"Menipu? Untuk apa aku menipumu, hah?" bentak Arkav marah, yang dilihat orang adalah Arkav sekarang sedang menelepon seseorang. Padahal yang sebenarnya ia sedang berbicara pada gadis di sampingnya. Yakni roh Zelona.
"Benar bila dokter bisa membantu?""Ya, namun kau harus melakukan kebaikan dengan usahamu sendiri dan memohon kepada sang pencipta untuk diberikan kesempatan untuk hidup. Semoga saja misimu berhasil." usai mengatakan hal tersebut, Arkav pergi dan menuju ke kamar inap istrinya yang sedang sakit."Sayang, bagaimana kondisimu? Sudah membaik?" tanya Arkav seraya mengecup puncak kepala istrinya dengan sayang."Sedikit membaik dari biasanya. Namun perutku masih sedikit kram," ujar Poppy memberi tahu. Wajahnya terlihat murung. Hal itu membuat Arkav menggenggam erat tangan mungil istrinya guna menenangkan."Tidak perlu disesali apa yang sudah terjadi. Mungkin saja Tuhan belum mengizinkan kita memiliki momongan."Jiwa Zelona yang berada diluar pintu mencuri dengar pembicaraan sepasang suami istri tersebut. Poppy kembali meneteskan cairan bening serupa kristal dan berkata meskipun serak, "Tapi aku tidak akan pernah bisa untuk kembali menjadi seorang ibu. Sebelah rahimku sudah diangkat."Arkav segera menghambur mendekap tubuh ringkih sang istri. Ia pun sama terluka. Setelah tangisan istrinya sedikit lega, Arkav berbincang."Kita masih memiliki peluang untuk memiliki anak. Kita bisa melakukan inseminasi buatan di dalam rahimmu atau melakukan bayi tabung. Itu sama saja.""Tapi, aku ingin anak yang lahir dalam rahimku!"Arkav semakin memeluk istrinya erat. Lalu mencium pucuk kepalanya istri berkali-kali. "Baiklah, setelah ini aku akan menampung benihku dalam rahimmu untuk proses inseminasi. Karena aku tidak ingin menyakiti tubuhmu nantinya."Poppy mendongak, tampak netranya memerah. Ia mengajukan tanya, "Jadi, berapa persen keberhasilan terjadi?""Aku tidak bisa menjamin. Nanti kita konsultasi pada dokter Obgyn yang ahli. Sudah sebulan ini kamu berada di rumah sakit. Apakah tidak bosan?""Justru berada di sini, kau memiliki banyak waktu untuk menjengukku," balas Poppy dengan senyum merekah."Namun bekas sayatan di perut, setidaknya harus memiliki jangka satu atau dua tahun lamanya. Aku tidak ingin perutmu sakit, sayang.""Ya sudah. Kau simpan dulu benihmu setelah pemeriksaan selesai. Bukankah kita masih memiliki peluang untuk memiliki anak, bukan?" tanya Poppy dengan mata berkaca-kaca penuh harapan."Yang terpenting adalah kita sudah melakukan usaha."Jiwa Zelona berbisik, "Aku akan membantumu untuk memiliki momongan nantinya, dokter Arkav. Itu janjiku. Tapi, bagaimana caranya aku membantu?" ***Raga Zelona masih terbaring di ranjang rumah sakit dengan kepala yang dibalut perban. Tidak tertinggal pula selang oksigen sungkup menjadi sumber kehidupan baginya. Xander dan Orlin masih setia menunggu sang putri. Jiwa Zelona yang melihatnya semakin tergugu pilu, "Mommy, Daddy, apa bisa Zelona lakukan?" "Ma, sebaiknya Mama makan terlebih dahulu. Jangan sampai ikut sakit.""Bagaimana aku bisa makan, Pa. Bila anak kita sendiri tertidur pulas. Apakah dia tidak akan bangun?" "Serahkan sepenuhnya kepada Sang pemberi kehidupan. Kita akan terus berusaha untuk menopang kelangsungan hidupnya. Papa akan berusaha sebaik mungkin."Pintu ruangan terbuka, muncul Floxa membawa makanan dan minuman hangat. Ia menawarkan pada orang tua tirinya. Gadis yang usianya terpaut lima tahun itu diadopsi oleh keluarga Xander karena kedua orang tua Floxa berteman baik dengannya."Makan dulu, Ma, Pa."Zelona yang duduk di dekat ibunya menjadi geram melihat wajah Floxa yang dibuat-buat. "Dasar wanita licik. Menggunakan tipu muslihat untuk mendapatkan simpati. Wanita tidak tahu malu!"Floxa tiba-tiba menjatuhkan dirinya saat Orlin hendak menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Sontak saja wanita yang tidak muda itu berteriak begitu juga dengan Xander. "Flo, hei, apa yang terjadi?" tanya Orlin dan segera Xander memencet tombol di dinding guna meminta bantuan. Perawat datang dengan dokter. Sementara waktu diletakkan di sofa. Dokter Calxivar yang memeriksa segera memberikan diagnosa. "Apakah kalian orang tua dari wanita yang pingsan ini?""Benar dokter. Bagaimana keadaannya?" Dokter Calxivar tersenyum merekah dan memberikan informasi. "Dia hanya kelelahan saja. Mungkin sebentar lagi akan bangun. Oh ya, selamat Nyonya dan Tuan. Kalian sebentar lagi akan menjadi seorang kakek dan nenek. Usia kandungan sudah memasuki usia dua bulan. Suaminya pasti senang mendengarnya. Jika begitu saya dan rekan saya permisi dulu."Orlin mengangguk kaku. Bagaimana tidak syok, saat anak kandungnya mengalami Koma, anak yang lainnya justru mendapat kemalangan. Padahal yang mereka ketahui adalah Floxa adalah wanita baik yang lugu dan polos."Pa, bagaimana ini? Floxa sedang mengandung.""Tenangkan dirimu Ma. Kita tidak tahu siapa yang telah berbuat keji padanya. Selama ini dia tidak pernah berbuat kesalahan. Bisa saja dia diperkosa.""Malang sekali nasib anak-anak kita, Paaa," Keluh Orlin seraya menangis dalam dekapan sang suami. Jiwa Zelona yang mendengar dan melihatnya menjadi geram. Ia berteriak, "Benar-benar mengambil simpati. Dramanya begitu apik. Kenapa tidak sekalian saja jadi artis!"Perlahan mata Floxa mengerjap-ngerjap. Ia memijat pelipisnya seraya meringis. Padahal ia hanya pura-pura saja. "Uh, apa yang terjadi padaku Ma, Pa? Kepalaku mendadak pusing sekali."Orlin menghapus bulir air matanya dan menawarkan. "Ingin minum air putih?"Floxa mengangguk, ia segera bersandar pada sofa. Setelah menerima dan meneguk air. Orlin memegang tangan anaknya untuk bertanya."Flo, ada hal penting yang ingin Mama sampaikan. Namun sebelumnya kami meminta maaf bila tidak berhasil menjagamu dengan baik.""Ada apa Ma. Apakah Flo memiliki penyakit yang serius? Apakah Flo akan meninggal?" Xander menggeleng kepalanya dan menyahut, "bukan begitu. Kamu sedang … hamil."Flo pura-pura terkejut dan berteriak, "Hah? Hamil! Itu tidak mungkin. Aku tidak mau hamil. Aku benci anak Sialan ini. Aku tidak mau mengandung."Prok! Prok! Prok! Zelona bertepuk tangan dan mencemooh. "Aktingnya benar-benar menyakinkan sehingga orang tuaku percaya. Benar-benar ratu drama.""Jangan seperti itu Flo. Mama tahu kamu pasti kecewa. Namun sebaiknya kamu meminta pertanggungjawaban dari lelaki yang telah membuatmu mengandung anaknya."Floxa memukul perutnya berkali-kali, padahal tidak serius. Membuat Orlin menahan tangannya untuk tidak menyakiti calon bayi tersebut."Berhenti Flo. Jangan menyakitinya. Sekarang katakan siapa lelaki itu?""Tidak. Aku tidak akan mengatakan siapa pelakunya," teriak Floxa histeris dengan menangkup wajah dengan kedua tangannya."Aku tidak ingin hamil, ma. Aku masih ingin belajar di sekolah. Sebentar lagi ujian Nasional. Hanya Tinggal dua bulan saja. Semuanya gara-gara pria biadab itu yang memaksaku untuk melakukan hubungan suami istri dengan terpaksa!""Omong kosong! Jangan percaya perkataan Floxa, Mom, Dad, dia sedang berbohong. Jangan tertipu. Flo pasti sudah merayu calon tunanganku!" Teriakkan itu tidak berarti apa-apa buat keluarganya. Karena ia hanya sebuah jiwa yang berkelana.Dexon membuka pintu dan melihat semua orang menangis. Ia berpikir bahwa Zelona telah meninggal. Ia mendekat dan melontarkan tanya. "Kenapa kalian menangis? Zelona tidak meninggal, kan?"Orlin menggelengkan kepala. Xander yang menjawab, "Floxa diperkosa sehingga ia hamil.""Apa?" tanyanya benar-benar syok. Ia khawatir bahwa Floxa sudah menceritakan siapa pelakunya. Tiba-tiba saja Orlin memegang tangan Dexon dan berucap, "Menikahlah dengan Floxa, sekarang!"Jiwa Zelona tidak menyangka bahwa Orilin akan mengatakan hal tersebut. Ia tidak terima dan berteriak, "Mama! Mereka berdua sudah merencanakan hal ini. Mama sudah masuk dalam perangkap."Sementara Dexon menatap Floxa yang juga menatapnya. Ia mencoba mengelak. "Tapi, Bibi, bagaimana dengan Zelona?""Om tahu bila kau sangat mencintai anakku. Sebenarnya hal ini sangat berat. Hanya saja keadaan memaksa kami untuk memutuskan sesuatu.""Tapi Pa, Ma. Kak Dexon adalah calon tunangan kak Zelona. Bukankah hal bisa merusak reputasi dua keluarga? Floxa tidak ingin membuat orang-orang salah paham. Aku tidak menikah dengan kak Dexon.""Tolong mengertilah Flo. Tidak ada yang ingin hal seperti ini terjadi. Kakakmu mengalami kecelakaan hingga koma. Mama dan Papa tidak tahu kapan dia akan bangun. Sementara anak yang lainnya justru mendapat kemalangan. Orang tua mana tega melihat anak-anaknya menderita?""Tapi, Flo tidak bisa menikah dengan Kak Dexon. Lebih baik, Anak ini digugurkan saja!""Apakah kamu g
Luna segera pergi menemui pasien yang sedang koma. Ia membuka pintu dan mendapati seorang wanita yang sedang duduk melamun."Permisi. Saya ingin memeriksa pasien. Kebetulan dokter Arkav sedang menemani istrinya yang sedang sakit," ujar Luna pada Orlin. "Baiklah dokter. Silahkan.""Ibu kelihatan banyak pikiran. Wajahnya terlihat murung. Saya juga ikut sedih mendengar kabar bahwa putri anda mengalami kecelakaan hingga koma"."Terima kasih banyak atas perhatiannya dokter.""Iya. Apakah Ibu sudah makan? Jika belum. Makanlah agar memiliki tenaga untuk merawat putri anda." Bujuk Luna halus.Orlin memang belum sempat makan siang. Ia malas setelah mendengar kabar bahwa anak angkatnya mendadak hamil. Ia memandang wajah anaknya yang terbaring. Kemudian berdiri, "Baiklah dokter. Saya pergi mencari makanan dahulu. Tolong titip anak saya sebentar ya jika tidak keberatan."Luna tersenyum merekah. Ia berhasil mengelabui dan berucap, " Tidak masalah. Sudah menjadi tugas saya. Jika begitu saya periks
"Dokter Arkav!" panggil Luna ketika wanita berambut pendek itu tiba di parkiran. Senyumnya mengembang. Sementara Arkav sedang membantu sang istri dari kursi roda menuju mobil pribadinya."Oh, hai dokter Luna. Kelihatannya pagi ini sangat ceria?"Jiwa Zelona yang berada di dekat Arkav hanya bisa berdiam diri seraya mencuri dengar. Ia ingin meminta bantuan kepada dokter yang bisa melihatnya."Hmmm, biasa saja. Oh ya, mbak Poppy sudah mau pulang ya? Sudah baikan?" tanyanya pura-pura peduli. Padahal ia merencanakan hal tak terduga di balik profesi yang dia emban.Poppy pun menanggapi dengan senyum ketulusan. Dia tidak cemburu pada rekan kerja Arkav, karena begitu paham bila hati sang suami hanya bertahta namanya saja."Benar, dokter Luna. Bagaimana hasil benih kemarin? Apakah sudah dicek?" tanyanya yang sudah duduk di jok mobil.Zelona pun bertanya, "Jadi dokter ingin memiliki anak?""Tentu saja! Siapa yang tidak ingin memiliki anak," jawab Arkav yang membuat dahi dua wanita itu kebingunga
"Mungkin hanya perasaanmu saja karena terlalu lama berada di dalam lift. Lagipula gedung bertingkat inikan ada 18 lantai," sahut Dexon mencoba menenangkan. Padahal dirinya juga merasa hal yang sama."Hmmm, mungkin saja."Bunyi lift terbuka, Floxa dan Dexon menuju ke arah kamar mandi guna melakukan hubungan suami istri karena hormon mereka meningkat setelah sang perempuan hamil. Pasangan yang gila berhubungan badan itu tidak jadi ke toilet karena sedang ada perbaikan. Jiwa Zelona masih berada di dalam lift yang berusaha untuk memencet tombol 11."Ayolah turun. Siapapun bantu aku untuk bisa kembali ke ruangan inap. Menyesal aku mengikuti sepasang penghianat tadi," gerutu Zelona merasa frustasi. Ia terjebak di dalam lift sendirian. Memilih duduk di pojok guna meluruskan kakinya."Lebih baik mengikuti dokter Arkav saja tadi. Menyebalkan!"Bunyi lift kembali terbuka membuat senyuman Zelona mengembang sehingga ia buru-buru berdiri. Namun ia kembali mencebik saat adik tirinya memasuki lift d
Sebuah pintu dibuka lebar-lebar, Arkav menemui dokter Luna di ruangan setelah selesai dengan urusan yakni melakukan transplantasi ginjal pada pasien. Luna pura-pura terkejut, padahal dirinya begitu senang didatangi oleh pria yang diam-diam telah mencuri hatinya."Hmmm, dokter Arkav, kenapa tiba-tiba datang ditengah malam begini? Apakah ada yang mengganggu pikiranmu?" Arkav pun menjawab, "Apakah pesan yang kau kirimkan adalah benar jika semua rahim istriku diangkat?"Luna mengangguk sebagai respon, lalu menjelaskan, "Maafkan aku bila harus berbohong. Aku hanya ingin ingin membuat mbak Poppy bersedih. Saat dokter Shella mengoperasi rahim kak Poppy, ia menemukan bahwa rahimnya tidak bisa lagi diselamatkan. Sekali lagi maafkanlah aku."Arkav memijat pelipisnya karena kepalanya berdenyut nyeri. Ia menghela nafas panjang serta mengeluh, "Aku tidak tahu bagaimana caranya mengatakan berita buruk ini. Dia pasti kecewa.""Aku paham bagaimana perasaan Mbak Poppy. Namun Dokter Arkav tidak bisa s
"Ya bukan dong. Lagipula Mas nggak menyebutkan nama kan? Itu … Hmmm jadi gini, ada salah satu pasien yang rahimnya rusak sehingga harus diangkat makanya si suami tidak sanggup untuk bilang ke keluarganya," elak Arkav sedikit gugup. Sebisa mungkin ia berusaha untuk bersikap biasa agar tidak dicurigai."Hmm, gitu ya. Jangan sampai Mas Arkav menyembunyikan sesuatu dariku.""Tidak akan." Ia segera mengalihkan pembicaraan, "Kenapa belum tidur? Sudah larut lho ini. Jam dua belas lebih. Ayo masuk, diluar dingin.""Soalnya dengar suara mobil Mas Arkav jadi kebangun." Poppy mengambil paperbag yang berisi pakaian kotor di tanah. Ia mengajukan tanya."Oh ya Mas, Jika bukan aku, kenapa tadi Mas terkejut sampai menjatuhkan paperbag?" tanya Poppy yang masih saja memicingkan mata penuh curiga."Soalnya aku sempat melihat penampakan di belakang tubuhmu tadi," kata Arkav seraya menggenggam tangan istrinya guna memberitahu."Mas Arkav sedang tidak bercanda, kan?""Kenapa aku harus bercanda. Dia adal
Jiwa Zelona yang berada di tubuh Poppy segera keluar dari kamar mandi untuk mencari ponsel. Tangannya bergetar hebat hanya untuk memegang benda pipih tersebut. Dicarinya riwayat pesan atau panggilan.My hubby Arkav. Ia pun segera menelpon. Dokter Arkav yang berada di ruang inap VVIP itu segera menggeser layar untuk menjawab. [Ya, sayang. Maaf ya bila tidak sempat pamit. Soalnya aku melihat dirimu terlelap. Saat ini aku sedang berada di rumah sakit karena pasien yang koma itu mengeluarkan air mata dan sedikit ada pergerakan. ][ Dokter Arkav, ini aku Zelona. Bukan istri dokter! ] Arkav tersenyum. Ia berpikir jika sang istri sedang bercanda. [ Sayang, tidak lucu deh bercandanya. Lebih baik kamu istirahat saja di rumah. Nanti Dokter Luna akan berkunjung dan akan mengajakmu jalan-jalan. ][ Tapi, dokter, aku berkata yang sebenarnya. Dokter harus percaya itu! ] Jiwa Zelona yang berada di tubuh Poppy keukeuh memberitahu.Arkav memijit pelipisnya sebab pening. Ia pun bertanya dalam benak, "
Luna mengepalkan tangannya erat. Ia tidak menduga bahwa Poppy akan berkata dengan keji sehingga menginjak harga dirinya. Padahal ia tidak tahu jika tubuh Poppy dimasuki oleh jiwa Zelona.Wanita yang berprofesi sebagai dokter itu memaksa seutas senyum dan menyahut, "aku tidak menyukai dokter Arkav sama sekali. Aku hanya ingin menjaganya selayaknya seorang sahabat. Karena dahulu kami begitu dekat, itu saja.""Siapa tahu dokter ingin merebut suamiku secara halus. Namun kurasa itu tidak mungkin. Suamiku tidak akan tergoda. Hahaha, aku hanya bercanda saja dokter. Jangan diambil hati," pancing Zelona. Dalam hati Luna mengumpat, "Poppy sialan! Awas saja nanti jika kau menangis bombay karena tahu jika rahimmu telah dioperasi keseluruhannya. Apakah kau akan tersenyum sepuas ini?""Oh ya Mbak Poppy, apakah dokter Arkav sempat memberikan kertas hasil operasi waktu itu?""Hmm, entahlah. Aku sendiri lupa. Lagipula aku hanya perlu untuk sembuh agar bisa merawat Mas Arkav."Tiba-tiba Luna bercakap,
"Sudah bangun?" tanya Calvi yang sudah berada diatas tubuh Dania yang berbalut selimut. Matanya membulat sempurna dan mencoba mendorong tubuh kekar Calvi yang bertelanjang dada. "Kau … pria brengsek. Apa yang kau lakukan padaku hah?""Apa yang aku lakukan padamu … hmmm, sebagai seorang wanita dewasa kamu paham kan artinya jika kita sedang berada di ranjang begini?" tanya Calvi disertai senyum menyeringai. "Bedebah! Pria brengsek. Bukankah kau yang menjenguk dokter Luna tadi? Apa sebenarnya maumu, hah?" tanya Dania yang berusaha melepaskan cekalan dari genggaman pria yang sedang menindihnya. Namun, Calvi tak ingin melepaskannya dengan mudah. Rantai yang berada di sisi atas Dania segera diikatkan oleh Calvi. Membuat sang wanita ketakutan. "Apa mauku … hmmm, tentu saja banyak. Tapi yang paling utama, kau harus menuruti setiap ucapanku. Atau videomu tanpa sehelai benang akan sampai kepada ibumu yang sakit.""Kau! Apa salahku kau melakukan hal seperti ini!" teriak Dania tak terima.Cal
Sesampainya di rumah sakit, Zelona segera ditangani oleh tim medis. Arkav bahkan lupa mengunci pintu dan membawa ponsel sanking terburu-buru. Bahkan kini ia hanya mengenakan celana boxer saja. Calvicar datang dan menyapa, "Kau ini kenapa datang ke Rs malah pakai kolor saja, hah? Dasar tidak sopan. Lihat tuh, banyak para wanita melihat tubuhmu."Arvav menimpali dengan raut panik. "Please Calvi, aku sedang terburu-buru tadi. Pinjam ponsel sebentar."Saat panggilan itu terjawab. Arkav langsung buka suara. [ Ma, ini Arkav. Soalnya tadi tidak sempat bawa hspe. apakah Mama dan Papa di rumah?] Terdengar suara di seberang begitu bahagia.bia memberondong berbagai pertanyaan. [ oh menantu. Apa kabar nih? Semenjak menikah dengan Zelona belum sempat berkunjung nih. Pasti jadwal praktiknya padat ya? ][ I-iya sih, Ma. Arkav sehat. ][ Syukurlah. Kami sedang berada di luar negeri. Jika ingin menginap di rumah Mama, menginap saja.][ Oh, oke Ma. Jika begitu Arkav tutup. ]"Sebenarnya ada apa sih?"
"Oh ya suster, tolong nanti belikan serbuk yang kutulis ya," ujar Luna seraya menyerahkan kertas. Suster itu membacanya dan paham tentang apa yang dimaksudkan, ia menimpali, "Oh, baiklah dokter Luna. Saya permisi. Mau diberikan jus apa nanti supaya tidak tertukar minumannya?" "Berikan saja jus alpukat untuk dokter Arkav. Aku air putih saja, bisa?" Suster itu mengangguk dan berlalu dari hadapan sang dokter. Setelah menutup pintu ia membatin, "Untuk apa dokter Luna memberikan obat kuat pada dokter Arkav?" Suster langsung menutup mulutnya. "Jangan bilang ingin menjebak dokter Arkav. Astaga bar-bar sekali kelakuannya. Ini sih cinta ditolak obat bertindak." Suster itu menangkap sosok Arkav yang dirindukan oleh Luna. Ia pun menyapa, "Hai dokter Arkav. Sendirian aja ya?" "Iya nih. Maklum saja istri baruku baru memberikan servis, jadi takut ketahuan orang banyak bila cara berjalannya berbeda," bisik Arkav sedikit mencondongkan badannya. Suster pun terkesiap. Ada rasa bersalah dalam
"Dokter Vivian? Bisa bicara sebentar?" tanya Arkav pada wanita yang lebih cocok dipanggil ibu. Rekan kerjanya itu tidak memiliki suami namun memiliki anak kandung. "Ya dokter Arkav. Ada yang bisa dibantu?" tanya Vivian saat ia berada di ruangannya, sebentar lagi ia akan pensiun. "Duduk dulu, sepertinya ada hal yang serius."Arkav tersenyum merekah dan duduk. Ia menghela nafas sejenak lalu bertanya, "Begini, saya ingin menanyakan sesuatu yang begitu sensitif. Kejadian ini terjadi pada istri baruku.""Apa itu, dok? Oh ya, mau kopi?" "Boleh."Vivian meracik kopi lalu memberikan pada rekan kerjanya di atas meja. Arkav berterimakasih kemudian melanjutkan cerita. "Jadi begini dokter, apakah mungkin seseorang bisa hamil tanpa melakukan hubungan badan?"Pertanyaan dari rekan kerjanya membuat ia syok. Sebab ia pun pernah melakukannya sendiri untuk bisa mendapatkan anak dari lelaki yang ia cintai namun sudah memiliki istri. "Bisa, bahkan hal itu sering dilakukan untuk mencapai tujuan.""Apak
"Kalian anakku, kah?" tanya Arkav bingung. Ia berpikir bahwa anak kecil tersebut adalah anaknya bersama sang istri, Poppy. Lalu dua bocah itu kompak menunjuk ke sebuah danau."Pasti Poppy, ya?" Kedua anak itu hanya diam saja. Arkav yang merasa rindu dengan mendiang istrinya perlahan mendekati seorang wanita yang mengenakan dress putih selutut dengan membelakanginya. Tanpa aba-aba, Arkav segera memeluk dari belakang. Menghirup aroma yang begitu wangi. Pria berkacamata itu berbisik, "Sayangku Poppy, Mas rindu. Sudah lama aku menantikan hadirmu dalam mimpiku. Anak-anak rupanya tumbuh sehat di sini."Wanita itu tak bergeming. Arkav semakin mengeratkan pelukan. Kembali berujar, "Sayang, apakah kau tidak rindu padaku? Kenapa tidak berkata satu kalimat?"Arkav melepaskan pelukan, memegang pundak sang istri guna membalikkan tubuhnya. Saat wajah wanita itu bersibobrok dengannya, mata Arkav membola sempurna. "Ze-zelona?""ZELONA!" teriak Arkav masih dalam memejamkan matanya dengan gelisah.
Arkav melajukan mobilnya dan bertanya, "Kok tidurnya pisah, kan katanya tadi mau unboxing kan?""Mager," sahut Zelona singkat. Arkav mendelik mendengar perkataan istri kecilnya. Ia berusaha mengendalikan hasrat yang sedari tadi ia tahan. Setelah geloranya dipaksa bangkit lantas dihempaskan begitu saja. Itu sungguh menyiksa. "Sabar, Arkav. Mungkin saja bawaan bayi," gumam dalam hati. Zelona melihat di pinggir jalan ada seorang pedagang buah. Air liurnya menetes melihat sekumpulan buah. "Dokter berhenti di penjual buah. Belikan aneka buah dong. 7 rasa ya. Mau dibikin es kul-kul sama rujakkan.""Oke. Sebentar."Arkav turun dari mobil, ia membeli mangga muda dan matang, kelengkeng, melon, belimbing jumbo, pepaya california, apel, anggur. Sesuai permintaan sang istri, 7 macam buah. Sesampainya mereka di rumah, Zelona segera mengupas segala jenis buah, dipotong kecil-kecil dan ditusuk seperti sate. Arkav bingung memperhatikan sosok wanita yang dengan telaten menekuri buah tersebut. Ia
Luna segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Arkav menjadi sangat khawatir. Zelona pun mulai bersimpati pada dokter Luna yang berupaya menyelamatkannya. Hatinya sejenak luluh. Ia memikirkan bagaimana bila dirinya yang ditusuk, apakah bayinya akan selamat?Zelona dan Arkav hanya bisa menunggu Luna dari luar ruangan seraya berpelukan. Saat di dalam UGD tersebut, mata Luna terbuka lebar dan segera mendekap mulut sang perawat.Luna pun mengancam, "Jangan katakan apapun pada orang di luar tanpa seizinku. Jika kau berniat memberikan informasi yang sebenarnya padanya, aku tidak akan segan untuk menghantarkan karirmu di rumah sakit ini. Aku kenal kan siapa aku?"Perawat wanita itu hanya mengangguk saja. Luna melepaskan perawat tersebut dan duduk di kursi, membuka kantong plastik yang terdapat darah manusia. Jadi pelaku penusukan tersebut memang sudah direncanakan. Seharusnya satu kantong darah itu akan digunakan untuk mendonorkan pasien yang cuci darah. Namun ia menggunakan kesempatan tersebut
Sepasang suami istri tersebut segera menoleh, rupanya pemilik suara tersebut berasal dari wanita yang berprofesi sebagai dokter kandungan.Arkav pun menanggapi, "Oh, dokter Luna. Baru pulang dari kerja?""Iya nih, boleh gabung?" tanya Luna dan langsung duduk. Mau tak mau keduanya mengangguk meskipun canggung. Zelona menatap tidak suka ke arah Luna. entah kenapa ada perasaan aneh setiap kali melihat wajah wanita cantik yang diperkirakan selisih 8 tahun di atasnya."Zelona apa kabar?" Kini tatapan Luna beralih ke arah gadis yang lebih muda darinya. Sebenarnya ia enggan berada dalam satu meja bersama saingan barunya. Luna sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyingkirkan Poppy, kini justru hadir seorang wanita yang baru bangun dari koma.Zelona menjawab sekenanya. "Cukup baik."Tak lama pesanan keduanya datang. Wanita yang sedang hamil dua bulan itu segera melahap es kacang merah dengan rakus ukuran jumbo. Arkav tersenyum tipis melihat kelakuan istrinya yang seperti makan dan minum t
"Suami? Hamil?" tanya Ronald dengan tatapan cengo ia pun segera mengikuti langkah sang sahabat yang sedang dibaringkan di sofa. Arkav tampak khawatir, ia tidak membawa peralatan medis. Yang dia lakukan hanya mencoba membangunkan sang istri dengan minyak aromaterapi."Apakah kau bercanda? Bagaimana bisa Zelona bisa hamil? Kau pasti mengarang cerita kan. Kau hanya seorang dokter penyakit dalam bukan suami Zelona."Arkav hanya melirik sekilas dan fokus pada saat istri. Merasa diabaikan membuat Ronald kesal. Padahal ia sudah menjelaskan bahwa kekurangan dana untuk membuat klinik obat namun tiba-tiba calon investor justru pingsan."Apakah kau tuli?" Arkav membuka tas Zelona dan mengeluarkan seluruh isinya dan menemukan ada foto hasil USG. Kemudian menyerahkan pada Ronald.Ronald bukan pria bodoh. Bahkan ia membaca tanggal foto USG itu diambil. Pria itu tidak bisa menunjukkan sikap keterkejutan dan malah meninju wajah tampan Arkav.Arkav yang tidak siap menerima pukulan akhirnya terjengkan