Happy Reading Semuanya! Iris mata Eva memperhatikan kedua orang yang tengah sibuk bekerja di ruang tamu, mereka memang gila bekerja dan Eva sama sekali tidak bisa melupakan kejadian semalam. Dimana Kevin begitu putus asa menceritakan semuanya pada Eva. Ini menjadi sebuah tamparan untuk Eva karena tidak mencintai Zaidan dengan tulus. Langkahnya berjalan menuju dapur, ia harus membuat minuman sehat untuk kedua orang yang tengah sakit itu. Tangannya membuka ponselnya dan mencari tahu minuman terbaik penderita kanker seperti Kevin serta penambah imun untuk suaminya. "Mas, saya lihat di depan sana ada supermarket besar. Saya ingin membeli sesuatu dulu enggak masalah, kan?" tanya Eva. "Jangan lama-lama, maaf saya enggak bisa antar kamu. Kalau kamu bisa menggunakan sepeda, di luar sudah disiapkan oleh Kevin. Tadinya saya ingin dengan kamu berolahraga bersama, tapi malah keadannya begini." Kepala Eva mengangguk, "Iya, saya akan segera kembali. Kalau Mas lelah segera istirahat, jangan mem
Happy Reading Semuanya! Semua sudah kembali ke posisi awal, ia sebenarnya tidak terlalu menikmatinya karena Zaidan sibuk mengurungnya di kamar dan memadu kasih. Mereka bahkan melupakan Kevin yang ada di lantai bawah, memang tidak tahu malu sekali. Eva sendiri juga mendengar kabar jika Kevin akan mendapatkan pengobatan malam ini sehabis bekerja di rumah sakit, sama sekali tidak ada hentinya. "Lo ngapain?" tanya Vier. Perempuan itu memang datang lagi ke sebuah cafe dimana ia bertemu dengan Vier si orang sibuk dengan destinasi sederhana ini. Bibirnya tersenyum sembari duduk di tempat biasa, tatapan matanya mengarah pada menu di depannya. Salahkan saja kemarin ia tidak sempat makan dan pesan apapun, semuanya bergantung pada Vier. "Lo kenapa ada disini anak kecil?" Vier tampak geregetan melihat tingkah perempuan yang memang terlihat seperti anak kecil didepanya. "Gue mau nongkrong, enggak boleh?" tanya Eva. Vier kalah. Memang tidak seharusnya ia mengatakan sepatah kata apapun pada
Happy Reading Semuanya!Dress bewarna hitam tampak senada dengan tuxedo yang dikenakan oleh Zaidan saat ini, mereka tadi siang mendapatkan kabar jika ada pesta di keluarga besar keluarga Zaidan dan kini mereka berada di depan mansion mewah keluarga Zaidan dengan tatapan sang suami yang begitu datar.Eva tidak mengerti dengan tatapan benci dari sang suami saat ini, bahkan cengkraman tangan Zaidan di tangannya begitu erat dan seakan enggan untuk melepas tangannya. "Ayo masuk!" ajak ZaidanIris mata Eva memperhatikan keluarganya tampak diasingkan di ujung sofa disaat orang lain tampak sibuk berbincang apalagi persoalan bisnis, sepertinya ayahnya kalah dengan perbincangan mereka. Tatapan matanya berdalih pada sang kakak tampak mudah bersosialisasi dengan keluarga Zaidan. Kakaknya paham tentang bisnis dan berbeda dengan Eva yang lebih memahami tentang dunia sains serta pendidikan. "Kamu duduk saja dulu dengan orang tua kamu, saya ada urusan dengan paman saya." Eva hanya mengangguk dan be
Happy Reading Semuanya! Pada akhirnya mereka memilih makan bersama di restaurant khas sunda kesukaan kedua orang tuanya, Eva memperhatikan makanan yang dipesan oleh suaminya. Terlalu banyak untuk mereka yang hanya berlima orang bukan satu kampung. "Mas mau makan apa?" tanya Eva Zaidan hanya memperhatikan sang istri di sebelahnya tampak bingung melihat dirinya, orang tua dari Eva dan Kevin yang bergabung bersama hanya menggelengkan kepalanya. Pasangan yang sedang dimabuk cinta. Ayolah lelaki itu akan memakan apa saja yang diambilkan oleh Eva."Mas," panggil Eva. "Saya ingin mengurung kamu rasanya, nanti malam beri saya jatah okay?" bisik Zaidan tidak memperdulikan panggilan dari Eva saat ini.Eva memutar matanya malas dan memberikan ikan gurame bakar keatas piring sang suami sembari memberikan makanan lainnya. Ia tidak membutuhkan jawaban dari Zaidan, lebih baik Eva memberikan makanan langsung saja tanpa menjawab. "Yah, mau ya... saya janji hanya satu kali saja. Serius deh," renge
Happy Reading Semuanya! Zaidan mengekor pada lelaki yang ada di depannya tentu dengan Eva yang mengekor di belakangnya dan tidak ingin berpisah sama sekali. Tatapan Eva juga tidak lepas dari Kevin yang hanya menghela napas pelan, ia sepertinya harus mengatakan rahasia terbesarnya dan membenarkan perkataan Eva. Jika ia tidak mengatakannya dan ia mengatakannya nanti bisa saja yang menyesal adalah sahabat baiknya bukan dirinya ataupun Eva. Mereka kini berada di taman belakang rumah pasangan muda itu dan memperhatikan Zaidan yang tampak memasang wajah bingungnya. "Jadi Zaidan ada yang mau gue sampaikan sekarang, tentang rahasia yang gue sembunyikan selama ini." Zaidan memandang Eva yang hanya tersenyum tipis dan mengusap punggung tangannya lembut. "Kenapa? Lo mau ditaikkan gaji? Apakah gaji 100 juta per bulan kurang?" tanya Zaidan. Kepala Kevin tampak menggeleng, "Bukan itu," ungkap Kevin. "Lo mau menikah? Sama siapa? Gue kenal?" "Bukan itu juga," sahut Kevin sembari menatap sang a
Happy Enjoy Reading! Gadis cantik itu hanya mengamati makanan yang ada di hadapannya tanpa ada niatan untuk memakan makanan tersebut, ia memang memesan berbagai macam menu di restoran yang sedang ia datangi tapi ia tidak bisa menikmatinya karena kedatangan mertua yang secara tiba-tiba. Hanya beberapa kali mereka berbincang karena Eva memilih bungkam dan tidak banyak cakap, berbeda ketimbang bersama dengan keluarganya. Ia masih menyimpan beribu perasaan diam. Tubuhnya tegang dan ia hanya bisa menahan napasnya. "Kamu sebenarnya itu mencintai putra saya atau tidak?" Eva terdiam, ia sendiri masih bimbang dengan perasannya saat ini. "Kamu tidak bisa menjawab? Banyak orang yang begitu mencintai anak saya, kenapa kamu begitu menyia-nyiakan lelaki seperti Zaidan? Dia anak baik dan saya sudah paham tentang anak saya sendiri, saya juga sudah mendengar dari kakak kamu kalau kamu tidak mencintai anak saya." Eva meremas pakaian yang dikenakannya saat ini. Ia sama sekali tidak bisa berkata
Happy Reading Semuanya! "Mas, ke pasar malam yuk!" Zaidan yang sedang sibuk dengan laptop dipangkuannya memperhatikan sang istri tengah sama sibuknya dengan dirinya, tetapi bedanya Eva sibuk dengan ponselnya. Perempuan cantik yang dinikahinya tampak asyik melakukan scrolling sosial media dan mendadak ingin pergi ke suatu tempat. "Memang disini ada?" tanya Zaidan "Ada kok, apalagi sekarang malam minggu. Saya dengar di sekitar sini ada dan lokasinya enggak jauh, mau ya Mas? Saya janji enggak akan merengek sedikit pun." Kepala Zaidan hanya mengangguk, "Yasudah, kamu siap-siap. Mas panaskan mobil," sahut Zaidan membuat Eva sumringah. "Jalan kaki saja, katanya dekat. Kalau mobil sudah pasti bakalan macet," ajak Eva sembari menggenggam erat tangan Zaidan yang hanya mengangangguk. Lelaki dengan wajah tampan itu tampak mengambil ponsel dan dompetnya sembari memperhatikan Eva tampak sumringah, ia tidak tahu jika Eva akan sesenang ini. Eva tanpa ragu menggenggam erat tangannya, bahkan
Happy Reading Semuanya! Zaidan menyuapi popcorn yang baru dibelinya ke mulut sang istri dan begitu sebaliknya, tatapan mata mereka tidak lepas satu sama lain. Eva menyukai malam ini dan ada perasaan kuat disana kalau ia bahagia malam ini karena menghabiskan waktu dengan orang yang dicintainya. "Kira-kira keadaan mas Kevin bagaimana, ya? Mas sudah menemukan pengganti?" "Kevin baik-baik saja, kemarin dia menghubungi saya kalau dia... sudah melakukan kemoterapi pertama. Meskipun dia terlambat tapi setidaknnya dia mendapatkan pengobatan yang layak dan dokter yang mumpuni. Kamu jangan khawatir... Dia akan kembali dalam keadaan baik-baik saja dan kamu jangan khawatir, untuk pengganti... saat ini mas belum menemukan. Bukankah mas sudah menawarkan pekerjaan ini untuk kamu?" tanya Zaidan. Eva cemberut, "Saya bisa saja, cuman mas harus melatih saya dari nol. Makanya saya mau mas berusaha mencari dulu, saya akan melakukan hal yang saya bisa saja," ungkap Eva. Zaidan mengusap kepala Eva lem
Happy Reading Semuanya! Ini adalah pernikahannya yang kedua dan perasannya masih sama. Dadanya berdegub sangat cepat memandang cermin di depannya, mungkin dulu bukan pernikahan yang membahagiakan untuknya tapi sekarang ini adalah sesuatu yang membahagiakan untuk Eva karena menikahi orang yang dicintainya. Eva terkekeh geli mengingat masa lalunya, ia dulu pernah bersumpah tidak akan mencintai Zaidan. Justru sekarang ia malah cinta mati pada lelaki itu, memang ucapan sama sekali tidak bisa dijaga. "Kamu kenapa?" tanya Livy. "Bukankah ini sangat lucu?" Livy menaikkan sebelah alisnya sembari menggendong bayi yang merupakan anak dari adiknya, ia tidak mengerti dengan perkataan sang adik saat ini. "Kenapa?" tanya Livy lagi. Bibir Eva tersenyum manis, "Dulu kita berkelahi hanya karena satu laki-laki, dulu aku sangat membenci dengan Mas Zaidan dan sekarang aku malah cinta mati sama dia." Livy tersenyum mendengar perkataan dari sang adik barusan. Setelah diingat kembali ini memang san
Happy Reading Semuanya! Kecupan itu semakin mendalam dan tidak peduli tempat. Mungkin orang yang melihatnya juga memahami apa yang terjadi dengan pasangan yang sedang dimabuk cinta itu. Ini adalah kebahagian mereka setelah melewati kenangan pahit yang menyerang mereka. Sudah dua minggu semenjak kehadiran Eva di rumahnya, kini rumah yang sempat suram karena karangan bunga dan berita kesedihan berubah menjadi sesuatu yang membahagiakan dan tidak menyangka jika akan mendapatkan kebahagian baru yang tidak pernah mereka sangka. "Ampun deh kalian! Bisa enggak sih kalau kalian melakukan itu di kamar saja? Bagaimana pun kalian harus menghormati orang tua disini." Kecupan mereka terlepas sembari memperhatikan ibu dari Zaidan yang kini meninggalkan mereka berdua untuk menghampiri cucu kesayangannya. Ibu dari Eva sendiri hanya terkekeh geli melihat adegan kedua anaknya. Zaidan tidak peduli, ini adalah hal menyenangkan untuknya dan membahagiakan di setiap
Happy Reading Semuanya! Jika ini adalah mimpi, maka jangan bangunkan Zaidan untuk saat ini. Sudah lama ia tidak memimpikan orang yang dirindukannya selama beberapa bulan belakangan ini. Ini adalah mimpi terindah yang pernah Zaidan rasakan setelah beberapa bulan ia mengalami perasaan kehilangan, air matanya mengalir dengan deras tanpa bisa ia cegah sama sekali. Eva muncul di mimpi tidur siangnya. Tidak! Ini bukan mimpi tidur siangnya. Hawa panas dan banyak mahasiswanya yang memperhatikannya, berarti ini sungguhan bukan hanya lamunannya semata. Orang yang dicintainya ada di depan matanya, semuanya terasa nyata, ini bukan hanya khayalan sematanya kan. Dia kembali... Orang yanng dicintainya kembali berada di depan matanya. Zaidan tidak ingin melewatkan mimpi indah ini sedikitpun. Lelaki dengan wajah tampan itu terlihat berlari menghampiri perempuan yang ada di depannya itu, memeluk perempuan yang kini membalas pelukannya tidak kalah er
Happy Reading Semuanya! "Selamat siang, Prof." Bibirnya hanya melengkung membentuk senyuman tipis menanggapi sapaan dari mahasiswanya. Langkahnya berjalan memasuki ruangannya setelah hampir dua jam ia mengajar di dalam kelas, tatapan matanya mengarah pada meja kerjanya yang menampilkan foto orang tercintanya. Zaidan belum bisa move on atas semua yang sudah terjadi pada keluarga kecilnya. Zaidan tidak mencoba untuk melupakan, perasaan kehilangan dan ketakutan itu masih terasa. Lelaki itu juga masih sering meridukan Eva yang sama sekali tidak pernah hadir dalam mimpinya ataupun bayi mungilnya, padahal Zaidan amat sangat berharap jika ia bisa melihat keduanya meski dalam mimpi. "Sayang, ini sudah tiga bulan berlalu." Lelaki yang kini sibuk mengamati foto kebersamaan mereka sewaktu liburan hanya bisa menghela napas pelan, ia tidak menyangka jika sudah menghabiskan waktu yang lama untuk merelakan Eva. Sebenarnya sekarang pun ia belum merelakan kepe
Happy Reading Semuanya! Tubuhnya benar-benar lemas, ia tidak menyangka jika dalam waktu singkat harus mendapatkan kabar menyakitkan seperti sekarang ini. Menurut Zaidan ini adalah karma karena dulu membuat sakit hati Eva yang tidak terlampiaskan, tetapi yang ia rasakan karmanya terlalu berat. "Apakah ini karma untuk saya Eva?" bisik Zaidan. Zaidan tidak mendapatkan kabar apapun setelah kepulangannya dari bandara setelah menunggu hampir tiga jam lebih demi mendengar kabar terkait orang tercintanya. Orang tuanya yang menyusul ke TKP juga belum memberi kabar apapun. Air matanya terus mengalir tanpa bisa Zaidan cegah, pembuktian jika Eva adalah cinta sejatinya. Lelaki yang merasa dunianya hancur hanya bisa terdiam memperhatikan ruang utama rumahnya sekarang ini, matanya sudah bengkak karena terlalu lama menangis. Kepalanya menunduk, air matanya kembali mengalir karena harapannya mendadak pupus. Harusnya malam ini mereka bisa tertawa bersama sembari menimang anak mereka, tapi kenyatan
Happy Reading Semuanya! Waktu yang ditunggu olehnya akhirnya datang juga. Saat ini mungkin Zaidan memang masih bersedih, tapi ia juga tidak ingin berlangsung lama. Masih ada lagi hal yang perlu ia kerjakan, dan air matanya terasa kering. Zaidan tidak bisa melampiaskan begitu saja. Lelaki itu yakin kalau ia bisa menangis dengan lega nanti, bersama orang tercintanya yang lebih tahu tentang kejadian meninggalnya kerabat dekatnya itu. Untuk sekarang ia harus menyiapkan diri dengan bahagia karena Eva akan kembali ke pelukannya. Rumahnya sudah di dekor ulang dengan keadaan steril tidak ada debu, agar anaknya dan orang tercintanya bisa hidup dengan layak di rumah mereka saat ini. Rumah penuh dengan kenangan, Zaidan juga sudah menyetok persiapan makanan untuk menyambut keduanya. Hatinya berdegub kencang tidak karuan. "Mass ingin segera bertemu kamu sayang, menunggu cerita yang akan kamu lontarkan untuk Mas." Zaidan sudah mendengar kabar jika istri dan anaknya saat ini sedang transit di Si
Happy Reading Semuanya!Zaidan belum berpamitan dengan layak pada temannya itu, ia merasa menjadi teman yang buruk. Kevin selalu ada untuknya bahkan untuk orang tercintanya, tetapi kenapa ia selalu melewatkan hal terburuk dari temannya. Kevin memang pandai menyembunnyikannya, lelaki itu sangat ahli dalam menyembunyikan perasaan. "Lo enggak pernah berubah," bisik Zaidan. Lelaki itu sangat ingat bagaimana temannya menyembunyikan sesuatu yang besar bahkan perihal untuk membayar sekolah, lelaki dengan nama Kevin itu sampai rela bekerja banting tulang membersihkan piring sampai menjadi pelayan toko 24 jam demi membayar sekolah. Kevin bisa saja memanfaatkannya untuk membantu membayar, tapi lagi-lagi lelaki itu melakukan sesuatu yang berat seperti itu. Sebagai teman tentu ia merasa sangat jahat, maka dari solusinya ia menanggung biaya sekolah Kevin bahkan sampai temannya mendapatkan gelar. Ia bangga dengan Kevin, semua yang dilakukannya membuat Zaidan bangga. "Lo janji bakalan kembali ke
Happy Reading Semuanya! Zaidan tersenyum manis memandang dari layar laptopnya dimana kedua orang kecintannya disana, ia sudah sangat rindu dengan keduanya dan terasa sangat lama sekali harinya. Apalagi dalam seminggu belakangan ini ia sibuk dengan perusahaannya dan urusannya menjadi dosen, benar-benar menyita waktunya. "Mas rindu banget sama kamu sayang," Eva tampak tertawa pelan mendengar perkatannya barusan, "Aku juga rindu sama Mas, padahal setiap hari kita saling tukar kabar. Kenapa saya rindu mulu ya sama Mas? Mas pakai pelet apa?" tanya Eva dengan raut wajah cemberut. "Ketampanan dan rasa cinta Mas," sahut Zaidan. "Dasar gombal! Sayangnya Momy, kalau sudah besar jangan sama kaya Dady ya? Tukang gombal," Eva mengecup pipi bayi tampannya yang tertawa seolah setuju dengan perkataan Eva. Benar-benar pemandangan yang manis. Tatapan mata Zaidan mengarah pada kedua orang yang ada di depannya itu, bohong jika Zaidan tidak tahu arti tatapan dari orang tercintanya ini. Tatapan Eva
Happy Reading Semuannya! Semuanya berlalu dengan cepat, Eva tidak ingin memberitahu Rendi ataupun Zaidan. Perempuan yang menjadi ibu satu anak itu tidak ingin melihat betapa sedihnya orang tercinyanya jika mengetahui sahabat terdekatnya sudah tidak bisa lagi berada di sisinya, tapi yang Eva tahu sekarang ini adalah bukan hanya dirinya yang terluka, ternyata bukan hanya Eva saja yang mengalami kesedihan mendalam karena ditinggal oleh Kevin yang selalu senantiasa bersama dengan dirinya dalam keadaan sulit ataupun bahagia. Iris matanya memperhatikan perempuan asing yang tiba-tiba menangis tepat di hadapan pemakaman Kevin saat ini. Perempuan itu bukan Ana dan Ana juga tidak sesedih itu karena kenyataannya mereka sudah ikhlas membiarkan Kevin pergi meskipun matanya juga bengkak karena terlalu banyak menangis. Kevin sudah dikuburkan dengan layak dan semuanya di bantu oleh Daniel yang lebih tahu menahu tentang pemakaman di negara ini, meskipun harus membayar mahal. Selama Kevin bisa baha