Share

Bab 2. Menikahi anak majikan

Bayu masih di depan ruang operasi. Sang ibu mengalami serangan jantung mendadak dan harus dioperasi secepatnya. Dia benar-benar merasa bersalah karena telah membuat ibunya kembali sakit dan kini harus berjuang mempertaruhkan nyawanya di meja operasi. Padahal ibunya belum lama pulang dari rumah sakit. Kini harus kembali merasakan sakitnya pisau bedah karena perbuatannya yang membangkang.

Sejak tadi Lea memperhatikan Bayu yang begitu tidak tenang dalam duduknya. "Pergilah ke mushola dan berdoa untuk keselamatan nyonya daripada kau mondar-mandir seperti setrikaan seperti itu. Bikin pusing kepala saja!" Sungut Lea merasa kesal dengan tingkah Bayu yang amat menyebalkan baginya.

Tampaknya Lea masih menaruh dendam kepada Bayu yang sudah mengatakan bahwa dirinya sebagai gadis pembawa sial. Dia begitu sensi pada lelaki dewasa yang kini menatap tajam kepadanya.

"Eh, begitukah sopan santunmu kepada orang yang sudah memberimu makan dan tempat tinggal serta gaji yang besar?" tegur Bayu yang merasa tidak nyaman dengan sikap yang menurutnya kurang ajar.

"Cih, aku makan dan tinggal di rumahmu karena aku bekerja dan memberikan jasa padamu. Hubungan di antara kita adalah hubungan mutualisme. Saling menguntungkan satu sama lain. Disini, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah!" Sahut Lea tetap dengan pendiriannya yang tidak ingin direndahkan oleh Bayu yang merasa hebat karena sudah bisa menggaji dirinya.

"Cih, Kau kira hanya kau saja yang bisa bekerja di rumahku? Jika aku mau, aku bisa mempekerjakan 10 orang sepertimu di rumahku. Jangan sombong kamu!" Sengit Bayu yang sudah mulai jengkel dan kehilangan kesabaran dengan kelakuan Lea yang gak mau hormat dan tunduk padanya.

Lea malah terkekeh mendengar perkataan Bayu yang menurutnya amat lucu. "Buktikan saja apa yang kau katakan! Eh, paling mereka hanya tahan satu bulan dua bulan. Ya kan?" sinis Lea sambil mengalihkan pandangannya dari Bayu.

Lea bukanlah type gadis yang akan diam saja ketika ditindas oleh seseorang. Bayu seketika kesulitan menelan salivanya sendiri. Pasalnya dia sangat sadar dengan apa yang dikatakan oleh Lea. 

Menghadapi kedua anaknya yang sangat nakal dan ibunya yang sakit-sakitan. Hanya bisa berbaring di kasur dan harus selalu menggunakan kursi roda untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari. Memang tidak banyak orang yang mampu menjalankan tugas itu. Selama dua tahun ini Lea sudah bekerja dengan sangat baik dan Bayu mengakui kinerjanya.

"Kicep kan? Makanya jangan sombong!" Ucap Lea yang langsung berdiri ketika melihat dokter yang keluar dari ruangan operasi.

Bayu pun kemudian mengikuti Lea dan mendekati sang dokter untuk bertanya keadaan ibunya. "Dokter Bagaimana keadaan ibuku?" tanya Bayu dengan khawatir. 

Sang dokter menghela nafas dengan begitu berat karena tak tega menyampaikan hasil operasinya yang bisa dikatakan gagal. " Maafkan saya tuan Bayu kami sudah berusaha sebaik mungkin untuk kesehatan ibu anda. Tapi, semuanya kembali kepada Tuhan yang menentukan kehidupan manusia. Silahkan anda menemui ibu Anda sebelum tuhan memanggilnya!" Ucapnya sambil menundukkan kepala karena prihatin dan merasa bersalah karena sudah gagal menjalankan operasi itu.

"Apa kau bilang! Dokter brengsek! Siapa kau yang berani menentukan kehidupan seorang manusia, hah? Siapa!!" Bayu yang sedang merasa resah tentang keadaan ibunya, tidak bisa lagi menahan emosinya yang sejak tadi dia tahan, sehingga langsung menonjok dokter tersebut dan membuat keributan di sana.

Lea langsung menenangkan Bayu yang tampak kalap karena kabar buruk yang disampaikan oleh dokter itu yang sekarang sudah ditangani oleh rekan kerjanya. "Tuan, Kenapa anda sebagai orang berpendidikan hanya bisa menggunakan bogem dalam menyelesaikan masalahmu? Nyonya pasti akan kecewa melihat kelakuan Anda ini!" Tegur Lea sambil berlalu dari hadapan Bayu menuju ruangan di mana Sulastri berada.

Wanita berusia 60 tahun itu terlihat begitu lemah dan menunggu kedatangan Bayu sebelum dia menghembuskan nafasnya yang terakhir. "Mama!" Bayu langsung menghambur ke dalam pelukan ibunya dan terus-terusan minta maaf atas kesalahannya yang sudah membuat ibunya sampai berada di titik saat ini.

"Maafkan Bayu yang sudah membuat Mama berada di sini. Maafkan Bayu!" Bayu memeluk Sulastri dengan air mata yang berderai di pipinya. Hatinya sakit dan belum siap untuk kehilangan Ibu tercinta. 

Sulastri terlihat hendak berbicara tetapi amat kesulitan. "Bayu, penuhilah permintaan Mama untuk yang terakhir kali. Tolong kau menikah dengan Lea. Jadikan dia sebagai istrimu sehingga kalian ada yang menjaga. Mama bisa pergi dengan tenang jika Lea yang jadi istrimu! Mama mohon!" Ucap Sulastri dengan susah payah. Wanita tua itu terus menyentuh pipi putranya yang amat dia sayangi.

"Maafkan Mama yang sudah membuat hidupmu sekarang seperti ini. Pasti karena Nita yang tidak menyukai mama, makanya dia berselingkuh darimu. Maafkan mama. Mama sungguh berdosa kepadamu dan juga anak-anak kamu. Maafkan mama!" Sulastri begitu kepayahan untuk bisa menyampaikan pesan-pesan terakhirnya kepada Bayu.

Bayu menangis terisak melihat ibunya yang di ujung usianya. Wajah beliau bahkan sudah begitu pucat dan nafas yang terengah. "Nyonya, beristirahatlah! Tolong jangan mengatakan hal-hal yang berat. Nyonya pasti bisa keluar dari rumah sakit seperti sebelumnya. Saya percaya Nyonya wanita yang kuat dan hebat!" Bahkan air mata sudah mengalir dari pipi Lea karena merasa begitu sedih akan kehilangan wanita yang sudah begitu baik padanya.

Selama dia bekerja di kediaman Sulastri dia tidak pernah merasa diperlakukan seperti layaknya seorang pengasuh. Sulastri begitu memuliakannya. Walaupun dia hanya pegawai rendahan di rumah itu. Wanita tua itu selalu memperlakukannya seperti cucunya sendiri dan memberikan kehidupan yang baik kepada Lea yang selama ini sebatang kara.

"Lea, berjanjilah padaku untuk menikah dengan putraku yang malang ini dan mempertahankan pernikahan kalian walau apapun yang terjadi. Nenek mohon!" Pinta Sulastri dengan nafas yang terengah-engah.

Bayu dan Lea saling menatap satu sama lain. Hati keduanya mencelos melihat keadaan Sulastri yang sangat memprihatinkan. Dari liar tiba-tiba saja masuk seorang gadis yang tampaknya baru saja pulang dari kampusnya kalau dilihat dari penampilannya. Dia adalah Farida yang merupakan adik kandungnya Bayu.

"Mama bicara apa sih? Kenapa sembarangan sekali meminta Kak Bayu untuk menikah dengan pengasuh rendah seperti dia?" protes Farida yang merasa tidak suka dengan keinginan ibunya.

Bayu melotot sempurna melihat kelancangan adiknya terhadap ibu mereka yang sekarang sedang berjuang melawan maut. "Farida! Kau diamlah! Sebelum kau menyesali apa yang kau lakukan pada Mama kita!" Tegur Bayu sambil melotot ke arah Farida yang merasa kesal kepada kakaknya.

Farida melirik ke arah Lea yang sejak tadi hanya menunduk dan tidak menanggapi perkataannya Yang selalu merendahkan dia. Pada dasarnya Lea sudah terbiasa dengan karakter Bayu maupun Farida yang 11 12. Sama-sama menyebalkan dan sangat sombong. Entah kenapa mereka berdua memiliki sifat yang bertolak belakang dengan Sulastri yang begitu baik dan sayang padanya.

"Kau pikir aku mau menikah dengan kakakmu? Ya Tuhan!! Masih begitu banyak lelaki perjaka yang tampan dan lebih segalanya dari kakakmu yang duda lapuk itu! Astaga!" Jawab Lea yang merasa jengkel luar biasa dengan perkataan Farida yang sudah menyakiti harga dirinya. 

Bayu melotot sempurna mendengar perkataan leak yang begitu berani terhadapnya. "Kau.. Kau!! Apa sudah bosan hidup hah?" Bayu mengepalkan kedua tangannya di hadapan Lea yang begitu berani menantangnya.

Atensi mereka berdua teralihkan ketika mendengar Sulastri yang menangis. "Mama hanya mempunyai permintaan terakhir pada kalian. Tapi tampaknya Mama tidak begitu penting sehingga kalian tidak ingin mewujudkan permintaan terakhir itu. Ya Allah! Betapa gagalnya hamba dalam hidup ini! Lebih baik kau cabutlah nyawa hamba sekarang. Supaya mereka semua bahagia!" Isak Sulastri dengan terus memukul dadanya yang terasa begitu sakit dan sesak.

Karena monitor yang terus berbunyi, gegara kondisi Sulastri yang mulai drop kembali dokter pun berdatangan bersama suster. "Apa yang sudah kalian lakukan kepada pasien? Kenapa kalian membuat pasien begini? Apakah begitu sulit untuk memenuhi keinginan terakhir dari ibu kalian? Sungguh anak-anak durhaka yang sangat mengecewakan!" Dokter pun kemudian mengusir mereka semua untuk keluar dari ruangan itu.

"Pergi Kalian semua kami harus segera menyelamatkannya!" Dokter tampaknya begitu kecewa kepada Bayu maupun Farida yang tetap bersikeras untuk menolak keinginan Sulastri penghujung usianya.

Bayu akhirnya menerima permintaan ibunya untuk menikah dengan Lea. Walaupun awalnya Bayu menolak dengan keras karena tidak memiliki rasa cinta kepada Lea. Rasa cintanya kepada ibunya akhirnya mengalahkan segalanya. Mereka menikah sebelum Sulastri menghembuskan nafas yang terakhir.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status