Minggu yang kutunggu akan berita tentang pemberontakan perlahan terus berlanjut. Aku menunggu dengan gusar dan kekhawatiran yang semakin hari semakin membesar. Semakin kupikirkan, semakin itu membuatku takut. Malam yang biasanya tenang dan angin semilir yang biasanya berhasil membuatku tenang untuk tidur, kini tidak lagi. Aku tidak bisa tidur nyenyak. Bahkan teh chamomile yang biasa kuminum sebelum tidur tidak berhasil menenangkan dan membuat rasa kantukku datang.
Aku selalu berharap mimpi hanyalah bunga tidur yang tidak akan pernah terjadi. Tapi pagi ini aku sudah dikejutkan dengan Ayah yang pergi buru-buru di pagi buta dan ketidakhadiran Kapten Finlay di ruangannya.
Perasaanku buruk. Sangat buruk. Bahkan ketika Irene memberikanku teh yang hangat dan seharusnya menenangkan serta cemilan manis kesukaanku tadi pagi, semuanya hambar dan sulit kutelan. Ini bukan pertanda bagus.
“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanyaku tanpa petunjuk seraya duduk di kursi kerjaku selepas apel pagi. Tidak ada berita apapun. Bahkan ini sudah sebulan dan kabar dari mereka yang mengatasi pemberontakan pun nihil. Aku mengigit kuku ibu jariku dengan gusar.
“Apa Falos baik-baik saja? Bagaimana dengan Pangeran?”
Dan ingatan tentang mimpiku kembali tergambar jelas di kepalaku, semua beserta suara memekakkan itu.
Falos menghilang saat Pangeran dan rombongannya diserang. Para penyelidik menemukan fakta jika Falos bekerja sama dengan pelarian dari Rovel untuk menyerang Atterian.
Tidak. Itu tidak benar.
“Jelas Falos Starluston bekerja sama dengan para pelarian dari Rovel untuk membalas dendam! Starluston ingin Atterian jatuh! Mereka ingin membuat Atterian berada di bawah genggaman mereka!”
Aku terus bergumam ini semua tidak mungkin. Falos tidak melakukan pengkhianatan. Itu hanya mimpi! Sementara aku sibuk dengan pikiran yang bahkan tak bisa kukendalikan, aku mendengar suara Ellia berteriak.
“Lady Starluston!” serunya. Aku merasakan tubuhku bergoyang keras dan membuatku tersadar lalu mendongak. Aku merasakan keringat dingin mengucur di pelipisku.
“Apa anda baik-baik saja? Ah ... maaf ada hal yang harus anda tahu!” seru Ellia. Gadis itu meraih segelas air dan memberikannya padaku. Aku menerimanya dan meneguk habis air itu dan membuatku sedikit lebih tenang.
“Apa itu, Ellia?”
“Tuan Starluston dan Kapten Finlay menyusul Pangeran. Kabarnya Pangeran dan pasukannya terluka—”
Aku terperanjat. “Apa?!” seruku penuh kekhawatiran.
Ellia menatapku dengan gusar. “Bagaimana dengan Falos?” tanyaku tanpa memberi jeda pada Ellia Marsh untuk menjawab. Gadis di hadapanku itu memandang ujung sepatunya.
“Ellia!”
Ellia Marsh memejamkan matanya sambil menunduk dan sedetik kemudian ia memandangku dengan tatapan menyesal.
“Sir Falos … tidak ditemukan bersama mereka …”
Seperti badai besar di tengah lautan beserta petir yang kengeriannya bisa membuat bulu kuduk siapapun berdiri, seperti itulah yang kurasakan ketika Ellia menyelesaikan ucapannya.
Apa yang kutakutkan terjadi juga. Dan aku belum siap.
*****
Aku tidak pulang hingga matahari terbenam sepenuhnya. Jarum jam besar di dinding ruang utama markas ksatria sudah menunjukkan pukul sepuluh. Aku dan Ellia menunggu di gerbang pintu masuk pusat. Informan kerajaan mengatakan jika mereka sedang dalam perjalanan kembali membawa Pangeran yang terluka. Aku tidak bisa berdiam diri begitu saja di rumah. Tidak sampai aku mendengar sendiri apa yang terjadi dari mulut ayahku.
Aku yakin Yang Mulia Raja Barton Atterian sedang menunggu di istana sekarang. Sekalipun penasehat istana menyarankan agar aku menunggu di dalam istana, aku tidak bisa menurutinya. Tidak untuk hujan yang sudah mulai turun sekalipun.
Hingga langit benar-benar gelap dan waktu yang perlahan menuju tengah malam, mereka tak kunjung kembali. Aku semakin gusar dan tidak sabar. Hujan mulai turun lebih deras. Aku bisa melihat genangan-genangan air yang memenuhi sela-sela bebatuan di jalan.
“Apa mereka masih lama?” tanyaku pada Ellia yang sepertinya taka da gunanya karena dia juga tidak tahu pasti kapan mereka sampai.
Seharusnya mereka bisa sampai sebelum tengah malam, pikirku.
Ellia hanya menggelengkan kepalanya pelan. “Semoga Sir Falos kembali bersama mereka,” ucap Ellia penuh harap. Begitu juga denganku.
Aku sangat berharap kakakku kembali bersama mereka.
Tak lama kemudian penjaga yang berada di gerbang bagian atas berseru dengan kencang.
“Rombongan Kapten Finlay dan Kapten Starluston sudah terlihat!”
Aku mendongak dengan cepat lalu beranjak dari bawah gerbang menuju keluar membiarkan hujan membasahiku agar aku bisa segera melihat mereka.
Suara derap langkah kaki kuda yang cepat bisa kudengar dengan jelas. Perlahan aku melihat ayahku mengendarai kudanya dengan wajah serius—begitu juga dengan Kapten Finlay. Aku pun memberi jalan. Ayahku mengurangi kecepatan kudanya ketika mendekatiku. Ia berhenti tepat di sisiku ketika semua orang yang bersamanya langsung menuju istana tempat Raja menunggu.
“Ayah, apa yang terjadi?!” tanyaku dengan terburu-buru. Ayahku turun dari kudanya dan di bawah guyuran hujan ia menyentuh kedua pundakku dengan lembut namun tidak dengan tatapan matanya.
“Falos menghilang ….”
Dua kata itu—hanya dua kata itu saja sudah berhasil membuat pundakku merosot kecewa. Mengapa mimpiku harus jadi kenyataan begini?
“Sebaiknya kita masuk dulu. Ayah harus memberitahu Yang Mulia juga.”
Aku pun mengikuti langkah cepat ayahku meskipun dengan pikiran kacau. Ellia menepuk pundakku seolah menguatkan diriku. Aku melihat raut wajahnya yang meyakinkanku bahwa aku bisa melewati ini. Aku harus berterima kasih pada Ellia soal itu karena ia sudah berhasil membuat pikiranku teratur lagi.
Aku memutuskan akan melakukan sesuatu kali ini kalau-kalau apa yang terjadi memang sama seperti mimpiku.
*****
Aku harus bersusah payah mendapatkan izin untuk ikut dalam pertemuan darurat Raja dan para ksatria yang menjemput Pangeran. Hingga akhirnya aku menyerah karena mereka tidak mengizinkanku dan membuatku terpaksa menunggu di depan pintu bersama Ellia. Sementara Pangeran dan para ksatria lain yang terluka segera dibawa menuju ruang perawatan.
Pikiranku diliputi kekhawatiran dan banyak spekulasi yang mungkin bisa saja terjadi di sana.
“Siapa yang menyerang mereka? Apa pemberontak dari Rovel yang melakukannya? Rasanya tidak mungkin mereka melawan Pangeran dan Falos yang sudah jelas-jelas kemampuan bertarungnya tidak perlu dipertanyakan ….” ucapku.
“Saya setuju. Apa mungkin ada orang lain—tidak, atau mungkin ada yang sengaja mengincar mereka saat kembali?” balas Ellia setelah mendengar apa yang kupikirkan.
Aku mengangguk pelan. “Tapi, jika sampai berhasil membawa Falos pergi—atau setidaknya membuatnya kerepotan, bukankah ada kemungkinan kalau mereka bukan orang biasa?” tuturku seraya menatap Ellia.
“Anda benar. Ah—Marquess Starluston sudah keluar!” Ellia memberitahuku—atau lebih tepatnya setengah berteriak. Aku pun langsung berlari menyusul ayahku.
Ayah menatapku dengan tatapan penuh penyesalan lalu berucap sebelum aku menghujaninya dengan banyak pertanyaan.
“Kita bicarakan di rumah saja, Sayang.”
Aku tidak bisa melawan.
*****
Setelah berganti pakaian karena baju kami basah, aku dan ayah duduk di depan perapian bersama Irene serta Anderson, pelayan pribadi kami.
“Apa yang terjadi, Ayah?” tanyaku tanpa basa-basi.
“Mereka diserang sekelompok orang berjubah hitam. Pangeran bahkan sampai terluka begitu juga dengan Falos. Tak ada yang tahu apa yang terjadi setelahnya, yang jelas ketika salah satu dari mereka sadarkan diri, Falos tidak ada di sana.”
Aku menarik bibirku ke dalam. Sangat mirip dengan apa yang terjadi di mimpiku. Aku ingin sekali menganggap mimpi itu hanyalah mimpi buruk belaka, tapi jika sampai kenyataan jadi seperti ini apa yang bisa kukatakan? Apa semua ini hanya kebetulan belaka?
Aku bisa melihat perasaan khawatir di wajah ayahku. Tentu saja ia sangat khawatir pada Falos sekalipun ia sudah benar-benar mempercayai kemampuan Falos.
“Orang biasa tidak akan bisa membuat Falos kerepotan kan, Ayah?” tuturku yang disambut anggukan cepat oleh ayahku.
“Yang Mulia Raja juga berkata demikian. Dan kita sudah tahu benar seberapa kuat Pangeran dan Falos. Mereka berdua bukan orang biasa—maka sangat masuk akal jika yang menyerang mereka juga bukan orang biasa.”
“Lalu bagaimana selanjutnya, Ayah?” tanyaku. Aku tahu tidak mungkin Yang Mulia Raja akan diam saja dengan kejadian ini. Apalagi bagi Raja, Falos adalah salah satu ksatrianya yang berharga.
“Kita akan menunggu Pangeran sadar lalu akan segera Menyusun rencana pencarian Falos.”
Aku tidak bisa tidur, tentu saja. Aku sudah menenggak habis dua cangkir teh yang biasanya bisa merilekskan pikiran dan tidak ada pengaruhnya sama sekali. Kubiarkan saja mataku terbuka lebar. Aku berjalan mondar-mandir di kamarku setelah Irene kuminta untuk meninggalkanku sendirian. Semua pertanyaan berputar-putar di kepalaku.Siapa yang menyerang mereka? Kenapa mereka diserang? Kenapa hanya Falos yang menghilang? Bukankah jika mereka memang dendam pada Atterian maka masuk akal kalau Pangeran yang akan diculik? Kemudian satu pertanyaan besar muncul di benakku.“Apa mereka memang sengaja mengincar Falos? Jika benar, kenapa? Apa mereka punya dendam pada Falos? Atau—Starluston?” ucapku pada diri sendiri. Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan yang berlalu-lalang dengan liar di kepalaku dan itu membuatku semakin tidak bisa tidur.Kalau saja aku bisa membangkitkan kemampuanku … aku sangat berharap bisa menemukan jejak Falos. Di saat seperti ini aku frustasi karena tidak ada yang bisa
Setelah pertemuan di istana kemarin, aku mengirimkan seseorang untuk menyelidiki tempat hilangnya Falos. Aku sudah berdiskusi dengan Pangeran bahwa kami akan mengirimkan orang terlebih dahulu sebelum terjun langsung ke sana untuk meminimalisir bahaya. Karena penyelidikan inilah Aku jadi sering berjumpa dengan Pangeran dan juga Federick Finlay. Bahkan siang ini setelah makan siang, kami akan menemui para ksatria yang ikut dalam rombongan kemarin. Semua ksatria yang terluka sudah mulai membaik dan mereka setuju untuk memberikan kesaksian. Di sinilah aku berada di ruang kerja Pangeran bersama para ksatria dan tentu saja perwakilan dari pihak Duke Colinus yang juga ikut dilibatkan.“Bicaralah padaku apa yang kalian lihat saat aku tidak sadarkan diri waktu itu,” titah Pangeran dari balik mejanya.“Seperti yang Pangeran tahu, kita semua diserang orang-orang berjubah hitam. Mereka punya kemampuan bertarung yang asing bagi kami. Bahkan sebelum Sir Falos bisa membalas serangan mereka, ia sudah
Aku berjalan dengan pikiran penuh kekhawatiran serta tanda tanya besar soal siapa pelaku yang menculik Falos. Pelakunya punya kekuatan sihir, jika kemampuannya biasa saja tidak mungkin Falos kalah begitu saja. Apa mereka lebih kuat dari Falos? Atau … lebih licik? Karena terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri, aku tanpa sadar berjalan saja hingga menabrak seseorang yang barusaja keluar dari ruangan kapten. Aku langsung mengaduh kecil seraya menyentuh keningku yang menabrak seseorang. “Senior!” sapanya padaku dan membuatku otomatis mendongak. Rupanya aku menabrak Alvin Coulston, asisten penggantiku. Dia menatapku dengan heran karena aku menabraknya tiba-tiba. “Ah, Coulston. Maaf aku tadi tidak memerhatikan jalan,” sesalku. Alvin mengangguk, “Aku mengerti. Anda pasti banyak pikiran,” katanya. Aku tersenyum kecil. “Kau mau kemana?” tanyaku karena Alvin kelihatannya hendak pergi dari ruangan kapten. “Ke perpustakaan. Kapten memintaku mengambil beberapa buku.” “Baiklah kalau begitu.”
Aku bersama para ksatria lain yang ditugaskan, termasuk Federick Finlay, dan dipimpin oleh Pangeran Clifton segera bersiap untuk menuju hutan timur. Menurut informasi, para pemberontak itu menyerang warga yang tinggal di perbatasan antara Rovel dan Atterian dekat dengan hutan timur.Soal hutan timur sendiri, hutan itu adalah perbatasan wilayah kami. Memang banyak hal sering terjadi di sana. Seharusnya perbatasan memang dijaga dengan baik apalagi di situasi seperti ini. Namun karena kejadian kemarin—ketika Falos menghilang—ksatria yang bersama mereka adalah para penjaga perbatasan. Mereka yang menggantikan posisi penjaga perbatasan rupanya tidak setangguh yang seharusnya.“Kupikir mereka sudah dilatih dengan baik, tapi ternyata sedikit mengecewakan,” ucap Federick dari atas kudanya. Tidak hanya dia saja, aku pun merasa demikian. Mereka sudah dilatih dan bahkan telah diberikan pengarahan mengingat perseteruan dengan Rovel akhir-akhir ini. Tapi kami tidak tahu pasti kenapa mereka bisa ke
“Tidak mungkin Lyra Starluston juga punya kekuatan!” seru penyihir yang barusaha diringkus oleh Federick Finlay. Setelah penyihir itu jatuh dan Federick Finlay meringkusnya tanpa basa-basi, kami segera kembali. Saat perjalanan menuju tenda pengungsian, aku masih tidak bisa memercayai diriku sendiri.Bagaimana aku bisa melakukan hal itu? Semua terlalu tiba-tiba bahkan aku sendiri tidak mengerti.*****“Apa kau memikirkan soal tadi, Lady Starluston?” tanya Federick tiba-tiba. Ia barusaja menyerahkan penyihir itu dan mengumpulkan mereka di satu tenda lain dan diikat bersama. Mereka berencana melakukan interogasi setelahnya.Aku tidak bisa berbohong. Aku mengangguk sambil melihat kedua tanganku sendiri. “Aku tidak tahu bagaimana itu terjadi … bagaimana aku melakukannya?”“Apa yang kau rasakan tadi, Lyra?”Aku memicingkan mata pada Federick Finlay karena ia memanggilku dengan nama depan. Dulu dia memang sering melakukannya, tapi sekarang rasanya aneh.“Astaga, aku sudah sering memangg
Setelah kekacauan di perbatasan usai diatasi, orang-orang yang terluka telah diobati dan para kesatria penjaga perbatasan sudah kembali bertugas, Aku bersama Pangeran dan Federick Finlay memilih untuk kembali lebih dulu. Kami kembali bersama tiga kesatria lain dan sisanya menjaga perbatasan sekaligus mengelola tempat pengungsian warga. Akan ada banyak hal yang perlu disiapkan untuk mereka, salah satunya kebutuhan logistik. Oleh karena itu kesatria yang kembali bersama kami akan ditugaskan untuk urusan itu bersama kesatria lain yang ada di pusat kerajaan. Sedangkan kami harus kembali memikirkan rencana untuk menemukan Falos. Ah, aku hampir lupa soal tiga pemberontak itu. Mereka bertiga ikut bersama kami ke istana. Soal apa yang akan dilakukan pada mereka, biarlah Pangeran dan Yang Mulia yang memutuskan.Satu hal lagi.Jujur saja aku sedang tidak sabar untuk bertemu ayahku dan aku yakin dia akan terkejut—sangat.Perasaan inferior yang selama ini kurasakan karena tidak memiliki kek
Aku tidak menyangka jika Irene akan lebih bersemangat dariku untuk memulai pagi ini. Ia memanggil berkali-kali, tidak—ralat, aku sudah menghitung sekitar lima kali ia memanggilku. Aku memang sengaja mengabaikan dua panggilan terakhirnya. Mungkin ia sudah lebih dari lima kali memanggilku karena ketika aku bangun, aku hanya menghitung lima panggilan.“Nona, serius! Bukankah anda ada janji latihan dengan Tuan Marquess hari ini? Sebaiknya anda segera beranjak. Air hangatnya sudah siap!” serunya dengan nada yang sedikit frustasi. Sepertinya sudah waktunya aku menghiraukan gadis yang lima tahun lebih tua dariku ini.Aku bangkit dengan santai dan menyingkap selimut tebalku lalu turun untuk segera menyambut air hangat yang disiapkan oleh Irene dan pelayan lain.“Iya iya aku dengar.” Setelah melakukan serangkaian persiapan—sekaligus sarapan, rupanya ayahku sudah menunggu di halaman belakang dengan pakaian latihannya. Aku menghampirinya dengan mengenakan pakaian latihan yang biasa
Aku mendapati diriku berdiri di tempat yang terasa asing. Lantai batu yang dingin, tembok batu dan juga—jeruji besi. Tunggu dulu—kenapa aku berada di tempat yang sepertinya adalah sebuah ... penjara? Seingatku, aku barusaja menjalankan misi di wilayah barat, lalu banjir tiba-tiba menerjang dan aku hanyut. Lalu setelahnya? Kenapa aku justru berada di penjara sekarang? Terlebih tempat ini adalah tempat yang sangat aku kenali. Penjara bawah tanah Istana Atterian.Kesalahan macam apa yang sudah kuperbuat hingga aku berada di sini? Ditambah lagi dengan pakaianku yang sudah berubah menjadi gaun putih lusuh dan rambutku yang sudah menjadi pendek!Sejak kapan ini semua terjadi?!"Kalian akan segera menghadapi hukuman atas pengkhianatan terhadap kerajaan."Aku mendengar suara dengan nada dingin dan membuatku menoleh cepat. Suara itu adalah suara yang sangat kukenal. Pemilik suara itu tak lain adalah Pangeran Clifton Atterian, Putra Mahkota raja, calon raja Atterian. Benar. Dia adalah satu
Aku tidak menyangka jika Irene akan lebih bersemangat dariku untuk memulai pagi ini. Ia memanggil berkali-kali, tidak—ralat, aku sudah menghitung sekitar lima kali ia memanggilku. Aku memang sengaja mengabaikan dua panggilan terakhirnya. Mungkin ia sudah lebih dari lima kali memanggilku karena ketika aku bangun, aku hanya menghitung lima panggilan.“Nona, serius! Bukankah anda ada janji latihan dengan Tuan Marquess hari ini? Sebaiknya anda segera beranjak. Air hangatnya sudah siap!” serunya dengan nada yang sedikit frustasi. Sepertinya sudah waktunya aku menghiraukan gadis yang lima tahun lebih tua dariku ini.Aku bangkit dengan santai dan menyingkap selimut tebalku lalu turun untuk segera menyambut air hangat yang disiapkan oleh Irene dan pelayan lain.“Iya iya aku dengar.” Setelah melakukan serangkaian persiapan—sekaligus sarapan, rupanya ayahku sudah menunggu di halaman belakang dengan pakaian latihannya. Aku menghampirinya dengan mengenakan pakaian latihan yang biasa
Setelah kekacauan di perbatasan usai diatasi, orang-orang yang terluka telah diobati dan para kesatria penjaga perbatasan sudah kembali bertugas, Aku bersama Pangeran dan Federick Finlay memilih untuk kembali lebih dulu. Kami kembali bersama tiga kesatria lain dan sisanya menjaga perbatasan sekaligus mengelola tempat pengungsian warga. Akan ada banyak hal yang perlu disiapkan untuk mereka, salah satunya kebutuhan logistik. Oleh karena itu kesatria yang kembali bersama kami akan ditugaskan untuk urusan itu bersama kesatria lain yang ada di pusat kerajaan. Sedangkan kami harus kembali memikirkan rencana untuk menemukan Falos. Ah, aku hampir lupa soal tiga pemberontak itu. Mereka bertiga ikut bersama kami ke istana. Soal apa yang akan dilakukan pada mereka, biarlah Pangeran dan Yang Mulia yang memutuskan.Satu hal lagi.Jujur saja aku sedang tidak sabar untuk bertemu ayahku dan aku yakin dia akan terkejut—sangat.Perasaan inferior yang selama ini kurasakan karena tidak memiliki kek
“Tidak mungkin Lyra Starluston juga punya kekuatan!” seru penyihir yang barusaha diringkus oleh Federick Finlay. Setelah penyihir itu jatuh dan Federick Finlay meringkusnya tanpa basa-basi, kami segera kembali. Saat perjalanan menuju tenda pengungsian, aku masih tidak bisa memercayai diriku sendiri.Bagaimana aku bisa melakukan hal itu? Semua terlalu tiba-tiba bahkan aku sendiri tidak mengerti.*****“Apa kau memikirkan soal tadi, Lady Starluston?” tanya Federick tiba-tiba. Ia barusaja menyerahkan penyihir itu dan mengumpulkan mereka di satu tenda lain dan diikat bersama. Mereka berencana melakukan interogasi setelahnya.Aku tidak bisa berbohong. Aku mengangguk sambil melihat kedua tanganku sendiri. “Aku tidak tahu bagaimana itu terjadi … bagaimana aku melakukannya?”“Apa yang kau rasakan tadi, Lyra?”Aku memicingkan mata pada Federick Finlay karena ia memanggilku dengan nama depan. Dulu dia memang sering melakukannya, tapi sekarang rasanya aneh.“Astaga, aku sudah sering memangg
Aku bersama para ksatria lain yang ditugaskan, termasuk Federick Finlay, dan dipimpin oleh Pangeran Clifton segera bersiap untuk menuju hutan timur. Menurut informasi, para pemberontak itu menyerang warga yang tinggal di perbatasan antara Rovel dan Atterian dekat dengan hutan timur.Soal hutan timur sendiri, hutan itu adalah perbatasan wilayah kami. Memang banyak hal sering terjadi di sana. Seharusnya perbatasan memang dijaga dengan baik apalagi di situasi seperti ini. Namun karena kejadian kemarin—ketika Falos menghilang—ksatria yang bersama mereka adalah para penjaga perbatasan. Mereka yang menggantikan posisi penjaga perbatasan rupanya tidak setangguh yang seharusnya.“Kupikir mereka sudah dilatih dengan baik, tapi ternyata sedikit mengecewakan,” ucap Federick dari atas kudanya. Tidak hanya dia saja, aku pun merasa demikian. Mereka sudah dilatih dan bahkan telah diberikan pengarahan mengingat perseteruan dengan Rovel akhir-akhir ini. Tapi kami tidak tahu pasti kenapa mereka bisa ke
Aku berjalan dengan pikiran penuh kekhawatiran serta tanda tanya besar soal siapa pelaku yang menculik Falos. Pelakunya punya kekuatan sihir, jika kemampuannya biasa saja tidak mungkin Falos kalah begitu saja. Apa mereka lebih kuat dari Falos? Atau … lebih licik? Karena terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri, aku tanpa sadar berjalan saja hingga menabrak seseorang yang barusaja keluar dari ruangan kapten. Aku langsung mengaduh kecil seraya menyentuh keningku yang menabrak seseorang. “Senior!” sapanya padaku dan membuatku otomatis mendongak. Rupanya aku menabrak Alvin Coulston, asisten penggantiku. Dia menatapku dengan heran karena aku menabraknya tiba-tiba. “Ah, Coulston. Maaf aku tadi tidak memerhatikan jalan,” sesalku. Alvin mengangguk, “Aku mengerti. Anda pasti banyak pikiran,” katanya. Aku tersenyum kecil. “Kau mau kemana?” tanyaku karena Alvin kelihatannya hendak pergi dari ruangan kapten. “Ke perpustakaan. Kapten memintaku mengambil beberapa buku.” “Baiklah kalau begitu.”
Setelah pertemuan di istana kemarin, aku mengirimkan seseorang untuk menyelidiki tempat hilangnya Falos. Aku sudah berdiskusi dengan Pangeran bahwa kami akan mengirimkan orang terlebih dahulu sebelum terjun langsung ke sana untuk meminimalisir bahaya. Karena penyelidikan inilah Aku jadi sering berjumpa dengan Pangeran dan juga Federick Finlay. Bahkan siang ini setelah makan siang, kami akan menemui para ksatria yang ikut dalam rombongan kemarin. Semua ksatria yang terluka sudah mulai membaik dan mereka setuju untuk memberikan kesaksian. Di sinilah aku berada di ruang kerja Pangeran bersama para ksatria dan tentu saja perwakilan dari pihak Duke Colinus yang juga ikut dilibatkan.“Bicaralah padaku apa yang kalian lihat saat aku tidak sadarkan diri waktu itu,” titah Pangeran dari balik mejanya.“Seperti yang Pangeran tahu, kita semua diserang orang-orang berjubah hitam. Mereka punya kemampuan bertarung yang asing bagi kami. Bahkan sebelum Sir Falos bisa membalas serangan mereka, ia sudah
Aku tidak bisa tidur, tentu saja. Aku sudah menenggak habis dua cangkir teh yang biasanya bisa merilekskan pikiran dan tidak ada pengaruhnya sama sekali. Kubiarkan saja mataku terbuka lebar. Aku berjalan mondar-mandir di kamarku setelah Irene kuminta untuk meninggalkanku sendirian. Semua pertanyaan berputar-putar di kepalaku.Siapa yang menyerang mereka? Kenapa mereka diserang? Kenapa hanya Falos yang menghilang? Bukankah jika mereka memang dendam pada Atterian maka masuk akal kalau Pangeran yang akan diculik? Kemudian satu pertanyaan besar muncul di benakku.“Apa mereka memang sengaja mengincar Falos? Jika benar, kenapa? Apa mereka punya dendam pada Falos? Atau—Starluston?” ucapku pada diri sendiri. Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan yang berlalu-lalang dengan liar di kepalaku dan itu membuatku semakin tidak bisa tidur.Kalau saja aku bisa membangkitkan kemampuanku … aku sangat berharap bisa menemukan jejak Falos. Di saat seperti ini aku frustasi karena tidak ada yang bisa
Minggu yang kutunggu akan berita tentang pemberontakan perlahan terus berlanjut. Aku menunggu dengan gusar dan kekhawatiran yang semakin hari semakin membesar. Semakin kupikirkan, semakin itu membuatku takut. Malam yang biasanya tenang dan angin semilir yang biasanya berhasil membuatku tenang untuk tidur, kini tidak lagi. Aku tidak bisa tidur nyenyak. Bahkan teh chamomile yang biasa kuminum sebelum tidur tidak berhasil menenangkan dan membuat rasa kantukku datang. Aku selalu berharap mimpi hanyalah bunga tidur yang tidak akan pernah terjadi. Tapi pagi ini aku sudah dikejutkan dengan Ayah yang pergi buru-buru di pagi buta dan ketidakhadiran Kapten Finlay di ruangannya. Perasaanku buruk. Sangat buruk. Bahkan ketika Irene memberikanku teh yang hangat dan seharusnya menenangkan serta cemilan manis kesukaanku tadi pagi, semuanya hambar dan sulit kutelan. Ini bukan pertanda bagus. “Apa yang sebenarnya terjadi?” tanyaku tanpa petunjuk seraya duduk di kursi kerjaku selepas apel pagi.
Aku merasa tidak asing dengan suara mereka. Mereka jelas berada di pihak yang berbeda dengan kami. Singkatnya mereka pasti adalah para bangsawan yang menentang keberadaan keluargaku—lebih tepatnya posisi keluargaku.“Para pendukung Duke Colinus ....” Aku berucap pada diriku sendiri.Tidak ada orang lain yang membenci keluargaku lebih dari pria tua dengan tatapan memuakkan itu. Duke Colinus memang sedari dulu menentang keluargaku yang diistimewakan karena memiliki kekuatan semacam sihir dan telah bersumpah setia pada kerajaan selamanya. Intinya, bisa dibilang ia sangat iri dengan kemampuan yang dimiliki oleh keturunan Starluston.Mereka berpikir jika berhasil menyingkirkan Falos, maka keluarga Starluston tidak bisa apa-apa karena tidak akan memiliki penerus yang layak.Ah, rasanya aku jadi ingin keluar dari sini dan menemui mereka lalu melayangkan beberapa pukulan serta tendangan. Itu kalau saja aku melupakan statusku sebagai Starluston dan seorang Lady. Tak lama setelah itu aku m