Dari semua tempat yang ada, kenapa Irham Nusahakam masih menetap di hati Raina Atqiyya?===="Semalam saya hanya ketemu Bunda karena Papa sudah tidur. Jadi, saya menunggu di kursi luar."Raina mengernyitkan dahi. Dia merinding mendengar penuturan Irham. Kenapa pria di sebelahnya tahu segala hal? Apa dia ke Amerika untuk belajar perdukunan?Irham yang merasa diperhatikan Raina pun menoleh dan tersenyum. "Kenapa? Papa kamu, kan, Papa saya juga.""Jangan didengerin, ya, Pa. Anggap aja angin lewat," kata Raina kesal.Papa dan Bunda hanya tersenyum. Otak keduanya pasti menyimpulkan suatu hal."Jadi, kamu ke sini untuk menjenguk saya atau bertemu Raina?" tanya Papa dengan nada tegasnya. Papa masih pada posisi bersandar di kepala ranjang."Saya mau minta restu sekalian, Pa." Irham tidak perlu berpikir panjang.Aldian yang sejak awal berdiri di sebelah kanan papa hanya bisa memantau interaksi kedua orang di hadapannya."Pa, daripada semakin ngawur, Raina keluar dulu, ya, sebentar." Raina ters
Aku ingin melakukan sebuah penelitian. Bagaimana bisa kamu menjalani hari-hari tanpa melihat wajahku? Apakah dirimu masih bisa berdiri tegar atau justru melupakanku dan berlalu?==="Buat apa?" tanya Raina heran."Buat saya. Mau, ya?" Suara Irham terdengar lembut.Hah? Setelah pipi Raina yang tak tahu situasi dan kondisi itu merona, dia berpikir keras."Pak Irham? Saya tanya buat apa, lho, bukan buat siapa! Kenapa jawabannya buat saya?" Pertanyaan ini hanya alasan untuk menghindar dari ajakan foto bersama."Kamu makin lama makin ngambekan, ya?" Irham masih tersenyum.Apa dia berharap senyumnya bisa membuat Raina terpesona?"Pak Irham makin lama makin ngeselin." Raina tidak ingin berhenti berdebat.Irham tidak peduli. Dia meraih handphone yang sejak tadi tergeletak di atas meja. Pria itu mengeklik ikon kamera. Timer dinyalakan.Raina mendekatkan wajahnya di sebelah Irham dan tersenyum tanpa beban. Mereka mengambil beberapa foto. Sungguh, kali ini mereka terlihat sedikit akur dan mesra.
Dari semua orang di dunia ini, Irham Nusahakam adalah pria yang paling mau mengalah demi menyenangkan perasaan Raina.==="Menikah sama Aldian dan kita bisa tinggal sama-sama di Bandung, Raina."Raut wajah Raina seketika berubah. Dahinya mengerut. Apa-apaan itu? Dia menyerah untuk kembali menerima papanya, tetapi bukan berarti pria itu bebas mengatur.Apakah pria tua itu datang dalam hidupnya hanya untuk mengatur?Mengendalikan napas adalah hal yang pertama kali Raina lakukan.Aldian sadar atas perubahan emosi Raina. Dia menelan ludah. Apa yang harus dilakukan? Pertanyaan itu terus berkutat dalam otaknya."Kak, bisa tolong berhenti di sini?"Pertanyaan itu terpaksa harus Raina telan. Dia berniat untuk turun sekarang juga dan pergi. Namun, urung dilakukannya. Dia teringat pada tas dan kebaya kesayangannya yang tertinggal di kamar.Kadang, ada orang yang baru masuk sedikit saja dalam hidup seseorang, langsung sibuk ngatur-ngatur. Kalau mau ngatur-ngatur, mah, kenapa nggak jadi tukang pa
Kamu bertemu banyak orang di persimpangan. Namun, kamu memutuskan untuk hidup bersama dengan satu orang saja. Itu bukan karena yang lain tidak baik, tetapi karena dia adalah versi terbaik Allah untukmu. Apabila suatu hari takdir dengannya terurai, maka sejak awal dia bukanlah versi terbaik Allah untukmu. === "Aku nggak berharap apa-apa lagi dari Pak Irham." "Ya, Irham yang banyak berharap bisa menghabiskan sisa waktunya sama lu." Sheiza mewakili isi hati Irham. Irham harus banyak berterima kasih setelah ini. "Sheiza pokoknya shiperin kalian berdua." Celetukan Glenn membuat Sheiza mengangguk mengiyakan. Raina semakin gamang. Handphone Raina berdering. Dia melihat nama Aldian pada kontaknya. "Kenapa, Aa?" Aldian mempunyai permintaan khusus untuk dipanggil Aa. Dia mengutarakan hal tersebut kepada Raina saat mengantar ke terminal. "Ya ampun, aku lupa banget. Anterin ke hotel tempat aku mau meet and greet aja, ya, Aa. Nanti aku chat alamat lengkapnya." Raina terlihat santai berbic
Kita tidak hidup dengan kenangan karena kita tidak berada di masa lalu. Kebahagiaan-kebahagiaan sebelumnya tidak akan pernah menambal rasa kosong yang diciptakan kepergian di masa kini.Yang kita perlukan adalah merasa bahagia sekarang dan menjadikannya kenangan baik di esok pagi.***Raina ingin berganti piyama saja agar tidak dikira pasangan pengantin baru. Namun, dia hanya membawa baju tidur ini dari rumah papanya. Melihat ekspresi Irham yang senyum-senyum membuat Raina kesal. Seolah-olah pria itu benar-benar akan menjadi seorang bapak. Kan, tidak semua orang muntah berarti hamil.Ini asam lambung!Ulu hati Raina terus terasa keram tidak tertahan. Dia juga merasa sangat mual. Mungkin, ini efek makan bakso pedas sebelum mengisi perut dengan nasi."Bapak mau ngapain?" Raina menahan pintu kamarnya untuk tidak menerima langkah Irham."Mau buat air teh buat kamu." Irham menurunkan lengan Raina yang mengganjal pintu. "Teh pahit supaya perutnya hangat.""Nggak usah nanti saya buat sendiri
Kenangan adalah bagian dari perjalanan. Ia umpama daun layu yang berjatuhan di atas bumi. Raga bersimpuh di bawah pohon usang yang daunnya berguguran sedih. Cerita kita tertulis pada helaian-helaian kerinduan serupa mimpi. Ada segumpal perih melesap dalam hati yang mulai merasa sunyi. ==== "Terima kasih paling paripurna untuk seseorang yang memberikan Rain tab ini." Raina mengangkat tab-nya. "Kalau bukan karena tab ini, mungkin Rain tidak pernah melahirkan komik." Raina tersenyum. Semua orang menyimak tiap kalimat yang disampaikannya. "Rain baru tahu kebenaran sosok yang memberikan tab ini beberapa bulan lalu." Raina membulatkan mata saat melihat Anes dan Adli datang, duduk di kursi paling belakang. Wanita itu melambaikan tangan. "Mereka sahabat terbaik Rain." Semua orang langsung mengalihkan pandangan kepada dua orang yang baru tiba di kursi belakang. "Lanjut ke masalah tab, ya. Orang yang ngasih Rain tab adalah orang yang sama yang menginspirasi Rain menulis cerita komik roman
Menyiapkan diri bertemu denganmu dalam perasaan rindu adalah hal paling sulit yang kulakukan.===Raina tiba di restoran. Dia bisa melihat Kris menyambutnya. Pria itu pasti menjadi fotografer dadakan untuk dokumentasi agenda acara malam ini."Malem, Kak Kris! Top fans-nya belum dateng?" tanya Raina lirih. Dia duduk di kursi yang telah disediakan. Buket bunga pemberian Papa diletakkan di atas meja.Aroma mawar dan lilin aroma terapi bersatu padu menyenangkan indera penciuman."Dikit lagi sampe, Mba Rain." Kris sibuk dengan kameranya.Entah apa yang diotak-atik. Dia sesekali memotret langit, Raina, dan suasana kota dari rooptop.Raina meraih gelas berisi air mineral dan hendak meminumnya.Satu teguk ... dua teguk dan dia tersedak air karena melihat pria dengan hoodie putih bertuliskan 'Loading Your Love' menghampiri dirinya.Keterkejutan Raina adalah Irham yang sekarang berada di hadapannya. Hoodie putih dan model baru rambut pria itu sungguh membuatnya tercengang. Itu tidak lebih menge
Jika tidak berada di hati kamu, di mana seharusnya aku berada?===Raina memandangi handphone. Dia termangu sejenak. Tadi malam seperti mimpi. Makan malam bersama Irham Nusahakam dan berjalan pulang menuju hotel. Namun, sekarang apa yang dilakukannya? Dia mengabaikan pesan Irham, padahal hoodie bertuliskan 'loading your love' saja sedang dipakainya.Apa dia benar-benar sedang me-loading cinta Irham?Lalu, apa yang baru saja dibacanya?'Potret Kedekatan Celline Rashadi dan Profesor Muda.'Judulnya sangat klise dan memuakkan, bukan?Raina menggulir layar handphone dan menyetel sebuah video. Itu adalah video wawancara Profesor Rashadi yang begitu bangga terhadap pencapaian Irham. Dia juga mempercayakan putrinya kepada Irham.Well, ini adalah hal baik untuk Irham. Raina sepertinya terpaksa setuju kalau Irham berjodoh dengan anak profesor tersebut. Mereka berada di level yang sama.Dering panggilan video whatssapp mengembalikan kesadaran Raina. 'Pak Irham' memanggil."Kamu di mana, Raina A
Menikah itu ibadah. Namun, jangan sampai Irham mendengar hal yang diyakini Raina ini. Dia bisa semakin ngebet untuk melaksanakan ibadah yang kelak akan menjadi kesukaannya.Raina bukan bergidik, tetapi pipinya malah bersemu merah.Malam semakin larut. Bahu dan punggung Raina rasanya rontok seperti baru selesai outbond atau bahkan mendaki gunung. Dia ingin segera membersihkan wajah dan tidur.Irham masuk kamar dengan wajah kelelahan, tetapi tetap terpancar kebahagiaan. Dia baru saja membantu Maira dan Collin membawakan hadiah-hadiah teman Raina ke mobil untuk disimpan di rumah Raina langsung.Kelopak mawar di atas kasur sudah berantakan di bawah. Irham menarik napas. Raina pasti sudah mengibasnya dengan membabi buta. Wanita itu sudah bilang tidak mau ada bed ala-ala pengantin baru.Irham membuka jas dan kemejanya dan duduk di pinggir kasur. Dia tahu Raina sedang mandi dan membersihkan wajah. Adegan membukakan baju pengantin yang Irham bayangkan ambyar sudah. Buktinya, Raina sudah buru-
"Saya terima nikah dan kawinnya Raina Atqiyya binti ..."Itu adalah kalimat paling romantis yang didengar seorang penulis. Dari ribuan kalimat dalam novel romansanya, dia tidak pernah menulis satu kalimat pun seindah itu.Raina tidak membayangkan akan menikah dengan Irham, si paling ngajak ribut setiap hari.Anes sibuk bersorak-sorai sejak orang-orang berkata sah, apalagi saat Irham memakaikan cincin di jari manis tangan kiri Raina. Dia tidak peduli dengan keanggunan gaun bridesmaid berwarna silver yang sedang dipakainya. Ada yang berbeda dari Anes. Wanita itu memakai hijab. Tentu saja setelah perdebatan panjang dengan Raina.Anes semakin gregetan dengan sikap malu-malu ala perawan Raina saat dokumentasi foto-foto buku nikah. Dia asyik tertawa dan menjepret dari berbagai sudut tanpa peduli sosok yang sejak tadi terpesona dengan penampilan barunya.Ya, itu adalah Vino, yang ikut tersenyum saat Anes tertawa.Irham terlihat sangat bahagia seolah matanya mengeluarkan binar cinta saat mena
Percuma pesona Irham Nusahakam kalau tidak bisa membuat Raina menginginkannya.~ Irham yang sedang memikirkan cara untuk melakukan hal halal setelah akad==="Sekarang kita pikir dulu, Sayang." Irham mengulurkan tangan, menarik Raina untuk duduk di sebelahnya.Mereka sedang berada dalam kantor Irham.Raina ingat setahun lalu Irham pernah tidak membukakan pintu untuknya. Kalau diingat-ingat, Raina jadi sebal pangkat seribu terhadap pria di sebelahnya. Sok bersikap dingin padahal akhirnya tetap mengejar Raina. Siapa lagi kalau bukan Irham Nusahakam?"Pikir apa?" tanya Raina. Dia membuka box rujak jambu kristal yang tadi dibelinya di jalan menuju kantor Irham. Meskipun sudah sore, tetapi tidak mengurangi keinginan Raina untuk memakan buah tersebut."Tentang kita. Tentang akad." Irham menatap Raina penuh perhatian. Namun, as always, yang ditatap sibuk mengalihkan pandangan.Wanita itu mencicipi jambu kristalnya dengan khusyuk. Matanya seolah mengeluarkan cahaya bintang karena terlalu exci
Berada di antara kalian membuatku sakit. Namun, aku juga bahagia karena melihat Raina bahagia.~ Adli Winata galau tak berkesudahan.===Jadi, siapa sebenarnya yang orang ketiga? Adli atau Irham? Irham lebih dulu menyukai Raina bahkan sejak gadis itu masih bau keringat. Namun, Adli lebih dulu menapaki masa-masa kuliah bersama Raina. Dia lebih dulu memperkenalkan diri. Yang pasti, mereka memiliki ruang berbeda dalam hati Raina.Adli curiga pemilik akun fanbase itu adalah orang di sekitar lokasi syuting, tetapi siapa? Pria itu mengambil handphone dari saku. Setidaknya rumor bisa ditutup dengan postingan ini. Dia menarik lengan Raina untuk mendekat. Begitu juga dengan Irham. Jadi, posisi Adli sekarang berada di antara pasangan itu.Irham mengerutkan kening. "Kamu mau ngapain?" tanyanya waspada.Adli hanya berdecak sebal dengan mata melirik Irham penuh kekesalan.Sementara, Raina hanya tersenyum melihat interaksi di antara dua pria tersebut."Foto dulu buat kenangan." Adli mengangkat tang
Apa ada yang lebih bahagia daripada menikah dengan orang yang kamu cintai dan mencintaimu? - Irham Nusahakam Apa ada yang lebih ikhlas daripada melihat orang yang kamu cintai menikah dengan pilihannya? - Adli Winata Apa ada yang lebih galau daripada mencintai orang yang telanjur mencintai orang lain? - Aldian =========== Setelah chating ingin bicara pada waktu itu, Raina tiba-tiba sibuk bolak-balik kantor webtun untuk beberapa kali rapat dan ACC komiknya yang akan diadaptasi menjadi sebuah drama web series. Dia pun seketika lupa kalau memiliki seorang tunangan yang kesabarannya setinggi gunung Everest. Ya, ketinggian 8800 meter di atas permukaan laut. Meskipun kesabarannya setinggi gunung, akan tetapi terkadang berubah menjadi setipis tisu. Seperti hari ini, Raina terkejut melihat Irham sudah duduk di lobi kantor. Dia baru saja bertemu Kriss untuk rapat dan baru mendapat bocoran bahwa Irham memiliki saham di perusahaan tersebut sejak beberapa tahun lalu. Apa itu juga dilakukann
"Pak Irham sengaja ya nempelin aku terus supaya enggak mau ditinggal?"Raina and her bucin fiancee.--------Ini sudah beberapa jam sejak Raina hanya membalas pertanyaan Irham dengan senyum. Sungguh, dia malu kalau harus berkata tidak sanggup berjauhan dari Irham. Lagipula, tingkat kebucinan Raina belum setinggi itu. Kalau diukur pakai penggaris, kebucinan Raina mungkin hanya 5 cm, jauh berbeda dibanding kebucinan Irham yang menjulang tinggi.Sekarang, mereka berdua sedang dalam perjalanan pulang ke Jakarta. Awalnya, mama meminta Raina untuk tinggal di Bogor saja. Namun, Raina tidak betah tinggal di rumah mamanya sendiri. Dia lebih nyaman tinggal di rumahnya, meskipun kesepian.Sejak kehadiran Irham, kesepian hanya sebuah keadaan, buktinya hati Raina terus saja dipenuhi keramaian tentang pria itu.Irham melirik Raina yang pagi ini memakai sebuah dress berbahan crinkle airflow premium dengan jilbab lebih cerah dan bermotif. Dia secara natural menarik senyuman. Bagaimana ini? Irham sama
Kalau hati sudah yakin, apa yang bisa menghentikannya? Hanya keyakinan yang diperlukan dua insan untuk hidup bersama.- author lagi bageur --------------"Mohon maaf kepada Maira, saya tentu saja bukan ingin menghancurkan acaranya. Saya hanya ingin menambah kebahagiaan di antara kita semua. Kebetulan papa mama saya juga hadir dalam acara ini." Irham menatap papa mamanya yang sudah penasaran level tinggi.Mungkin, Pak Ibrahim siap melempar sepatu mahalnya ke hadapan Irham kalau anak itu membuat malu keluarga. Namun, selama ini Irham adalah anak tunggal yang merupakan kebanggan papa mamanya.Sementara itu, Maira sudah duduk di kursi sambil memijat dahi. Dia tidak suka rundown acaranya dirusak oleh Irham. Collin mengusap punggungnya sejak tadi."Mama, Papa, yang terhormat orangtua Raina Atqiyya, mantan mahasiswi saya." Irham membungkuk hormat sambil menghadap ke arah mama Raina dan papa tirinya, lalu melakukan hal yang sama kepada papa Raina dan ibu tirinya. "Perkenalkan saya adalah Ir
Kalau bukan kamu, apa aku bisa bertahan selama ini?Icikiwir :D====Ini adalah hari yang ditunggu-tunggu. Namun, ini bukan hari yang ditunggu Raina, tetapi Maira.Maira's day is today. Dia mengulangi sejarahnya dengan Collin bersama hati yang baru, pola pikir yang baru, dan cinta yang baru.Sejak subuh, wanita itu sudah ribet. Iya, dia ngerepotin Raina dengan banyak menyuruh-nyuruh ini dan itu. Kalau bukan karena ini hari bahagia Maira, tentu saja Raina sudah memulai peperangan sejak pagi."Na, jas buat saya nge-MC di mana?" Itu suara Aldian yang menginterupsi kesantaian Raina di sofa. Iya, Raina sedang meluruskan punggung.Akhirnya yang jadi MC pada acara Maira memang Aldian, bukan Adli Winata. Adli Winata tiba-tiba menghilang seperti yang dikatakannya."Na?" Aldian menyadarkan Raina yang sedang melamun memikirkan Adli.Tiga hari sudah tidak ada kabar.Huh, dasar Adli Winata! Si paling pengen dicariin."Na?" Aldian meninggikan suara."Ih, Aa, kenapa nanyanya sama aku, sih? Aku kan
Puluhan kali aku melihat senyumanmuPuluhan kali juga aku terpesona padamu~ Gombalan siapa lagi ini? :'(===="Sayang, kamu ngapain ke sini?"Sungguh, Irham sangat terkejut mendengar panggilan sayang dari Raina. Dia benar-benar dibuat salah tingkah karena satu panggilan itu. Irham bahkan belum menjawab pertanyaan itu. Pria itu menenangkan diri sesaat sebelum akhirnya berbicara."Mama, Papa, maaf, ya. Saya agak salting sedikit karena Raina dari tadi pamer senyum terus ke saya. Jantung saya tidak aman." Irham hanya mampu menatap mama dan papa Raina bergantian.Dia tidak sanggup melihat Raina yang sedang tersenyum menatapnya. Jantungnya makin terasa tidak karuan."Kita ke sini mau minta restu Mama untuk segera menikah. Kalau lamarannya sebenarnya sudah sering saya lakukan secara pribadi kepada Raina, tetapi Raina kemarin-kemarin belum siap mempunyai suami seperti saya." Irham tertawa setelah mengatakannya."Raina suka ngada-ngada emang." Mama bergumam.Aldian dan Adli menghela napas ber