Selama sebulan menjadi asisten kapten, tidak banyak hal yang berubah kecuali misi yang berkurang. Itu semua karena tugasku di kantor ksatria jadi lebih banyak. Tenggelam bersama dokumen-dokumen tidak lantas membuatku bosan. Ini malah jauh lebih baik daripada berurusan dengan orang-orang.
Rumor miring tentangku juga sudah mulai memudar. Sudah kuduga lama kelamaan rumor seperti itu akan surut termakan waktu. Kecuali satu, tentang aku yang belum menunjukkan kekuatan.
Tapi aku tidak banyak ambil pusing—lebih tepatnya tidak peduli.
“Duduk dan minumlah dulu, Lady Starluston.” Kapten mempersilahkanku untuk duduk bersamanya dan menikmati teh serta kue kering yang barusaja dibawa oleh pelayan.
“Terima kasih, Kapten.”
Aku pun duduk dengan tenang dan menyesap teh yang rasanya membuat rasa lelahku menguar begitu saja.
Tepat ketika kami berdua sedang menikmati secangkir teh dengan tenang sambil menghadap jendela besar di belakang kursi kapten, salah seorang ksatria masuk dengan terburu-buru.
“Kapten! Ada laporan pemberontakan di bagian timur! Anda diminta menghadap Yang Mulia Raja sekarang juga!”
Ucapan ksatria yang barusaja masuk itu berhasil membuat bulu kudukku meremang dan rasanya kehangatan teh yang kuminum tadi menghilang begitu saja digantikan oleh angin dingin yang mencekam.
Apa katanya? Pemberontakan di timur?
“Baiklah. Aku akan segera ke sana.”
Tanpa basa-basi, Kapten segera bangkit dan meninggalkanku sendirian di ruangan itu. Aku tidak percaya jika aku akan benar-benar mendengar ini secara langsung.
Pemberontakan di timur. Apakah itu pemberontakan yang sama seperti mimpiku?
“Tidak ... tidak mungkin sama, kan?”
Aku tidak bisa tenang. Kepalaku sudah terlanjur memikirkan hal-hal buruk yang terjadi dalam mimpiku. Pemberontakan, Falos yang menghilang, dan Pangeran yang terluka.
Aku menggeleng cepat berharap pikiran buruk itu segera enyah. Aku takut jika mimpiku benar-benar menjadi kenyataan meskipun aku tahu hal itu mungkin saja hanya kebetulan.
Namun tetap saja. Keluargaku dieksekusi karena sebuah fitnah.
“Aku harus mencari tahu. Benar ... Jika memang terjadi pemberontakan, maka kemungkinan Raja akan menujuk Pangeran untuk mengatasi ini.”
Aku pun membulatkan tekad untuk keluar dan mencari tahu. Jika memang benar Raja mengutus Pangeran untuk menyelesaikan ini, maka Falos akan ikut.
Aku tidak akan membiarkan hal buruk terjadi pada Falos. Atau keluargaku.
*****
Hari itu Falos pulang larut dan aku menunggunya. Aku sudah meminta pelayan untuk memberitahuku jika Falos pulang. Dan saat hampir tengah malam, Falos pulang. Aku pun segera turun dari kamar dan menuju pintu masuk untuk menemui kakakku dengan perasaan gusar.
“Kau belum tidur, Lyra?”
Aku menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Falos memandangiku dengan tatapan heran. Tentu saja dia heran karena wajahku pasti terlihat sangat khawatir sekarang.
“Apa kau bermimpi buruk?”
Aku menggeleng. “Pemberontakan itu ... siapa yang akan mengatasinya?”
Aku bertanya tanpa basa-basi pada kakakku yang barusaja menginjakkan kakinya ke dalam rumah. Padahal aku sudah bisa menduga jika Falos pulang larut karena pertemuan yang membahas soal pemberontakan itu.
Seperti paham dengan rasa khawatirku, Falos membelai puncak kepalaku dengan lembut seraya tersenyum.
“Sepertinya kau sudah menduganya, ya? Yang Mulia Raja mengutus Pangeran Clifton untuk mengatasi ini. Dan aku harus membantunya.”
“Jadi ... kau benar-benar akan ke sana?”
Falos tertawa pelan. “Aku tidak tahu apa yang kau khawatirkan, tapi normalnya tentu saja aku harus ikut. Aku adalah ksatria pengawal pangeran.”
Aku menggigit bawah bibirku dengan perasaan campur aduk. Aku berharap ini tidak akan terjadi seperti di dalam mimpiku.
“Kau bersikap aneh. Biasanya kau tidak pernah begini, Lyra. Sejak kau bangun setelah tidak sadarkan diri waktu itu, kau jadi lebih perhatian, ya?”
Aku mengerucutkan bibirku. Kau tidak tahu saja apa yang aku mimpikan!
“Aku senang saja kalau adikku menjadi lebih manis seperti ini,” lanjutnya dengan senyuman lebar. Rupanya Falos benar-benar senang diperhatikan. Apakah selama ini aku terlalu dingin padanya sampai-sampai dia berkata begitu?
Aku menghela nafas panjang. “Kalau itu memang perintah, tidak ada yang bisa kulakukan, kan?”
“Lagipula aku tidak selemah itu, Lyra.”
Tapi dalam mimpiku kau tidak kembali, tuh! Malahan kau dieksekusi, tahu!
Aku menyunggingkan senyuman singkat dan entah mengapa aku benar-benar ingin memeluk kakakku. Aku tak ingin mencegahnya hanya karena rasa takut yang mungkin menurut mereka tak berdasar.
Rupanya tanpa sadar aku menghambur memeluk tubuh kakakku yang lebih besar itu. Aku memeluknya dengan sangat erat.
“Jangan terluka ... dan cepatlah kembali.”
Aku tahu Falos pasti terkejut mendengarku berucap dengan suara seperti orang yang mau menangis. Tapi sungguh ... aku benar-benar takut. Aku tidak mau Falos sampai terluka dan tidak kembali.
“Kau mengejutkanku. Kau memang benar-benar aneh, Lyra.”
Meskipun berkata demikian, Falos membalas pelukanku dengan lembut. Aku bisa mendengar ia tertawa pelan karena tingkahku yang kekanak-kanakan. Sebelum aku bermimpi, aku tidak pernah melakukan hal memalukan seperti ini.
Aku bahkan tidak ingat apakah dulu aku pernah memeluk kakakku seperti ini.
“Aku akan segera kembali. Tenang saja.”
Bagaimanapun juga aku berharap semua itu hanya mimpi dan tidak akan terjadi. Semoga saja ini semua hanyalah kebetulan belaka. Falos akan baik-baik saja dan kami akan hidup dengan tenang.
“Ini sudah larut. Tidurlah.”
Falos melepaskan pelukanku dan mendorongku perlahan. “Apa mau kuantar ke kamarmu?”
“Aku bukan anak kecil!”
Falos terkekeh. “Kau bahkan hampir menangis hanya karena akan kutinggal pergi.”
“Aku akan melihatmu pergi besok,” ucapku seraya menggosok sebelah mataku. Rasa kantuk sudah mulai menghampiri kedua mataku sekarang. Aku pun menguap kecil.
“Baiklah.”
Aku pun berjalan menaiki tangga. Entah mengapa setelah bertemu dengan Falos rasa kantuk tiba-tiba menyerang. Sebelum aku berada di puncak tangga, aku berhenti sebentar lalu berbalik pada Falos.
“Ingat kata-kataku baik-baik.”
“Tentu saja.”
Aku pun tersenyum singkat lalu berjalan kembali menuju kamarku untuk tenggelam dalam mimpi.
.
.
Pagi-pagi sekali Falos sudah siap dengan kuda berwarna coklat kesayangannya, Kaze. Dia sangat menyayangi kudanya itu sampai-sampai memberinya nama.
Aku mengantarkannya hingga gerbang kediaman kami. Udara hari ini cukup dingin dan ini masih terlalu pagi. Matahari saja masih belum terlihat.
Aku sedikit menggigil karena angin dingin berhembus pelan membelai tubuhku. Rambutku bergoyang pelan karenanya.
“Kau bisa kedinginan kalau terlalu lama di sini, Lyra,” tutur Falos sambil menggenggam tali kemudi kudanya.
Aku dan ayah berada di gerbang bersama pelayan untuk melihat Falos pergi.
“Aku tidak selemah itu,” aku merasa direndahkan. Udara dingin tidak akan mempengaruhiku lagipula. Meskipun memang sedikit dingin, tapi tidak masalah.
Falos menaiki kudanya. Ia sudah siap dengan pakaian ksatrianya lengkap. Kuakui dia terlihat sangat tampan dan menawan dengan pakaian ksatria yang ia kenakan. Aku baru menyadari jika kakakku setampan itu. Pantas saja gadis-gadis bangsawan selalu memerhatikannya jika ia menghadiri acara formal dengan pakaian itu.
“Aku pergi dulu.”
Ayahku hanya mengangguk. Ia sangat percaya jika Falos akan menjalankan tugasnya dengan baik. Falos memang sangat kompeten, jadi ayah selalu mempercayakan banyak hal padanya. Berbeda denganku yang selalu membuatnya khawatir.
Namun kali ini perasaanku sungguh tidak enak. Aku takut jika apa yang kumimpikan menjadi kenyataan. Rasanya seperti deja vu.
“Jangan lupa kembali.”
“Tentu saja. Aku harus kembali supaya adikku yang manis ini tidak menangis.”
*****
Terhitung sudah satu minggu setelah kakakku bersama Pangeran dan rombongannya menuju tempat terjadinya pemberontakan di timur. Dan selama satu minggu itu pula perasaanku sangat tidak nyaman. Entah aku yang terlalu berlebihan atau bagaimana, tapi yang jelas semua itu membuatku sulit tidur. Hasilnya, aku lebih sering begadang.
Bagaimana mungkin aku bisa tenang jika ada kemungkinan mimpi buruk itu benar-benar terjadi karena aku tahu benar pelaku yang memfitnah kami memang benar-benar membenci kami.
“Apa Nona Starluston ini tidak tidur semalam? Ada lingkaran hitam samar di bawah matamu.”
Ellia memiringkan kepalanya di depan wajahku. Ia menyipitkan kedua matanya dan mengamati wajahku lamat-lamat hingga aku risih dibuatnya.
“Hanya sulit tidur.”
“Kelihatannya insomnia, ya? Apa ini karena Sir Falos?” Ellia menegakkan tubuhnya seraya menyentuh dagu.
“Entahlah ...”
Aku berbohong. Ini semua jelas karena kekhawatiranku yang berlebihan. Tapi aku tidak bisa menceritakannya pada Ellia karena aku takut ia akan menganggapku berlebihan.
Aku pun bangkit dan mulai berlatih dengan boneka-boneka jerami yang biasa kami gunakan untuk latihan pedang. Setidaknya mungkin berlatih bisa mengalihkan pikiranku soal mimpi mengerikan itu.
.
.
Setelah latihan sedikit lebih keras karena aku berusaha menghilangkan pikiran-pikiran burukku kemudian membersihkan diri, aku kembali menyibukkan diriku dengan dokumen-dokumen di perpustakaan markas. Aku bersyukur Kapten menyuruhku mencari beberapa buku untuk dibawakan padanya sehingga pikiranku teralihkan sepenuhnya.
“Apa sudah ada kabar dari timur?”
Aku tertegun saat berjalan di bagian terjauh perpustakaan yang memang sangat sepi. Di bagian belakang ini jarang sekali ada orang kecuali ksatria yang sedang mencari dokumen sepertiku atau penjaga perpustakaan.
Dan barusaja aku mendengar seseorang berbicara. Aku menduga ia tidak sendirian. Aku pun menghentikan langkahku dan berdiri di balik rak buku tinggi yang rupanya membatasiku dan orang-orang itu.
“Mereka berdua harus dipisahkan. Sangat merepotkan jika Starluston muda itu masih ada di sekitar Pangeran. Akan jauh lebih mudah jika penerus Starluston disingkirkan lebih dulu.”
“Aku malah berharap dia tidak kembali.”
Aku menutup mulutku dengan perasaan syok. Orang-orang itu ingin menyingkirkan Falos, kakakku. Aku menarik nafas panjang untuk menenangkan diri. Aku sudah mendengar sesuatu yang berbahaya dan tidak seharusnya kudengar. Jika mereka tahu aku mendengar ini, mereka tidak akan membiarkanku begitu saja.
Sekarang pertanyaannya adalah, siapa mereka?
Aku merasa tidak asing dengan suara mereka. Mereka jelas berada di pihak yang berbeda dengan kami. Singkatnya mereka pasti adalah para bangsawan yang menentang keberadaan keluargaku—lebih tepatnya posisi keluargaku.“Para pendukung Duke Colinus ....” Aku berucap pada diriku sendiri.Tidak ada orang lain yang membenci keluargaku lebih dari pria tua dengan tatapan memuakkan itu. Duke Colinus memang sedari dulu menentang keluargaku yang diistimewakan karena memiliki kekuatan semacam sihir dan telah bersumpah setia pada kerajaan selamanya. Intinya, bisa dibilang ia sangat iri dengan kemampuan yang dimiliki oleh keturunan Starluston.Mereka berpikir jika berhasil menyingkirkan Falos, maka keluarga Starluston tidak bisa apa-apa karena tidak akan memiliki penerus yang layak.Ah, rasanya aku jadi ingin keluar dari sini dan menemui mereka lalu melayangkan beberapa pukulan serta tendangan. Itu kalau saja aku melupakan statusku sebagai Starluston dan seorang Lady. Tak lama setelah itu aku m
Minggu yang kutunggu akan berita tentang pemberontakan perlahan terus berlanjut. Aku menunggu dengan gusar dan kekhawatiran yang semakin hari semakin membesar. Semakin kupikirkan, semakin itu membuatku takut. Malam yang biasanya tenang dan angin semilir yang biasanya berhasil membuatku tenang untuk tidur, kini tidak lagi. Aku tidak bisa tidur nyenyak. Bahkan teh chamomile yang biasa kuminum sebelum tidur tidak berhasil menenangkan dan membuat rasa kantukku datang. Aku selalu berharap mimpi hanyalah bunga tidur yang tidak akan pernah terjadi. Tapi pagi ini aku sudah dikejutkan dengan Ayah yang pergi buru-buru di pagi buta dan ketidakhadiran Kapten Finlay di ruangannya. Perasaanku buruk. Sangat buruk. Bahkan ketika Irene memberikanku teh yang hangat dan seharusnya menenangkan serta cemilan manis kesukaanku tadi pagi, semuanya hambar dan sulit kutelan. Ini bukan pertanda bagus. “Apa yang sebenarnya terjadi?” tanyaku tanpa petunjuk seraya duduk di kursi kerjaku selepas apel pagi.
Aku tidak bisa tidur, tentu saja. Aku sudah menenggak habis dua cangkir teh yang biasanya bisa merilekskan pikiran dan tidak ada pengaruhnya sama sekali. Kubiarkan saja mataku terbuka lebar. Aku berjalan mondar-mandir di kamarku setelah Irene kuminta untuk meninggalkanku sendirian. Semua pertanyaan berputar-putar di kepalaku.Siapa yang menyerang mereka? Kenapa mereka diserang? Kenapa hanya Falos yang menghilang? Bukankah jika mereka memang dendam pada Atterian maka masuk akal kalau Pangeran yang akan diculik? Kemudian satu pertanyaan besar muncul di benakku.“Apa mereka memang sengaja mengincar Falos? Jika benar, kenapa? Apa mereka punya dendam pada Falos? Atau—Starluston?” ucapku pada diri sendiri. Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan yang berlalu-lalang dengan liar di kepalaku dan itu membuatku semakin tidak bisa tidur.Kalau saja aku bisa membangkitkan kemampuanku … aku sangat berharap bisa menemukan jejak Falos. Di saat seperti ini aku frustasi karena tidak ada yang bisa
Setelah pertemuan di istana kemarin, aku mengirimkan seseorang untuk menyelidiki tempat hilangnya Falos. Aku sudah berdiskusi dengan Pangeran bahwa kami akan mengirimkan orang terlebih dahulu sebelum terjun langsung ke sana untuk meminimalisir bahaya. Karena penyelidikan inilah Aku jadi sering berjumpa dengan Pangeran dan juga Federick Finlay. Bahkan siang ini setelah makan siang, kami akan menemui para ksatria yang ikut dalam rombongan kemarin. Semua ksatria yang terluka sudah mulai membaik dan mereka setuju untuk memberikan kesaksian. Di sinilah aku berada di ruang kerja Pangeran bersama para ksatria dan tentu saja perwakilan dari pihak Duke Colinus yang juga ikut dilibatkan.“Bicaralah padaku apa yang kalian lihat saat aku tidak sadarkan diri waktu itu,” titah Pangeran dari balik mejanya.“Seperti yang Pangeran tahu, kita semua diserang orang-orang berjubah hitam. Mereka punya kemampuan bertarung yang asing bagi kami. Bahkan sebelum Sir Falos bisa membalas serangan mereka, ia sudah
Aku berjalan dengan pikiran penuh kekhawatiran serta tanda tanya besar soal siapa pelaku yang menculik Falos. Pelakunya punya kekuatan sihir, jika kemampuannya biasa saja tidak mungkin Falos kalah begitu saja. Apa mereka lebih kuat dari Falos? Atau … lebih licik? Karena terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri, aku tanpa sadar berjalan saja hingga menabrak seseorang yang barusaja keluar dari ruangan kapten. Aku langsung mengaduh kecil seraya menyentuh keningku yang menabrak seseorang. “Senior!” sapanya padaku dan membuatku otomatis mendongak. Rupanya aku menabrak Alvin Coulston, asisten penggantiku. Dia menatapku dengan heran karena aku menabraknya tiba-tiba. “Ah, Coulston. Maaf aku tadi tidak memerhatikan jalan,” sesalku. Alvin mengangguk, “Aku mengerti. Anda pasti banyak pikiran,” katanya. Aku tersenyum kecil. “Kau mau kemana?” tanyaku karena Alvin kelihatannya hendak pergi dari ruangan kapten. “Ke perpustakaan. Kapten memintaku mengambil beberapa buku.” “Baiklah kalau begitu.”
Aku bersama para ksatria lain yang ditugaskan, termasuk Federick Finlay, dan dipimpin oleh Pangeran Clifton segera bersiap untuk menuju hutan timur. Menurut informasi, para pemberontak itu menyerang warga yang tinggal di perbatasan antara Rovel dan Atterian dekat dengan hutan timur.Soal hutan timur sendiri, hutan itu adalah perbatasan wilayah kami. Memang banyak hal sering terjadi di sana. Seharusnya perbatasan memang dijaga dengan baik apalagi di situasi seperti ini. Namun karena kejadian kemarin—ketika Falos menghilang—ksatria yang bersama mereka adalah para penjaga perbatasan. Mereka yang menggantikan posisi penjaga perbatasan rupanya tidak setangguh yang seharusnya.“Kupikir mereka sudah dilatih dengan baik, tapi ternyata sedikit mengecewakan,” ucap Federick dari atas kudanya. Tidak hanya dia saja, aku pun merasa demikian. Mereka sudah dilatih dan bahkan telah diberikan pengarahan mengingat perseteruan dengan Rovel akhir-akhir ini. Tapi kami tidak tahu pasti kenapa mereka bisa ke
“Tidak mungkin Lyra Starluston juga punya kekuatan!” seru penyihir yang barusaha diringkus oleh Federick Finlay. Setelah penyihir itu jatuh dan Federick Finlay meringkusnya tanpa basa-basi, kami segera kembali. Saat perjalanan menuju tenda pengungsian, aku masih tidak bisa memercayai diriku sendiri.Bagaimana aku bisa melakukan hal itu? Semua terlalu tiba-tiba bahkan aku sendiri tidak mengerti.*****“Apa kau memikirkan soal tadi, Lady Starluston?” tanya Federick tiba-tiba. Ia barusaja menyerahkan penyihir itu dan mengumpulkan mereka di satu tenda lain dan diikat bersama. Mereka berencana melakukan interogasi setelahnya.Aku tidak bisa berbohong. Aku mengangguk sambil melihat kedua tanganku sendiri. “Aku tidak tahu bagaimana itu terjadi … bagaimana aku melakukannya?”“Apa yang kau rasakan tadi, Lyra?”Aku memicingkan mata pada Federick Finlay karena ia memanggilku dengan nama depan. Dulu dia memang sering melakukannya, tapi sekarang rasanya aneh.“Astaga, aku sudah sering memangg
Setelah kekacauan di perbatasan usai diatasi, orang-orang yang terluka telah diobati dan para kesatria penjaga perbatasan sudah kembali bertugas, Aku bersama Pangeran dan Federick Finlay memilih untuk kembali lebih dulu. Kami kembali bersama tiga kesatria lain dan sisanya menjaga perbatasan sekaligus mengelola tempat pengungsian warga. Akan ada banyak hal yang perlu disiapkan untuk mereka, salah satunya kebutuhan logistik. Oleh karena itu kesatria yang kembali bersama kami akan ditugaskan untuk urusan itu bersama kesatria lain yang ada di pusat kerajaan. Sedangkan kami harus kembali memikirkan rencana untuk menemukan Falos. Ah, aku hampir lupa soal tiga pemberontak itu. Mereka bertiga ikut bersama kami ke istana. Soal apa yang akan dilakukan pada mereka, biarlah Pangeran dan Yang Mulia yang memutuskan.Satu hal lagi.Jujur saja aku sedang tidak sabar untuk bertemu ayahku dan aku yakin dia akan terkejut—sangat.Perasaan inferior yang selama ini kurasakan karena tidak memiliki kek
Aku tidak menyangka jika Irene akan lebih bersemangat dariku untuk memulai pagi ini. Ia memanggil berkali-kali, tidak—ralat, aku sudah menghitung sekitar lima kali ia memanggilku. Aku memang sengaja mengabaikan dua panggilan terakhirnya. Mungkin ia sudah lebih dari lima kali memanggilku karena ketika aku bangun, aku hanya menghitung lima panggilan.“Nona, serius! Bukankah anda ada janji latihan dengan Tuan Marquess hari ini? Sebaiknya anda segera beranjak. Air hangatnya sudah siap!” serunya dengan nada yang sedikit frustasi. Sepertinya sudah waktunya aku menghiraukan gadis yang lima tahun lebih tua dariku ini.Aku bangkit dengan santai dan menyingkap selimut tebalku lalu turun untuk segera menyambut air hangat yang disiapkan oleh Irene dan pelayan lain.“Iya iya aku dengar.” Setelah melakukan serangkaian persiapan—sekaligus sarapan, rupanya ayahku sudah menunggu di halaman belakang dengan pakaian latihannya. Aku menghampirinya dengan mengenakan pakaian latihan yang biasa
Setelah kekacauan di perbatasan usai diatasi, orang-orang yang terluka telah diobati dan para kesatria penjaga perbatasan sudah kembali bertugas, Aku bersama Pangeran dan Federick Finlay memilih untuk kembali lebih dulu. Kami kembali bersama tiga kesatria lain dan sisanya menjaga perbatasan sekaligus mengelola tempat pengungsian warga. Akan ada banyak hal yang perlu disiapkan untuk mereka, salah satunya kebutuhan logistik. Oleh karena itu kesatria yang kembali bersama kami akan ditugaskan untuk urusan itu bersama kesatria lain yang ada di pusat kerajaan. Sedangkan kami harus kembali memikirkan rencana untuk menemukan Falos. Ah, aku hampir lupa soal tiga pemberontak itu. Mereka bertiga ikut bersama kami ke istana. Soal apa yang akan dilakukan pada mereka, biarlah Pangeran dan Yang Mulia yang memutuskan.Satu hal lagi.Jujur saja aku sedang tidak sabar untuk bertemu ayahku dan aku yakin dia akan terkejut—sangat.Perasaan inferior yang selama ini kurasakan karena tidak memiliki kek
“Tidak mungkin Lyra Starluston juga punya kekuatan!” seru penyihir yang barusaha diringkus oleh Federick Finlay. Setelah penyihir itu jatuh dan Federick Finlay meringkusnya tanpa basa-basi, kami segera kembali. Saat perjalanan menuju tenda pengungsian, aku masih tidak bisa memercayai diriku sendiri.Bagaimana aku bisa melakukan hal itu? Semua terlalu tiba-tiba bahkan aku sendiri tidak mengerti.*****“Apa kau memikirkan soal tadi, Lady Starluston?” tanya Federick tiba-tiba. Ia barusaja menyerahkan penyihir itu dan mengumpulkan mereka di satu tenda lain dan diikat bersama. Mereka berencana melakukan interogasi setelahnya.Aku tidak bisa berbohong. Aku mengangguk sambil melihat kedua tanganku sendiri. “Aku tidak tahu bagaimana itu terjadi … bagaimana aku melakukannya?”“Apa yang kau rasakan tadi, Lyra?”Aku memicingkan mata pada Federick Finlay karena ia memanggilku dengan nama depan. Dulu dia memang sering melakukannya, tapi sekarang rasanya aneh.“Astaga, aku sudah sering memangg
Aku bersama para ksatria lain yang ditugaskan, termasuk Federick Finlay, dan dipimpin oleh Pangeran Clifton segera bersiap untuk menuju hutan timur. Menurut informasi, para pemberontak itu menyerang warga yang tinggal di perbatasan antara Rovel dan Atterian dekat dengan hutan timur.Soal hutan timur sendiri, hutan itu adalah perbatasan wilayah kami. Memang banyak hal sering terjadi di sana. Seharusnya perbatasan memang dijaga dengan baik apalagi di situasi seperti ini. Namun karena kejadian kemarin—ketika Falos menghilang—ksatria yang bersama mereka adalah para penjaga perbatasan. Mereka yang menggantikan posisi penjaga perbatasan rupanya tidak setangguh yang seharusnya.“Kupikir mereka sudah dilatih dengan baik, tapi ternyata sedikit mengecewakan,” ucap Federick dari atas kudanya. Tidak hanya dia saja, aku pun merasa demikian. Mereka sudah dilatih dan bahkan telah diberikan pengarahan mengingat perseteruan dengan Rovel akhir-akhir ini. Tapi kami tidak tahu pasti kenapa mereka bisa ke
Aku berjalan dengan pikiran penuh kekhawatiran serta tanda tanya besar soal siapa pelaku yang menculik Falos. Pelakunya punya kekuatan sihir, jika kemampuannya biasa saja tidak mungkin Falos kalah begitu saja. Apa mereka lebih kuat dari Falos? Atau … lebih licik? Karena terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri, aku tanpa sadar berjalan saja hingga menabrak seseorang yang barusaja keluar dari ruangan kapten. Aku langsung mengaduh kecil seraya menyentuh keningku yang menabrak seseorang. “Senior!” sapanya padaku dan membuatku otomatis mendongak. Rupanya aku menabrak Alvin Coulston, asisten penggantiku. Dia menatapku dengan heran karena aku menabraknya tiba-tiba. “Ah, Coulston. Maaf aku tadi tidak memerhatikan jalan,” sesalku. Alvin mengangguk, “Aku mengerti. Anda pasti banyak pikiran,” katanya. Aku tersenyum kecil. “Kau mau kemana?” tanyaku karena Alvin kelihatannya hendak pergi dari ruangan kapten. “Ke perpustakaan. Kapten memintaku mengambil beberapa buku.” “Baiklah kalau begitu.”
Setelah pertemuan di istana kemarin, aku mengirimkan seseorang untuk menyelidiki tempat hilangnya Falos. Aku sudah berdiskusi dengan Pangeran bahwa kami akan mengirimkan orang terlebih dahulu sebelum terjun langsung ke sana untuk meminimalisir bahaya. Karena penyelidikan inilah Aku jadi sering berjumpa dengan Pangeran dan juga Federick Finlay. Bahkan siang ini setelah makan siang, kami akan menemui para ksatria yang ikut dalam rombongan kemarin. Semua ksatria yang terluka sudah mulai membaik dan mereka setuju untuk memberikan kesaksian. Di sinilah aku berada di ruang kerja Pangeran bersama para ksatria dan tentu saja perwakilan dari pihak Duke Colinus yang juga ikut dilibatkan.“Bicaralah padaku apa yang kalian lihat saat aku tidak sadarkan diri waktu itu,” titah Pangeran dari balik mejanya.“Seperti yang Pangeran tahu, kita semua diserang orang-orang berjubah hitam. Mereka punya kemampuan bertarung yang asing bagi kami. Bahkan sebelum Sir Falos bisa membalas serangan mereka, ia sudah
Aku tidak bisa tidur, tentu saja. Aku sudah menenggak habis dua cangkir teh yang biasanya bisa merilekskan pikiran dan tidak ada pengaruhnya sama sekali. Kubiarkan saja mataku terbuka lebar. Aku berjalan mondar-mandir di kamarku setelah Irene kuminta untuk meninggalkanku sendirian. Semua pertanyaan berputar-putar di kepalaku.Siapa yang menyerang mereka? Kenapa mereka diserang? Kenapa hanya Falos yang menghilang? Bukankah jika mereka memang dendam pada Atterian maka masuk akal kalau Pangeran yang akan diculik? Kemudian satu pertanyaan besar muncul di benakku.“Apa mereka memang sengaja mengincar Falos? Jika benar, kenapa? Apa mereka punya dendam pada Falos? Atau—Starluston?” ucapku pada diri sendiri. Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan yang berlalu-lalang dengan liar di kepalaku dan itu membuatku semakin tidak bisa tidur.Kalau saja aku bisa membangkitkan kemampuanku … aku sangat berharap bisa menemukan jejak Falos. Di saat seperti ini aku frustasi karena tidak ada yang bisa
Minggu yang kutunggu akan berita tentang pemberontakan perlahan terus berlanjut. Aku menunggu dengan gusar dan kekhawatiran yang semakin hari semakin membesar. Semakin kupikirkan, semakin itu membuatku takut. Malam yang biasanya tenang dan angin semilir yang biasanya berhasil membuatku tenang untuk tidur, kini tidak lagi. Aku tidak bisa tidur nyenyak. Bahkan teh chamomile yang biasa kuminum sebelum tidur tidak berhasil menenangkan dan membuat rasa kantukku datang. Aku selalu berharap mimpi hanyalah bunga tidur yang tidak akan pernah terjadi. Tapi pagi ini aku sudah dikejutkan dengan Ayah yang pergi buru-buru di pagi buta dan ketidakhadiran Kapten Finlay di ruangannya. Perasaanku buruk. Sangat buruk. Bahkan ketika Irene memberikanku teh yang hangat dan seharusnya menenangkan serta cemilan manis kesukaanku tadi pagi, semuanya hambar dan sulit kutelan. Ini bukan pertanda bagus. “Apa yang sebenarnya terjadi?” tanyaku tanpa petunjuk seraya duduk di kursi kerjaku selepas apel pagi.
Aku merasa tidak asing dengan suara mereka. Mereka jelas berada di pihak yang berbeda dengan kami. Singkatnya mereka pasti adalah para bangsawan yang menentang keberadaan keluargaku—lebih tepatnya posisi keluargaku.“Para pendukung Duke Colinus ....” Aku berucap pada diriku sendiri.Tidak ada orang lain yang membenci keluargaku lebih dari pria tua dengan tatapan memuakkan itu. Duke Colinus memang sedari dulu menentang keluargaku yang diistimewakan karena memiliki kekuatan semacam sihir dan telah bersumpah setia pada kerajaan selamanya. Intinya, bisa dibilang ia sangat iri dengan kemampuan yang dimiliki oleh keturunan Starluston.Mereka berpikir jika berhasil menyingkirkan Falos, maka keluarga Starluston tidak bisa apa-apa karena tidak akan memiliki penerus yang layak.Ah, rasanya aku jadi ingin keluar dari sini dan menemui mereka lalu melayangkan beberapa pukulan serta tendangan. Itu kalau saja aku melupakan statusku sebagai Starluston dan seorang Lady. Tak lama setelah itu aku m