"Mommy, Be masuk dulu ya."
"Iya sayang, belajar yang rajin ya, ingat nanti sebelum mommy jemput, Be dan Zidan jangan keluar dulu dari sekolah ya, nunggu mommy dateng. Oiya Zidan mulai hari ini kamu sekolah disini juga ya, karena sekarang sekolah kamu kan jauh jadi mulai sekarang kamu sekolah disini aja," ucap Alzena pada laki laki kecil yang baru pertama kali menginjakan kaki ke tempat ini."Iya mommy, Aku suka kok, lagian aku jadi ada teman nya, ada Be yang bisa main sama aku disini," jawan Zidan yang membuat Alzena terkekeh dan mengangguk."Yaudah selamat belajar ya, belajar yang rajin, biar pintar.""Siap Mommy. By mommy.""By Be, by Zidan."Gadis kecil dan laki laki kecil itupun berlari memasuki halaman sekolahnya, sementara Alzena yang kini berjalan meninggalkan tempat, menaiki mobilnya kembali dan menuju ke pusat perbelanjaan.Di Mall.Bruuukk!"Aduh."Alzena bertabrakan dengan Aland RoseHari ini Alzena dan Beverly yang asik bermain ditaman kota, karena hari ini libur, maka Alzena mengajak Beverly besama Maya dan Zidan mengunjungi taman kota untuk bermain disana."Sayang banget ya mommy, daddy ngga bisa ikut, coba aja ada Daddy, pasti lebih seru," gerutu Beverly dengan wajah cemberut."Sayang, Daddy kan lagi sibuk, Daddy lagi ada kerjaan ngga papa dong ya, kita mainnya berempat dulu sama ibu Maya dan Zidan."Mendengar ucapan mommy nya gadis kecil itupun tersenyum dan mengangguk, yang tak lama kemudian, berlari bermain bersama Zidan.Ditengah tengah sibuknya anak anak, Alzena dan Maya hanya memperhatikannya dengan sesekali berbincang, kali ini mereka membahas Sabrina."Zen, aku perhatiin Bu Sabrina ngga berubah ya," ucap Maya yang membuat Alzena mengerutkan dahi."Maksud kak May?""Maksud ku, setelah kondisi ayah yang begini, Sabrina tetep setia, dia juga telaten ngurusin ayah, setau ku dia udah mengurus
Hari ini setelah mengantar Beverly ke sekolah, Alzena pun berjalan seorang diri. Langkahnya seketika terhenti kala melihat Aland melangkah bersama kedua anak buahnya hendak memasuki sebuah restoran.Dengan cepat, Alzena pun melangkah kembali untuk mengejar Aland Rosewood. Entah apa yang akan ia lakukan hingga rela menghentikan langkah Aland yang tampaknya sedang terburu buru?"Tunggu," pekik Alzena yang membuat langkah Aland seketika terhenti.Dengan cepat ketiganya pun menoleh, pandangannya tertuju pada sumber suara yang kini melangkah mendekat.Aland sedikit terkejut, kala melihat Alzena yang ada dihadapannya saat ini. Apa ia tak salah melihat? mengapa Alzena menghampirinya?"Kalian masuk saja dulu, saya akan menyusul," perintah Aland pada kedua anak buahnya."Baik tuan."Kini Aland pun ditinggal seorang diri, hanya bersama Alzena yang berhasil menghentikan langkah kebutnya."Ada apa?" tanya Aland menatap taja
"Kalian bawa perempuan itu kesini, tapi ingat jangan membuatnya terluka, tetap hargai dia dan saya tidak mau kalian menyentuhnya sedikit pun," perintah Aland pada kedua anak buahnya.Dengan cepat mereka pun menjalankan perintah sang bos, untuk menculik Alzena dan membawa ke hadapannya, entah apa yang akan dilakukan Aland, ingin menculiknya namun tak mau jika Alzena terluka?"Mommy, Be masuk dulu ya, mommy hati hati dijalan.""Iya sayang, belajar yang rajin ya, inget selalu pesan mommy jangan keluar sekolah sebelum mommy jemput.""Siap mommy, by mommy.""By sayang."Gadis kecil itupun melangkah memasuki halaman sekolahnya, sementara kedua laki laki bertubuh kekar, yang tidak lain adalah anak buah Aland, yang kini sudah mengintainya.Setelah kini langkah Alzena cukup jauh dari sekolah, dengan cepat kedua orang itupun mendekat dan menghentikan langkah Alzena.Terkejut kala dihadang oleh dua orang bertubuh besar dih
"Loh Be, Zidan, mommy nya mana? belum jemput?" tanya wanita muda yang tidak lain adalah guru TK Beverly dan Zidan."Belum miss, Be ngga tau mommy kemana? kenapa ya kok tumben belum jemput Be? biasanya mommy selalu tepat waktu," jawab Be polos."Bentar bentar, coba miss telfon mommy kamu dulu ya," ucapnya yang lalu meraih ponsel dalam tasnya.Mencoba menghubungi Alzena namun beberapa kali panggilannya tidak terjawab, terpaksa guru TK itu pun harus menghubungi Emil yang sedang sibuk dikantornya."Iya hallo.""Maaf pak Emil saya menganggu, saya hanya ingin memberi tahu, jika bu Alzena belum menjemput Beverly dan Zidan, dan sekarang sekolah sudah tutup pak."Terkejut kala mendengar ucapan itu, dalam hati Emil, kemana Alzena sebenarnya? mengapa ia lupa jika harus menjemput anaknya?"Yasudah saya yang akan jemput mereka sekarang, miss saya minta tolong ya, jangan tinggalin anak saya dulu sebelum saya sampai sana.""Ba
"Tolong! tolong!" pekik Sabrina yang membuat seisi rumah terkejut.Dengan cepat berlari mendekati Sabrina yang berwajah panik disana."Ada apa?" tanya Emil."Mas Surya, Mas Surya.""Kenapa sama ayah?" Sambar Adit berwajah panik.Tak menunggu lama, tanpa mendengar jawaban Sabrina terlebih dulu dengan cepat Emil, Adit dan Maya pun memasuki ruang kamar Surya. Mereka dapati Surya bernafas tersengal disana, dengan cepat mereka pun membantu Emil sebisa mungkin, dan hendak membawanya menuju rumah sakit, namun sebelum berjalan menuju rumah sakit, tiba tiba...Surya yang sudah tak bertenaga, matanya terpejam dan nafas yang sudah terhenti."Ayah," pekik Adit menggoyang goyangkan lengan Surya.Sebisa mungkin mereka menolong, namun kenyataannya Tuhan lebih menyayanginya, menjemputnya dan meloloskannya dari rasa sakit.Ya, Surya telah tiada, membuat Adit sangat terpukul, perkara kehilangan Alzena belum dit
"Daddy, kenapa mommy belum pulang juga? sebenernya mommy kemana daddy. Be kangen sama mommy, udah satu minggu mommy ngga pulang," celetuk gadis kecil dengan wajah polosnya.Mendengar kalimat itu hati Emil bergetar, bukan hanya Beverly yang merindukan Alzena, namun ia pun sangat merindukan istrinya itu."Sabar ya sayang, Daddy akan cari mommy kamu sampai ketemu, sampai saat ini daddy juga masih usaha buat cari mommy, dan ngga cuma deddy, om om polisi juga cari mommy, jadi Be tenang aja, mommy pasti ketemu," jawab Emil meraih kedua bahu gadis kecilnya itu.Yang kemudian merengkuhnya dan membawa dalam dekapannya, rengekan yang membuat Emil tak dapat tenang adalah saat rasa rindu yang dirasa Beverly pada sang ibu.Ditengah tengah kebersamaannya, tiba tiba...Dreet dreet!Sebuah panggilan masuk diponsel Emil, nama Aldo menari nari dilayar benda pipih itu, yang membuat Emil dengan cepat menjawabnya."Bagaimana do, apa kamu sud
"Ada apa Maya?" tanya Sabrina dengan pandangan takut.Tak menyangka apa yang terjadi jika Maya mendengar ucapannya barusan?"Bu, saya titip anak anak ya, saya mau belanja sebentar," ucap Maya yang membuat Sabrina pun menghela nafas lega.Ia fikir Maya akan menegurnya karena mendengar ucapan itu, namun ternyata Maya ingin menitipkan anak anak, karena ia harus belanja bulanan untuk keperluan rumah."Oh, ya aku akan jaga anak anak.""Makasih," ucap Maya yang lalu meninggalkan tempat.Setelah kepergian Maya dengan sangat lega Sabrina terduduk dan menghela nafas. Rasa otaknya seketika adem kala ternyata Maya tak mendengar apa pun. Hampir saja jantungnya dibuat putus oleh Maya.•••"Anak anak, sampaikan pada kedua orang tua kalian ya, bahwa besok diharap kedatangan nya ke sekolah, untuk menyaksikan kalian baca puisi," ucap wanita guru TK tersebut, yang membuat suasana seketika riuh.Semua anak anak pun bersor
Pagi ini, Beverly yang tampak termenung ketika penampilan hendak ke sekolahnya sudah siap. Ia yang teringat akan ucapan guru nya disekolah, jika hari ini kedua orang tuanya harus hadir ke sekolah untuk menyaksikan penampilannya membaca puisi.Namun kembali lagi Beverly berfikir jika sang Mommy masih belum dapat ditemukan, lalu siapa yang akan menghadiri undangan tersebut? sementara Emil yang kini sedang membujuk sang anak."Be, daddy bisa kok datang ke sekolah be.""Tapi mommy gimana Daddy? kan harus sama mommy," ucap Beverly yang membuat Emil terdiam.Entah bagaimana cara menjelaskan pada Beverly, anak seusianya belum dapat menerima penjelasan serumit ini.Tiba tiba dari arah belakang, terdengar Sabrina menyambar percakapan itu."Atau oma aja yang datang? buat jadi mommy nya Be?" ucap Sabrina yang membuat Emil seketika mendongak kan wajahnya.Ia dapati Sabrina yang sudah berpenampilan rapi disana."Oma bisa loh
Delapan bulan kemudian.Perusahaan yang sudah kembali meningkat, Emil berhasil membangun perusahaannya dengan sangat pesat."Alhamdulilah, kita ada dititik ini. Do terimakasih atas semuanya, tanpa kamu saya tidak akan menjadi seperti sekarang lagi.""Sama sama tuan, saya juga berterimakasih karena tuan sudah memberi banyak bonus untuk saya.""Itu hak kamu Do, kamu pantas menerimanya."Masih tak menyangka Emil dan Aldo dapat secepat ini mengembalikan kejayaan yang pernah terhempas. Kini Emil Group kembali berdiri kokoh diatas rata rata.Banyak sekali perusahaan lain yang menginginkan sebuah kerja sama, karena kinerja Emil selaku pemimpin dianggap sangat baik."Terimakasih pak, terimakasih banyak. Semoga kita dapat bekerja sama dengan baik.""Pasti pak pasti. Kalau begitu kami permisi, selamat siang.""Ya, selamat siang."Lagi, sebuah tender yang dapat Emil raih, membuat Emil dan Aldo tersenyum b
"Ibu..." Pekik Alzena yang seketika terbangun dari tidurnya.Keringat dingin mengucur deras, nafas yang memburu kencang seperti seseorang yang kelelahan.Sebuah mimpi yang menghampiri membuat Alzena terkejut, pandangan termenung dengan dada naik turun."Ternyata aku cuma mimpi," gumam Alzena.Sesaat kemudian, Emil yang kini membuka pintu dan masuk ia dapati Alzena yang masih terdiam dengan pandangan merenungnya."Zen, kamu kenapa?" tanya Emil setelah kini ia berada di dekat sang istri."Aku mimpiin ibu mas," jawab Alzena yang membuat Emil terdiam.Seketika ingatannya tertuju akan kejadian siang tadi yang membuat bulu kuduknya berdiri. Dengan cepat Emil pun meraih tangan Alzena dan menatapnya dengan tajam."Sayang, aku minta maaf ya sama kamu, jujur aku ngga ada maksud apa apa, aku cemburu karena aku terlalu takut kehilangan kamu," ucap Emil yang membuat Alzena tertegun."Mas, udah ya aku ngga papa kok.
Bruuukkk!"Aduhh.""Maaf maaf."Alzena dan Jody yang kini saling pandang setelah bertabrakan."Jody.""Zen, hay kamu disini juga?""Iya, aku lagi belanja bulanan. Kamu belanja juga?""Iya nih."Entah apa yang membuat Alzena tiba tiba terkekeh, membuat Jody mengerutkan dahinya."Kenapa tiba tiba ketawa sih?""Makanya buruan nikah Jod, biar ngga belanja sendiri kaya gini."Tak menjawab Jody yang justru tersenyum dan berkata."Belum ada yang cocok dihati.""Mau nunggu apa lagi Jod? kamu udah punya segalanya sekarang udah mapan, udah saat nya kamu nikah.""Maunya sih gitu Zen, tapi kan yang namanya perasaan ngga bisa dipaksa," jawab Jody yang membuat Alzena terdiam dan hanya mengangguk.Ditengah tengah percakapannya tiba tiba Emil datang dan terkejut melihat sang istri tampak sedang bersenda gurau dengan mantannya.Diperhatikan tak merasa diperh
"Bagaimana Do? mereka menerima kan?""Iya tuan mereka mau bekerja sama dengan perusahaan kita."Begitulah perbincangan yang terjadi antara Emil dan Aldo diruang kerjanya. Ditengah tengah perbincangannya tiba tiba..Tok tok tok!Terdengar suara ketukan pintu yang membuat Emil dan Aldo menghentikan percakapannya."Masuk."Perlahan pintu pun terbuka, seorang laki laki yang kini melangkah memasuki ruangan Emil, membuat pandangan Aldo dan Emil tak berkedip memperhatikannya."Jody," gumam Emil yang pandangannya terus menatap laki laki yang kini melangkah mendekat.Ada urusan apa Jody datang menemui Emil? untuk urusan pekerjaan kah? atau urusan yang lainnya?"Selamat siang pak Emil," sapa Jody sopan."Siang Jod, silahkan duduk.""Kalau begitu saya permisi ya tuan," ucap Aldo yang kemudian beranjak dan meninggalkan tempat."Ada apa Jod?" tanya Emil pada Jody setelah kini Jody terduduk
"Mas, kamu udah sampek mana? buruan pulang ya, aku punya kejutan buat kamu," ucap Alzena pada Emil melalui media ponselnya."Kejutan, apa?""Suprise dong, kalau aku bilang sekarang bukan kejutan namanya, nanti aku bilang nya kalau kamu udah sampek rumah aja.""Dasar kamu ya buat aku penasaran aja. Yaudah iya ini aku udah mau sampe kok, tunggu ya jangan lupa kejutannya," ucap Emil yang membuat Alzena terkekeh.Wajah ayu yang tampak berbinar itu terus tersenyum menandakan kebahagiaan. Tut tut tut!Panggilan pun terputus. Sementara Alzena yang sedang duduk bersama Adit, Maya, Zidan dan Beverly."Horeee.. Be mau punya adik," pekik Beverly kegirangan.Membuat semua yang memandang tersenyum bahagia."Selamat ya Zen, akhirnya Be mau punya adik.""Iya kak May, semoga kak may juga cepet menyusul ya.""Amin."Beberapa menit kemudian.Terdengar deru mobil yang kini me
Hari demi hari berlalu, Emil yang yang kini telah bangkit dan kembali dengan pekerjaan utamanya, merintis perusahaan mulai dari nol bukanlah hal yang mudah.Kini kembali masa itu sedang ia jalani, yang harus penuh semangat dan bekerja keras, kini perusahaan nya telah beroperasi kembali, meski belum sesukses dulu namun kini masih berjalan perlahan.Sementara Alzena yang tampaknya begitu frustasi dengan perkara hutang yang telah ia lakukan. Hatinya tak tenang setiap kali teringat akan hutang yang beberapa hari lagi harus ia lunasi."Yaallah, satu minggu lagi hutang itu harus lunas, dan aku harus gimana? aku belum punya uang sebanyak itu," ucap Alzena dengan pandangan merenung."Apa aku harus jujur sama mas Emil tapi kalau dia kaget dan sakit kepala lagi gimana?" tambahnya dengan ekspresi wajah tegang.Baru saja berhenti bibirnya berkata tiba tiba, Em yang kini datang dan bertanya."Ada apa Zen? kamu lagi mikirin sesuatu?"
"Mas, kepalanya sakit lagi ya mas? mas Emil. mas," tanya Alzena pada laki laki yang meringkuk kesakitan itu.Sementara Aldo yang melihatnya bingung, belum sempat Emil menjawab pertanyaan sang istri tiba tiba...Bruuukk!Tubuh kekar Emil terjatuh dan tergeletak dibawah."Mas Emil," pekik Alzena yang lalu menolong dan menopang kepala Emil.Sementara Aldo yang dengan cepat membantu Alzena untuk memasukan Emil kedalam mobilnya. Dan dengan cepat melaju menuju rumah sakit."Aku kan udah bilang mas, kondisi mas belum mampu, tapi mas malah ngeyel," gerutu Alzena sepanjang perjalanan."Lebih cepat ya Do, saya khawatir terjadi apa apa pada suami saya.""Baik nyonya."Aldo pun menambah laju kecepatannya, hingga kini sampailah mereka dirumah sakit, dengan cepat Emil dibawa keruang periksa.Alzena dan Aldo yang menunggunya dengan risau, panik dan khawatir dengan keadaan Emil. Membuat hati sang istri tak ten
Jam menunjukan pukul 02:00 dini hari, Emil yang merasakan dahaga, perlahan beranjak dan melangkahkan kaki menuju dapur, untuk menuang air putih ke dalam gelas kosong yang telah ia siapkan.Kemudian Emil pun menenggaknya hingga tandas, kembali langkahnya hendak memasuki ruang kamar, namun langkahnya seketika terhenti kala ia melihat sebuah ruangan yang pintunya tak tertutup rapat.Perlahan langkahnya berjalan mendekati ruangan tersebut, karena rasa penasaran dan ingin tahu.Tempat yang tidak lain adalah ruangan kerjanya itu, ia memasuki dengan langkah ragu. Ruangan yang terasa asing dan sepeti tak pernah berada didalamnya, meski pun hatinya berkata ini adalah tempat ternyamannya saat itu."Ini ruangan apa?" gumam Emil dengan pandangan yang terus tertuju pada setiap sudut ruangan.Diruangan itu terdapat banyak foto dan piagam penghargaan miliknya, namanya terpampang jelas dalam sebuah piagam yang tertempel didinding.Melihat semua
"Kamu kenapa mas? aku perhatiin dari tadi kamu bengong," tanya Alzena yang kini menghampirinya Emil dihalaman belakang."Ngga papa, aku cuma kepikiran Sabrina," jawab Emil yang membuat Alzena terkejut.Deg!Hatinya seakan ingin terlepas dari tempatnya, mendengar sang suami memikirkan sang mantan, yang baru saja pergi menghadap ilahi."Ngga nyangka aja, secepat ini dia pergi, dia kan masih muda," tambah Emil yang membuat Alzena masih tertegun memperhatikan wajahnya."Namanya juga azal mas, ngga ada yang tau. Apa ada yang kamu inget lagi dari masa lalu kamu dengan Sabrina?" tanya Alzena yang akhirnya terucap setelah bersusah payah merangkai kata."Ngga, aku ngga inget apa apa lagi."Mendengar jawaban itu Alzena menghela nafas lega, jujur ia tak ingin masa lalunya bersama Sabrina terlebih dulu diingat oleh Emil."Zen," panggil Emil yang memutuskan lamunan Alzena."Iya.""Bantu aku yuk! bantu aku m