Bayu masih di depan ruang operasi. Sang ibu mengalami serangan jantung mendadak dan harus dioperasi secepatnya. Dia benar-benar merasa bersalah karena telah membuat ibunya kembali sakit dan kini harus berjuang mempertaruhkan nyawanya di meja operasi. Padahal ibunya belum lama pulang dari rumah sakit. Kini harus kembali merasakan sakitnya pisau bedah karena perbuatannya yang membangkang.
Sejak tadi Lea memperhatikan Bayu yang begitu tidak tenang dalam duduknya. "Pergilah ke mushola dan berdoa untuk keselamatan nyonya daripada kau mondar-mandir seperti setrikaan seperti itu. Bikin pusing kepala saja!" Sungut Lea merasa kesal dengan tingkah Bayu yang amat menyebalkan baginya.
Tampaknya Lea masih menaruh dendam kepada Bayu yang sudah mengatakan bahwa dirinya sebagai gadis pembawa sial. Dia begitu sensi pada lelaki dewasa yang kini menatap tajam kepadanya.
"Eh, begitukah sopan santunmu kepada orang yang sudah memberimu makan dan tempat tinggal serta gaji yang besar?" tegur Bayu yang merasa tidak nyaman dengan sikap yang menurutnya kurang ajar.
"Cih, aku makan dan tinggal di rumahmu karena aku bekerja dan memberikan jasa padamu. Hubungan di antara kita adalah hubungan mutualisme. Saling menguntungkan satu sama lain. Disini, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah!" Sahut Lea tetap dengan pendiriannya yang tidak ingin direndahkan oleh Bayu yang merasa hebat karena sudah bisa menggaji dirinya.
"Cih, Kau kira hanya kau saja yang bisa bekerja di rumahku? Jika aku mau, aku bisa mempekerjakan 10 orang sepertimu di rumahku. Jangan sombong kamu!" Sengit Bayu yang sudah mulai jengkel dan kehilangan kesabaran dengan kelakuan Lea yang gak mau hormat dan tunduk padanya.
Lea malah terkekeh mendengar perkataan Bayu yang menurutnya amat lucu. "Buktikan saja apa yang kau katakan! Eh, paling mereka hanya tahan satu bulan dua bulan. Ya kan?" sinis Lea sambil mengalihkan pandangannya dari Bayu.
Lea bukanlah type gadis yang akan diam saja ketika ditindas oleh seseorang. Bayu seketika kesulitan menelan salivanya sendiri. Pasalnya dia sangat sadar dengan apa yang dikatakan oleh Lea.
Menghadapi kedua anaknya yang sangat nakal dan ibunya yang sakit-sakitan. Hanya bisa berbaring di kasur dan harus selalu menggunakan kursi roda untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari. Memang tidak banyak orang yang mampu menjalankan tugas itu. Selama dua tahun ini Lea sudah bekerja dengan sangat baik dan Bayu mengakui kinerjanya.
"Kicep kan? Makanya jangan sombong!" Ucap Lea yang langsung berdiri ketika melihat dokter yang keluar dari ruangan operasi.
Bayu pun kemudian mengikuti Lea dan mendekati sang dokter untuk bertanya keadaan ibunya. "Dokter Bagaimana keadaan ibuku?" tanya Bayu dengan khawatir.
Sang dokter menghela nafas dengan begitu berat karena tak tega menyampaikan hasil operasinya yang bisa dikatakan gagal. " Maafkan saya tuan Bayu kami sudah berusaha sebaik mungkin untuk kesehatan ibu anda. Tapi, semuanya kembali kepada Tuhan yang menentukan kehidupan manusia. Silahkan anda menemui ibu Anda sebelum tuhan memanggilnya!" Ucapnya sambil menundukkan kepala karena prihatin dan merasa bersalah karena sudah gagal menjalankan operasi itu.
"Apa kau bilang! Dokter brengsek! Siapa kau yang berani menentukan kehidupan seorang manusia, hah? Siapa!!" Bayu yang sedang merasa resah tentang keadaan ibunya, tidak bisa lagi menahan emosinya yang sejak tadi dia tahan, sehingga langsung menonjok dokter tersebut dan membuat keributan di sana.
Lea langsung menenangkan Bayu yang tampak kalap karena kabar buruk yang disampaikan oleh dokter itu yang sekarang sudah ditangani oleh rekan kerjanya. "Tuan, Kenapa anda sebagai orang berpendidikan hanya bisa menggunakan bogem dalam menyelesaikan masalahmu? Nyonya pasti akan kecewa melihat kelakuan Anda ini!" Tegur Lea sambil berlalu dari hadapan Bayu menuju ruangan di mana Sulastri berada.
Wanita berusia 60 tahun itu terlihat begitu lemah dan menunggu kedatangan Bayu sebelum dia menghembuskan nafasnya yang terakhir. "Mama!" Bayu langsung menghambur ke dalam pelukan ibunya dan terus-terusan minta maaf atas kesalahannya yang sudah membuat ibunya sampai berada di titik saat ini.
"Maafkan Bayu yang sudah membuat Mama berada di sini. Maafkan Bayu!" Bayu memeluk Sulastri dengan air mata yang berderai di pipinya. Hatinya sakit dan belum siap untuk kehilangan Ibu tercinta.
Sulastri terlihat hendak berbicara tetapi amat kesulitan. "Bayu, penuhilah permintaan Mama untuk yang terakhir kali. Tolong kau menikah dengan Lea. Jadikan dia sebagai istrimu sehingga kalian ada yang menjaga. Mama bisa pergi dengan tenang jika Lea yang jadi istrimu! Mama mohon!" Ucap Sulastri dengan susah payah. Wanita tua itu terus menyentuh pipi putranya yang amat dia sayangi.
"Maafkan Mama yang sudah membuat hidupmu sekarang seperti ini. Pasti karena Nita yang tidak menyukai mama, makanya dia berselingkuh darimu. Maafkan mama. Mama sungguh berdosa kepadamu dan juga anak-anak kamu. Maafkan mama!" Sulastri begitu kepayahan untuk bisa menyampaikan pesan-pesan terakhirnya kepada Bayu.
Bayu menangis terisak melihat ibunya yang di ujung usianya. Wajah beliau bahkan sudah begitu pucat dan nafas yang terengah. "Nyonya, beristirahatlah! Tolong jangan mengatakan hal-hal yang berat. Nyonya pasti bisa keluar dari rumah sakit seperti sebelumnya. Saya percaya Nyonya wanita yang kuat dan hebat!" Bahkan air mata sudah mengalir dari pipi Lea karena merasa begitu sedih akan kehilangan wanita yang sudah begitu baik padanya.
Selama dia bekerja di kediaman Sulastri dia tidak pernah merasa diperlakukan seperti layaknya seorang pengasuh. Sulastri begitu memuliakannya. Walaupun dia hanya pegawai rendahan di rumah itu. Wanita tua itu selalu memperlakukannya seperti cucunya sendiri dan memberikan kehidupan yang baik kepada Lea yang selama ini sebatang kara.
"Lea, berjanjilah padaku untuk menikah dengan putraku yang malang ini dan mempertahankan pernikahan kalian walau apapun yang terjadi. Nenek mohon!" Pinta Sulastri dengan nafas yang terengah-engah.
Bayu dan Lea saling menatap satu sama lain. Hati keduanya mencelos melihat keadaan Sulastri yang sangat memprihatinkan. Dari liar tiba-tiba saja masuk seorang gadis yang tampaknya baru saja pulang dari kampusnya kalau dilihat dari penampilannya. Dia adalah Farida yang merupakan adik kandungnya Bayu.
"Mama bicara apa sih? Kenapa sembarangan sekali meminta Kak Bayu untuk menikah dengan pengasuh rendah seperti dia?" protes Farida yang merasa tidak suka dengan keinginan ibunya.
Bayu melotot sempurna melihat kelancangan adiknya terhadap ibu mereka yang sekarang sedang berjuang melawan maut. "Farida! Kau diamlah! Sebelum kau menyesali apa yang kau lakukan pada Mama kita!" Tegur Bayu sambil melotot ke arah Farida yang merasa kesal kepada kakaknya.
Farida melirik ke arah Lea yang sejak tadi hanya menunduk dan tidak menanggapi perkataannya Yang selalu merendahkan dia. Pada dasarnya Lea sudah terbiasa dengan karakter Bayu maupun Farida yang 11 12. Sama-sama menyebalkan dan sangat sombong. Entah kenapa mereka berdua memiliki sifat yang bertolak belakang dengan Sulastri yang begitu baik dan sayang padanya.
"Kau pikir aku mau menikah dengan kakakmu? Ya Tuhan!! Masih begitu banyak lelaki perjaka yang tampan dan lebih segalanya dari kakakmu yang duda lapuk itu! Astaga!" Jawab Lea yang merasa jengkel luar biasa dengan perkataan Farida yang sudah menyakiti harga dirinya.
Bayu melotot sempurna mendengar perkataan leak yang begitu berani terhadapnya. "Kau.. Kau!! Apa sudah bosan hidup hah?" Bayu mengepalkan kedua tangannya di hadapan Lea yang begitu berani menantangnya.
Atensi mereka berdua teralihkan ketika mendengar Sulastri yang menangis. "Mama hanya mempunyai permintaan terakhir pada kalian. Tapi tampaknya Mama tidak begitu penting sehingga kalian tidak ingin mewujudkan permintaan terakhir itu. Ya Allah! Betapa gagalnya hamba dalam hidup ini! Lebih baik kau cabutlah nyawa hamba sekarang. Supaya mereka semua bahagia!" Isak Sulastri dengan terus memukul dadanya yang terasa begitu sakit dan sesak.
Karena monitor yang terus berbunyi, gegara kondisi Sulastri yang mulai drop kembali dokter pun berdatangan bersama suster. "Apa yang sudah kalian lakukan kepada pasien? Kenapa kalian membuat pasien begini? Apakah begitu sulit untuk memenuhi keinginan terakhir dari ibu kalian? Sungguh anak-anak durhaka yang sangat mengecewakan!" Dokter pun kemudian mengusir mereka semua untuk keluar dari ruangan itu.
"Pergi Kalian semua kami harus segera menyelamatkannya!" Dokter tampaknya begitu kecewa kepada Bayu maupun Farida yang tetap bersikeras untuk menolak keinginan Sulastri penghujung usianya.
Bayu akhirnya menerima permintaan ibunya untuk menikah dengan Lea. Walaupun awalnya Bayu menolak dengan keras karena tidak memiliki rasa cinta kepada Lea. Rasa cintanya kepada ibunya akhirnya mengalahkan segalanya. Mereka menikah sebelum Sulastri menghembuskan nafas yang terakhir.
Disaat terakhir Sulastri menghembuskan nafasnya yang terakhir, dia tersenyum setelah melihat ijab qabul antara Lea dan Bayu. Berbeda dengan pasangan baru yang menikah karena keterpaksaan itu, mereka sama-sama cemberut dan kesal. Bayu bahkan menolak untuk mencium kening Lea ketika diminta oleh penghulu setelah Ijab sah selesai. Lea tidak masalah sama sekali dengan hal itu karena dia juga tidak ingin disentuh oleh Bayu yang tidak dia cintai. Dia juga menikahi Bayu karena keterpaksaan. Dia merasa kasihan dan tidak tega kepada Sulastri yang memohon kepadanya untuk mau menikah dengan anaknya yang sudah menduda 8 tahun lamanya. 'Nasibku memang sial, karena terpaksa menikah dengan duda lapuk yang masih belum move on dari mantan istri dia,' batin Lea dengan lemas saat dia melirik Bayu yang memandangnya dengan sinis."Kakak kenapa mau aja disuruh oleh Mama untuk menikahi gadis miskin ini? Kenapa kak?" protes Farida pada Bayu yang terlihat begitu frustasi dengan kelakuan adiknya itu. Bisa-bisa
Lea sadar kalau pernikahannya dengan Bayu tak akan mudah, melihat suaminya yang masih belum bisa lepas dari kehilangan ibunya dan belum bisa move on dari bayang istri pertama yang telah mengkhianatinya dengan kejam."Kamu boleh memilih untuk tidur di kamarmu yang dulu atau di kamar tamu. Terserah padamu. Bagiku yang penting kamu tidak boleh masuk ke dalam kamarku. Aku paling ga suka ada orang lain yang lancang dan mengganggu privasiku. Paham kamu?" tegas Bayu dengan menatap tajam ke arah Lea yang sejak tadi tak sabar untuk segera istirahat.Lea langsung pergi saja tanpa merespon apapun yang dikatakan oleh Bayu. Tapi Bayu langsung menarik tangannya ketika melihat dia masuk ke dalam kamar utama. "Kamu ga denger apa yang aku katakan tadi? Kamu silahkan pilih tidur di kamarmu yang dulu atau di kamar tamu. Bukan di kamarku!" Sentak Bayu dengan suara menggelegar di tengah malam buta. Lea menyenangkan tangan Bayu dan mengacuhkan sama sekali apa yang dia katakan. "Kamu? Benar-benar sangat be
Tok tok tokSuara ketukan pintu diluar kamarnya mengagetkan Lea yang masih merasakan dilema saat ini. Jika dia bangun dan diam saja saat tahu dirinya ada dalam pelukan Bayu, pasti lelaki itu akan kegedean rasa, mengira dirinya mengharap sentuhan suaminya. Tapi kalau ributpun dia pasti malu mengingat mereka sudah sah sebagai suami istri.'Duh, gimana ini?' batin Lea masih berusaha untuk tetap pura-pura tidur. Dia sebenarnya merasa sesak karena lengan kekar Bayu yang melingkar di pinggang rampingnya dengan begitu nyaman, 'aih, dasar duda lapuk! Bilang jangan dekat-dekat malah dia yang main nyosor kek gini. Bikin aku kesulitan nafas kek gini, gimana ini?' keluh Lea dalam hati.Tok tok tok"Kak Bayu, bangunlah! Kenapa sudah siang belum juga pada keluar sih? Kak Bayu!" Teriak Farida yang sudah tidak sabar menunggu seseorang membuka pintu kamar sang kakak tercinta. "Kak Bayu, apa pengasuh itu membuat kamu ga bisa tidur semalam?" tanya Farida yang mulai kesal.Bayu yang merasa terganggu den
"Apa benar kalau Mas Bayu sudah menikah lagi? Dengan siapa?" tanya Nitha pada Farida yang hari itu menelponnya."Ya, Mbak! Nyebelin banget sih. Padahal aku kan berharap banget mas Bayu bisa rujuk sama Mbak. Mama menyebalkan banget. Mau meninggal aja bikin rusuh hidup anaknya. Kesel banget aku tuh Mba!" Adu Farida dengan suara manjanya. Lea yang kebetulan lewat di depan kamar Farida tanpa sengaja mendengarkan percakapan mereka berdua karena pintu kamar yang memang tidak tertutup rapat. Entah disengaja atau memang lupa karena terlalu asyik mengobrol dengan Nitha yang sejak dulu amat dipuja dan disayangi oleh Farida."Kamu kenapa ga suka sama istri baru Mas Bayu? Bukannya itu bagus ya, si kembar jadi ada yang mengurus?" tanya Nitha masih biasa saja menanggapi perihal pernikahan Bayu, mantan suaminya yang sudah bercerai dengan ya 8 tahun yang lalu."Ih, bagus apaan? Dia itu cuma anak panti asuhan yang tidak memiliki orang tua. Dia itu pengasuh mama dan si kembar. Mama yang sudah memaksa
"Apa kabar kamu, Mas? Lama sekali kita tak bertemu." Nitha mengulurkan telapak tangannya untuk bersalaman dengan Bayu.Bayu hanya melengos pergi sambil menggandeng tangan Lea dengan mesra tanpa perduli pada Nitha yang auto pucat wajahnya. , Lea tentu saja kaget dengan kelakuan Bayu yang tidak diduga sebelumnya, "Sayang kita pindah mall aja ya? Disini banyak lalat soalnya, Mas ga suka!" Bisik Bayu di telinga Lea tapi masih bisa didengarkan oleh Nitha dan Farida.Nitha meremas telapak tangannya dengan kesal. Dia merasa sakit hati karena Bayu menyamakan dirinya dengan lalat. Apakah Bayu sebenci itu padanya sehingga tidak ingin berada di satu tempat bersamanya? Nitha merasakan tubuhnya begitu lemas karena harapan untuk bisa rujuk kembali seakan tertutup rapat.Sebenarnya Nitha sudah berpisah dengan suaminya yang baru karena mendapatkan sang lelaki yang berselingkuh dia sengaja pulang ke Indonesia karena ingin kembali merayu Bayu yang dia kira masih menunggu dirinya. Tidak disangka setelah
"Kenapa kamu bersikap begitu kasar kepada mantan istrimu?" tanya Lea ketika mereka sudah berada di dalam mobil.Si kembar tampak sudah terlelap di kursi belakang. Mereka kelelahan setelah berjalan-jalan di mall seharian demi mendapatkan kostum yang akan mereka gunakan di acara sekolah."Itu bukan urusanmu! Kamu tidak usah merasa geer karena masalah tadi. Aku hanya tidak mau kalau Nitha kembali masuk ke dalam hidupku. Aku ga akan pernah mengizinkan wanita itu untuk mendekati kedua anakku." Jawab Bayu dengan dingin.Lea sebenarnya ingin mendebat suaminya. Tetapi dia melihat raut wajah Bayu yang begitu lelah dan kesal. Dia akhirnya memilih untuk diam dan tidak menanggapinya lagi. Tapi Lea sesekali melirik ke arah Bayu yang begitu fokus dengan jalanan. Lea tidak mengetahui bagaimana masa lalu mereka. Akan tetapi, melihat si kembar yang tampak begitu asing dengan Nitha, dia bisa tahu bagaimana Nitha memperlakukan mereka di masa lalu."Kenapa si kembar tidak mengenali ibunya sendiri?" "Buk
Bayu tak pernah anggap Lea sebagai istri. Dia selalu memperlakukan Lea sebagai pembantu ataupun pengasuh anaknya. Tapi hari ini agak berbeda. Entah kenapa begitu. "Apa karena ada Mbak Nitha yang membuatmu mendadak kayak gini? Biasanya kan jahat sama aku!" Bayu mendengus kesal di hadapan Lea, "kenapa serba salah berhadapan denganmu? Aku galak salah, romantic salah, lalu, aku harus bagaimana menghadapi Nyonya Bayu?" tanya Bayu sambil mendekatkan wajahnya kepada Lea yang langsung tersipu.Dari arah ruang tamu, terlihat Nitha dan Farida terus memperhatikan mereka. Farida bahkan hampir saja melabrak Lea kalau seandainya tidak dicegah oleh Nitha. "Sabarlah! Jangan bertindak gegabah dihadapan perempuan itu kalau tidak Kakakmu malah makin ilfil padaku. Kita harus bertindak cepat untuk mengalahkan dia." Pesan Nitha sambil berbisik di telinga Farida yang tak sabar dengan adegan romantis yang dipertunjukkan oleh Bayu pada mereka.Entah kenapa Farida begitu benci dengan Lea. Padahal Lea selama i
Lea tahu kalau dia hanya sedang memperjuangkan sesuatu yang tidak mungkin. Begitu banyak hal yang membuat hatinya terluka dan ingin menyerah dengan pernikahannya bersama Bayu.Seperti hari ini Lea harus mengelus dada saat melihat Nitha yang terus saja berusaha untuk mendekati Bayu dan menggodanya dengan segala cara. "Eh, mereka lagi? Apakah mereka sebenarnya masih saling mencintai? Aku lihat Mas Bayu masih belum bisa melupakan sakit hati dia kepada mantannya itu. Apakah kalau Mas Bayu tahu mantannya sudah bercerai, dia akan kembali padanya? Secara kan, dia sampai ga menikah selama 8 tahun lamanya setelah mereka cerai.' monolog Lea.Sangking asyiknya melamun tentang mereka berdua, Lea sampai tidak menyadari ketika Bayu menghampirinya. "Sayang, kita jalan-jalan yuk!" Tiba-tiba saja Bayu sudah berada di sampingnya sambil merangkul pinggang dan juga bahunya.Deg!!!Lea terpana beberapa saat lamanya. Sejak kehadiran Nitha di dalam rumah itu, Bayu sering sekali membuatnya terkejut dengan ti