Beranda / Romansa / Dosen Pembimbing Itu Suamiku! / Bab 42 - Sidang Pertama

Share

Bab 42 - Sidang Pertama

Penulis: Skyworld 04
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Happy Reading Semuanya!

Iris mata Eva memperhatikan lelaki yang menjadi suaminya tampak gugup sendiri, padahal ia sama sekali tidak merasa gugup di sidang pertamanya. Zaidan berjalan kesana kemari merasa panik dengan situasi saat ini, padahal Zaidan akan menyaksikannya langsung di dalam ruangan yang sama dengan dirinya.

“Kamu tunda sidangnya saja bagaimana?”

Alis mata Eva menaik sebelah, apa yang dikatakan suaminya barusan? Bukankah lebih cepat lebih baik. Memang siapa yang mengusulkan pertama kali untuk mengikuti sidang pertama. Emosi sekali Eva.

“Apanya yang ditunda? Saya sudah ada di depan ruangan dan sudah daftar,” sahut Eva sembari cemberut memandang Zaidan kini mengacak rambutnya kesal.

“Ini pasti gara-gara saya, kamu sampai sakit seperti ini. Kamu saat ini sedang sakit karena saya, pasti kamu sakit dan gugup bersatu menjadi satu.” Zaidan menangkup wajah sang istri di depannya yang berwajah pucat. Iris matanya memperhatikan pupil mata sang istri yang menatapnya dalam.

Tang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dosen Pembimbing Itu Suamiku!   Bab 43 - Livy Merusak

    Happy Reading Semuanya! Mereka rencana memang akan pergi ke Switzerland harus gagal karena kejadian tidak diinginkan terjadi, Eva tidak mengerti dengan keadaan kakaknya dan sang suami juga begitu. Mereka sudah siap untuk pergi tapi orang tuanya mengabarinya jika sang kakak kecelakaan dan tidak ingin melakukan pengobatan jika Zaidan tidak berada di sisinya. Eva tidak mengerti. Sangat tidak mengerti. Apa hubungannya dengan sang suami serta kecelakaan ini? Memang suaminya dokter. “Saya bukan seorang dokter, bagaimana bisa mengobati seseorang? Saya juga bukan suami dari Livy. Untuk apa saya berada di sisi dia? Saya memiliki seorang istri dan ada hati yang harus saya jaga.” Perempuan dengan nama Eva itu terdiam menatap sang kakak yang merintih kesakitan, ia sendiri tidak bisa mengeluarkan sepatah kata apapun. Ia bingung melihat keduanya, sebenarnya Eva tidak rela tapi ia kasihan dengan sang kakak.“Kakak kesakitan Mas, saya enggak masalah sama sekali jika Mas harus membantu Kak Livy. D

  • Dosen Pembimbing Itu Suamiku!   Bab 44 - Alasan Zaidan Bahagia

    Happy Reading Semuanya! Eva menyentuh pipi sang suami yang hanya mempoutkan bibirnya, sudah hampir dua jam suami sekaligus dosen pembimbingnya tidak ingin buka suara dan berbicara dengannya selama perjalanan. Alhasil Eva hanya bersandar nyaman pada lengan Zaidan sembari mempoutkan bibirnya dan sekarang ia sudah memikirkan caranya supaya sang suami mau bicara lagi dengan mencolek pipi Zaidan. “Sayang... sudah dong ngambeknya,” rengek Eva. “Kamu enggak adil Eva, kamu memanggil Kevin dengan sebutan ‘Mas’ di pertemuan kalian yang kedua dan kamu membutuhkan banyak waktu untuk membuat panggilan ‘Mas’ ke saya. Itu enggak adil Eva,” Kevin yang mendengar perkataan dari rekannya itu hanya menggeleng, ribut sekali keduanya. Tetapi lelaki dengan wajah tampan itu tahu kalau tatapan mata Zaidan dengan Eva sama sekali tidak bisa dibohongi, begitupun sebaliknya. Mereka akan bahagia dengan pernikahan ini, kan? Kevin tidak yakin karena kakak dari Eva terlihat tidak bisa diam untuk merusak pernikaha

  • Dosen Pembimbing Itu Suamiku!   Bab 45 - Mandi Bersama

    Happy reading semuanya! “Tubuh kamu kenapa sangat cantik dan membuat saya bergairah terus menerus, Eva.” Kalimat yang baru saja diutarakan oleh Zaidan barusan membuat Eva hanya menghela napas perlahan, ia hanya bisa pasrah menuruti keinginan dari sang suami yang menginginkan mandi bersama yang berujung sesuatu lebih akan terjadi. Memang tidak ada yang bisa menebak jalan pikiran dari suaminya itu, sudahlah ia pasrah saja. Toh, tidak ada yang bisa ia lakukan juga. “Mas, saya itu mau makan dari tadi. Kenapa Mas siksa saya di kamar mandi?” tanya Eva dengan suara kesal. “Kamu bisa menikmati makanan sepuas yang kamu mau nanti, saya juga sudah memberikan makanan tadi. Kamu saja yang mudah lapar. Sekarang ada hal yang harus kamu nikmatin," Eva memasang wajah cemberut mendengar perkataan dari suaminya barusan. "Apa?" Bibir Zaidan tersenyum mendengar penuturan dari perempuan yang menjadi istrinya itu, Eva terlihat kesal tetapi tidak bisa berkata apa-apa. "Kita bisa menikmati pemandangan

  • Dosen Pembimbing Itu Suamiku!   Bab 46 - Bertemu Dengan Logan

    Happy Reading Semuanya! Tatapan matanya mengarah pada lelaki di depannya, ia mengenal. Sangat mengenal lelaki yang mendadak meninggalkannya tanpa alasan jelas, kepalanya menunduk dan dadanya berdegub sangat cepat sekarang ini. Ada rasa cinta lama yang belum selesai. "Kamu... gimana kabarnya? Maaf aku pergi tanpa kasih kabar kamu, aku sudah mendengar semua berita tentang kamu dan aku sudah berpikir. Kamu bukan orang yang seperti itu, Eva yang aku kenal adalah orang baik, pengertian, dan enggak berani macam-macam. Orang munafik seperti aku memang enggak pantas buat dapatkan hati kamu," Eva memperhatikan sang suami yang hanya memasang wajah datar tepat di sebelah gerobak penjual martabak. Entah bagaimana mereka bisa bertemu di tempat yang seperti ini, perempuan muda itu tidak tahu jika bermainnya Logan sangat jauh. "Logan, kenapa lo ada di sini?" tanya Eva. "Rumah orang tua gue disini, mereka ingin menghabiskan masa tuanya di tempat yang sejuk. Gue pulang saja sebelum sidang nanti,

  • Dosen Pembimbing Itu Suamiku!   Bab 47 - Zaidan Sakit Perut

    Happy Reading Semuanya! Tangan Zaidan meremas dibagian perutnya, untuk pertama kalinya ia merasakan sakit yang seperti ini. Matanya yang terpejam perlahan terbuka dan menampilkan wajah cantik istrinya yang masih memejamkan matanya, jam dinding menunjukkan pukul 2 dini hari dan ia merasakan sakit yang amat hebat. Bibirnya ia gigit agar tidak mengganggu tidur sang istri yang kini mulai merasa tidak nyaman dan terganggu dipelukannya. "Mas, kenapa?" tanya Eva dengan suara serak. "Eva, tolong saya! Perut saya sakit," Eva yang baru saja mengumpulkan nyawanya langsung berdiri menyalakan lampu kamar mereka dan memperhatikan Zaidan tengah merintih kesakitan. "Mas, kenapa ih? Kok kesakitan begitu?" tanya Eva sembari mengusap peluh yang keluar dari wajah Zaidan saat ini. "Perut saya sakit, panggil dokter Eva!" pinta Zaidan. Eva menggigit bibirnya, apakah ada dokter di waktu dini hari seperti sekarang ini. Lagian ada-ada saja suaminya itu, lihat saja sekarang malah jatuh sakit. Katanya

  • Dosen Pembimbing Itu Suamiku!   Bab 48- Tamparan

    Happy Reading Semuanya! Iris mata Eva memperhatikan kedua orang yang tengah sibuk bekerja di ruang tamu, mereka memang gila bekerja dan Eva sama sekali tidak bisa melupakan kejadian semalam. Dimana Kevin begitu putus asa menceritakan semuanya pada Eva. Ini menjadi sebuah tamparan untuk Eva karena tidak mencintai Zaidan dengan tulus. Langkahnya berjalan menuju dapur, ia harus membuat minuman sehat untuk kedua orang yang tengah sakit itu. Tangannya membuka ponselnya dan mencari tahu minuman terbaik penderita kanker seperti Kevin serta penambah imun untuk suaminya. "Mas, saya lihat di depan sana ada supermarket besar. Saya ingin membeli sesuatu dulu enggak masalah, kan?" tanya Eva. "Jangan lama-lama, maaf saya enggak bisa antar kamu. Kalau kamu bisa menggunakan sepeda, di luar sudah disiapkan oleh Kevin. Tadinya saya ingin dengan kamu berolahraga bersama, tapi malah keadannya begini." Kepala Eva mengangguk, "Iya, saya akan segera kembali. Kalau Mas lelah segera istirahat, jangan mem

  • Dosen Pembimbing Itu Suamiku!   Bab 49 - Cinta Itu Bagaimana?

    Happy Reading Semuanya! Semua sudah kembali ke posisi awal, ia sebenarnya tidak terlalu menikmatinya karena Zaidan sibuk mengurungnya di kamar dan memadu kasih. Mereka bahkan melupakan Kevin yang ada di lantai bawah, memang tidak tahu malu sekali. Eva sendiri juga mendengar kabar jika Kevin akan mendapatkan pengobatan malam ini sehabis bekerja di rumah sakit, sama sekali tidak ada hentinya. "Lo ngapain?" tanya Vier. Perempuan itu memang datang lagi ke sebuah cafe dimana ia bertemu dengan Vier si orang sibuk dengan destinasi sederhana ini. Bibirnya tersenyum sembari duduk di tempat biasa, tatapan matanya mengarah pada menu di depannya. Salahkan saja kemarin ia tidak sempat makan dan pesan apapun, semuanya bergantung pada Vier. "Lo kenapa ada disini anak kecil?" Vier tampak geregetan melihat tingkah perempuan yang memang terlihat seperti anak kecil didepanya. "Gue mau nongkrong, enggak boleh?" tanya Eva. Vier kalah. Memang tidak seharusnya ia mengatakan sepatah kata apapun pada

  • Dosen Pembimbing Itu Suamiku!   Bab 50 - Acara Keluarga Zaidan

    Happy Reading Semuanya!Dress bewarna hitam tampak senada dengan tuxedo yang dikenakan oleh Zaidan saat ini, mereka tadi siang mendapatkan kabar jika ada pesta di keluarga besar keluarga Zaidan dan kini mereka berada di depan mansion mewah keluarga Zaidan dengan tatapan sang suami yang begitu datar.Eva tidak mengerti dengan tatapan benci dari sang suami saat ini, bahkan cengkraman tangan Zaidan di tangannya begitu erat dan seakan enggan untuk melepas tangannya. "Ayo masuk!" ajak ZaidanIris mata Eva memperhatikan keluarganya tampak diasingkan di ujung sofa disaat orang lain tampak sibuk berbincang apalagi persoalan bisnis, sepertinya ayahnya kalah dengan perbincangan mereka. Tatapan matanya berdalih pada sang kakak tampak mudah bersosialisasi dengan keluarga Zaidan. Kakaknya paham tentang bisnis dan berbeda dengan Eva yang lebih memahami tentang dunia sains serta pendidikan. "Kamu duduk saja dulu dengan orang tua kamu, saya ada urusan dengan paman saya." Eva hanya mengangguk dan be

Bab terbaru

  • Dosen Pembimbing Itu Suamiku!   BAB 127 - EXTRA PART

    Happy Reading Semuanya! Ini adalah pernikahannya yang kedua dan perasannya masih sama. Dadanya berdegub sangat cepat memandang cermin di depannya, mungkin dulu bukan pernikahan yang membahagiakan untuknya tapi sekarang ini adalah sesuatu yang membahagiakan untuk Eva karena menikahi orang yang dicintainya. Eva terkekeh geli mengingat masa lalunya, ia dulu pernah bersumpah tidak akan mencintai Zaidan. Justru sekarang ia malah cinta mati pada lelaki itu, memang ucapan sama sekali tidak bisa dijaga. "Kamu kenapa?" tanya Livy. "Bukankah ini sangat lucu?" Livy menaikkan sebelah alisnya sembari menggendong bayi yang merupakan anak dari adiknya, ia tidak mengerti dengan perkataan sang adik saat ini. "Kenapa?" tanya Livy lagi. Bibir Eva tersenyum manis, "Dulu kita berkelahi hanya karena satu laki-laki, dulu aku sangat membenci dengan Mas Zaidan dan sekarang aku malah cinta mati sama dia." Livy tersenyum mendengar perkataan dari sang adik barusan. Setelah diingat kembali ini memang san

  • Dosen Pembimbing Itu Suamiku!   Bab 126- Happy After Ever (TAMAT)

    Happy Reading Semuanya! Kecupan itu semakin mendalam dan tidak peduli tempat. Mungkin orang yang melihatnya juga memahami apa yang terjadi dengan pasangan yang sedang dimabuk cinta itu. Ini adalah kebahagian mereka setelah melewati kenangan pahit yang menyerang mereka. Sudah dua minggu semenjak kehadiran Eva di rumahnya, kini rumah yang sempat suram karena karangan bunga dan berita kesedihan berubah menjadi sesuatu yang membahagiakan dan tidak menyangka jika akan mendapatkan kebahagian baru yang tidak pernah mereka sangka. "Ampun deh kalian! Bisa enggak sih kalau kalian melakukan itu di kamar saja? Bagaimana pun kalian harus menghormati orang tua disini." Kecupan mereka terlepas sembari memperhatikan ibu dari Zaidan yang kini meninggalkan mereka berdua untuk menghampiri cucu kesayangannya. Ibu dari Eva sendiri hanya terkekeh geli melihat adegan kedua anaknya. Zaidan tidak peduli, ini adalah hal menyenangkan untuknya dan membahagiakan di setiap

  • Dosen Pembimbing Itu Suamiku!   Bab 125 - Dia Kembali

    Happy Reading Semuanya! Jika ini adalah mimpi, maka jangan bangunkan Zaidan untuk saat ini. Sudah lama ia tidak memimpikan orang yang dirindukannya selama beberapa bulan belakangan ini. Ini adalah mimpi terindah yang pernah Zaidan rasakan setelah beberapa bulan ia mengalami perasaan kehilangan, air matanya mengalir dengan deras tanpa bisa ia cegah sama sekali. Eva muncul di mimpi tidur siangnya. Tidak! Ini bukan mimpi tidur siangnya. Hawa panas dan banyak mahasiswanya yang memperhatikannya, berarti ini sungguhan bukan hanya lamunannya semata. Orang yang dicintainya ada di depan matanya, semuanya terasa nyata, ini bukan hanya khayalan sematanya kan. Dia kembali... Orang yanng dicintainya kembali berada di depan matanya. Zaidan tidak ingin melewatkan mimpi indah ini sedikitpun. Lelaki dengan wajah tampan itu terlihat berlari menghampiri perempuan yang ada di depannya itu, memeluk perempuan yang kini membalas pelukannya tidak kalah er

  • Dosen Pembimbing Itu Suamiku!   Bab 124- Dosen Pembimbing itu Suamiku!

    Happy Reading Semuanya! "Selamat siang, Prof." Bibirnya hanya melengkung membentuk senyuman tipis menanggapi sapaan dari mahasiswanya. Langkahnya berjalan memasuki ruangannya setelah hampir dua jam ia mengajar di dalam kelas, tatapan matanya mengarah pada meja kerjanya yang menampilkan foto orang tercintanya. Zaidan belum bisa move on atas semua yang sudah terjadi pada keluarga kecilnya. Zaidan tidak mencoba untuk melupakan, perasaan kehilangan dan ketakutan itu masih terasa. Lelaki itu juga masih sering meridukan Eva yang sama sekali tidak pernah hadir dalam mimpinya ataupun bayi mungilnya, padahal Zaidan amat sangat berharap jika ia bisa melihat keduanya meski dalam mimpi. "Sayang, ini sudah tiga bulan berlalu." Lelaki yang kini sibuk mengamati foto kebersamaan mereka sewaktu liburan hanya bisa menghela napas pelan, ia tidak menyangka jika sudah menghabiskan waktu yang lama untuk merelakan Eva. Sebenarnya sekarang pun ia belum merelakan kepe

  • Dosen Pembimbing Itu Suamiku!   Bab 123 - Kesedihan Mendalam

    Happy Reading Semuanya! Tubuhnya benar-benar lemas, ia tidak menyangka jika dalam waktu singkat harus mendapatkan kabar menyakitkan seperti sekarang ini. Menurut Zaidan ini adalah karma karena dulu membuat sakit hati Eva yang tidak terlampiaskan, tetapi yang ia rasakan karmanya terlalu berat. "Apakah ini karma untuk saya Eva?" bisik Zaidan. Zaidan tidak mendapatkan kabar apapun setelah kepulangannya dari bandara setelah menunggu hampir tiga jam lebih demi mendengar kabar terkait orang tercintanya. Orang tuanya yang menyusul ke TKP juga belum memberi kabar apapun. Air matanya terus mengalir tanpa bisa Zaidan cegah, pembuktian jika Eva adalah cinta sejatinya. Lelaki yang merasa dunianya hancur hanya bisa terdiam memperhatikan ruang utama rumahnya sekarang ini, matanya sudah bengkak karena terlalu lama menangis. Kepalanya menunduk, air matanya kembali mengalir karena harapannya mendadak pupus. Harusnya malam ini mereka bisa tertawa bersama sembari menimang anak mereka, tapi kenyatan

  • Dosen Pembimbing Itu Suamiku!   Bab 122 - Kecelakaan

    Happy Reading Semuanya! Waktu yang ditunggu olehnya akhirnya datang juga. Saat ini mungkin Zaidan memang masih bersedih, tapi ia juga tidak ingin berlangsung lama. Masih ada lagi hal yang perlu ia kerjakan, dan air matanya terasa kering. Zaidan tidak bisa melampiaskan begitu saja. Lelaki itu yakin kalau ia bisa menangis dengan lega nanti, bersama orang tercintanya yang lebih tahu tentang kejadian meninggalnya kerabat dekatnya itu. Untuk sekarang ia harus menyiapkan diri dengan bahagia karena Eva akan kembali ke pelukannya. Rumahnya sudah di dekor ulang dengan keadaan steril tidak ada debu, agar anaknya dan orang tercintanya bisa hidup dengan layak di rumah mereka saat ini. Rumah penuh dengan kenangan, Zaidan juga sudah menyetok persiapan makanan untuk menyambut keduanya. Hatinya berdegub kencang tidak karuan. "Mass ingin segera bertemu kamu sayang, menunggu cerita yang akan kamu lontarkan untuk Mas." Zaidan sudah mendengar kabar jika istri dan anaknya saat ini sedang transit di Si

  • Dosen Pembimbing Itu Suamiku!   Bab 121- Memory Kenangan

    Happy Reading Semuanya!Zaidan belum berpamitan dengan layak pada temannya itu, ia merasa menjadi teman yang buruk. Kevin selalu ada untuknya bahkan untuk orang tercintanya, tetapi kenapa ia selalu melewatkan hal terburuk dari temannya. Kevin memang pandai menyembunnyikannya, lelaki itu sangat ahli dalam menyembunyikan perasaan. "Lo enggak pernah berubah," bisik Zaidan. Lelaki itu sangat ingat bagaimana temannya menyembunyikan sesuatu yang besar bahkan perihal untuk membayar sekolah, lelaki dengan nama Kevin itu sampai rela bekerja banting tulang membersihkan piring sampai menjadi pelayan toko 24 jam demi membayar sekolah. Kevin bisa saja memanfaatkannya untuk membantu membayar, tapi lagi-lagi lelaki itu melakukan sesuatu yang berat seperti itu. Sebagai teman tentu ia merasa sangat jahat, maka dari solusinya ia menanggung biaya sekolah Kevin bahkan sampai temannya mendapatkan gelar. Ia bangga dengan Kevin, semua yang dilakukannya membuat Zaidan bangga. "Lo janji bakalan kembali ke

  • Dosen Pembimbing Itu Suamiku!   Bab 120 - 2 Kabar

    Happy Reading Semuanya! Zaidan tersenyum manis memandang dari layar laptopnya dimana kedua orang kecintannya disana, ia sudah sangat rindu dengan keduanya dan terasa sangat lama sekali harinya. Apalagi dalam seminggu belakangan ini ia sibuk dengan perusahaannya dan urusannya menjadi dosen, benar-benar menyita waktunya. "Mas rindu banget sama kamu sayang," Eva tampak tertawa pelan mendengar perkatannya barusan, "Aku juga rindu sama Mas, padahal setiap hari kita saling tukar kabar. Kenapa saya rindu mulu ya sama Mas? Mas pakai pelet apa?" tanya Eva dengan raut wajah cemberut. "Ketampanan dan rasa cinta Mas," sahut Zaidan. "Dasar gombal! Sayangnya Momy, kalau sudah besar jangan sama kaya Dady ya? Tukang gombal," Eva mengecup pipi bayi tampannya yang tertawa seolah setuju dengan perkataan Eva. Benar-benar pemandangan yang manis. Tatapan mata Zaidan mengarah pada kedua orang yang ada di depannya itu, bohong jika Zaidan tidak tahu arti tatapan dari orang tercintanya ini. Tatapan Eva

  • Dosen Pembimbing Itu Suamiku!   Bab 119 - Siapa yang paling terluka?

    Happy Reading Semuannya! Semuanya berlalu dengan cepat, Eva tidak ingin memberitahu Rendi ataupun Zaidan. Perempuan yang menjadi ibu satu anak itu tidak ingin melihat betapa sedihnya orang tercinyanya jika mengetahui sahabat terdekatnya sudah tidak bisa lagi berada di sisinya, tapi yang Eva tahu sekarang ini adalah bukan hanya dirinya yang terluka, ternyata bukan hanya Eva saja yang mengalami kesedihan mendalam karena ditinggal oleh Kevin yang selalu senantiasa bersama dengan dirinya dalam keadaan sulit ataupun bahagia. Iris matanya memperhatikan perempuan asing yang tiba-tiba menangis tepat di hadapan pemakaman Kevin saat ini. Perempuan itu bukan Ana dan Ana juga tidak sesedih itu karena kenyataannya mereka sudah ikhlas membiarkan Kevin pergi meskipun matanya juga bengkak karena terlalu banyak menangis. Kevin sudah dikuburkan dengan layak dan semuanya di bantu oleh Daniel yang lebih tahu menahu tentang pemakaman di negara ini, meskipun harus membayar mahal. Selama Kevin bisa baha

DMCA.com Protection Status