"Loh Be, Zidan, mommy nya mana? belum jemput?" tanya wanita muda yang tidak lain adalah guru TK Beverly dan Zidan.
"Belum miss, Be ngga tau mommy kemana? kenapa ya kok tumben belum jemput Be? biasanya mommy selalu tepat waktu," jawab Be polos."Bentar bentar, coba miss telfon mommy kamu dulu ya," ucapnya yang lalu meraih ponsel dalam tasnya.Mencoba menghubungi Alzena namun beberapa kali panggilannya tidak terjawab, terpaksa guru TK itu pun harus menghubungi Emil yang sedang sibuk dikantornya."Iya hallo.""Maaf pak Emil saya menganggu, saya hanya ingin memberi tahu, jika bu Alzena belum menjemput Beverly dan Zidan, dan sekarang sekolah sudah tutup pak."Terkejut kala mendengar ucapan itu, dalam hati Emil, kemana Alzena sebenarnya? mengapa ia lupa jika harus menjemput anaknya?"Yasudah saya yang akan jemput mereka sekarang, miss saya minta tolong ya, jangan tinggalin anak saya dulu sebelum saya sampai sana.""Ba"Tolong! tolong!" pekik Sabrina yang membuat seisi rumah terkejut.Dengan cepat berlari mendekati Sabrina yang berwajah panik disana."Ada apa?" tanya Emil."Mas Surya, Mas Surya.""Kenapa sama ayah?" Sambar Adit berwajah panik.Tak menunggu lama, tanpa mendengar jawaban Sabrina terlebih dulu dengan cepat Emil, Adit dan Maya pun memasuki ruang kamar Surya. Mereka dapati Surya bernafas tersengal disana, dengan cepat mereka pun membantu Emil sebisa mungkin, dan hendak membawanya menuju rumah sakit, namun sebelum berjalan menuju rumah sakit, tiba tiba...Surya yang sudah tak bertenaga, matanya terpejam dan nafas yang sudah terhenti."Ayah," pekik Adit menggoyang goyangkan lengan Surya.Sebisa mungkin mereka menolong, namun kenyataannya Tuhan lebih menyayanginya, menjemputnya dan meloloskannya dari rasa sakit.Ya, Surya telah tiada, membuat Adit sangat terpukul, perkara kehilangan Alzena belum dit
"Daddy, kenapa mommy belum pulang juga? sebenernya mommy kemana daddy. Be kangen sama mommy, udah satu minggu mommy ngga pulang," celetuk gadis kecil dengan wajah polosnya.Mendengar kalimat itu hati Emil bergetar, bukan hanya Beverly yang merindukan Alzena, namun ia pun sangat merindukan istrinya itu."Sabar ya sayang, Daddy akan cari mommy kamu sampai ketemu, sampai saat ini daddy juga masih usaha buat cari mommy, dan ngga cuma deddy, om om polisi juga cari mommy, jadi Be tenang aja, mommy pasti ketemu," jawab Emil meraih kedua bahu gadis kecilnya itu.Yang kemudian merengkuhnya dan membawa dalam dekapannya, rengekan yang membuat Emil tak dapat tenang adalah saat rasa rindu yang dirasa Beverly pada sang ibu.Ditengah tengah kebersamaannya, tiba tiba...Dreet dreet!Sebuah panggilan masuk diponsel Emil, nama Aldo menari nari dilayar benda pipih itu, yang membuat Emil dengan cepat menjawabnya."Bagaimana do, apa kamu sud
"Ada apa Maya?" tanya Sabrina dengan pandangan takut.Tak menyangka apa yang terjadi jika Maya mendengar ucapannya barusan?"Bu, saya titip anak anak ya, saya mau belanja sebentar," ucap Maya yang membuat Sabrina pun menghela nafas lega.Ia fikir Maya akan menegurnya karena mendengar ucapan itu, namun ternyata Maya ingin menitipkan anak anak, karena ia harus belanja bulanan untuk keperluan rumah."Oh, ya aku akan jaga anak anak.""Makasih," ucap Maya yang lalu meninggalkan tempat.Setelah kepergian Maya dengan sangat lega Sabrina terduduk dan menghela nafas. Rasa otaknya seketika adem kala ternyata Maya tak mendengar apa pun. Hampir saja jantungnya dibuat putus oleh Maya.•••"Anak anak, sampaikan pada kedua orang tua kalian ya, bahwa besok diharap kedatangan nya ke sekolah, untuk menyaksikan kalian baca puisi," ucap wanita guru TK tersebut, yang membuat suasana seketika riuh.Semua anak anak pun bersor
Pagi ini, Beverly yang tampak termenung ketika penampilan hendak ke sekolahnya sudah siap. Ia yang teringat akan ucapan guru nya disekolah, jika hari ini kedua orang tuanya harus hadir ke sekolah untuk menyaksikan penampilannya membaca puisi.Namun kembali lagi Beverly berfikir jika sang Mommy masih belum dapat ditemukan, lalu siapa yang akan menghadiri undangan tersebut? sementara Emil yang kini sedang membujuk sang anak."Be, daddy bisa kok datang ke sekolah be.""Tapi mommy gimana Daddy? kan harus sama mommy," ucap Beverly yang membuat Emil terdiam.Entah bagaimana cara menjelaskan pada Beverly, anak seusianya belum dapat menerima penjelasan serumit ini.Tiba tiba dari arah belakang, terdengar Sabrina menyambar percakapan itu."Atau oma aja yang datang? buat jadi mommy nya Be?" ucap Sabrina yang membuat Emil seketika mendongak kan wajahnya.Ia dapati Sabrina yang sudah berpenampilan rapi disana."Oma bisa loh
"Nona, ini ada susu hamil dan buah buahan untuk nona," ucap bi Sri yang kini memasuki ruang kamar Alzena.Melihat itu pun Alzena tertegun, berbagai macam buah, susu, dan makanan bergizi lainnya yang saat ini ada dihadapannya."Siapa yang beli ini semua bi?""Tuan Aland non, tapi dia ngga bisa nganter ke sini karena ada kerjaan mendadak," jawab Bi Sri yang membuat Alzena mengangkat Alis sebelah kirinya.Mendengar itu membuat Alzena berfikir, karena ia tak mengingat nomor ponsel Emil, ia hendak mencari di media sosialnya."Bi, apa bibi punya handphone? apa saya boleh pinjam?" tanya Alzena yang berharap sang bibi dapat memberikannya.Namun justru jawaban bibi membuat Alzena kecewa."Tidak non, tuan Aland tidak mengizinkan bibi bawa handphone." Mendengar jawaban itu seketika Alzena tak bersemangat kembali, Aland benar benar sudah mempersiapkan semuanya, bahkan dari hal hal yang tak terduga sekali pun.•••
"Be, daddy pergi dulu ya, mau cari mommy. Be doain semoga hari ini mommy ketemu," ucap Emil pada gadis kecil yang sedang bermain boneka dihalaman belakang rumahnya."Terserah daddy aja, Be ngga peduli lagi sama mommy," jawab Beverly yang membuat Emil terdiam.Sedikit tak mengerti dengan ucapan sang anak yang ia anggap bercanda."Be ngomong apa sih?""Daddy, mommy itu ngga sayang sama Be, buat apa Be doain?""Be, ngga boleh ya bicara kaya gitu. Kata siapa Mommy ngga sayang sama Be?""Nyata nya mommy pergi, kalau mommy sayang sama Be, mommy ngga akan ninggalin Be daddy.""Sayang, mommy ngga sengaja ninggalin kamu kok, dan ini daddy lagi berusaha buat cari mommy kamu.""Terserah daddy deh, Be ngga peduli," ucap Beverly yang lalu melangkah meninggalkan tempat.Kepergiannya membuat Emil tertegun, kalimat apa yang baru saja diucapkan sang anak? Bahkan selama ini ia tak pernah mengajari anaknya berbicara seper
"Tangan Emil kenapa mas? kok berdarah gitu?" tanya Maya kala kini Emil dan Adit kembali ke rumah."Bantai batang pohon," jawab Adit melirik Emil."Hah? ada ada aja Mil.""Entah lah, kamu fikir dengan begitu bisa nyelesain masalah? sampe tangan mu bengkak sekali pun kalau ngga dicari Alzena ngga mungkin kembali, aneh aneh, pake bantai batang pohon segala," cerocos Adit yang membuat Emil hanya terdiam.Wajar lah jika sang kakak memarahinya, karena itu memang tindakan konyol, karena tak dapat menahan emosi dan amarah, seketika Emil melempar tangannya begitu saja."Udah udah, sini biar aku obati," ucap Maya yang lalu meraih kotak p3k dan mengobati luka tangan Emil.Sementara Sabrina yang melihat itu pun, dengan cepat mendekat, berekspresi cemas karena melihat luka ditangan Emil."Loh, Mil tangan mu kenapa?" tanya Sabrina yang terus memperhatikan Maya yang sedang mengobati luka Emil."Ngga usah banyak tanya deh, mau
Hiks Hiks!"Aduh sakit, sakit banget perut ku," desah Sabrina dengan menahan rasa sakit.Ekspresi wajahnya sangat kesakitan dan kedua tangan yang terus menekan pada bagian perutnya."Tolong! perut ku sakit, tolong aku!" pekiknya.Mendengar suara itu pun, Emil yang sedang melintas seketika menghentikan langkahnya, ia mendengar Sabrina yang terus mengeluh kesakitan, dengan rintihan tangisannya.Tak berfikir lama, Emil yang dengan cepat mendekat. Ia dapati Sabrina yang terbaring meringkuk dengan tangan yang masih terus menekan perutnya."Sabrina, kamu kenapa?""Tolong aku Emilio, perut ku sakit banget, tolong!"Mengingat kondisi Sabrina yang saat ini sedang hamil, Emil pun segera membantu Sabrina, membawanya kerumah sakit untuk mendapat perawatan."Bagaimana dok? Sabrina kenapa?" tanya Emil setelah dokter wanita tersebut selesai memeriksa Sabrina."Tuan, istri tuan ini tidak bisa kelelahan, kandun