Happy Reading Semuanya! Eva menyentuh pipi sang suami yang hanya mempoutkan bibirnya, sudah hampir dua jam suami sekaligus dosen pembimbingnya tidak ingin buka suara dan berbicara dengannya selama perjalanan. Alhasil Eva hanya bersandar nyaman pada lengan Zaidan sembari mempoutkan bibirnya dan sekarang ia sudah memikirkan caranya supaya sang suami mau bicara lagi dengan mencolek pipi Zaidan. “Sayang... sudah dong ngambeknya,” rengek Eva. “Kamu enggak adil Eva, kamu memanggil Kevin dengan sebutan ‘Mas’ di pertemuan kalian yang kedua dan kamu membutuhkan banyak waktu untuk membuat panggilan ‘Mas’ ke saya. Itu enggak adil Eva,” Kevin yang mendengar perkataan dari rekannya itu hanya menggeleng, ribut sekali keduanya. Tetapi lelaki dengan wajah tampan itu tahu kalau tatapan mata Zaidan dengan Eva sama sekali tidak bisa dibohongi, begitupun sebaliknya. Mereka akan bahagia dengan pernikahan ini, kan? Kevin tidak yakin karena kakak dari Eva terlihat tidak bisa diam untuk merusak pernikaha
Happy reading semuanya! “Tubuh kamu kenapa sangat cantik dan membuat saya bergairah terus menerus, Eva.” Kalimat yang baru saja diutarakan oleh Zaidan barusan membuat Eva hanya menghela napas perlahan, ia hanya bisa pasrah menuruti keinginan dari sang suami yang menginginkan mandi bersama yang berujung sesuatu lebih akan terjadi. Memang tidak ada yang bisa menebak jalan pikiran dari suaminya itu, sudahlah ia pasrah saja. Toh, tidak ada yang bisa ia lakukan juga. “Mas, saya itu mau makan dari tadi. Kenapa Mas siksa saya di kamar mandi?” tanya Eva dengan suara kesal. “Kamu bisa menikmati makanan sepuas yang kamu mau nanti, saya juga sudah memberikan makanan tadi. Kamu saja yang mudah lapar. Sekarang ada hal yang harus kamu nikmatin," Eva memasang wajah cemberut mendengar perkataan dari suaminya barusan. "Apa?" Bibir Zaidan tersenyum mendengar penuturan dari perempuan yang menjadi istrinya itu, Eva terlihat kesal tetapi tidak bisa berkata apa-apa. "Kita bisa menikmati pemandangan
Happy Reading Semuanya! Tatapan matanya mengarah pada lelaki di depannya, ia mengenal. Sangat mengenal lelaki yang mendadak meninggalkannya tanpa alasan jelas, kepalanya menunduk dan dadanya berdegub sangat cepat sekarang ini. Ada rasa cinta lama yang belum selesai. "Kamu... gimana kabarnya? Maaf aku pergi tanpa kasih kabar kamu, aku sudah mendengar semua berita tentang kamu dan aku sudah berpikir. Kamu bukan orang yang seperti itu, Eva yang aku kenal adalah orang baik, pengertian, dan enggak berani macam-macam. Orang munafik seperti aku memang enggak pantas buat dapatkan hati kamu," Eva memperhatikan sang suami yang hanya memasang wajah datar tepat di sebelah gerobak penjual martabak. Entah bagaimana mereka bisa bertemu di tempat yang seperti ini, perempuan muda itu tidak tahu jika bermainnya Logan sangat jauh. "Logan, kenapa lo ada di sini?" tanya Eva. "Rumah orang tua gue disini, mereka ingin menghabiskan masa tuanya di tempat yang sejuk. Gue pulang saja sebelum sidang nanti,
Happy Reading Semuanya! Tangan Zaidan meremas dibagian perutnya, untuk pertama kalinya ia merasakan sakit yang seperti ini. Matanya yang terpejam perlahan terbuka dan menampilkan wajah cantik istrinya yang masih memejamkan matanya, jam dinding menunjukkan pukul 2 dini hari dan ia merasakan sakit yang amat hebat. Bibirnya ia gigit agar tidak mengganggu tidur sang istri yang kini mulai merasa tidak nyaman dan terganggu dipelukannya. "Mas, kenapa?" tanya Eva dengan suara serak. "Eva, tolong saya! Perut saya sakit," Eva yang baru saja mengumpulkan nyawanya langsung berdiri menyalakan lampu kamar mereka dan memperhatikan Zaidan tengah merintih kesakitan. "Mas, kenapa ih? Kok kesakitan begitu?" tanya Eva sembari mengusap peluh yang keluar dari wajah Zaidan saat ini. "Perut saya sakit, panggil dokter Eva!" pinta Zaidan. Eva menggigit bibirnya, apakah ada dokter di waktu dini hari seperti sekarang ini. Lagian ada-ada saja suaminya itu, lihat saja sekarang malah jatuh sakit. Katanya
Happy Reading Semuanya! Iris mata Eva memperhatikan kedua orang yang tengah sibuk bekerja di ruang tamu, mereka memang gila bekerja dan Eva sama sekali tidak bisa melupakan kejadian semalam. Dimana Kevin begitu putus asa menceritakan semuanya pada Eva. Ini menjadi sebuah tamparan untuk Eva karena tidak mencintai Zaidan dengan tulus. Langkahnya berjalan menuju dapur, ia harus membuat minuman sehat untuk kedua orang yang tengah sakit itu. Tangannya membuka ponselnya dan mencari tahu minuman terbaik penderita kanker seperti Kevin serta penambah imun untuk suaminya. "Mas, saya lihat di depan sana ada supermarket besar. Saya ingin membeli sesuatu dulu enggak masalah, kan?" tanya Eva. "Jangan lama-lama, maaf saya enggak bisa antar kamu. Kalau kamu bisa menggunakan sepeda, di luar sudah disiapkan oleh Kevin. Tadinya saya ingin dengan kamu berolahraga bersama, tapi malah keadannya begini." Kepala Eva mengangguk, "Iya, saya akan segera kembali. Kalau Mas lelah segera istirahat, jangan mem
Happy Reading Semuanya! Semua sudah kembali ke posisi awal, ia sebenarnya tidak terlalu menikmatinya karena Zaidan sibuk mengurungnya di kamar dan memadu kasih. Mereka bahkan melupakan Kevin yang ada di lantai bawah, memang tidak tahu malu sekali. Eva sendiri juga mendengar kabar jika Kevin akan mendapatkan pengobatan malam ini sehabis bekerja di rumah sakit, sama sekali tidak ada hentinya. "Lo ngapain?" tanya Vier. Perempuan itu memang datang lagi ke sebuah cafe dimana ia bertemu dengan Vier si orang sibuk dengan destinasi sederhana ini. Bibirnya tersenyum sembari duduk di tempat biasa, tatapan matanya mengarah pada menu di depannya. Salahkan saja kemarin ia tidak sempat makan dan pesan apapun, semuanya bergantung pada Vier. "Lo kenapa ada disini anak kecil?" Vier tampak geregetan melihat tingkah perempuan yang memang terlihat seperti anak kecil didepanya. "Gue mau nongkrong, enggak boleh?" tanya Eva. Vier kalah. Memang tidak seharusnya ia mengatakan sepatah kata apapun pada
Happy Reading Semuanya!Dress bewarna hitam tampak senada dengan tuxedo yang dikenakan oleh Zaidan saat ini, mereka tadi siang mendapatkan kabar jika ada pesta di keluarga besar keluarga Zaidan dan kini mereka berada di depan mansion mewah keluarga Zaidan dengan tatapan sang suami yang begitu datar.Eva tidak mengerti dengan tatapan benci dari sang suami saat ini, bahkan cengkraman tangan Zaidan di tangannya begitu erat dan seakan enggan untuk melepas tangannya. "Ayo masuk!" ajak ZaidanIris mata Eva memperhatikan keluarganya tampak diasingkan di ujung sofa disaat orang lain tampak sibuk berbincang apalagi persoalan bisnis, sepertinya ayahnya kalah dengan perbincangan mereka. Tatapan matanya berdalih pada sang kakak tampak mudah bersosialisasi dengan keluarga Zaidan. Kakaknya paham tentang bisnis dan berbeda dengan Eva yang lebih memahami tentang dunia sains serta pendidikan. "Kamu duduk saja dulu dengan orang tua kamu, saya ada urusan dengan paman saya." Eva hanya mengangguk dan be
Happy Reading Semuanya! Pada akhirnya mereka memilih makan bersama di restaurant khas sunda kesukaan kedua orang tuanya, Eva memperhatikan makanan yang dipesan oleh suaminya. Terlalu banyak untuk mereka yang hanya berlima orang bukan satu kampung. "Mas mau makan apa?" tanya Eva Zaidan hanya memperhatikan sang istri di sebelahnya tampak bingung melihat dirinya, orang tua dari Eva dan Kevin yang bergabung bersama hanya menggelengkan kepalanya. Pasangan yang sedang dimabuk cinta. Ayolah lelaki itu akan memakan apa saja yang diambilkan oleh Eva."Mas," panggil Eva. "Saya ingin mengurung kamu rasanya, nanti malam beri saya jatah okay?" bisik Zaidan tidak memperdulikan panggilan dari Eva saat ini.Eva memutar matanya malas dan memberikan ikan gurame bakar keatas piring sang suami sembari memberikan makanan lainnya. Ia tidak membutuhkan jawaban dari Zaidan, lebih baik Eva memberikan makanan langsung saja tanpa menjawab. "Yah, mau ya... saya janji hanya satu kali saja. Serius deh," renge