Azzura melihat ke arah kaca besar yang ada di depannya. Dia bisa melihat pantulan dirinya di sana. Bentuk tubuhnya tidak banyak yang berubah. Bahkan bisa dikatakan jika tubuh Azzura masih terlihat begitu kencang dan juga seksi di usianya yang sudah menginjak angka tiga puluh tahun.Azzura berdiri menyamping, melihat dirinya dari arah samping. Sebelah tangannya menyentuh perutnya. Rata. Bahkan sama sekali tidak ada stretch mark di sana. Tubuhnya cepat sekali pulih pasca melahirkan Kyra dulu. "Aku tidak kalah seksi dari Vio," gumamnya seorang diri. Wanita itu saat ini hanya mengenakan lingerie tipis yang tentu saja mempertontonkan bentuk tubuhnya yang masih aduhai di usia tiga puluh tahun ini. Buah dada yang masih terlihat kencang dan membusung, bongkahan bawah pinggang yang juga masih terlihat padat. Azzura menilai jika tampilan fisiknya tidak kalah dibandigkan dengan Vio.Azzura memang sengaja tampil seksi agar suaminya kembali tertarik padanya. Rasanya begitu sakit saat Brian sama s
Azzura berjalan menuju ruang makan dengan wajah cerah. Bagaimana tidak, semalam dia dan Brian bercinta hingga beberapa ronde. Brian yang dulu, kini telah kembali. Brian dengan segala kelembutannya dalam bercinta.Di meja makan sudah ada Vio yang menunggu di sana. Dia belum memulai sarapannya karena menunggu anggota keluarga yang lain."Selamat pagi, Vio," sapanya pada gadis bermata abu itu. Tidak lupa, seutas senyum dia tujukan pada Vio. Vio pun membalas Azzura dengan sebuah senyuman."Pagi juga, Mbak Zura," balas Vio. Azzura duduk di kursi yang berhadapan dengan Vio. "Happy banget, Mbak?" tanya Vio senang karena melihat wajah Azzura yang terlihat begitu segar. Azzura tersenyum malu-malu ditanya seperti itu. Dia menyelipkan rambutnya di belakang telinga."Iya," jawab Azzura singkat. Atensi mereka terganggu saat melihat sang kepala rumah tangga mendekat ke arah keduanya.Brian berdehem. "Pagi," sapanya singkat. Dia mengecup pipi Azzura, setelahnya mengecup pipi Vio. Gadis itu hanya me
Brian sedari tadi hanya memijit pangkal hidungnya. Dia memikirkan tentang Kyra. Apa mungkin orang itu kembali mengarah Kyra? Jika memang seperti itu, dia harus lebih waspada. Brian pun kembali ingin menghubungi Vio. Apa dia masih ada di sekolah Kyra atau di mana? Namun, seperti tadi, panggilannya sama sekali tidak mendapat balasan. Brian yang begitu geram hanya bisa meremas ponsel di tangannya saja. Tadi Vio berkata akan menghubunginya kembali, kenapa sekarang malah susah dihubungi? "Kamu di mana, sih, Vio?" gumamnya sembari mengacak rambutnya yang rapi. Dia tampak sangat kusut, tidak seperti saat tiba di kantor tadi. Setelah tidak berhasil menghubungi Vio, Brian pun lantas menghubungi Azzura. Tidak butuh waktu lama bagi Brian mendapat sahutan dari ujung sana. "Halo, Mas. Ada apa? Kangen, ya?" tanya Azzura disertai kekehan di ujung sana. Wanita itu terdengar begitu bahagia hanya karena Brian meneleponnya. Sudah lama, Brian tidak menghubunginya di sela pekerjaannya seperti ini. "Iy
Azzura yang baru saja mendapat telepon dari Brian langsung menghubungi Vio. Namun, sama seperti kata Brian tadi, Vio tidak bisa dihubungi."Kamu ke mana sih, Vio?" Dahi Azzura mengerut sedang pandangan matanya menggelap. Tentu saja dia langsung parno setelah mengetahui jika Kyra pernah diculik.Azzura berdecak. "Kenapa mereka nggak terbuka sih ama aku? Apa aku sudah nggak dianggap oleh mereka?" Tentu saja Azzura marah karena Brian dan Vio merahasiakan tentang kejadian penculikan Kyra.Pekerjaan Azzura di yayasan memang sangat banyak, tetapi jika Vio tidak bisa dihubungi seperti ini, dia pun menjadi tak tenang. Akhirnya, Azzura pun langsung menghubungi wali kelas Kyra untuk bertanya tentang Kyra dan Vio. Azzura merasa lega saat wali kelas Kyra mengatakan bahwa Kyra ada di kelas.Setelah memastikan keberadaan Kyra, Azzura lalu meraih kunci mobil. Dia harus ke sekolah Kyra dan memastikan semua aman terkendali. Hanya sekitar setengah jam perjalanan, Azzura telah berada di depan gerbang se
Vio membeku saat netranya tak sengaja bersinggungan dengan netra Wijaya. Bahkan jantungnya terasa berhenti berdetak saat itu juga. Terlebih tatapan lelaki itu terlihat sangat tidak bersahabat.Brian dan Azzura saling pandang. Sepertinya mereka memiliki kekhawatiran yang sama. Untuk memecah perhatian sang ayah, Azzura berdehem sedikit keras. Dan berhasil, pandangan Wijaya langsung beralih padanya."Dia ini Vio, Pa. bodyguard Kyra," jelas Azzura sebelum sang ayah bertanya. Wijaya hanya mengangguk dan kembali berfokus pada Kyra. Wajah yang tadinya dingin dan kaku, kembali mencair jika berhadapan dengan cucu satu-satunya."Kak Vio itu keren lho, Opa. Dia pinter berkelahi. Kak Vio juga pernah terluka karena melindungi Kyra," celoteh Kyra yang membuat Wijaya langsung beralih pada anak dan menantunya.Perasaan Brian dan Azzura langsung tidak enak. Hingga akhirnya Azzura pun memberi perintah pada Vio untuk mengajak Kyra jalan-jalan ke luar. Meski awalnya Kyra menolak, tetapi karena pelototan
Hubungan Brian dan Azzura setelah hari itu terus memburuk. Bahkan Brian lebih sering tidak pulang ke rumah. Hal itu tentu saja membuat Azzura semakin tersiksa. Kyra tak lagi tinggal bersamanya dan kini sang suami pun seolah mengabaikannya. Wanita itu sedikit menyesali beberapa keputusannya. "Nyonya! Apa Anda menginginkan masakan lain? Saya melihat Anda tidak menyentuh apa pun." Seorang pelayan yang telah lama bekerja pada Azzura, menghampiri wanita itu karena sedari tadi dia hanya melihat makanan di depannya tanpa berniat menyentuhnya. Azzura yang pikirannya tidak berada di situ langsung tergagap dan menoleh ke arah wanita paruh baya di sebelahnya. "Tidak perlu, Bi. Bereskan saja ini semua!" titahnya. "Tapi, Anda belum makan." Terlihat raut khawatir terlihat jelas di wajah pelayan itu. Walau bagaimanapun dia telah mengenal Azzura lumayan lama. Dia yakin majikannya tersebut seperti itu karena banyak pikiran. Terlebih dia tidak melihat sang majikan pria dan juga nona mudanya untuk b
"Jangan pergi, Mas! Jangan tinggalkan aku!" Azzura terlihat sangat kacau kali ini. Brian, Vio, dan Kyra terlihat sedang tersenyum mengejek ke arahnya, seolah mereka bertiga tengah menertawakan dirinya yang tidak sempurna."Tidak mungkin aku bertahan dengan wanita gila sepertimu, Zura!" ejek Brian disertai senyuman sinisnya. Dia lantas meraih pinggang Vio dan mendekatkan tubuh gadis itu pada tubuhnya."Iya, Mbak! Mbak Zura harus terima jika saat ini Mas Brian sudah tidak mencintai Mbak Zura lagi. Mas Brian butuh sosok istri yang masih muda dan sempurna seperti aku, yang bisa memuaskan gairah Mas Brian yang masih besar. Dan yang pasti, tidak gila seperti Mbak Zura."Azzura semakin tersayat hatinya kala mendengar perkataan Vio barusan. "Kamu tidak berhak berkata seperti itu, Vio! Kamu tidak akan menjadi seperti ini jika bukan aku yang membawamu!" teriak Azzura dengan berlinangan air mata. Dia tidak pernah menyangka jika Vio akan mengatakan kalimat menyakitkan seperti itu.Bukannya merasa
Brian mengembuskan napas panjang saat Vio melewatinya begitu saja tanpa menyapanya seperti biasa. Gadis itu entah pulang dari mana sejak meninggalkan apartemen sejak tadi."Kamu dari mana saja?!" tanya Brian dengan suara tegasnya. Namun, bukannya menjawab, Vio justru masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintu dengan keras. Seolah gadis itu sedang mengajukan protes pada sang suami.Merasa diabaikan, Brian mengerang kesal. Tangannya mengepal kesal. Masalah datang tak ada habisnya. Dimulai dari Azzura yang tiba-tiba pergi, penculikan Kyra, dan sekarang rumah tangganya sedang tidak baik-baik saja."Dosa apa yang telah aku perbuat, Tuhan ...?" Brian menengadah dengan mata yang menatap langit-langit. Lelaki itu sedikit terkaget saat mendengar bunyi pintu kamar mandi dibuka. Vio muncul dengan wajah segar sehabis mandi dan hanya mengenakan bathrobe saja. Vio yang melihat Brian tengah melihatnya kembali memalingkan muka. Brian pun hanya mendesah kasar. Kenapa wanita selalu sulit untuk dimen