Share

Bab 59

Penulis: Eclipse Draven
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-29 14:46:23

Keheningan yang menyelimuti medan pertempuran terasa begitu mencekam. Setelah pertempuran sengit melawan makhluk bayangan dan pengendali misterius, Rainer, Elyse, dan Kael berdiri di antara reruntuhan, memandang ke arah tubuh pria bertopeng yang tergeletak di tanah. Kemenangan mereka adalah sebuah pencapaian besar, namun ada sesuatu yang masih menggantung di udara, sebuah pertanyaan yang belum terjawab.

Rainer menarik napas panjang, memandang hasil perjuangan mereka. "Ini hanya permulaan," ucapnya dengan suara yang tegas namun mengandung kelelahan. "Pertempuran ini mungkin selesai, tapi ada lebih banyak tantangan yang menunggu."

Elyse, yang berdiri di samping Rainer, memandang tubuh pria bertopeng yang kini tak berdaya. "Tapi apa yang sebenarnya kita hadapi?" tanyanya dengan nada yang penuh keraguan. "Kita baru saja mengalahkan dia, tapi ada sesuatu yang terasa lebih besar dari ini."

Rainer mengangguk perlahan. "Pria bertopeng itu hanya salah satu dari banyak pihak yang berusaha menge
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 60

    Udara di sekitar markas terasa semakin berat. Meskipun mereka baru saja mendapat informasi berharga di pasar, Rainer dan kelompoknya tahu bahwa mereka hanya menggores permukaan dari misteri yang lebih dalam. Peta dunia ini, meskipun terbentang luas di depan mereka, penuh dengan jebakan yang tidak bisa mereka hindari.Pagi itu, setelah memutuskan langkah selanjutnya, mereka kembali mengumpulkan kekuatan untuk merencanakan perjalanan berbahaya menuju pusat pemerintahan yang terletak jauh di utara. Ini adalah langkah pertama yang harus mereka ambil untuk mengetahui lebih banyak tentang siapa yang benar-benar berkuasa di balik layar.“Jika kita ingin mengguncang dunia ini, kita harus memulai dari sumbernya,” ujar Rainer dengan suara yang penuh ketegasan. Matanya menatap horizon yang seakan tak berujung. “Kerajaan ini punya lebih banyak rahasia dari yang kita kira. Jika kita berhasil menyusup ke dalam pusat kekuasaan mereka, kita mungkin bisa membuka pintu menuju perubahan.”Elyse, yang se

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 61

    Di balik tirai malam yang gelap, Rainer, Elyse, Kael, dan seluruh kelompok bergerak dengan hati-hati menuju kedalaman ibu kota. Mereka tahu bahwa keberadaan mereka sangat berisiko, namun tak ada jalan mundur. Sejak mendengar nama Altheos, mereka sadar bahwa pertempuran ini lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan.Mereka berada di sebuah penginapan kecil yang terletak di pinggiran kota, jauh dari sorotan mata pejabat dan tentara yang berpatroli. Tetapi meskipun mereka berusaha menyembunyikan diri, udara di sekitar mereka terasa semakin mencekam. Sesuatu yang lebih besar sedang menunggu di depan.“Rainer,” Elyse memanggil dengan suara pelan, matanya tidak lepas dari peta yang terbentang di atas meja. “Altheos… siapa sebenarnya dia? Kenapa dia begitu penting?”Rainer melirik Elyse dengan tatapan penuh tekad. “Dia adalah orang yang mengendalikan aliran kekuasaan di kerajaan ini. Bukan hanya politik, tapi juga kekuatan gelap yang tersembunyi di dalamnya. Banyak yang tak tahu tentang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 62

    Altheos berdiri di hadapan mereka dengan senyum tipis yang seakan menyembunyikan lebih banyak rahasia daripada yang bisa mereka pahami. Ruangan yang gelap dan penuh dengan bayangan terasa semakin menekan, seperti sebuah perangkap yang siap menelan mereka.“Kalian benar-benar percaya bahwa kalian bisa mengubah dunia ini?” suara Altheos terngiang dalam kesunyian yang mencekam. “Kalian yang hanya berbekal idealisme dan keberanian, siapakah kalian untuk menantang aku?”Rainer menatap Altheos dengan tajam, mengamati setiap gerakan dan ekspresi pria itu. Dalam keheningan tersebut, hanya ketegangan yang bisa mereka rasakan, sementara di luar sana, dunia terus berputar, menunggu langkah mereka berikutnya.“Kami bukan hanya berbekal idealisme,” kata Rainer perlahan, suaranya penuh keyakinan. “Kami berbekal kecerdasan dan perhitungan. Kami akan menghancurkan sistem ini, meskipun harus memulainya dengan menghancurkan dasar dari kekuasaanmu.”Elyse berdiri di sampingnya, wajahnya menunjukkan teka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 63

    Suasana di ruangan itu semakin tegang seiring dengan percakapan yang semakin tajam. Altheos menatap mereka dengan penuh kecemasan yang tersembunyi di balik senyumnya yang dingin. Tiba-tiba, dalam keremangan itu, ia menghentakkan tangannya ke meja di hadapannya.“Kalian kira kalian bisa mengubah dunia hanya dengan kata-kata dan perencanaan yang sederhana?” kata Altheos, nada suaranya berubah tajam, penuh amarah yang sulit ia sembunyikan. “Dunia ini bukan tempat bagi mereka yang lemah atau yang terlahir dari kalangan rendah seperti kalian! Kalian hanya akan menjadi alat dalam permainan yang lebih besar daripada yang bisa kalian pahami.”Rainer menatapnya dengan tatapan yang tidak gentar, meskipun tubuhnya terasa tegang. Di dalam benaknya, ia merencanakan setiap langkah, mempersiapkan diri untuk apa yang mungkin akan terjadi selanjutnya. Elyse di sampingnya masih memegang tangan Rainer, memberikan kekuatan yang hampir tidak terucapkan.“Apakah kamu benar-benar berpikir kami lemah hanya k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 64

    Rainer dan kelompoknya melangkah keluar dari ruang pertemuan dengan langkah mantap, meskipun suasana di dalam hati mereka penuh dengan ketegangan. Langit di luar kastil gelap, hanya diterangi oleh sinar rembulan yang meredup. Namun, di dalam diri mereka, sesuatu yang lebih terang bersinar: harapan. Perjalanan ini tidak akan mudah, dan mereka tahu itu. Tetapi untuk pertama kalinya, mereka merasa bahwa mereka benar-benar siap menghadapi dunia ini.Di sisi lain, Altheos masih berdiri kaku di dalam ruangan, tubuhnya terasa kaku seperti patung. Ia mengamati mereka pergi, wajahnya mengerut dalam kebingungan dan amarah yang terkendali. Ia tahu bahwa Rainer tidak bisa dibiarkan begitu saja. Ia harus mengambil langkah yang lebih besar, lebih tajam untuk menghentikan mereka. Altheos tidak pernah menganggap remeh kemampuan seseorang, terutama seseorang seperti Rainer. Ia tahu betul bahwa kecerdasan bukan hanya soal penghitungan dan perencanaan, tetapi juga tentang mengetahui kapan harus bergerak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 65

    Malam telah turun dengan berat, menyelimuti kerajaan dalam kegelapan yang pekat. Hanya ada secercah cahaya dari lentera di beberapa sudut kota yang mulai tenang. Di dalam ruangan rahasia yang dipenuhi peta dan catatan, Rainer duduk bersama Elyse, Kael, dan beberapa pemimpin aliansi baru mereka, mempersiapkan langkah berikutnya.Di atas meja, peta besar yang menggambarkan seluruh kerajaan terbentang luas, dengan tanda-tanda strategis yang ditandai dengan simbol-simbol yang mereka buat sendiri. Aliansi yang mereka bangun semakin kokoh, dengan rakyat dari berbagai kalangan mulai merasakan kekuatan mereka. Namun, semakin mereka maju, semakin jelas bahwa rintangan yang akan mereka hadapi jauh lebih besar daripada yang mereka bayangkan.“Rainer,” kata Elyse dengan suara serius, “kami tahu bahwa banyak orang di dalam kerajaan ini tidak percaya pada perubahan. Beberapa masih merasa aman dalam ketidakpastian. Kami harus membuat mereka melihat apa yang sedang kita perjuangkan.”Rainer menatap E

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 66

    Semakin hari, kabar tentang gerakan yang dipimpin oleh Rainer dan aliansinya semakin menyebar. Mereka yang sebelumnya tidak peduli mulai berbicara tentang perubahan yang dijanjikan. Namun, seperti yang Rainer duga, semakin banyak yang bersimpati, semakin besar pula ancaman yang mengintai.Di dalam markas rahasia mereka, Rainer berdiri di depan peta kerajaan yang besar, mata tajam menilai setiap gerakan. Di sekitar meja, Elyse, Kael, dan beberapa pemimpin aliansi lainnya berkumpul untuk merencanakan langkah berikutnya.“Laporan terbaru menyebutkan bahwa pasukan Altheos semakin mendekat,” Kael berkata, suaranya tegang. “Mereka tahu kita sudah siap untuk bergerak.”Rainer tidak terkejut. Dia sudah memprediksi bahwa musuhnya akan bergerak lebih cepat setelah kehilangan salah satu pemimpin mereka. Namun, kehilangan ini tidak hanya mengguncang pasukan mereka, tetapi juga mempercepat rencana mereka."Apakah kita siap?" tanya Rainer, suaranya tenang meski dalam hati dia tahu risiko besar yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 67

    Keheningan malam dipenuhi dengan ketegangan. Ketika Rainer dan pasukannya memasuki markas utama Altheos, mereka tahu bahwa mereka hanya memiliki sedikit waktu sebelum musuh mereka menyadari bahwa serangan ini bukanlah hal yang mereka duga. Sebuah strategi yang berisiko, namun juga sebuah langkah yang tak bisa dihindari. Jika mereka ingin meruntuhkan Altheos, mereka harus bertindak cepat dan memanfaatkan ketidaksiapan musuh.Di dalam markas Altheos, Rainer dan kelompok kecilnya menyusup melalui lorong-lorong gelap yang sempit. Mereka melewati pintu-pintu besar yang terbuat dari kayu hitam, menyelinap seperti bayangan, menghindari setiap penjaga yang berjalan dengan langkah terburu-buru. Meskipun mereka sudah mempersiapkan diri dengan rencana matang, Rainer tahu bahwa kegagalan hanya berjarak beberapa langkah dari mereka.“Ke depan,” bisik Rainer kepada kelompoknya, tangan terangkat untuk memberi tanda agar mereka tetap diam dan bergerak perlahan. “Kita harus sampai ke ruang kendali.”E

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31

Bab terbaru

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 115

    Denting langkah mereka bergema di lorong sempit yang menuju ke dalam Benteng Ardentia.Udara di dalam terasa lebih dingin dibandingkan di luar. Cahaya obor yang berkedip-kedip di sepanjang dinding batu menciptakan bayangan yang bergerak seperti sosok-sosok hantu. Rainer dan Elyse berjalan pelan, memastikan setiap langkah mereka tidak menimbulkan suara berlebihan.Di depan, lorong bercabang menjadi dua.Elyse menoleh ke arah Rainer. "Ke mana?" bisiknya.Rainer mengamati ukiran kecil di sudut tembok. Sebuah tanda, samar tapi jelas bagi yang tahu cara membacanya. Itu adalah simbol navigasi kuno yang digunakan oleh para arsitek istana di masa lalu."Ke kanan," katanya pelan.Mereka bergerak mengikuti lorong itu, mendekati jantung benteng tempat arsip rahasia Ordo Maledicta kemungkinan besar disimpan.Di pusat Benteng Ardentia, sebuah ruangan tersembunyi menyimpan dokumen yang telah ada selama berabad-abad.Rainer menempelkan telinganya ke pintu kayu besar di hadapannya. Tidak ada suara da

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 114

    Gema pertempuran masih tersisa di udara, meski keheningan kini menyelimuti gua bawah tanah.Rainer berdiri di tengah ruangan, napasnya sedikit berat. Jejak sihir yang baru saja ia gunakan masih berkilauan di lantai, menghilang sedikit demi sedikit seperti embun yang menguap. Di sekelilingnya, tubuh-tubuh penyihir bertopeng telah lenyap, terbakar oleh kekuatan ritual pemurnian yang ia ciptakan.Elyse mengamati simbol-simbol kuno yang terpahat di dinding gua. Matanya menyipit. "Ini bukan sekadar tempat pertemuan biasa, Rainer. Tempat ini… lebih tua dari yang kita duga."Rainer melangkah mendekat, menyentuh salah satu ukiran di dinding. Goresan-goresan itu bukan hanya sekadar tulisan sihir biasa. Ada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang terasa seperti bagian dari sebuah teka-teki yang lebih besar."Lambang ini…" Rainer bergumam. "Aku pernah melihatnya sebelumnya."Elyse menoleh. "Di mana?""Di perpustakaan bawah tanah di Akademi Arcadia," jawab Rainer, suaranya penuh pertimbangan. "Itu

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 113

    Suara ledakan menggema di dalam gua bawah tanah.Rainer mundur selangkah saat debu berhamburan di udara. Cahaya biru dari perangkap sihir yang ia aktifkan membentuk pola rumit di tanah, mengurung sosok bertopeng emas dalam lingkaran bercahaya.Namun, bukannya panik, sosok itu justru tertawa pelan. “Kau cukup cerdas. Tapi apakah kau benar-benar berpikir perangkap seperti ini cukup untuk menahan kami?”Rainer tak menjawab. Matanya menyipit, memerhatikan pergerakan lawannya. Terlalu tenang. Ini bukan sekadar penyihir biasa.Elyse bergerak cepat ke sisinya, belatinya sudah siap. “Kita habisi dia sekarang.”Namun sebelum mereka bisa bergerak, kabut semakin menebal. Udara berubah berat, seolah ada sesuatu yang menarik energi dari sekitar mereka.Sosok itu mengangkat tangannya. “Jika kau ingin menantang kami, maka bersiaplah menghadapi kekuatan yang telah menjaga dunia ini selama berabad-abad.”Rainer hanya tersenyum kecil. “Sudah kuduga.”Dengan satu gerakan tangan, lingkaran sihir di lanta

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 112

    Di dalam aula yang penuh dengan kemewahan, Rainer tetap menjaga ekspresi tenangnya saat Duke Marquez menatapnya dengan tajam. Elyse, yang berdiri di sampingnya, tetap siaga, tangannya hampir selalu berada di dekat belatinya, bersiap menghadapi kemungkinan ancaman.Duke Marquez tersenyum tipis, meski matanya penuh dengan ketegangan. “Kita bisa saling menguntungkan, Rainer. Kau ingin meruntuhkan sistem ini, bukan? Aku bisa membantumu.”Rainer menyilangkan tangannya di depan dada. “Setelah kau mengirim pembunuh untuk membunuhku? Itu cara yang aneh untuk mengundang kerja sama.”Duke Marquez tertawa kecil. “Kau lebih cerdas dari yang kukira. Tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku perlu tahu seberapa besar ancaman yang kau bawa.”Elyse menatapnya tajam. “Dan sekarang kau takut?”Duke Marquez menghela napas. “Aku realistis. Apa yang kau lakukan terhadap kota perdaganganku—itu adalah pukulan yang menghancurkan. Aku kehilangan kendali atas para pedagangku. Sekutuku mulai meragukanku. Jika aku

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 111

    Langit di atas desa yang hancur mulai memudar menjadi merah keemasan saat matahari terbit. Rainer berdiri di tengah reruntuhan, memandangi tubuh para pembunuh yang dikirim untuk menghabisinya. Simbol keluarga Duke Marquez di salah satu tubuh mereka menjadi bukti tak terbantahkan bahwa serangan ini bukan kebetulan.Elyse berjalan mendekat, matanya tajam menatap luka di lengannya yang masih mengeluarkan sedikit darah. “Kita tidak bisa membiarkan ini berlalu begitu saja, Rainer.”Rainer mengangguk. “Tentu saja tidak. Tapi kita juga tidak bisa menyerang balik tanpa perhitungan. Jika kita gegabah, kita bisa kehilangan legitimasi yang telah kita bangun.”Lord Gaillard, yang telah menyusul mereka bersama pasukan tambahan, menatap mayat-mayat di tanah dengan ekspresi serius. “Jika Duke Marquez benar-benar di balik ini, berarti dia sudah siap untuk mengumumkan permusuhan terbuka.”Rainer tersenyum tipis, tetapi matanya dingin. “Belum. Jika dia benar-benar siap, dia tidak akan mengirim tentara

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 110

    Setelah pertemuan besar di istana, ketegangan yang semula menggantung di udara mulai berubah menjadi rasa penasaran dan perhitungan. Beberapa bangsawan tampak mulai mempertimbangkan tawaran Rainer, sementara yang lain masih bersikeras mempertahankan sistem lama. Namun, yang paling berbahaya bukanlah mereka yang berbicara secara terang-terangan—melainkan mereka yang tetap diam.Di dalam ruang pribadinya, Rainer duduk di hadapan Elyse dan Lord Gaillard, mengamati laporan-laporan terbaru dari para mata-matanya.“Ada pergerakan mencurigakan dari kubu Duke Marquez,” ujar Elyse, menunjuk ke sebuah dokumen di meja. “Mereka mengadakan pertemuan rahasia dengan beberapa bangsawan yang tidak menghadiri pertemuan kita.”Rainer mengangguk pelan, ekspresinya tetap tenang. “Sudah kuduga. Mereka yang terlalu diam justru yang paling harus kita waspadai.”Lord Gaillard menatap peta kerajaan. “Sepertinya mereka tidak akan langsung melawan kita secara terbuka. Tapi jika mereka berhasil membentuk aliansi

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 109

    Setelah kejatuhan Duke Alvaric, suasana di istana mulai berubah. Para bangsawan yang sebelumnya merasa aman di balik status mereka kini mulai berhati-hati. Kekuatan Rainer sudah terbukti tidak hanya dalam kecerdasannya, tetapi juga dalam cara ia menggulingkan musuhnya tanpa mengangkat pedang sendiri.Namun, Rainer tahu ini hanyalah awal.Di ruang pertemuan rahasia, ia duduk bersama Elyse, Lord Gaillard, dan beberapa sekutu terdekatnya. Di depan mereka terbentang peta kerajaan dengan berbagai wilayah yang menandakan pengaruh para bangsawan.“Kejatuhan Alvaric menciptakan kekosongan kekuasaan,” Rainer memulai. “Beberapa bangsawan akan mencoba mengisi tempatnya, dan yang lainnya akan menunggu dalam bayang-bayang, mencari kesempatan untuk menyerang kita.”Lord Gaillard mengangguk. “Beberapa dari mereka mungkin mulai membentuk aliansi untuk melawan kita.”Elyse menambahkan, “Tapi kita bisa menggunakan ini untuk keuntungan kita. Jika kita bisa mendekati beberapa bangsawan sebelum mereka ber

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 108

    Rainer berdiri di balkon istananya, menatap langit malam yang berhiaskan bintang-bintang. Angin malam yang dingin berhembus pelan, tetapi pikirannya jauh lebih dingin.Veltan telah tersingkir, tetapi kata-katanya sebelum diseret keluar masih terngiang di benaknya. "Aku hanya mengikuti perintah..."Jika Veltan hanyalah boneka, maka siapa dalang sebenarnya?Elyse berjalan mendekat, membawa segelas anggur. “Kau tampak lebih murung dari biasanya.”Rainer menerima gelas itu dan menyesapnya sedikit sebelum berkata, “Veltan hanya permulaan. Masih ada sosok yang lebih besar di balik semua ini.”Elyse menyandarkan punggungnya ke pagar balkon. “Aku setuju. Kita harus mencari tahu siapa yang menarik tali di balik layar.”Rainer mengangguk. “Aku ingin tahu siapa saja yang menjalin hubungan dengan Veltan sebelum semua ini terjadi. Jika kita bisa menemukan pola, kita mungkin bisa menemukan dalangnya.”Elyse tersenyum tipis. “Kau sudah punya sesuatu dalam pikiran?”Rainer menatap gelasnya sejenak se

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 107

    Malam menyelimuti istana, tetapi pikiran Rainer tetap bekerja tanpa henti. Pengkhianatan bukan lagi sekadar kemungkinan—itu adalah kepastian. Namun, ia masih belum mengetahui siapa pengkhianatnya, kapan mereka akan bergerak, atau bagaimana mereka berencana untuk menghancurkan semuanya.Elyse duduk di seberangnya, tangannya menopang dagu, matanya terfokus pada peta kerajaan yang terbentang di atas meja kayu besar. "Kita tidak bisa terus dalam keadaan defensif, Rainer. Jika kita hanya menunggu dan berjaga-jaga, kita akan kehilangan inisiatif. Kita harus mencari tahu siapa yang berkhianat sebelum mereka menyerang lebih dulu."Rainer mengangguk pelan, matanya menyipit, menganalisis berbagai kemungkinan. "Kita harus memancing mereka keluar. Membuat mereka merasa cukup percaya diri untuk mengungkap niat mereka."Elyse mengangkat alis. "Bagaimana caranya?"Rainer tersenyum kecil, meskipun ada ketegangan di baliknya. "Kita akan menyebarkan kabar bahwa aku berencana bertemu dengan seorang bang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status