Saat Zelona hendak menyatukan diri. Tiba-tiba, Arkav berkata, "apa yang Nona lakukan!"
Pertanyaan ambigu tersebut membuat Orang-orang yang berada di ruang inap kebingungan. Di ruang VVIP tersebut hanya ada Zelona yang koma dan Orlin yang sedang pingsan namun berada di sofa. Lantas Nona siapa yang Arkav maksud?Jiwa Zelona terhenyak dan menatap kearah Arkav yang juga menatapnya. Dokter Calxivar bertanya, "apa yang kamu katakan dokter Arkav?"Arkav pun mengelak saat tersadar telah berkata. "Ah, tidak ada. Saya hanya asal bicara saja. Jika begitu saya permisi dulu."Jiwa Zelona segera turun dari brankar dan mengikuti langkah Arkav ke sebuah rooftop rumah sakit."Apakah dokter bisa melihatku?" tanya Zelona seraya mendekat ke arah Arkav yang memegang pembatas."Hmmm, begitu lah. Lagipula apa yang hendak kau lakukan dengan yang tadi? Ingin masuk ke dalam ragamu begitu? Tidak semudah itu Nona!"Zelona terkejut mendengar penuturan dari dokter yang bisa melihat jiwanya bahkan turut serta mengomel. Ia berkacak pinggang dan berkata, "Kenapa kau bicara seperti itu, apakah kau adalah malaikat maut, hah?""Semua tidak sesederhana itu. Kau belum bisa kembali ke ragamu tanpa izin dari Sang Pencipta!" peringat Arkav yang membuat Zelona kesal.Jiwa Zelona segera meninggalkan dokter yang membantunya operasi dan ingin segera menuju kamar inapnya. Akan tetapi saat hendak masuk pintu, ia tidak bisa karena pintu sedang tertutup. Zelona hanya bisa pasrah dan melihat raganya yang sedang berbaring dengan alat-alat penunjang kehidupan dari balik pintu kaca.Dexon yang menemani Zelona hanya bisa menatap nanar wajah pucat kekasihnya dan berujar, "Ze, cepatlah bangun. Kenapa kau justru tertidur?""Dexon benar, Ze. Daddy dan Mommy menunggu dirimu. Segeralah bangun, Nak," kata Xander seraya memegang tangan anaknya sebelah kanan yang bebas."Sebenarnya Zelona hendak kemana Dexon?" kini tatapan Xander menghunus ke arah Pria yang menjadi kekasih anaknya.Ditatap begitu intens, membuat Dexon sedikit gugup. Namun sebisa mungkin ia menguasai diri dengan menyahut, "Sebenarnya Dexon meminta Zelona bertemu di cafe karena ingin makan siang bersama dan hendak membahas tentang acara pertunangan kami nantinya."Xander menghela nafas panjang dan hanya diam. Hatinya tersayat. Air matanya kembali mengalir."Maafkan Daddy, nak. Belum bisa menjaga dirimu dengan baik."Sementara Itu Jiwa Zelona yang mendengar suara ayahnya dari luar, hanya bisa mengeluarkan cairan bening serupa kristal semakin deras. Pintu tiba-tiba dibuka oleh Floxa, kesempatan itu membuat Zelona segera masuk, yang dikhawatirkan bila pintu tertutup ia tidak bisa kembali masuk.Floxa berakting dengan cara menangis histeris. "Ayah, apa yang terjadi pada Kakak Zel?"Zelona yang melihat adik tirinya, merasa marah dan segera menuju ke arah Floxa untuk menampar. Akan tetapi, usahanya sia-sia. Ia lupa bahwa dirinya sekarang adalah Roh yang gentayangan."Kakakmu mengalami kecelakaan di jalan raya. Dia sudah melakukan operasi di kepala. Hanya saja saat ini kakakmu sedang koma," beber Xander.Floxa pura-pura terkejut. Padahal sedari dulu ia ingin menyingkirkan kakak tirinya tersebut karena selalu unggul darinya."Malang sekali nasip kakak, yah. Lantas bagaimana dengan acara pertunangan yang akan digelar dalam waktu dekat?" tanya Flo yang menunjukkan ekspresi sedih. Padahal hatinya sangat senang.Jiwa Zelona malah menyahut lebih dulu. "Floxa, semua ini gara-gara kamu. Kamulah yang sudah merayu kekasihku. Sekarang berpura-pura simpati. Aku tidak akan percaya padamu sampai kapanpun!"Xander menatap lama wajah pucat anaknya sebelum menjawab pertanyaan anak tirinya. "Mengenai itu, kita bicarakan nanti. Mungkin pertunangan tersebut akan ditunda sampai Zelona kembali sadar.""Aku berharap bahwa Zelona segera mati!" Seru Floxa yang hanya berani diutarakan dalam hati saja."Aku tahu bahwa kamu sangat senang bila aku menderita kan, Flo!" teriak Zelona nyalang. Namun sekeras apapun dia berteriak hingga lelah. Tetapi tidak ada sahutan. Ia frustasi dengan mengacak rambutnya hingga berantakan."Apapun keputusan Ayah akan Floxa ikuti. Sebaiknya Ayah istirahat dulu di sofa. Floxa ingin keluar mencari makanan dan minuman." Ia segera melontarkan tanya pada pria yang menjadi incarannya. "Apakah kak Dexon ingin membantuku? Kurasa kakak juga perlu asupan.""Baiklah. Akan aku bantu bawakan."Melihat gelagat aneh antara kekasih dan adik tiri, membuat Zelona segera mengikuti keduanya sebelum terjebak di dalam ruang inapnya. Ia akan mencari tahu tentang dugaannya selama ini.Sesampainya mereka di kantin, Floxa segera duduk dan bertanya, "jadi, kapan kakak Dexon ingin menikah denganku?"Zelona pikir bahwa dia salah dengar. Ia hanya berdiri di tengah-tengah antara dua penghianat.Dexon segera menggenggam erat tangan Flo guna menenangkan. Hal itu membuat Zelona sangat murka. Apalagi saat mendengar jawaban Dexon."Tunggu sebentar. Zelona baru saja mengalami kecelakaan. Kita tidak boleh mendesak ayahmu karena masih dalam mode bersedih.""Benar-benar dua manusia penghianat!" Seru Zelona yang berusaha menonjok wajah keduanya. Meskipun usahanya tetap percuma."Aku tidak bisa menunggu terlalu lama Kak, perutku akan semakin membesar nantinya. Pokoknya aku memberi waktu 2 hari untuk Kak Dexon berpikir. Bila dalam waktu yang dijanjikan tidak ada respon atau tanggapan. Jangan salahkan aku bahwa akan menyampaikan pada Ayah dan Mama Orlin bahwa saat ini Aku sedang mengandung anak kak Dexon!""Hah, apa? Floxa hamil? Anak Dexon?" tanya Zelona yang tentunya tidak didengar oleh dua orang yang sedang berdiskusi."Tolong, jangan katakan kepada Paman dan Bibi. Aku pasti menikahimu. Hanya saja situasi saat ini sedang rumit. Aku harap kamu mau mengerti, ya?" rayu Dexon yang membuat Zelona Makin naik pitam. Ia geram dan tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa mendengar perbincangan rahasia tersebut."Baiklah jika begitu. Jangan salahkan aku bahwa nantinya Ayah tahu aku hamil anakmu!" Ancam Floxa yang sukses membuat Dexon kebingungan."Kau harus percaya, bahwa kakak tidak akan ingkar janji. Kakak menyayangimu dan calon bayi kita."Setelah mengatakan hal tersebut, Floxa segera pergi begitu saja tanpa meminum atau memakan makanan yang sudah disediakan oleh pelayan kantin. Ia takut terlalu lama membuat ayahnya curiga.Dexon meraup wajahnya karena pusing. Andai saja waktu itu ia tidak tergoda dengan rayuan Flora. Pasti kejadiannya tidak akan seperti ini. Ia benar-benar tidak bisa mengendalikan keinginan untuk menyentuh adik tiri kekasihnya. Dan ia tahu bahwa dirinya yang pertama kali menyentuh Floxa."Jadi, benar bahwa kalian berdua akan memiliki seorang anak nantinya? Hah, kalian berdua sungguh pasangan yang menjijikkan!" bentak Zelona dan segera pergi dari kantin. Ia melangkah ke sembarang tempat dan duduk di kursi kayu."Aku tidak menduga, bahwa kalian bertindak terlalu jauh! Dexon, aku sudah menyerahkan sepenuh hatiku hanya untukmu seorang. Hanya saja kepercayaan dariku kau balas dengan rasa sakit berkepanjangan!"Ia memukul-mukul dada sebab merasa sesak. Arkav yang melihat Zelona menangis segera menghampiri untuk duduk dan bertanya, "Apakah kamu tidak lelah menangis? Cobalah untuk bisa menerima keadaan. Bahkan mungkin saja sebentar lagi kamu akan meninggalkan dunia fana ini. Mungkin ada hal penting yang ingin kamu sampaikan kepada keluargamu atau mungkin orang yang sangat dekat denganmu?"Zelona menghapus bulir air matanya dan menanggapi perkataan dari Arkav. "Aku belum mati dan jangan sampai mati. Apapun akan aku lakukan asalkan bisa kembali ke dalam tubuhku.""Aku bisa membantumu. Jadi berhentilah menangis. Air mata terlalu berharga untuk dibuang cuma-cuma.""Kau tidak sedang menipuku kan dokter?" tanya Zelona seraya menatap dengan pandangan curiga."Menipu? Untuk apa aku menipumu, hah?" bentak Arkav marah, yang dilihat orang adalah Arkav sekarang sedang menelepon seseorang. Padahal yang sebenarnya ia sedang berbicara pada gadis di sampingnya. Yakni roh Zelona."Benar bila dokter bisa membantu?""Ya, namun kau harus melakukan kebaikan dengan usahamu sendiri dan memohon kepada sang pencipta untuk diberikan kesempatan untuk hidup. Semoga saja misimu berhasil." usai mengatakan hal tersebut, Arkav pergi dan menuju ke kamar inap istrinya yang sedang sakit."Sayang, bagaimana kondisimu? Sudah membaik?" tanya Arkav seraya mengecup puncak kepala istrinya dengan sayang."Sedikit membaik dari biasanya. Namun perutku masih sedikit kram," ujar Poppy memberi tahu. Wajahnya terlihat murung. Hal itu membuat Arkav menggenggam erat tangan mungil istrinya guna menenangkan."Tidak perlu disesali apa yang sudah terjadi. Mungkin saja Tuhan belum mengizinkan kita memiliki momongan."Jiwa Zelona yang berada diluar pintu mencuri dengar pembicaraan sepas
Jiwa Zelona tidak menyangka bahwa Orilin akan mengatakan hal tersebut. Ia tidak terima dan berteriak, "Mama! Mereka berdua sudah merencanakan hal ini. Mama sudah masuk dalam perangkap."Sementara Dexon menatap Floxa yang juga menatapnya. Ia mencoba mengelak. "Tapi, Bibi, bagaimana dengan Zelona?""Om tahu bila kau sangat mencintai anakku. Sebenarnya hal ini sangat berat. Hanya saja keadaan memaksa kami untuk memutuskan sesuatu.""Tapi Pa, Ma. Kak Dexon adalah calon tunangan kak Zelona. Bukankah hal bisa merusak reputasi dua keluarga? Floxa tidak ingin membuat orang-orang salah paham. Aku tidak menikah dengan kak Dexon.""Tolong mengertilah Flo. Tidak ada yang ingin hal seperti ini terjadi. Kakakmu mengalami kecelakaan hingga koma. Mama dan Papa tidak tahu kapan dia akan bangun. Sementara anak yang lainnya justru mendapat kemalangan. Orang tua mana tega melihat anak-anaknya menderita?""Tapi, Flo tidak bisa menikah dengan Kak Dexon. Lebih baik, Anak ini digugurkan saja!""Apakah kamu g
Luna segera pergi menemui pasien yang sedang koma. Ia membuka pintu dan mendapati seorang wanita yang sedang duduk melamun."Permisi. Saya ingin memeriksa pasien. Kebetulan dokter Arkav sedang menemani istrinya yang sedang sakit," ujar Luna pada Orlin. "Baiklah dokter. Silahkan.""Ibu kelihatan banyak pikiran. Wajahnya terlihat murung. Saya juga ikut sedih mendengar kabar bahwa putri anda mengalami kecelakaan hingga koma"."Terima kasih banyak atas perhatiannya dokter.""Iya. Apakah Ibu sudah makan? Jika belum. Makanlah agar memiliki tenaga untuk merawat putri anda." Bujuk Luna halus.Orlin memang belum sempat makan siang. Ia malas setelah mendengar kabar bahwa anak angkatnya mendadak hamil. Ia memandang wajah anaknya yang terbaring. Kemudian berdiri, "Baiklah dokter. Saya pergi mencari makanan dahulu. Tolong titip anak saya sebentar ya jika tidak keberatan."Luna tersenyum merekah. Ia berhasil mengelabui dan berucap, " Tidak masalah. Sudah menjadi tugas saya. Jika begitu saya periks
"Dokter Arkav!" panggil Luna ketika wanita berambut pendek itu tiba di parkiran. Senyumnya mengembang. Sementara Arkav sedang membantu sang istri dari kursi roda menuju mobil pribadinya."Oh, hai dokter Luna. Kelihatannya pagi ini sangat ceria?"Jiwa Zelona yang berada di dekat Arkav hanya bisa berdiam diri seraya mencuri dengar. Ia ingin meminta bantuan kepada dokter yang bisa melihatnya."Hmmm, biasa saja. Oh ya, mbak Poppy sudah mau pulang ya? Sudah baikan?" tanyanya pura-pura peduli. Padahal ia merencanakan hal tak terduga di balik profesi yang dia emban.Poppy pun menanggapi dengan senyum ketulusan. Dia tidak cemburu pada rekan kerja Arkav, karena begitu paham bila hati sang suami hanya bertahta namanya saja."Benar, dokter Luna. Bagaimana hasil benih kemarin? Apakah sudah dicek?" tanyanya yang sudah duduk di jok mobil.Zelona pun bertanya, "Jadi dokter ingin memiliki anak?""Tentu saja! Siapa yang tidak ingin memiliki anak," jawab Arkav yang membuat dahi dua wanita itu kebingunga
"Mungkin hanya perasaanmu saja karena terlalu lama berada di dalam lift. Lagipula gedung bertingkat inikan ada 18 lantai," sahut Dexon mencoba menenangkan. Padahal dirinya juga merasa hal yang sama."Hmmm, mungkin saja."Bunyi lift terbuka, Floxa dan Dexon menuju ke arah kamar mandi guna melakukan hubungan suami istri karena hormon mereka meningkat setelah sang perempuan hamil. Pasangan yang gila berhubungan badan itu tidak jadi ke toilet karena sedang ada perbaikan. Jiwa Zelona masih berada di dalam lift yang berusaha untuk memencet tombol 11."Ayolah turun. Siapapun bantu aku untuk bisa kembali ke ruangan inap. Menyesal aku mengikuti sepasang penghianat tadi," gerutu Zelona merasa frustasi. Ia terjebak di dalam lift sendirian. Memilih duduk di pojok guna meluruskan kakinya."Lebih baik mengikuti dokter Arkav saja tadi. Menyebalkan!"Bunyi lift kembali terbuka membuat senyuman Zelona mengembang sehingga ia buru-buru berdiri. Namun ia kembali mencebik saat adik tirinya memasuki lift d
Sebuah pintu dibuka lebar-lebar, Arkav menemui dokter Luna di ruangan setelah selesai dengan urusan yakni melakukan transplantasi ginjal pada pasien. Luna pura-pura terkejut, padahal dirinya begitu senang didatangi oleh pria yang diam-diam telah mencuri hatinya."Hmmm, dokter Arkav, kenapa tiba-tiba datang ditengah malam begini? Apakah ada yang mengganggu pikiranmu?" Arkav pun menjawab, "Apakah pesan yang kau kirimkan adalah benar jika semua rahim istriku diangkat?"Luna mengangguk sebagai respon, lalu menjelaskan, "Maafkan aku bila harus berbohong. Aku hanya ingin ingin membuat mbak Poppy bersedih. Saat dokter Shella mengoperasi rahim kak Poppy, ia menemukan bahwa rahimnya tidak bisa lagi diselamatkan. Sekali lagi maafkanlah aku."Arkav memijat pelipisnya karena kepalanya berdenyut nyeri. Ia menghela nafas panjang serta mengeluh, "Aku tidak tahu bagaimana caranya mengatakan berita buruk ini. Dia pasti kecewa.""Aku paham bagaimana perasaan Mbak Poppy. Namun Dokter Arkav tidak bisa s
"Ya bukan dong. Lagipula Mas nggak menyebutkan nama kan? Itu … Hmmm jadi gini, ada salah satu pasien yang rahimnya rusak sehingga harus diangkat makanya si suami tidak sanggup untuk bilang ke keluarganya," elak Arkav sedikit gugup. Sebisa mungkin ia berusaha untuk bersikap biasa agar tidak dicurigai."Hmm, gitu ya. Jangan sampai Mas Arkav menyembunyikan sesuatu dariku.""Tidak akan." Ia segera mengalihkan pembicaraan, "Kenapa belum tidur? Sudah larut lho ini. Jam dua belas lebih. Ayo masuk, diluar dingin.""Soalnya dengar suara mobil Mas Arkav jadi kebangun." Poppy mengambil paperbag yang berisi pakaian kotor di tanah. Ia mengajukan tanya."Oh ya Mas, Jika bukan aku, kenapa tadi Mas terkejut sampai menjatuhkan paperbag?" tanya Poppy yang masih saja memicingkan mata penuh curiga."Soalnya aku sempat melihat penampakan di belakang tubuhmu tadi," kata Arkav seraya menggenggam tangan istrinya guna memberitahu."Mas Arkav sedang tidak bercanda, kan?""Kenapa aku harus bercanda. Dia adal
Jiwa Zelona yang berada di tubuh Poppy segera keluar dari kamar mandi untuk mencari ponsel. Tangannya bergetar hebat hanya untuk memegang benda pipih tersebut. Dicarinya riwayat pesan atau panggilan.My hubby Arkav. Ia pun segera menelpon. Dokter Arkav yang berada di ruang inap VVIP itu segera menggeser layar untuk menjawab. [Ya, sayang. Maaf ya bila tidak sempat pamit. Soalnya aku melihat dirimu terlelap. Saat ini aku sedang berada di rumah sakit karena pasien yang koma itu mengeluarkan air mata dan sedikit ada pergerakan. ][ Dokter Arkav, ini aku Zelona. Bukan istri dokter! ] Arkav tersenyum. Ia berpikir jika sang istri sedang bercanda. [ Sayang, tidak lucu deh bercandanya. Lebih baik kamu istirahat saja di rumah. Nanti Dokter Luna akan berkunjung dan akan mengajakmu jalan-jalan. ][ Tapi, dokter, aku berkata yang sebenarnya. Dokter harus percaya itu! ] Jiwa Zelona yang berada di tubuh Poppy keukeuh memberitahu.Arkav memijit pelipisnya sebab pening. Ia pun bertanya dalam benak, "
"Sudah bangun?" tanya Calvi yang sudah berada diatas tubuh Dania yang berbalut selimut. Matanya membulat sempurna dan mencoba mendorong tubuh kekar Calvi yang bertelanjang dada. "Kau … pria brengsek. Apa yang kau lakukan padaku hah?""Apa yang aku lakukan padamu … hmmm, sebagai seorang wanita dewasa kamu paham kan artinya jika kita sedang berada di ranjang begini?" tanya Calvi disertai senyum menyeringai. "Bedebah! Pria brengsek. Bukankah kau yang menjenguk dokter Luna tadi? Apa sebenarnya maumu, hah?" tanya Dania yang berusaha melepaskan cekalan dari genggaman pria yang sedang menindihnya. Namun, Calvi tak ingin melepaskannya dengan mudah. Rantai yang berada di sisi atas Dania segera diikatkan oleh Calvi. Membuat sang wanita ketakutan. "Apa mauku … hmmm, tentu saja banyak. Tapi yang paling utama, kau harus menuruti setiap ucapanku. Atau videomu tanpa sehelai benang akan sampai kepada ibumu yang sakit.""Kau! Apa salahku kau melakukan hal seperti ini!" teriak Dania tak terima.Cal
Sesampainya di rumah sakit, Zelona segera ditangani oleh tim medis. Arkav bahkan lupa mengunci pintu dan membawa ponsel sanking terburu-buru. Bahkan kini ia hanya mengenakan celana boxer saja. Calvicar datang dan menyapa, "Kau ini kenapa datang ke Rs malah pakai kolor saja, hah? Dasar tidak sopan. Lihat tuh, banyak para wanita melihat tubuhmu."Arvav menimpali dengan raut panik. "Please Calvi, aku sedang terburu-buru tadi. Pinjam ponsel sebentar."Saat panggilan itu terjawab. Arkav langsung buka suara. [ Ma, ini Arkav. Soalnya tadi tidak sempat bawa hspe. apakah Mama dan Papa di rumah?] Terdengar suara di seberang begitu bahagia.bia memberondong berbagai pertanyaan. [ oh menantu. Apa kabar nih? Semenjak menikah dengan Zelona belum sempat berkunjung nih. Pasti jadwal praktiknya padat ya? ][ I-iya sih, Ma. Arkav sehat. ][ Syukurlah. Kami sedang berada di luar negeri. Jika ingin menginap di rumah Mama, menginap saja.][ Oh, oke Ma. Jika begitu Arkav tutup. ]"Sebenarnya ada apa sih?"
"Oh ya suster, tolong nanti belikan serbuk yang kutulis ya," ujar Luna seraya menyerahkan kertas. Suster itu membacanya dan paham tentang apa yang dimaksudkan, ia menimpali, "Oh, baiklah dokter Luna. Saya permisi. Mau diberikan jus apa nanti supaya tidak tertukar minumannya?" "Berikan saja jus alpukat untuk dokter Arkav. Aku air putih saja, bisa?" Suster itu mengangguk dan berlalu dari hadapan sang dokter. Setelah menutup pintu ia membatin, "Untuk apa dokter Luna memberikan obat kuat pada dokter Arkav?" Suster langsung menutup mulutnya. "Jangan bilang ingin menjebak dokter Arkav. Astaga bar-bar sekali kelakuannya. Ini sih cinta ditolak obat bertindak." Suster itu menangkap sosok Arkav yang dirindukan oleh Luna. Ia pun menyapa, "Hai dokter Arkav. Sendirian aja ya?" "Iya nih. Maklum saja istri baruku baru memberikan servis, jadi takut ketahuan orang banyak bila cara berjalannya berbeda," bisik Arkav sedikit mencondongkan badannya. Suster pun terkesiap. Ada rasa bersalah dalam
"Dokter Vivian? Bisa bicara sebentar?" tanya Arkav pada wanita yang lebih cocok dipanggil ibu. Rekan kerjanya itu tidak memiliki suami namun memiliki anak kandung. "Ya dokter Arkav. Ada yang bisa dibantu?" tanya Vivian saat ia berada di ruangannya, sebentar lagi ia akan pensiun. "Duduk dulu, sepertinya ada hal yang serius."Arkav tersenyum merekah dan duduk. Ia menghela nafas sejenak lalu bertanya, "Begini, saya ingin menanyakan sesuatu yang begitu sensitif. Kejadian ini terjadi pada istri baruku.""Apa itu, dok? Oh ya, mau kopi?" "Boleh."Vivian meracik kopi lalu memberikan pada rekan kerjanya di atas meja. Arkav berterimakasih kemudian melanjutkan cerita. "Jadi begini dokter, apakah mungkin seseorang bisa hamil tanpa melakukan hubungan badan?"Pertanyaan dari rekan kerjanya membuat ia syok. Sebab ia pun pernah melakukannya sendiri untuk bisa mendapatkan anak dari lelaki yang ia cintai namun sudah memiliki istri. "Bisa, bahkan hal itu sering dilakukan untuk mencapai tujuan.""Apak
"Kalian anakku, kah?" tanya Arkav bingung. Ia berpikir bahwa anak kecil tersebut adalah anaknya bersama sang istri, Poppy. Lalu dua bocah itu kompak menunjuk ke sebuah danau."Pasti Poppy, ya?" Kedua anak itu hanya diam saja. Arkav yang merasa rindu dengan mendiang istrinya perlahan mendekati seorang wanita yang mengenakan dress putih selutut dengan membelakanginya. Tanpa aba-aba, Arkav segera memeluk dari belakang. Menghirup aroma yang begitu wangi. Pria berkacamata itu berbisik, "Sayangku Poppy, Mas rindu. Sudah lama aku menantikan hadirmu dalam mimpiku. Anak-anak rupanya tumbuh sehat di sini."Wanita itu tak bergeming. Arkav semakin mengeratkan pelukan. Kembali berujar, "Sayang, apakah kau tidak rindu padaku? Kenapa tidak berkata satu kalimat?"Arkav melepaskan pelukan, memegang pundak sang istri guna membalikkan tubuhnya. Saat wajah wanita itu bersibobrok dengannya, mata Arkav membola sempurna. "Ze-zelona?""ZELONA!" teriak Arkav masih dalam memejamkan matanya dengan gelisah.
Arkav melajukan mobilnya dan bertanya, "Kok tidurnya pisah, kan katanya tadi mau unboxing kan?""Mager," sahut Zelona singkat. Arkav mendelik mendengar perkataan istri kecilnya. Ia berusaha mengendalikan hasrat yang sedari tadi ia tahan. Setelah geloranya dipaksa bangkit lantas dihempaskan begitu saja. Itu sungguh menyiksa. "Sabar, Arkav. Mungkin saja bawaan bayi," gumam dalam hati. Zelona melihat di pinggir jalan ada seorang pedagang buah. Air liurnya menetes melihat sekumpulan buah. "Dokter berhenti di penjual buah. Belikan aneka buah dong. 7 rasa ya. Mau dibikin es kul-kul sama rujakkan.""Oke. Sebentar."Arkav turun dari mobil, ia membeli mangga muda dan matang, kelengkeng, melon, belimbing jumbo, pepaya california, apel, anggur. Sesuai permintaan sang istri, 7 macam buah. Sesampainya mereka di rumah, Zelona segera mengupas segala jenis buah, dipotong kecil-kecil dan ditusuk seperti sate. Arkav bingung memperhatikan sosok wanita yang dengan telaten menekuri buah tersebut. Ia
Luna segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Arkav menjadi sangat khawatir. Zelona pun mulai bersimpati pada dokter Luna yang berupaya menyelamatkannya. Hatinya sejenak luluh. Ia memikirkan bagaimana bila dirinya yang ditusuk, apakah bayinya akan selamat?Zelona dan Arkav hanya bisa menunggu Luna dari luar ruangan seraya berpelukan. Saat di dalam UGD tersebut, mata Luna terbuka lebar dan segera mendekap mulut sang perawat.Luna pun mengancam, "Jangan katakan apapun pada orang di luar tanpa seizinku. Jika kau berniat memberikan informasi yang sebenarnya padanya, aku tidak akan segan untuk menghantarkan karirmu di rumah sakit ini. Aku kenal kan siapa aku?"Perawat wanita itu hanya mengangguk saja. Luna melepaskan perawat tersebut dan duduk di kursi, membuka kantong plastik yang terdapat darah manusia. Jadi pelaku penusukan tersebut memang sudah direncanakan. Seharusnya satu kantong darah itu akan digunakan untuk mendonorkan pasien yang cuci darah. Namun ia menggunakan kesempatan tersebut
Sepasang suami istri tersebut segera menoleh, rupanya pemilik suara tersebut berasal dari wanita yang berprofesi sebagai dokter kandungan.Arkav pun menanggapi, "Oh, dokter Luna. Baru pulang dari kerja?""Iya nih, boleh gabung?" tanya Luna dan langsung duduk. Mau tak mau keduanya mengangguk meskipun canggung. Zelona menatap tidak suka ke arah Luna. entah kenapa ada perasaan aneh setiap kali melihat wajah wanita cantik yang diperkirakan selisih 8 tahun di atasnya."Zelona apa kabar?" Kini tatapan Luna beralih ke arah gadis yang lebih muda darinya. Sebenarnya ia enggan berada dalam satu meja bersama saingan barunya. Luna sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyingkirkan Poppy, kini justru hadir seorang wanita yang baru bangun dari koma.Zelona menjawab sekenanya. "Cukup baik."Tak lama pesanan keduanya datang. Wanita yang sedang hamil dua bulan itu segera melahap es kacang merah dengan rakus ukuran jumbo. Arkav tersenyum tipis melihat kelakuan istrinya yang seperti makan dan minum t
"Suami? Hamil?" tanya Ronald dengan tatapan cengo ia pun segera mengikuti langkah sang sahabat yang sedang dibaringkan di sofa. Arkav tampak khawatir, ia tidak membawa peralatan medis. Yang dia lakukan hanya mencoba membangunkan sang istri dengan minyak aromaterapi."Apakah kau bercanda? Bagaimana bisa Zelona bisa hamil? Kau pasti mengarang cerita kan. Kau hanya seorang dokter penyakit dalam bukan suami Zelona."Arkav hanya melirik sekilas dan fokus pada saat istri. Merasa diabaikan membuat Ronald kesal. Padahal ia sudah menjelaskan bahwa kekurangan dana untuk membuat klinik obat namun tiba-tiba calon investor justru pingsan."Apakah kau tuli?" Arkav membuka tas Zelona dan mengeluarkan seluruh isinya dan menemukan ada foto hasil USG. Kemudian menyerahkan pada Ronald.Ronald bukan pria bodoh. Bahkan ia membaca tanggal foto USG itu diambil. Pria itu tidak bisa menunjukkan sikap keterkejutan dan malah meninju wajah tampan Arkav.Arkav yang tidak siap menerima pukulan akhirnya terjengkan