Share

Bab 54

last update Last Updated: 2025-01-28 19:24:52

Pintu besar yang menutup rapat di depan mereka berderit perlahan. Rainer tidak bergerak, matanya tetap terfokus pada bayangan gelap yang tiba-tiba muncul dari balik gerbang. Udara terasa semakin berat, dan meskipun mereka sudah bersiap dengan segala kemungkinan, ketegangan itu tetap menggantung di atas mereka.

Suara dari dalam ruangan itu menggema, dalam dan berwibawa. "Kalian tidak tahu apa yang kalian hadapi, bukan?" suara itu terdengar lebih dalam dari yang diharapkan, hampir seperti bisikan yang menjalar, meresap ke dalam pikiran mereka. "Kalian baru saja membuka pintu yang lebih gelap dari yang bisa kalian bayangkan."

Rainer merasakan sensasi yang familiar—sebuah perasaan yang sudah lama ia kenal. Ini bukan pertama kalinya ia merasa dihadapkan dengan kekuatan yang jauh lebih besar dari dirinya. Namun, kali ini, ia tahu bahwa dunia ini lebih rumit daripada sekadar persaingan antar bangsawan atau kekuatan sihir yang biasa ia hadapi.

"Siapa kamu?" tanya Rainer, suaranya penuh ketega
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 55

    Rainer berdiri tegak, matanya menatap pria bertopeng yang kini berdiri beberapa langkah di depannya. Keputusan yang harus diambil terasa semakin berat. Di satu sisi, dia tahu bahwa perubahan yang mereka perjuangkan telah mengguncang fondasi kekuasaan yang telah berlangsung berabad-abad. Namun, di sisi lain, kata-kata pria itu membayangi benaknya. Dunia ini lebih rumit dari yang mereka duga. Tidak ada jawaban yang sederhana.Elyse berdiri di sampingnya, tangannya terulur sedikit, seakan ingin memberi dukungan. Namun, Rainer tahu bahwa ini bukan hanya tentang mereka berdua. Ini adalah keputusan yang melibatkan seluruh dunia, masa depan yang mereka impikan, dan takdir yang belum mereka pahami sepenuhnya.Pria bertopeng itu tidak bergerak, matanya tetap menatap mereka dengan tajam, seolah menunggu jawaban mereka. Sejurus kemudian, wanita berpakaian gelap yang memasuki ruangan mengangkat tangan, memberi isyarat agar mereka maju. "Tidak ada yang bisa kembali setelah melangkah lebih jauh," k

    Last Updated : 2025-01-28
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 56

    Di luar ruang yang penuh ketegangan itu, langit mulai meredup. Angin malam bertiup kencang, membawa aroma tanah basah dan suara gemerisik daun yang bergoyang. Namun, di dalam ruangan tersebut, keheningan terasa begitu pekat. Rainer, Elyse, dan Kael berdiri bersama, merasakan detak jantung mereka yang semakin cepat, menanti saat-saat yang tak terhindarkan.Pria bertopeng yang berdiri di hadapan mereka mengisyaratkan agar mereka melangkah maju. "Kalian sudah memilih jalan ini. Siapapun yang ingin melawan, akan terhukum oleh ketidakpastian dunia ini," katanya dengan suara yang dalam dan mengancam.Elyse menatap pria itu dengan tajam. "Kami tidak takut dengan ancaman kosong," katanya dengan tegas. "Jika kamu benar-benar percaya bahwa dunia ini harus tetap berada dalam bayang-bayang sistem ini, kami akan melawannya. Keadilan adalah hak semua orang, bukan hanya milik mereka yang berkuasa."Rainer merasakan beban kata-kata Elyse. Mereka telah mengorbankan banyak hal untuk mencapai titik ini.

    Last Updated : 2025-01-29
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 57

    Kegelapan semakin pekat. Langit yang sebelumnya biru cerah kini digantikan oleh kabut kelam yang melingkupi seluruh area pertempuran. Suara gemuruh terdengar dari kejauhan, menandakan bahwa kekuatan luar biasa telah dibangkitkan. Rainer berdiri tegak di tengah kegelapan itu, menyadari bahwa situasi yang mereka hadapi lebih berat daripada yang pernah dia bayangkan.Elyse berdiri di sampingnya, pedang terhunus, matanya penuh tekad. "Kita takkan mundur," katanya, suaranya penuh keyakinan. "Kita telah sampai sejauh ini, Rainer. Dunia ini perlu berubah, dan kita adalah orang yang ditakdirkan untuk merubahnya."Rainer mengangguk, meskipun hatinya penuh dengan pertanyaan. "Kita harus memanfaatkan kecerdasan kita lebih dari sebelumnya. Jika kita hanya mengandalkan kekuatan fisik, kita akan kalah. Mereka sudah mempersiapkan ini dengan matang."Kael, yang berdiri lebih jauh di sisi kiri mereka, menatap ke arah kegelapan yang mengelilingi mereka dengan hati-hati. "Ada sesuatu yang besar yang sed

    Last Updated : 2025-01-29
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 58

    Perang melawan makhluk bayangan yang muncul dari dalam kegelapan itu berlangsung semakin sengit. Rainer, Elyse, dan Kael berjuang keras menghadapi setiap serangan dengan keahlian dan kekuatan yang mereka miliki. Namun, mereka menyadari bahwa mereka hanya bisa bertahan—bukan mengalahkan—musuh yang tampaknya tak terhentikan.“Ini tidak bisa berlanjut lebih lama,” kata Rainer, matanya menyapu medan pertempuran yang semakin kacau. Setiap gerakan makhluk bayangan itu semakin cepat dan mematikan. Mereka mengelilingi tiga sekutu itu dengan ketelitian yang mengerikan, menyerang dengan pola yang hampir tak terprediksi.Elyse, pedangnya berkilau di bawah cahaya yang samar, menghindar dari serangan makhluk yang menyerangnya. "Kita harus mencari titik kelemahannya, Rainer! Bagaimana kita bisa mengalahkan mereka?"Rainer hanya diam sejenak, menatap ke dalam kabut hitam yang memeluk medan pertempuran. "Makhluk-makhluk ini bukan hanya mengandalkan kekuatan fisik. Mereka adalah manifestasi dari kegel

    Last Updated : 2025-01-29
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 59

    Keheningan yang menyelimuti medan pertempuran terasa begitu mencekam. Setelah pertempuran sengit melawan makhluk bayangan dan pengendali misterius, Rainer, Elyse, dan Kael berdiri di antara reruntuhan, memandang ke arah tubuh pria bertopeng yang tergeletak di tanah. Kemenangan mereka adalah sebuah pencapaian besar, namun ada sesuatu yang masih menggantung di udara, sebuah pertanyaan yang belum terjawab.Rainer menarik napas panjang, memandang hasil perjuangan mereka. "Ini hanya permulaan," ucapnya dengan suara yang tegas namun mengandung kelelahan. "Pertempuran ini mungkin selesai, tapi ada lebih banyak tantangan yang menunggu."Elyse, yang berdiri di samping Rainer, memandang tubuh pria bertopeng yang kini tak berdaya. "Tapi apa yang sebenarnya kita hadapi?" tanyanya dengan nada yang penuh keraguan. "Kita baru saja mengalahkan dia, tapi ada sesuatu yang terasa lebih besar dari ini."Rainer mengangguk perlahan. "Pria bertopeng itu hanya salah satu dari banyak pihak yang berusaha menge

    Last Updated : 2025-01-29
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 60

    Udara di sekitar markas terasa semakin berat. Meskipun mereka baru saja mendapat informasi berharga di pasar, Rainer dan kelompoknya tahu bahwa mereka hanya menggores permukaan dari misteri yang lebih dalam. Peta dunia ini, meskipun terbentang luas di depan mereka, penuh dengan jebakan yang tidak bisa mereka hindari.Pagi itu, setelah memutuskan langkah selanjutnya, mereka kembali mengumpulkan kekuatan untuk merencanakan perjalanan berbahaya menuju pusat pemerintahan yang terletak jauh di utara. Ini adalah langkah pertama yang harus mereka ambil untuk mengetahui lebih banyak tentang siapa yang benar-benar berkuasa di balik layar.“Jika kita ingin mengguncang dunia ini, kita harus memulai dari sumbernya,” ujar Rainer dengan suara yang penuh ketegasan. Matanya menatap horizon yang seakan tak berujung. “Kerajaan ini punya lebih banyak rahasia dari yang kita kira. Jika kita berhasil menyusup ke dalam pusat kekuasaan mereka, kita mungkin bisa membuka pintu menuju perubahan.”Elyse, yang se

    Last Updated : 2025-01-29
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 61

    Di balik tirai malam yang gelap, Rainer, Elyse, Kael, dan seluruh kelompok bergerak dengan hati-hati menuju kedalaman ibu kota. Mereka tahu bahwa keberadaan mereka sangat berisiko, namun tak ada jalan mundur. Sejak mendengar nama Altheos, mereka sadar bahwa pertempuran ini lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan.Mereka berada di sebuah penginapan kecil yang terletak di pinggiran kota, jauh dari sorotan mata pejabat dan tentara yang berpatroli. Tetapi meskipun mereka berusaha menyembunyikan diri, udara di sekitar mereka terasa semakin mencekam. Sesuatu yang lebih besar sedang menunggu di depan.“Rainer,” Elyse memanggil dengan suara pelan, matanya tidak lepas dari peta yang terbentang di atas meja. “Altheos… siapa sebenarnya dia? Kenapa dia begitu penting?”Rainer melirik Elyse dengan tatapan penuh tekad. “Dia adalah orang yang mengendalikan aliran kekuasaan di kerajaan ini. Bukan hanya politik, tapi juga kekuatan gelap yang tersembunyi di dalamnya. Banyak yang tak tahu tentang

    Last Updated : 2025-01-30
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 62

    Altheos berdiri di hadapan mereka dengan senyum tipis yang seakan menyembunyikan lebih banyak rahasia daripada yang bisa mereka pahami. Ruangan yang gelap dan penuh dengan bayangan terasa semakin menekan, seperti sebuah perangkap yang siap menelan mereka.“Kalian benar-benar percaya bahwa kalian bisa mengubah dunia ini?” suara Altheos terngiang dalam kesunyian yang mencekam. “Kalian yang hanya berbekal idealisme dan keberanian, siapakah kalian untuk menantang aku?”Rainer menatap Altheos dengan tajam, mengamati setiap gerakan dan ekspresi pria itu. Dalam keheningan tersebut, hanya ketegangan yang bisa mereka rasakan, sementara di luar sana, dunia terus berputar, menunggu langkah mereka berikutnya.“Kami bukan hanya berbekal idealisme,” kata Rainer perlahan, suaranya penuh keyakinan. “Kami berbekal kecerdasan dan perhitungan. Kami akan menghancurkan sistem ini, meskipun harus memulainya dengan menghancurkan dasar dari kekuasaanmu.”Elyse berdiri di sampingnya, wajahnya menunjukkan teka

    Last Updated : 2025-01-30

Latest chapter

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 181

    Kilatan cahaya menyelimuti seluruh ruang dalam Menara Caelus. Cahaya dari Prisma Keempat memancar, menyatu dengan tiga fragmen sebelumnya yang telah Rainer kumpulkan. Suara bisikan kuno membahana, menyampaikan pesan yang tak dapat ditangkap oleh telinga biasa—melainkan oleh jiwa yang bersedia menerima kebenaran seutuhnya.Rainer berdiri di tengah pusaran cahaya itu, matanya terbuka lebar, menyerap seluruh memori dan kebenaran yang tersimpan selama ribuan tahun. Sosok Aeron, bayangan dari masa lalu, perlahan menghilang—senyumnya pudar, meninggalkan beban yang tak kasat mata.Elyse mendekat, wajahnya penuh kecemasan. “Apa yang kau lihat?”Rainer tidak langsung menjawab. Tangannya gemetar. Di matanya tergambar peperangan yang belum pernah diceritakan, pengkhianatan oleh mereka yang dicatat sebagai pahlawan, dan dunia yang dibentuk bukan dari harapan, melainkan dari ketakutan para pendiri.“Aku melihat... dunia yang kita kenal bukan hasil dari kebijaksanaan. Tapi hasil dari keputusan terb

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 180

    Angin dingin dari utara membawa kabar buruk.Pagi itu, Rainer berdiri di atas puncak benteng pengamatan, memandangi pusaran cahaya yang membelah langit dari kejauhan. Fenomena itu muncul mendadak—tidak satu pun dari alat-alat sihir mereka bisa mendeteksi energi semacam itu sebelumnya. Tapi satu hal jelas: titik pusatnya adalah Menara Caelus, struktur kuno dari Zaman Awal yang selama ini hanya dianggap reruntuhan tak berfungsi.Kini, menara itu bersinar. Hidup kembali.“Menara keempat telah bangkit,” gumam Rainer.Di belakangnya, Elyse datang membawa gulungan tua yang diambil dari arsip Perpustakaan Tengah. “Ada yang menarik,” katanya sambil membuka gulungan di meja observasi. “Menurut peta zaman kuno, Menara Caelus bukan hanya tempat sihir—melainkan tempat penyimpanan memori dunia.”Rainer menoleh, alisnya terangkat. “Memori dunia?”Elyse mengangguk. “Sesuatu yang disebut ‘Rekam Astral’. Sebuah sistem penyimpanan sihir yang bisa merekam kejadian dan pengetahuan dari masa lalu. Jika be

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 179

    Dunia berubah, tapi perubahan sejati tidak pernah datang tanpa konsekuensi.Sepekan setelah kepulangan Rainer dari Perpustakaan Tengah, gelombang informasi mulai merembes ke setiap pelosok kerajaan. Terjemahan parsial Simfoni Tertinggal telah disalin dan disebarkan ke berbagai sekolah sihir rakyat dan tempat-tempat belajar kecil yang tersembunyi di balik bayang-bayang kota besar.Di awalnya, banyak yang menertawakan dokumen itu. Mereka menyebutnya propaganda seorang anak dari kasta rendah yang menginginkan kekuasaan melalui pengetahuan. Namun semakin banyak yang membaca, semakin banyak pula yang mulai bertanya-tanya.“Kalau sihir bukan bakat keturunan, mengapa kami tidak bisa mempelajarinya?”“Kenapa hanya keluarga bangsawan yang punya akses ke sekolah sihir tingkat tinggi?”Pertanyaan-pertanyaan itu menyebar lebih cepat daripada yang diperkirakan siapa pun.Dan dari balik dinding istana, para bangsawan mulai merasakan tekanan.Di ruang utama Dewan Tertinggi Bangsawan, sebuah pertemua

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 178

    Hujan turun pelan di atas atap markas, membasahi kaca jendela tempat Rainer bersandar. Di tangan kirinya, liontin yang memuat tiga fragmen kini berpendar aneh—perpaduan antara cahaya dan kegelapan, seolah dua kekuatan bertentangan sedang saling menekan, mencari bentuk akhir dari sebuah kebenaran.Elyse melangkah masuk tanpa suara, membawa dua cangkir teh. Ia menyerahkan satu pada Rainer sebelum ikut bersandar di sisi jendela. Diam.“Apa kau pernah merasa,” kata Elyse akhirnya, “bahwa dunia ini... lebih tua dari yang kita tahu?”Rainer tersenyum kecil. “Tidak hanya lebih tua. Tapi juga lebih terluka.”Ia mengangkat liontin. “Setiap fragmen membawa ingatan. Yang pertama memberi petunjuk tentang asal usul sistem kasta. Yang kedua memperlihatkan eksperimen sihir terhadap manusia biasa. Tapi yang ketiga...”“...membawa kehampaan,” sambung Elyse pelan. “Aku merasakannya saat kita berada di altar itu.”“Dan lebih dari itu.” Rainer berbalik, berjalan ke meja penuh dokumen. Ia mengambil satu g

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 177

    Langit malam menyelimuti dunia dengan kelam yang lebih pekat dari biasanya. Di luar ibu kota, jauh dari mata para penguasa dan rakyat biasa, Menara Bayangan berdiri di atas bukit batu yang tandus, dikelilingi reruntuhan peradaban lama yang telah lama dilupakan. Di dalam menara itu, sihir lama—sihir yang bahkan tidak dikenali oleh Akademi Sihir Pusat—masih hidup.Di tengah lingkaran sihir yang berpendar redup, pria berjubah ungu tua itu membuka matanya. Mereka bersinar hijau pucat, bukan karena sihir, tapi karena kekosongan yang menghuni raganya. Ia bukan lagi manusia biasa. Namanya telah lama dihapus dari sejarah, digantikan dengan satu julukan: Nihros, sang Pemelihara Kekosongan.“Fragmen ketiga telah terbangun,” gumam Nihros. Suaranya nyaris seperti bisikan di antara celah kenyataan. “Dan si bocah itu... mulai mengganggu alur.”Di sekelilingnya, entitas-entitas tak bernama—makhluk yang dulunya manusia, tapi telah dirusak oleh sihir gelap dari

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 176

    Ruangan Majelis Tertinggi tidak seperti aula biasa di kerajaan—ia tidak hanya dibangun dari marmer dan batu mulia, tapi dari keheningan yang dalam dan rasa takut yang menggantung. Di tempat inilah hukum kerajaan diciptakan, strategi perang dirancang, dan takdir rakyat ditentukan.Pagi itu, ratusan kursi di tribun atas dipenuhi para bangsawan, penyihir agung, akademisi, dan bahkan utusan luar negeri. Mereka semua datang karena undangan langka: seseorang dari kalangan bawah, tanpa darah bangsawan, tanpa gelar, akan berbicara di hadapan Majelis.Rainer berdiri di tengah podium, mengenakan jubah hitam dengan garis emas yang dirancang Elyse dan para pendukungnya—sebuah simbol antara perlawanan dan martabat. Di belakangnya, Elyse berdiri tegak, mata tajamnya menyapu ruangan.Suara bel logam berdentang tiga kali, menandakan awal sesi. Di kursi utama, High Consul Avarel—pemimpin tertinggi Majelis—mengangguk ke arah Rainer.“Rainer dari distrik bawah, pemegang fra

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 175

    Langit di atas ibu kota kerajaan Arkwen tampak kelabu. Awan gelap menggantung rendah, seolah menandakan badai besar akan segera datang. Namun badai yang mendekat bukan sekadar cuaca—melainkan konflik yang akan mengguncang seluruh struktur kekuasaan kerajaan.Rainer dan timnya baru saja kembali dari ekspedisi ke Utara, membawa satu kebenaran baru dan satu fragmen simfoni tambahan. Tapi bukan hanya kekuatan yang mereka bawa pulang, melainkan juga informasi yang bisa mengguncang fondasi dunia: bahwa sistem yang saat ini berdiri adalah hasil dari siklus berulang yang dipaksakan oleh kekuatan kuno, dan bahwa pemilik simfoni sejati berpotensi menjadi kunci pembebas atau penghancur dari siklus itu.“Berita tentang pergerakan kita telah bocor,” kata Kysha sambil menyerahkan gulungan surat kepada Rainer. “Tiga dari lima keluarga bangsawan besar mengirim utusan ke menara dewan sihir. Mereka menyebutnya sebagai ‘Tanda Pertama dari Kerusakan.’”“Karena kita mengambil fragme

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 174

    Hutan Frostveil, wilayah utara kerajaan yang dinginnya mampu membekukan tulang bahkan sebelum musim salju datang. Kabut tebal menggantung di antara pohon-pohon cemara tinggi, dan hanya suara ranting patah atau langkah lembut di salju yang memberi tanda bahwa kehidupan masih ada di tempat itu.Di sinilah Rainer, Elyse, Marcus, dan Kysha menelusuri jejak pengkhianat dari tim mereka—Seth, anggota pencatat sihir yang ternyata telah menyusup atas perintah pihak luar. Peta menuju fragmen ketiga kini berada di tangannya, dan jika dia berhasil menyerahkannya ke tangan sekte atau faksi bangsawan tertentu, pertarungan untuk perubahan bisa berakhir sebelum dimulai.“Kita hanya berjarak satu hari perjalanan dari kuil tua yang disebutkan di fragmen kedua,” bisik Kysha sambil menunjuk peta yang telah mereka salin ulang. “Tapi jalur yang diambil Seth... bukan jalur langsung. Dia menuju celah pegunungan—ada sesuatu di sana yang dia sembunyikan.”Rainer menatap langit yang mulai

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 173

    Hujan deras mengguyur pelabuhan selatan Kerajaan Galvane. Kapal ekspedisi akademi telah bersandar di dermaga, dan suara ombak yang menghantam kayu menambah ketegangan suasana. Rainer berdiri di dek kapal, mengenakan jubah tebal berlapis pelindung sihir. Di belakangnya, Elyse, Marcus, dan beberapa anggota tim elite akademi bersiap turun.Wilayah yang mereka tuju adalah reruntuhan Virellis, kota kuno yang terkubur oleh tanah longsor dua abad lalu. Berdasarkan kode dalam simfoni pertama, fragmen kedua tersembunyi di bawah tanah, dilindungi oleh mekanisme sihir yang hanya bisa dipecahkan oleh harmoni energi tertentu—sesuatu yang hanya bisa dideteksi jika seseorang memiliki resonansi dengan fragmen pertama.“Aku merasakannya,” bisik Rainer sambil menekan telapak tangannya ke dada, tempat ia mengenakan liontin kristal kecil dari fragmen pertama. “Ada sesuatu yang memanggil… seperti gema di ujung lorong panjang.”Elyse menatapnya, mata peraknya penuh waspada. “Pastikan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status