"Mungkin hanya perasaanmu saja karena terlalu lama berada di dalam lift. Lagipula gedung bertingkat inikan ada 18 lantai," sahut Dexon mencoba menenangkan. Padahal dirinya juga merasa hal yang sama."Hmmm, mungkin saja."Bunyi lift terbuka, Floxa dan Dexon menuju ke arah kamar mandi guna melakukan hubungan suami istri karena hormon mereka meningkat setelah sang perempuan hamil. Pasangan yang gila berhubungan badan itu tidak jadi ke toilet karena sedang ada perbaikan. Jiwa Zelona masih berada di dalam lift yang berusaha untuk memencet tombol 11."Ayolah turun. Siapapun bantu aku untuk bisa kembali ke ruangan inap. Menyesal aku mengikuti sepasang penghianat tadi," gerutu Zelona merasa frustasi. Ia terjebak di dalam lift sendirian. Memilih duduk di pojok guna meluruskan kakinya."Lebih baik mengikuti dokter Arkav saja tadi. Menyebalkan!"Bunyi lift kembali terbuka membuat senyuman Zelona mengembang sehingga ia buru-buru berdiri. Namun ia kembali mencebik saat adik tirinya memasuki lift d
Sebuah pintu dibuka lebar-lebar, Arkav menemui dokter Luna di ruangan setelah selesai dengan urusan yakni melakukan transplantasi ginjal pada pasien. Luna pura-pura terkejut, padahal dirinya begitu senang didatangi oleh pria yang diam-diam telah mencuri hatinya."Hmmm, dokter Arkav, kenapa tiba-tiba datang ditengah malam begini? Apakah ada yang mengganggu pikiranmu?" Arkav pun menjawab, "Apakah pesan yang kau kirimkan adalah benar jika semua rahim istriku diangkat?"Luna mengangguk sebagai respon, lalu menjelaskan, "Maafkan aku bila harus berbohong. Aku hanya ingin ingin membuat mbak Poppy bersedih. Saat dokter Shella mengoperasi rahim kak Poppy, ia menemukan bahwa rahimnya tidak bisa lagi diselamatkan. Sekali lagi maafkanlah aku."Arkav memijat pelipisnya karena kepalanya berdenyut nyeri. Ia menghela nafas panjang serta mengeluh, "Aku tidak tahu bagaimana caranya mengatakan berita buruk ini. Dia pasti kecewa.""Aku paham bagaimana perasaan Mbak Poppy. Namun Dokter Arkav tidak bisa s
"Ya bukan dong. Lagipula Mas nggak menyebutkan nama kan? Itu … Hmmm jadi gini, ada salah satu pasien yang rahimnya rusak sehingga harus diangkat makanya si suami tidak sanggup untuk bilang ke keluarganya," elak Arkav sedikit gugup. Sebisa mungkin ia berusaha untuk bersikap biasa agar tidak dicurigai."Hmm, gitu ya. Jangan sampai Mas Arkav menyembunyikan sesuatu dariku.""Tidak akan." Ia segera mengalihkan pembicaraan, "Kenapa belum tidur? Sudah larut lho ini. Jam dua belas lebih. Ayo masuk, diluar dingin.""Soalnya dengar suara mobil Mas Arkav jadi kebangun." Poppy mengambil paperbag yang berisi pakaian kotor di tanah. Ia mengajukan tanya."Oh ya Mas, Jika bukan aku, kenapa tadi Mas terkejut sampai menjatuhkan paperbag?" tanya Poppy yang masih saja memicingkan mata penuh curiga."Soalnya aku sempat melihat penampakan di belakang tubuhmu tadi," kata Arkav seraya menggenggam tangan istrinya guna memberitahu."Mas Arkav sedang tidak bercanda, kan?""Kenapa aku harus bercanda. Dia adal
Jiwa Zelona yang berada di tubuh Poppy segera keluar dari kamar mandi untuk mencari ponsel. Tangannya bergetar hebat hanya untuk memegang benda pipih tersebut. Dicarinya riwayat pesan atau panggilan.My hubby Arkav. Ia pun segera menelpon. Dokter Arkav yang berada di ruang inap VVIP itu segera menggeser layar untuk menjawab. [Ya, sayang. Maaf ya bila tidak sempat pamit. Soalnya aku melihat dirimu terlelap. Saat ini aku sedang berada di rumah sakit karena pasien yang koma itu mengeluarkan air mata dan sedikit ada pergerakan. ][ Dokter Arkav, ini aku Zelona. Bukan istri dokter! ] Arkav tersenyum. Ia berpikir jika sang istri sedang bercanda. [ Sayang, tidak lucu deh bercandanya. Lebih baik kamu istirahat saja di rumah. Nanti Dokter Luna akan berkunjung dan akan mengajakmu jalan-jalan. ][ Tapi, dokter, aku berkata yang sebenarnya. Dokter harus percaya itu! ] Jiwa Zelona yang berada di tubuh Poppy keukeuh memberitahu.Arkav memijit pelipisnya sebab pening. Ia pun bertanya dalam benak, "
Luna mengepalkan tangannya erat. Ia tidak menduga bahwa Poppy akan berkata dengan keji sehingga menginjak harga dirinya. Padahal ia tidak tahu jika tubuh Poppy dimasuki oleh jiwa Zelona.Wanita yang berprofesi sebagai dokter itu memaksa seutas senyum dan menyahut, "aku tidak menyukai dokter Arkav sama sekali. Aku hanya ingin menjaganya selayaknya seorang sahabat. Karena dahulu kami begitu dekat, itu saja.""Siapa tahu dokter ingin merebut suamiku secara halus. Namun kurasa itu tidak mungkin. Suamiku tidak akan tergoda. Hahaha, aku hanya bercanda saja dokter. Jangan diambil hati," pancing Zelona. Dalam hati Luna mengumpat, "Poppy sialan! Awas saja nanti jika kau menangis bombay karena tahu jika rahimmu telah dioperasi keseluruhannya. Apakah kau akan tersenyum sepuas ini?""Oh ya Mbak Poppy, apakah dokter Arkav sempat memberikan kertas hasil operasi waktu itu?""Hmm, entahlah. Aku sendiri lupa. Lagipula aku hanya perlu untuk sembuh agar bisa merawat Mas Arkav."Tiba-tiba Luna bercakap,
Arkav yang masih duduk di lantai itu mencerna setiap perkataan yang dilontarkan oleh sang istri. Namun ia tidak percaya begitu saja. Ia berpikir bahwa, mungkin kemarahan ini terjadi usai melakukan operasi. Ia pun memaklumi meskipun pusing mendera. Pria yang masih mengenakan seragam putih itu segera bangkit dan berusaha membujuk, "Sayang, kamu pasti lelah kan. Jika begitu kamu bisa istirahat di ruanganku. Oke.""Terserah dokter ingin percaya atau tidak, anggap saja bila aku ini sedang hilang ingatan!" Serunya marah seraya melipat kedua tangannya di atas perut. Mengalihkan pandangannya ke arah lain.***Sebulan telah berlalu, raga Zelona belum juga kembali sadar. Sementara Jiwanya yang bersemayam di dalam tubuh Poppy sering kali berkunjung ke ruangan inap sehingga Arkav membiarkan saja. "Aku harus menyatu dengan ragaku. Aku tidak ingin berada di tubuh orang lain," gumam Zelona seraya menatap raganya di ranjang rumah sakit.Ketika kegelapan mulai menyapa. Angin berhembus kencang saat k
Perlahan, sepasang mata hitam milik Zelona terbuka. Ia memicingkan mata karena silau oleh cahaya lampu. Mengedarkan pandangannya ke segala arah dan mendapati sang Ibu sedang tertidur pulas di sofa."Ma-ma," ucap Zelona tanpa suara.Zelona ingin berkata, namun suaranya tidak keluar. Ia pun menoleh ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul dua belas malam. Matanya hanya berkedip-kedip. Ia bingung ingin mencari bantuan kepada siapa. Hanya menunggu siapakah yang hendak memasuki ruangan inapnya.Zelona merasa tenggorokan kering, namun ia tidak bisa bergerak bebas. Pintu terbuka, muncul Arkav yang bertugas untuk visite. Netranya langsung membidik pasien yang baru saja terbangun dari koma."Zelona? Kau sudah sadar?" Tanya dokter tidak percaya.Mendapatkan pertanyaan dari seseorang, Orilin tersadar dan segera mendekat ke arah putrinya. Ia terkejut bukan main dan segera menghambur ke pelukan sang anak kesayangan. Wanita paruh baya itu manggis haru. "Nyonya, izinkan aku untuk memeriksa keadaa
Ketika gunting itu sudah nyaris beberapa senti dari jantung, Leon segera mencekal pergelangan tangan Arkav guna menyadarkan."Apa kau gila, Ar? Kenapa ingin mengakhiri hidup. Jika kau mati, siapa yang mengurus jenazah Istrimu?" teriak Leon berusaha menyadarkan rekan kerjanya.Arkav justru berteriak, "Apa gunanya aku hidup bila telah kehilangan separuh nafasku!"Lelaki berkacamata itu menasehati. "Kau berhak bersedih dan merasa takdir seolah tidak berpihak padamu. Namun cobalah untuk berpikir bagaimana istrimu menanggung penyakitnya. Mungkin ia sudah lelah dan akhirnya menyerah.""Aku salah, karena kurang memperhatikan dirinya. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaan. Sehingga tidak tahu jika Poppy sakit. Aku sungguh menyesal.""Jika kau menyesal, kau harus berjanji untuk berjuang hidup. Aku tahu kau rasanya kehilangan seseorang yang begitu berharga dalam hidup kita. Namun jangan sampai patah semangat untuk bunuh diri. Doakan saja istrimu. Yang sabar ya, saya turut berbela sungkawa."Sement
"Sudah bangun?" tanya Calvi yang sudah berada diatas tubuh Dania yang berbalut selimut. Matanya membulat sempurna dan mencoba mendorong tubuh kekar Calvi yang bertelanjang dada. "Kau … pria brengsek. Apa yang kau lakukan padaku hah?""Apa yang aku lakukan padamu … hmmm, sebagai seorang wanita dewasa kamu paham kan artinya jika kita sedang berada di ranjang begini?" tanya Calvi disertai senyum menyeringai. "Bedebah! Pria brengsek. Bukankah kau yang menjenguk dokter Luna tadi? Apa sebenarnya maumu, hah?" tanya Dania yang berusaha melepaskan cekalan dari genggaman pria yang sedang menindihnya. Namun, Calvi tak ingin melepaskannya dengan mudah. Rantai yang berada di sisi atas Dania segera diikatkan oleh Calvi. Membuat sang wanita ketakutan. "Apa mauku … hmmm, tentu saja banyak. Tapi yang paling utama, kau harus menuruti setiap ucapanku. Atau videomu tanpa sehelai benang akan sampai kepada ibumu yang sakit.""Kau! Apa salahku kau melakukan hal seperti ini!" teriak Dania tak terima.Cal
Sesampainya di rumah sakit, Zelona segera ditangani oleh tim medis. Arkav bahkan lupa mengunci pintu dan membawa ponsel sanking terburu-buru. Bahkan kini ia hanya mengenakan celana boxer saja. Calvicar datang dan menyapa, "Kau ini kenapa datang ke Rs malah pakai kolor saja, hah? Dasar tidak sopan. Lihat tuh, banyak para wanita melihat tubuhmu."Arvav menimpali dengan raut panik. "Please Calvi, aku sedang terburu-buru tadi. Pinjam ponsel sebentar."Saat panggilan itu terjawab. Arkav langsung buka suara. [ Ma, ini Arkav. Soalnya tadi tidak sempat bawa hspe. apakah Mama dan Papa di rumah?] Terdengar suara di seberang begitu bahagia.bia memberondong berbagai pertanyaan. [ oh menantu. Apa kabar nih? Semenjak menikah dengan Zelona belum sempat berkunjung nih. Pasti jadwal praktiknya padat ya? ][ I-iya sih, Ma. Arkav sehat. ][ Syukurlah. Kami sedang berada di luar negeri. Jika ingin menginap di rumah Mama, menginap saja.][ Oh, oke Ma. Jika begitu Arkav tutup. ]"Sebenarnya ada apa sih?"
"Oh ya suster, tolong nanti belikan serbuk yang kutulis ya," ujar Luna seraya menyerahkan kertas. Suster itu membacanya dan paham tentang apa yang dimaksudkan, ia menimpali, "Oh, baiklah dokter Luna. Saya permisi. Mau diberikan jus apa nanti supaya tidak tertukar minumannya?" "Berikan saja jus alpukat untuk dokter Arkav. Aku air putih saja, bisa?" Suster itu mengangguk dan berlalu dari hadapan sang dokter. Setelah menutup pintu ia membatin, "Untuk apa dokter Luna memberikan obat kuat pada dokter Arkav?" Suster langsung menutup mulutnya. "Jangan bilang ingin menjebak dokter Arkav. Astaga bar-bar sekali kelakuannya. Ini sih cinta ditolak obat bertindak." Suster itu menangkap sosok Arkav yang dirindukan oleh Luna. Ia pun menyapa, "Hai dokter Arkav. Sendirian aja ya?" "Iya nih. Maklum saja istri baruku baru memberikan servis, jadi takut ketahuan orang banyak bila cara berjalannya berbeda," bisik Arkav sedikit mencondongkan badannya. Suster pun terkesiap. Ada rasa bersalah dalam
"Dokter Vivian? Bisa bicara sebentar?" tanya Arkav pada wanita yang lebih cocok dipanggil ibu. Rekan kerjanya itu tidak memiliki suami namun memiliki anak kandung. "Ya dokter Arkav. Ada yang bisa dibantu?" tanya Vivian saat ia berada di ruangannya, sebentar lagi ia akan pensiun. "Duduk dulu, sepertinya ada hal yang serius."Arkav tersenyum merekah dan duduk. Ia menghela nafas sejenak lalu bertanya, "Begini, saya ingin menanyakan sesuatu yang begitu sensitif. Kejadian ini terjadi pada istri baruku.""Apa itu, dok? Oh ya, mau kopi?" "Boleh."Vivian meracik kopi lalu memberikan pada rekan kerjanya di atas meja. Arkav berterimakasih kemudian melanjutkan cerita. "Jadi begini dokter, apakah mungkin seseorang bisa hamil tanpa melakukan hubungan badan?"Pertanyaan dari rekan kerjanya membuat ia syok. Sebab ia pun pernah melakukannya sendiri untuk bisa mendapatkan anak dari lelaki yang ia cintai namun sudah memiliki istri. "Bisa, bahkan hal itu sering dilakukan untuk mencapai tujuan.""Apak
"Kalian anakku, kah?" tanya Arkav bingung. Ia berpikir bahwa anak kecil tersebut adalah anaknya bersama sang istri, Poppy. Lalu dua bocah itu kompak menunjuk ke sebuah danau."Pasti Poppy, ya?" Kedua anak itu hanya diam saja. Arkav yang merasa rindu dengan mendiang istrinya perlahan mendekati seorang wanita yang mengenakan dress putih selutut dengan membelakanginya. Tanpa aba-aba, Arkav segera memeluk dari belakang. Menghirup aroma yang begitu wangi. Pria berkacamata itu berbisik, "Sayangku Poppy, Mas rindu. Sudah lama aku menantikan hadirmu dalam mimpiku. Anak-anak rupanya tumbuh sehat di sini."Wanita itu tak bergeming. Arkav semakin mengeratkan pelukan. Kembali berujar, "Sayang, apakah kau tidak rindu padaku? Kenapa tidak berkata satu kalimat?"Arkav melepaskan pelukan, memegang pundak sang istri guna membalikkan tubuhnya. Saat wajah wanita itu bersibobrok dengannya, mata Arkav membola sempurna. "Ze-zelona?""ZELONA!" teriak Arkav masih dalam memejamkan matanya dengan gelisah.
Arkav melajukan mobilnya dan bertanya, "Kok tidurnya pisah, kan katanya tadi mau unboxing kan?""Mager," sahut Zelona singkat. Arkav mendelik mendengar perkataan istri kecilnya. Ia berusaha mengendalikan hasrat yang sedari tadi ia tahan. Setelah geloranya dipaksa bangkit lantas dihempaskan begitu saja. Itu sungguh menyiksa. "Sabar, Arkav. Mungkin saja bawaan bayi," gumam dalam hati. Zelona melihat di pinggir jalan ada seorang pedagang buah. Air liurnya menetes melihat sekumpulan buah. "Dokter berhenti di penjual buah. Belikan aneka buah dong. 7 rasa ya. Mau dibikin es kul-kul sama rujakkan.""Oke. Sebentar."Arkav turun dari mobil, ia membeli mangga muda dan matang, kelengkeng, melon, belimbing jumbo, pepaya california, apel, anggur. Sesuai permintaan sang istri, 7 macam buah. Sesampainya mereka di rumah, Zelona segera mengupas segala jenis buah, dipotong kecil-kecil dan ditusuk seperti sate. Arkav bingung memperhatikan sosok wanita yang dengan telaten menekuri buah tersebut. Ia
Luna segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Arkav menjadi sangat khawatir. Zelona pun mulai bersimpati pada dokter Luna yang berupaya menyelamatkannya. Hatinya sejenak luluh. Ia memikirkan bagaimana bila dirinya yang ditusuk, apakah bayinya akan selamat?Zelona dan Arkav hanya bisa menunggu Luna dari luar ruangan seraya berpelukan. Saat di dalam UGD tersebut, mata Luna terbuka lebar dan segera mendekap mulut sang perawat.Luna pun mengancam, "Jangan katakan apapun pada orang di luar tanpa seizinku. Jika kau berniat memberikan informasi yang sebenarnya padanya, aku tidak akan segan untuk menghantarkan karirmu di rumah sakit ini. Aku kenal kan siapa aku?"Perawat wanita itu hanya mengangguk saja. Luna melepaskan perawat tersebut dan duduk di kursi, membuka kantong plastik yang terdapat darah manusia. Jadi pelaku penusukan tersebut memang sudah direncanakan. Seharusnya satu kantong darah itu akan digunakan untuk mendonorkan pasien yang cuci darah. Namun ia menggunakan kesempatan tersebut
Sepasang suami istri tersebut segera menoleh, rupanya pemilik suara tersebut berasal dari wanita yang berprofesi sebagai dokter kandungan.Arkav pun menanggapi, "Oh, dokter Luna. Baru pulang dari kerja?""Iya nih, boleh gabung?" tanya Luna dan langsung duduk. Mau tak mau keduanya mengangguk meskipun canggung. Zelona menatap tidak suka ke arah Luna. entah kenapa ada perasaan aneh setiap kali melihat wajah wanita cantik yang diperkirakan selisih 8 tahun di atasnya."Zelona apa kabar?" Kini tatapan Luna beralih ke arah gadis yang lebih muda darinya. Sebenarnya ia enggan berada dalam satu meja bersama saingan barunya. Luna sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyingkirkan Poppy, kini justru hadir seorang wanita yang baru bangun dari koma.Zelona menjawab sekenanya. "Cukup baik."Tak lama pesanan keduanya datang. Wanita yang sedang hamil dua bulan itu segera melahap es kacang merah dengan rakus ukuran jumbo. Arkav tersenyum tipis melihat kelakuan istrinya yang seperti makan dan minum t
"Suami? Hamil?" tanya Ronald dengan tatapan cengo ia pun segera mengikuti langkah sang sahabat yang sedang dibaringkan di sofa. Arkav tampak khawatir, ia tidak membawa peralatan medis. Yang dia lakukan hanya mencoba membangunkan sang istri dengan minyak aromaterapi."Apakah kau bercanda? Bagaimana bisa Zelona bisa hamil? Kau pasti mengarang cerita kan. Kau hanya seorang dokter penyakit dalam bukan suami Zelona."Arkav hanya melirik sekilas dan fokus pada saat istri. Merasa diabaikan membuat Ronald kesal. Padahal ia sudah menjelaskan bahwa kekurangan dana untuk membuat klinik obat namun tiba-tiba calon investor justru pingsan."Apakah kau tuli?" Arkav membuka tas Zelona dan mengeluarkan seluruh isinya dan menemukan ada foto hasil USG. Kemudian menyerahkan pada Ronald.Ronald bukan pria bodoh. Bahkan ia membaca tanggal foto USG itu diambil. Pria itu tidak bisa menunjukkan sikap keterkejutan dan malah meninju wajah tampan Arkav.Arkav yang tidak siap menerima pukulan akhirnya terjengkan