Share

Bab 69

last update Last Updated: 2025-01-31 16:27:39

Langit yang tadinya kelam kini mulai cerah, meskipun bekas ledakan dan serpihan hancur masih menyebar di sekitar mereka. Benteng Altheos yang megah, pusat kekuasaan dan persekutuan gelap, kini hanya tinggal puing-puing yang terbakar dan runtuh. Rainer terbaring di atas tanah yang terbelah, tubuhnya gemetar, napasnya terengah-engah. Energi yang telah ia keluarkan untuk menghancurkan pusat kekuatan Altheos membuat tubuhnya terasa sangat lemah, seolah seluruh tenaganya telah disedot.

Elyse, yang berdiri dengan cemas di sampingnya, memandang Rainer dengan penuh kekhawatiran. “Rainer, bertahanlah,” katanya, suaranya hampir seperti bisikan. “Kau tidak boleh menyerah sekarang.”

Rainer membuka matanya yang berat, menatap Elyse dengan senyum lemah. “Kita… berhasil,” bisiknya. “Tapi aku… tidak tahu… apakah aku bisa bertahan.”

Elyse menggenggam tangannya dengan erat. “Jangan bicara seperti itu. Kita akan menemukan cara untuk mengembalikanmu. Kita sudah sejauh ini, Rainer. Kita akan membangun dun
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 70

    Hari-hari setelah kehancuran Altheos berlalu dengan cepat. Rainer merasa seolah dunia yang dulu dikenal telah hilang, terbawa dalam debu dan bara api. Benteng yang pernah menjadi simbol kekuatan yang menindas kini tinggal kenangan. Namun, meskipun musuh terbesar mereka telah jatuh, perjuangan untuk membangun dunia baru baru saja dimulai.Dalam sebuah pertemuan yang digelar di sebuah ruang besar yang masih dikelilingi puing-puing, Rainer dan Elyse duduk di depan para pemimpin dari berbagai kelompok yang kini bersatu. Mereka yang dulu berperang di pihak yang berbeda, kini harus merumuskan rencana bersama untuk menciptakan perubahan sejati. Di depan mereka terhampar peta kerajaan yang telah tercabik, dengan wilayah yang dikuasai oleh berbagai kekuatan yang lebih kecil. Dunia yang dulu teratur di bawah kekuasaan Altheos kini terpecah, dan di tangan mereka lah keputusan-keputusan besar akan ditentukan.Elyse memandang Rainer dengan penuh perhatian, melihat bagaimana ia menyusun kata-kata d

    Last Updated : 2025-01-31
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 71

    Rainer memandang ke luar jendela kantornya yang berada di gedung pemerintah baru yang baru saja didirikan. Pemandangan kota yang dulu dilanda peperangan kini mulai tampak lebih hidup. Masyarakat kembali bekerja, pedagang mendirikan kios-kios baru, dan anak-anak bermain di jalanan yang kini lebih aman. Namun, di balik kemajuan yang tampak, ketegangan tetap meresap di udara. Setelah kemenangan besar atas Altheos, dunia yang baru mulai terbentuk, tetapi begitu juga dengan potensi ancaman-ancaman baru.Rainer merasakan beban yang semakin berat di pundaknya. Keputusan-keputusan besar yang diambil setelah pertempuran terakhir adalah keputusan yang akan menentukan bagaimana dunia ini akan berkembang. Meskipun banyak yang menyambut perubahan, ada juga mereka yang merasa terancam oleh dunia baru yang ingin ia ciptakan. Sebuah dunia tanpa sistem kasta yang membedakan orang berdasarkan kelahiran. Sebuah dunia yang memberi kesempatan kepada semua orang untuk berjuang demi nasib mereka.Namun, Rai

    Last Updated : 2025-02-01
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 72

    Pagi itu, udara di luar jendela Rainer terasa lebih dingin dari biasanya. Kabut tipis menyelimuti kota yang baru saja pulih dari kekacauan, menciptakan atmosfer yang penuh ketegangan. Meskipun dunia baru yang mereka bangun mulai terlihat lebih cerah, bayang-bayang pengkhianatan masih mengancam. Rainer berdiri di depan meja kerjanya, merenung. Setiap keputusan yang ia ambil sekarang bisa menjadi penentu bagi masa depan yang lebih baik, atau malah menghancurkan apa yang telah dibangun dengan susah payah.Elyse masuk ke dalam ruangannya dengan langkah yang mantap, meski wajahnya tampak tegang. Ada sesuatu yang tidak bisa disembunyikan dari tatapannya—ketegangan yang semakin merayap ke seluruh tubuhnya.“Apa yang kita lakukan, Rainer?” tanya Elyse, tanpa basa-basi.Rainer menatapnya, matanya penuh tekad. “Kita tidak bisa melawan musuh ini dengan kekuatan fisik saja. Mereka bergerak di bayang-bayang, mengendalikan situasi dari balik layar. Jika kita bertindak terlalu cepat, kita bisa kehil

    Last Updated : 2025-02-01
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 73

    Langkah Rainer semakin mantap, meskipun udara pagi yang sejuk terasa semakin kaku. Setiap keputusan yang ia buat kini memiliki dampak yang jauh lebih besar, dan ia tidak bisa lagi mengandalkan keberuntungan semata. Di tengah ketegangan politik dan sosial yang semakin meningkat, Rainer tahu ia harus menggali lebih dalam, merancang strategi yang lebih matang, dan lebih tajam dalam setiap langkahnya. Musuh-musuhnya kini tidak hanya bergerak di balik bayang-bayang, tetapi mereka juga mulai menampilkan diri mereka dengan terang-terangan—membuat langkah Rainer semakin berisiko.Namun, justru dalam situasi yang semakin menegangkan ini, ia menemukan kekuatan baru dalam dirinya. Ia tahu bahwa kekuatan fisik saja tidak akan cukup, dan kekuatan politik yang dimilikinya masih jauh dari sempurna. Yang dibutuhkan adalah strategi yang lebih brilian, jaringan yang lebih luas, dan pengorbanan yang siap ia lakukan. Tak ada ruang untuk keraguan.Hari itu, Rainer dan Elyse duduk di ruang pertemuan yang l

    Last Updated : 2025-02-01
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 74

    Sebuah kabar yang datang dengan cepat dan tak terduga mengubah seluruh jalannya perencanaan yang telah disusun dengan teliti. Di tengah perjalanan Rainer dan Elyse yang sedang berusaha memenangkan hati rakyat, desas-desus tentang kemungkinan pengkhianatan mulai terdengar. Informasi yang mereka terima dari beberapa mata-mata mereka sangat mencurigakan. Ada pergerakan di kalangan bangsawan—sekelompok elit yang merasa terancam oleh kebijakan-kebijakan yang mulai diusung oleh Rainer. Mereka diam-diam merencanakan untuk menggulingkan pemerintahan yang tengah dibangun dengan susah payah.Rainer berdiri di balkon istana saat fajar menyingsing. Udara pagi yang sejuk, berpadu dengan angin yang berhembus pelan, seolah memberi sedikit ruang bagi pikirannya untuk bernapas. Dalam keremangan cahaya yang mulai muncul, ia merenung, memikirkan langkah berikutnya. Kepercayaan rakyat memang telah sedikit didapat, tetapi jika ancaman dari dalam semakin besar, maka segala usaha yang telah dilakukan bisa r

    Last Updated : 2025-02-01
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 75

    Langit sore itu tampak lebih gelap dari biasanya, dengan awan tebal yang berkumpul di atas kerajaan. Seolah dunia pun mengetahui bahwa saat yang paling genting sudah semakin dekat. Rainer berdiri di depan jendela ruang kerjanya, menatap ke arah cakrawala yang terhampar luas, seperti ingin menelusuri jalan-jalan yang akan ia ambil dalam beberapa hari mendatang. Keputusan-keputusan besar yang akan menentukan hidup dan mati, kemenangan dan kekalahan, dan bahkan takdir seluruh kerajaan.Kabar tentang rencana pengkhianatan musuh semakin jelas, dan meskipun ia sudah mempersiapkan segala sesuatu dengan hati-hati, rasa cemas tetap saja merayap di benaknya. Elyse yang selalu berada di sisinya sejak awal kini juga tampak serius, wajahnya penuh tekad. Mereka tahu bahwa jika mereka gagal, perubahan yang mereka perjuangkan selama ini akan hancur dalam sekejap.Rainer berbalik dari jendela dan menghadap Elyse. “Kita tidak punya banyak waktu. Musuh akan bergerak dalam waktu singkat. Jika kita tidak

    Last Updated : 2025-02-01
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 76

    Langit malam itu penuh dengan bintang, seolah mereka menyaksikan perjalanan takdir yang tak bisa dielakkan. Setelah pertempuran sengit yang menguji segala kemampuan mereka, pasukan Rainer berhasil menggulingkan sebagian besar pasukan musuh. Meski demikian, kemenangan ini bukan tanpa pengorbanan. Banyak nyawa yang hilang, dan banyak luka yang tak akan pernah sembuh. Namun, di dalam kemenangan yang pahit ini, ada secercah harapan yang mulai tumbuh.Rainer duduk di ruang kerjanya, wajahnya lelah tetapi tekadnya tak pernah surut. Elyse berdiri di jendela, matanya menatap bintang-bintang yang membentang luas. Mereka berdua tahu bahwa meskipun kemenangan ini besar, tantangan mereka baru saja dimulai. Di luar sana, di antara tumpukan reruntuhan, ada banyak pertanyaan yang belum terjawab, dan beberapa musuh yang belum sepenuhnya terungkap.Elyse berpaling, melihat Rainer dengan mata yang penuh kekhawatiran. “Kita telah berhasil, tapi aku bisa merasakan ada sesuatu yang lebih besar yang sedang

    Last Updated : 2025-02-02
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 77

    Pagi itu, sebuah kabar baru sampai ke telinga Rainer dan Elyse. Dalam kesibukan mereka mempersiapkan serangan besar, seorang mata-mata yang berhasil menyusup ke dalam benteng musuh datang dengan informasi yang lebih mengejutkan dari sebelumnya. Ternyata, kelompok bangsawan yang dulu menguasai kerajaan bukanlah satu-satunya ancaman yang harus mereka hadapi. Ada kekuatan lain yang lebih gelap, yang bekerja di balik layar, menunggu saat yang tepat untuk muncul dan menggulingkan semua yang telah mereka perjuangkan.“Sepertinya kita telah menginjak sarang yang lebih besar daripada yang kita kira,” kata Rainer dengan suara penuh perhitungan. Dia duduk di depan peta besar yang sudah disebar di atas meja, matanya melotot pada jalur yang akan mereka ambil selanjutnya. Di sekitar meja, beberapa pemimpin aliansi berdiri dengan wajah serius, menanti instruksi lebih lanjut.Elyse, yang sejak tadi berdiri di samping Rainer, menatap wajahnya yang penuh kerutan. “Apa yang kita hadapi, Rainer? Apa yan

    Last Updated : 2025-02-02

Latest chapter

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 181

    Kilatan cahaya menyelimuti seluruh ruang dalam Menara Caelus. Cahaya dari Prisma Keempat memancar, menyatu dengan tiga fragmen sebelumnya yang telah Rainer kumpulkan. Suara bisikan kuno membahana, menyampaikan pesan yang tak dapat ditangkap oleh telinga biasa—melainkan oleh jiwa yang bersedia menerima kebenaran seutuhnya.Rainer berdiri di tengah pusaran cahaya itu, matanya terbuka lebar, menyerap seluruh memori dan kebenaran yang tersimpan selama ribuan tahun. Sosok Aeron, bayangan dari masa lalu, perlahan menghilang—senyumnya pudar, meninggalkan beban yang tak kasat mata.Elyse mendekat, wajahnya penuh kecemasan. “Apa yang kau lihat?”Rainer tidak langsung menjawab. Tangannya gemetar. Di matanya tergambar peperangan yang belum pernah diceritakan, pengkhianatan oleh mereka yang dicatat sebagai pahlawan, dan dunia yang dibentuk bukan dari harapan, melainkan dari ketakutan para pendiri.“Aku melihat... dunia yang kita kenal bukan hasil dari kebijaksanaan. Tapi hasil dari keputusan terb

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 180

    Angin dingin dari utara membawa kabar buruk.Pagi itu, Rainer berdiri di atas puncak benteng pengamatan, memandangi pusaran cahaya yang membelah langit dari kejauhan. Fenomena itu muncul mendadak—tidak satu pun dari alat-alat sihir mereka bisa mendeteksi energi semacam itu sebelumnya. Tapi satu hal jelas: titik pusatnya adalah Menara Caelus, struktur kuno dari Zaman Awal yang selama ini hanya dianggap reruntuhan tak berfungsi.Kini, menara itu bersinar. Hidup kembali.“Menara keempat telah bangkit,” gumam Rainer.Di belakangnya, Elyse datang membawa gulungan tua yang diambil dari arsip Perpustakaan Tengah. “Ada yang menarik,” katanya sambil membuka gulungan di meja observasi. “Menurut peta zaman kuno, Menara Caelus bukan hanya tempat sihir—melainkan tempat penyimpanan memori dunia.”Rainer menoleh, alisnya terangkat. “Memori dunia?”Elyse mengangguk. “Sesuatu yang disebut ‘Rekam Astral’. Sebuah sistem penyimpanan sihir yang bisa merekam kejadian dan pengetahuan dari masa lalu. Jika be

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 179

    Dunia berubah, tapi perubahan sejati tidak pernah datang tanpa konsekuensi.Sepekan setelah kepulangan Rainer dari Perpustakaan Tengah, gelombang informasi mulai merembes ke setiap pelosok kerajaan. Terjemahan parsial Simfoni Tertinggal telah disalin dan disebarkan ke berbagai sekolah sihir rakyat dan tempat-tempat belajar kecil yang tersembunyi di balik bayang-bayang kota besar.Di awalnya, banyak yang menertawakan dokumen itu. Mereka menyebutnya propaganda seorang anak dari kasta rendah yang menginginkan kekuasaan melalui pengetahuan. Namun semakin banyak yang membaca, semakin banyak pula yang mulai bertanya-tanya.“Kalau sihir bukan bakat keturunan, mengapa kami tidak bisa mempelajarinya?”“Kenapa hanya keluarga bangsawan yang punya akses ke sekolah sihir tingkat tinggi?”Pertanyaan-pertanyaan itu menyebar lebih cepat daripada yang diperkirakan siapa pun.Dan dari balik dinding istana, para bangsawan mulai merasakan tekanan.Di ruang utama Dewan Tertinggi Bangsawan, sebuah pertemua

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 178

    Hujan turun pelan di atas atap markas, membasahi kaca jendela tempat Rainer bersandar. Di tangan kirinya, liontin yang memuat tiga fragmen kini berpendar aneh—perpaduan antara cahaya dan kegelapan, seolah dua kekuatan bertentangan sedang saling menekan, mencari bentuk akhir dari sebuah kebenaran.Elyse melangkah masuk tanpa suara, membawa dua cangkir teh. Ia menyerahkan satu pada Rainer sebelum ikut bersandar di sisi jendela. Diam.“Apa kau pernah merasa,” kata Elyse akhirnya, “bahwa dunia ini... lebih tua dari yang kita tahu?”Rainer tersenyum kecil. “Tidak hanya lebih tua. Tapi juga lebih terluka.”Ia mengangkat liontin. “Setiap fragmen membawa ingatan. Yang pertama memberi petunjuk tentang asal usul sistem kasta. Yang kedua memperlihatkan eksperimen sihir terhadap manusia biasa. Tapi yang ketiga...”“...membawa kehampaan,” sambung Elyse pelan. “Aku merasakannya saat kita berada di altar itu.”“Dan lebih dari itu.” Rainer berbalik, berjalan ke meja penuh dokumen. Ia mengambil satu g

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 177

    Langit malam menyelimuti dunia dengan kelam yang lebih pekat dari biasanya. Di luar ibu kota, jauh dari mata para penguasa dan rakyat biasa, Menara Bayangan berdiri di atas bukit batu yang tandus, dikelilingi reruntuhan peradaban lama yang telah lama dilupakan. Di dalam menara itu, sihir lama—sihir yang bahkan tidak dikenali oleh Akademi Sihir Pusat—masih hidup.Di tengah lingkaran sihir yang berpendar redup, pria berjubah ungu tua itu membuka matanya. Mereka bersinar hijau pucat, bukan karena sihir, tapi karena kekosongan yang menghuni raganya. Ia bukan lagi manusia biasa. Namanya telah lama dihapus dari sejarah, digantikan dengan satu julukan: Nihros, sang Pemelihara Kekosongan.“Fragmen ketiga telah terbangun,” gumam Nihros. Suaranya nyaris seperti bisikan di antara celah kenyataan. “Dan si bocah itu... mulai mengganggu alur.”Di sekelilingnya, entitas-entitas tak bernama—makhluk yang dulunya manusia, tapi telah dirusak oleh sihir gelap dari

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 176

    Ruangan Majelis Tertinggi tidak seperti aula biasa di kerajaan—ia tidak hanya dibangun dari marmer dan batu mulia, tapi dari keheningan yang dalam dan rasa takut yang menggantung. Di tempat inilah hukum kerajaan diciptakan, strategi perang dirancang, dan takdir rakyat ditentukan.Pagi itu, ratusan kursi di tribun atas dipenuhi para bangsawan, penyihir agung, akademisi, dan bahkan utusan luar negeri. Mereka semua datang karena undangan langka: seseorang dari kalangan bawah, tanpa darah bangsawan, tanpa gelar, akan berbicara di hadapan Majelis.Rainer berdiri di tengah podium, mengenakan jubah hitam dengan garis emas yang dirancang Elyse dan para pendukungnya—sebuah simbol antara perlawanan dan martabat. Di belakangnya, Elyse berdiri tegak, mata tajamnya menyapu ruangan.Suara bel logam berdentang tiga kali, menandakan awal sesi. Di kursi utama, High Consul Avarel—pemimpin tertinggi Majelis—mengangguk ke arah Rainer.“Rainer dari distrik bawah, pemegang fra

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 175

    Langit di atas ibu kota kerajaan Arkwen tampak kelabu. Awan gelap menggantung rendah, seolah menandakan badai besar akan segera datang. Namun badai yang mendekat bukan sekadar cuaca—melainkan konflik yang akan mengguncang seluruh struktur kekuasaan kerajaan.Rainer dan timnya baru saja kembali dari ekspedisi ke Utara, membawa satu kebenaran baru dan satu fragmen simfoni tambahan. Tapi bukan hanya kekuatan yang mereka bawa pulang, melainkan juga informasi yang bisa mengguncang fondasi dunia: bahwa sistem yang saat ini berdiri adalah hasil dari siklus berulang yang dipaksakan oleh kekuatan kuno, dan bahwa pemilik simfoni sejati berpotensi menjadi kunci pembebas atau penghancur dari siklus itu.“Berita tentang pergerakan kita telah bocor,” kata Kysha sambil menyerahkan gulungan surat kepada Rainer. “Tiga dari lima keluarga bangsawan besar mengirim utusan ke menara dewan sihir. Mereka menyebutnya sebagai ‘Tanda Pertama dari Kerusakan.’”“Karena kita mengambil fragme

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 174

    Hutan Frostveil, wilayah utara kerajaan yang dinginnya mampu membekukan tulang bahkan sebelum musim salju datang. Kabut tebal menggantung di antara pohon-pohon cemara tinggi, dan hanya suara ranting patah atau langkah lembut di salju yang memberi tanda bahwa kehidupan masih ada di tempat itu.Di sinilah Rainer, Elyse, Marcus, dan Kysha menelusuri jejak pengkhianat dari tim mereka—Seth, anggota pencatat sihir yang ternyata telah menyusup atas perintah pihak luar. Peta menuju fragmen ketiga kini berada di tangannya, dan jika dia berhasil menyerahkannya ke tangan sekte atau faksi bangsawan tertentu, pertarungan untuk perubahan bisa berakhir sebelum dimulai.“Kita hanya berjarak satu hari perjalanan dari kuil tua yang disebutkan di fragmen kedua,” bisik Kysha sambil menunjuk peta yang telah mereka salin ulang. “Tapi jalur yang diambil Seth... bukan jalur langsung. Dia menuju celah pegunungan—ada sesuatu di sana yang dia sembunyikan.”Rainer menatap langit yang mulai

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 173

    Hujan deras mengguyur pelabuhan selatan Kerajaan Galvane. Kapal ekspedisi akademi telah bersandar di dermaga, dan suara ombak yang menghantam kayu menambah ketegangan suasana. Rainer berdiri di dek kapal, mengenakan jubah tebal berlapis pelindung sihir. Di belakangnya, Elyse, Marcus, dan beberapa anggota tim elite akademi bersiap turun.Wilayah yang mereka tuju adalah reruntuhan Virellis, kota kuno yang terkubur oleh tanah longsor dua abad lalu. Berdasarkan kode dalam simfoni pertama, fragmen kedua tersembunyi di bawah tanah, dilindungi oleh mekanisme sihir yang hanya bisa dipecahkan oleh harmoni energi tertentu—sesuatu yang hanya bisa dideteksi jika seseorang memiliki resonansi dengan fragmen pertama.“Aku merasakannya,” bisik Rainer sambil menekan telapak tangannya ke dada, tempat ia mengenakan liontin kristal kecil dari fragmen pertama. “Ada sesuatu yang memanggil… seperti gema di ujung lorong panjang.”Elyse menatapnya, mata peraknya penuh waspada. “Pastikan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status