menyadari bahwa serangan ini bukanlah hal yang mereka duga. Sebuah strategi yang berisiko, namun juga sebuah langkah yang tak bisa dihindari. Jika mereka ingin meruntuhkan Altheos, mereka harus bertindak cepat dan memanfaatkan ketidaksiapan musuh.Di dalam markas Altheos, Rainer dan kelompok kecilnya menyusup melalui lorong-lorong gelap yang sempit. Mereka melewati pintu-pintu besar yang terbuat dari kayu hitam, menyelinap seperti bayangan, menghindari setiap penjaga yang berjalan dengan langkah terburu-buru. Meskipun mereka sudah mempersiapkan diri dengan rencana matang, Rainer tahu bahwa kegagalan hanya berjarak beberapa langkah dari mereka.“Ke depan,” bisik Rainer kepada kelompoknya, tangan terangkat untuk memberi tanda agar mereka tetap diam dan bergerak perlahan. “Kita harus sampai ke ruang kendali.”E

    Last Updated : 2025-01-31
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 68

    Bumi di bawah kaki Rainer bergetar hebat, seakan dunia itu sendiri terguncang oleh ledakan yang baru saja terjadi. Kekuatan magis yang dikeluarkan oleh kristal yang hancur itu merobek ruang di sekitar mereka, menyebabkan dinding dan lantai benteng Altheos pecah dan retak, menimbulkan debu dan serpihan yang memenuhi udara. Detik-detik ketegangan itu seolah berhenti, setiap langkah terasa seperti detik yang panjang. Sebuah aura hitam pekat mulai menyebar dari dalam kristal yang hancur itu, membentuk pusaran energi yang memutar di dalam ruangan.Elyse menarik napas dalam-dalam, wajahnya terbenam dalam bayangan kegelapan yang merayap ke seluruh ruangan. "Apa yang baru saja terjadi?" tanyanya, suaranya hampir tak terdengar di tengah kegaduhan itu.Rainer berdiri terdiam, wajahnya memucat. Di hadapannya, energi gelap yang keluar dari kristal itu membentuk makhluk berbentuk bayangan, sebuah entitas magis yang sangat kuat. Sebuah makhluk yang bukan berasal dari dunia ini, yang tampaknya telah

    Last Updated : 2025-01-31
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 69

    Langit yang tadinya kelam kini mulai cerah, meskipun bekas ledakan dan serpihan hancur masih menyebar di sekitar mereka. Benteng Altheos yang megah, pusat kekuasaan dan persekutuan gelap, kini hanya tinggal puing-puing yang terbakar dan runtuh. Rainer terbaring di atas tanah yang terbelah, tubuhnya gemetar, napasnya terengah-engah. Energi yang telah ia keluarkan untuk menghancurkan pusat kekuatan Altheos membuat tubuhnya terasa sangat lemah, seolah seluruh tenaganya telah disedot.Elyse, yang berdiri dengan cemas di sampingnya, memandang Rainer dengan penuh kekhawatiran. “Rainer, bertahanlah,” katanya, suaranya hampir seperti bisikan. “Kau tidak boleh menyerah sekarang.”Rainer membuka matanya yang berat, menatap Elyse dengan senyum lemah. “Kita… berhasil,” bisiknya. “Tapi aku… tidak tahu… apakah aku bisa bertahan.”Elyse menggenggam tangannya dengan erat. “Jangan bicara seperti itu. Kita akan menemukan cara untuk mengembalikanmu. Kita sudah sejauh ini, Rainer. Kita akan membangun dun

    Last Updated : 2025-01-31
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 70

    Hari-hari setelah kehancuran Altheos berlalu dengan cepat. Rainer merasa seolah dunia yang dulu dikenal telah hilang, terbawa dalam debu dan bara api. Benteng yang pernah menjadi simbol kekuatan yang menindas kini tinggal kenangan. Namun, meskipun musuh terbesar mereka telah jatuh, perjuangan untuk membangun dunia baru baru saja dimulai.Dalam sebuah pertemuan yang digelar di sebuah ruang besar yang masih dikelilingi puing-puing, Rainer dan Elyse duduk di depan para pemimpin dari berbagai kelompok yang kini bersatu. Mereka yang dulu berperang di pihak yang berbeda, kini harus merumuskan rencana bersama untuk menciptakan perubahan sejati. Di depan mereka terhampar peta kerajaan yang telah tercabik, dengan wilayah yang dikuasai oleh berbagai kekuatan yang lebih kecil. Dunia yang dulu teratur di bawah kekuasaan Altheos kini terpecah, dan di tangan mereka lah keputusan-keputusan besar akan ditentukan.Elyse memandang Rainer dengan penuh perhatian, melihat bagaimana ia menyusun kata-kata d

    Last Updated : 2025-01-31
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 71

    Rainer memandang ke luar jendela kantornya yang berada di gedung pemerintah baru yang baru saja didirikan. Pemandangan kota yang dulu dilanda peperangan kini mulai tampak lebih hidup. Masyarakat kembali bekerja, pedagang mendirikan kios-kios baru, dan anak-anak bermain di jalanan yang kini lebih aman. Namun, di balik kemajuan yang tampak, ketegangan tetap meresap di udara. Setelah kemenangan besar atas Altheos, dunia yang baru mulai terbentuk, tetapi begitu juga dengan potensi ancaman-ancaman baru.Rainer merasakan beban yang semakin berat di pundaknya. Keputusan-keputusan besar yang diambil setelah pertempuran terakhir adalah keputusan yang akan menentukan bagaimana dunia ini akan berkembang. Meskipun banyak yang menyambut perubahan, ada juga mereka yang merasa terancam oleh dunia baru yang ingin ia ciptakan. Sebuah dunia tanpa sistem kasta yang membedakan orang berdasarkan kelahiran. Sebuah dunia yang memberi kesempatan kepada semua orang untuk berjuang demi nasib mereka.Namun, Rai

    Last Updated : 2025-02-01
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 72

    Pagi itu, udara di luar jendela Rainer terasa lebih dingin dari biasanya. Kabut tipis menyelimuti kota yang baru saja pulih dari kekacauan, menciptakan atmosfer yang penuh ketegangan. Meskipun dunia baru yang mereka bangun mulai terlihat lebih cerah, bayang-bayang pengkhianatan masih mengancam. Rainer berdiri di depan meja kerjanya, merenung. Setiap keputusan yang ia ambil sekarang bisa menjadi penentu bagi masa depan yang lebih baik, atau malah menghancurkan apa yang telah dibangun dengan susah payah.Elyse masuk ke dalam ruangannya dengan langkah yang mantap, meski wajahnya tampak tegang. Ada sesuatu yang tidak bisa disembunyikan dari tatapannya—ketegangan yang semakin merayap ke seluruh tubuhnya.“Apa yang kita lakukan, Rainer?” tanya Elyse, tanpa basa-basi.Rainer menatapnya, matanya penuh tekad. “Kita tidak bisa melawan musuh ini dengan kekuatan fisik saja. Mereka bergerak di bayang-bayang, mengendalikan situasi dari balik layar. Jika kita bertindak terlalu cepat, kita bisa kehil

    Last Updated : 2025-02-01
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 73

    Langkah Rainer semakin mantap, meskipun udara pagi yang sejuk terasa semakin kaku. Setiap keputusan yang ia buat kini memiliki dampak yang jauh lebih besar, dan ia tidak bisa lagi mengandalkan keberuntungan semata. Di tengah ketegangan politik dan sosial yang semakin meningkat, Rainer tahu ia harus menggali lebih dalam, merancang strategi yang lebih matang, dan lebih tajam dalam setiap langkahnya. Musuh-musuhnya kini tidak hanya bergerak di balik bayang-bayang, tetapi mereka juga mulai menampilkan diri mereka dengan terang-terangan—membuat langkah Rainer semakin berisiko.Namun, justru dalam situasi yang semakin menegangkan ini, ia menemukan kekuatan baru dalam dirinya. Ia tahu bahwa kekuatan fisik saja tidak akan cukup, dan kekuatan politik yang dimilikinya masih jauh dari sempurna. Yang dibutuhkan adalah strategi yang lebih brilian, jaringan yang lebih luas, dan pengorbanan yang siap ia lakukan. Tak ada ruang untuk keraguan.Hari itu, Rainer dan Elyse duduk di ruang pertemuan yang l

    Last Updated : 2025-02-01

Latest chapter

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 116

    Darah menetes dari luka di bahu Rainer, jatuh ke lantai batu katedral yang dingin.Ia menekan lukanya dengan tangan kiri, mencoba menahan rasa sakit yang berdenyut. Elyse berdiri di sampingnya, napasnya memburu. Di depan mereka, lorong-lorong panjang Katedral Ravenheim membentang seperti labirin, diterangi cahaya lilin yang berkelap-kelip."Ini jebakan," bisik Elyse.Rainer mengangguk pelan. "Tapi kita tidak punya pilihan lain selain terus maju."Langkah kaki terdengar di belakang mereka. Suara itu berirama, terukur. Bukan lari, bukan terburu-buru. Seperti seseorang yang tahu pasti bahwa buruannya tidak akan bisa kabur.Elyse menggenggam belatinya erat. "Kita tidak bisa bertarung dalam kondisi seperti ini.""Kita tidak akan bertarung." Rainer menarik napas dalam. "Kita akan mengalahkan mereka sebelum pedang diayunkan."Elyse menatapnya sejenak, lalu mengangguk. "Baik. Aku percaya padamu."Mereka bergerak lebih dalam ke dalam katedral, menjauh dari suara langkah kaki yang semakin dekat

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 115

    Denting langkah mereka bergema di lorong sempit yang menuju ke dalam Benteng Ardentia.Udara di dalam terasa lebih dingin dibandingkan di luar. Cahaya obor yang berkedip-kedip di sepanjang dinding batu menciptakan bayangan yang bergerak seperti sosok-sosok hantu. Rainer dan Elyse berjalan pelan, memastikan setiap langkah mereka tidak menimbulkan suara berlebihan.Di depan, lorong bercabang menjadi dua.Elyse menoleh ke arah Rainer. "Ke mana?" bisiknya.Rainer mengamati ukiran kecil di sudut tembok. Sebuah tanda, samar tapi jelas bagi yang tahu cara membacanya. Itu adalah simbol navigasi kuno yang digunakan oleh para arsitek istana di masa lalu."Ke kanan," katanya pelan.Mereka bergerak mengikuti lorong itu, mendekati jantung benteng tempat arsip rahasia Ordo Maledicta kemungkinan besar disimpan.Di pusat Benteng Ardentia, sebuah ruangan tersembunyi menyimpan dokumen yang telah ada selama berabad-abad.Rainer menempelkan telinganya ke pintu kayu besar di hadapannya. Tidak ada suara da

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 114

    Gema pertempuran masih tersisa di udara, meski keheningan kini menyelimuti gua bawah tanah.Rainer berdiri di tengah ruangan, napasnya sedikit berat. Jejak sihir yang baru saja ia gunakan masih berkilauan di lantai, menghilang sedikit demi sedikit seperti embun yang menguap. Di sekelilingnya, tubuh-tubuh penyihir bertopeng telah lenyap, terbakar oleh kekuatan ritual pemurnian yang ia ciptakan.Elyse mengamati simbol-simbol kuno yang terpahat di dinding gua. Matanya menyipit. "Ini bukan sekadar tempat pertemuan biasa, Rainer. Tempat ini… lebih tua dari yang kita duga."Rainer melangkah mendekat, menyentuh salah satu ukiran di dinding. Goresan-goresan itu bukan hanya sekadar tulisan sihir biasa. Ada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang terasa seperti bagian dari sebuah teka-teki yang lebih besar."Lambang ini…" Rainer bergumam. "Aku pernah melihatnya sebelumnya."Elyse menoleh. "Di mana?""Di perpustakaan bawah tanah di Akademi Arcadia," jawab Rainer, suaranya penuh pertimbangan. "Itu

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 113

    Suara ledakan menggema di dalam gua bawah tanah.Rainer mundur selangkah saat debu berhamburan di udara. Cahaya biru dari perangkap sihir yang ia aktifkan membentuk pola rumit di tanah, mengurung sosok bertopeng emas dalam lingkaran bercahaya.Namun, bukannya panik, sosok itu justru tertawa pelan. “Kau cukup cerdas. Tapi apakah kau benar-benar berpikir perangkap seperti ini cukup untuk menahan kami?”Rainer tak menjawab. Matanya menyipit, memerhatikan pergerakan lawannya. Terlalu tenang. Ini bukan sekadar penyihir biasa.Elyse bergerak cepat ke sisinya, belatinya sudah siap. “Kita habisi dia sekarang.”Namun sebelum mereka bisa bergerak, kabut semakin menebal. Udara berubah berat, seolah ada sesuatu yang menarik energi dari sekitar mereka.Sosok itu mengangkat tangannya. “Jika kau ingin menantang kami, maka bersiaplah menghadapi kekuatan yang telah menjaga dunia ini selama berabad-abad.”Rainer hanya tersenyum kecil. “Sudah kuduga.”Dengan satu gerakan tangan, lingkaran sihir di lanta

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 112

    Di dalam aula yang penuh dengan kemewahan, Rainer tetap menjaga ekspresi tenangnya saat Duke Marquez menatapnya dengan tajam. Elyse, yang berdiri di sampingnya, tetap siaga, tangannya hampir selalu berada di dekat belatinya, bersiap menghadapi kemungkinan ancaman.Duke Marquez tersenyum tipis, meski matanya penuh dengan ketegangan. “Kita bisa saling menguntungkan, Rainer. Kau ingin meruntuhkan sistem ini, bukan? Aku bisa membantumu.”Rainer menyilangkan tangannya di depan dada. “Setelah kau mengirim pembunuh untuk membunuhku? Itu cara yang aneh untuk mengundang kerja sama.”Duke Marquez tertawa kecil. “Kau lebih cerdas dari yang kukira. Tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku perlu tahu seberapa besar ancaman yang kau bawa.”Elyse menatapnya tajam. “Dan sekarang kau takut?”Duke Marquez menghela napas. “Aku realistis. Apa yang kau lakukan terhadap kota perdaganganku—itu adalah pukulan yang menghancurkan. Aku kehilangan kendali atas para pedagangku. Sekutuku mulai meragukanku. Jika aku

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 111

    Langit di atas desa yang hancur mulai memudar menjadi merah keemasan saat matahari terbit. Rainer berdiri di tengah reruntuhan, memandangi tubuh para pembunuh yang dikirim untuk menghabisinya. Simbol keluarga Duke Marquez di salah satu tubuh mereka menjadi bukti tak terbantahkan bahwa serangan ini bukan kebetulan.Elyse berjalan mendekat, matanya tajam menatap luka di lengannya yang masih mengeluarkan sedikit darah. “Kita tidak bisa membiarkan ini berlalu begitu saja, Rainer.”Rainer mengangguk. “Tentu saja tidak. Tapi kita juga tidak bisa menyerang balik tanpa perhitungan. Jika kita gegabah, kita bisa kehilangan legitimasi yang telah kita bangun.”Lord Gaillard, yang telah menyusul mereka bersama pasukan tambahan, menatap mayat-mayat di tanah dengan ekspresi serius. “Jika Duke Marquez benar-benar di balik ini, berarti dia sudah siap untuk mengumumkan permusuhan terbuka.”Rainer tersenyum tipis, tetapi matanya dingin. “Belum. Jika dia benar-benar siap, dia tidak akan mengirim tentara

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 110

    Setelah pertemuan besar di istana, ketegangan yang semula menggantung di udara mulai berubah menjadi rasa penasaran dan perhitungan. Beberapa bangsawan tampak mulai mempertimbangkan tawaran Rainer, sementara yang lain masih bersikeras mempertahankan sistem lama. Namun, yang paling berbahaya bukanlah mereka yang berbicara secara terang-terangan—melainkan mereka yang tetap diam.Di dalam ruang pribadinya, Rainer duduk di hadapan Elyse dan Lord Gaillard, mengamati laporan-laporan terbaru dari para mata-matanya.“Ada pergerakan mencurigakan dari kubu Duke Marquez,” ujar Elyse, menunjuk ke sebuah dokumen di meja. “Mereka mengadakan pertemuan rahasia dengan beberapa bangsawan yang tidak menghadiri pertemuan kita.”Rainer mengangguk pelan, ekspresinya tetap tenang. “Sudah kuduga. Mereka yang terlalu diam justru yang paling harus kita waspadai.”Lord Gaillard menatap peta kerajaan. “Sepertinya mereka tidak akan langsung melawan kita secara terbuka. Tapi jika mereka berhasil membentuk aliansi

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 109

    Setelah kejatuhan Duke Alvaric, suasana di istana mulai berubah. Para bangsawan yang sebelumnya merasa aman di balik status mereka kini mulai berhati-hati. Kekuatan Rainer sudah terbukti tidak hanya dalam kecerdasannya, tetapi juga dalam cara ia menggulingkan musuhnya tanpa mengangkat pedang sendiri.Namun, Rainer tahu ini hanyalah awal.Di ruang pertemuan rahasia, ia duduk bersama Elyse, Lord Gaillard, dan beberapa sekutu terdekatnya. Di depan mereka terbentang peta kerajaan dengan berbagai wilayah yang menandakan pengaruh para bangsawan.“Kejatuhan Alvaric menciptakan kekosongan kekuasaan,” Rainer memulai. “Beberapa bangsawan akan mencoba mengisi tempatnya, dan yang lainnya akan menunggu dalam bayang-bayang, mencari kesempatan untuk menyerang kita.”Lord Gaillard mengangguk. “Beberapa dari mereka mungkin mulai membentuk aliansi untuk melawan kita.”Elyse menambahkan, “Tapi kita bisa menggunakan ini untuk keuntungan kita. Jika kita bisa mendekati beberapa bangsawan sebelum mereka ber

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 108

    Rainer berdiri di balkon istananya, menatap langit malam yang berhiaskan bintang-bintang. Angin malam yang dingin berhembus pelan, tetapi pikirannya jauh lebih dingin.Veltan telah tersingkir, tetapi kata-katanya sebelum diseret keluar masih terngiang di benaknya. "Aku hanya mengikuti perintah..."Jika Veltan hanyalah boneka, maka siapa dalang sebenarnya?Elyse berjalan mendekat, membawa segelas anggur. “Kau tampak lebih murung dari biasanya.”Rainer menerima gelas itu dan menyesapnya sedikit sebelum berkata, “Veltan hanya permulaan. Masih ada sosok yang lebih besar di balik semua ini.”Elyse menyandarkan punggungnya ke pagar balkon. “Aku setuju. Kita harus mencari tahu siapa yang menarik tali di balik layar.”Rainer mengangguk. “Aku ingin tahu siapa saja yang menjalin hubungan dengan Veltan sebelum semua ini terjadi. Jika kita bisa menemukan pola, kita mungkin bisa menemukan dalangnya.”Elyse tersenyum tipis. “Kau sudah punya sesuatu dalam pikiran?”Rainer menatap gelasnya sejenak se

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status