Share

Bab 20

Penulis: Pena_Zahra
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-20 00:00:55

BAB 20

Arumi meringis, "dibahas kapan-kapan aja ya, Mas ... perut Arumi sakit banget," ucap Arumi seraya semakin meringkukkan tubuhnya.

Ibrahim menghembuskan nafas, "ya sudah, sebaiknya kamu istirahat saja, supaya nggak semakin sakit. Kamu butuh sesuatu?" tanya Ibrahim, ia sangat berempati melihat kondisi istrinya.

"Iya, Mas."

"Apa itu? Coba katakan!" pinta Ibrahim.

"Pelukan, Mas," sahut Arumi seketika membuat sang suami melirik sinis ke arahnya.

"Modus kamu, Rum!" balas Ibrahim seraya menggelengkan kepala.

"Mas ...." Arumi memanggil manja.

"Apa lagi?!"

"Arumi lagi sakit loh, Mas ... kok tega sih bicara ketus gitu?" ucap Arumi dengan suara yang masih terdengar lemah.

"Mau kamu sakit, mau kamu sehat, saya ya tetap saya, ya beginilah saya. Nggak akan ada yang berubah. Jangan pikir saya akan termakan rayuanmu!" balas Ibrahim teguh pendirian.

Arumi mencebik, kemudian lebih memilih diam, berdebat dengan Ibrahim hanya menambah rasa sakit yang dirasakannya.

Sementara Ibrahim, ia mulai sibuk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
ulfatu ludfiati
salah sebut, pak ibra...
goodnovel comment avatar
Pena_Zahra
Say hello dong yang aktif baca cerita ini ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 21

    Bab 21Hari berganti hari, hingga sudah berlalu sepuluh hari sejak pernikahan Ibrahim dan Arumi. Hubungan mereka pun semakin dekat. Walau tetap kaku, Ibrahim mulai banyak mengerti Arumi. Ia memutuskan untuk berdamai dengan keadaan, setidaknya sampai Yusuf sadar dari koma.Ia mulai terbiasa dan tak merasa keberatan dengan syarat-syarat yang diberikan Arumi. Ia juga mulai biasa meladeni bercandaan sang istri. Sikap receh Arumi lama-lama dapat dinikmatinya sebagai aktivitas yang menghibur.Malam ini, mereka tengah berada di sebuah kamar Villa. Seperti yang sudah disepakati, di minggu kedua pernikahan, mereka akhirnya mengambil cuti untuk bulan madu.Kawah Ijen menjadi pilihan destinasi bulan madu mereka, tentunya setelah melalui banyak perdebatan dan Arumi memutuskan untuk mengalah. Ia terpaksa harus menuruti kemauan suaminya yang menyukai pendakian. Mengesampingkan khayalan aktivitas masa bulan madu yang indah menjadi aktivitas pendakian yang melelahkan baginya."Rum ... ayo bangun! Kam

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-20
  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 22

    Bab 22Arumi dan Ibrahim mulai memasuki area pendakian sekitar pukul satu dini hari. Hawa dingin mulai menerpa permukaan kulit wajah keduanya, satu-satunya area permukaan kulit yang tidak tertutup kain. Sebelum melakukan perjalanan, Ibrahim mengeluarkan dua buah masker untuk mereka kenakan sebagai penunjang kehangatan."Mas ....""Hmmm ....""Ini kita yakin tengah malam begini mau mendaki gunung? Nggak bahaya ta, Mas? Kenapa nggak siang-siang aja sih?" sembari mengenakan maskernya, Arumi bertanya dengan slogan 'nggak bahaya' yang sedang viral di kalangan anak-anak muda."Kita sudah sampai sini dan kamu baru bertanya saya yakin atau tidak? Saya nggak lagi mimpi, Arumi!" Ibrahim menutup kembali resleting ranselnya, lalu kembali menggendongnya."Duh ... Mas, tapi ini serem banget loh. Emang kenapa harus malam-malam?" Arumi masih tak habis pikir dengan kegemaran suaminya. Sebuah aktivitas yang sangat menyeramkan baginya."Karena surga keindahan kawah ijen itu memang saat malam menjelang p

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-22
  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 23

    Bab 23Setelah mendudukkan Arumi di sebuah batu dengan ukuran cukup besar, Ibrahim memeriksa lutut yang dikeluhkan sakit oleh istrinya.Celana cargo panjang berwarna abu-abu muda yang dikenakan Arumi terlihat memerah di bagian lutut kanan. Kain yang cukup tebal itu terkoyak oleh sayatan batu, membuat Ibrahim meringis membayangkan sakit yang dirasa istrinya. Dengan cekatan Ibrahim mengeluarkan P3K yang sudah disediakannya di dalam sepaket perlengkapan di ranselnya. Mencuci kapas menggunakan air mineral, lalu menggunakannya untuk membersihkan luka Arumi.Arumi mendesis, menahan rasa perih saat kapas dingin itu menyentuh lututnya. Ia reflek mengangkat kaki hingga hampir saja mengenai wajah sang suami. Beruntung Ibrahim tengah berada dalam mode sabar maksimalnya."Sakit, ya? Tahan sebentar, ya?" ucapnya lemah lembut, sembari menurunkan kembali posisi kaki istrinya.Arumi tersenyum, hatinya terus menghangat mendapatkan perhatian demi perhatian yang diberikan suaminya."Ternyata Mas Ibra t

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-24
  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 24

    Bab 24"Permisi, Bapak-Bapak, ini istri saya sedang sakit, apa bisa saya mohon izin untuk menggunakan kamar mandinya terlebih dahulu?" Kepada orang-orang yang berkerumun di depan kamar mandi Ibrahim memohon izin untuk menggunakan kamar mandi terlebih dahulu.Tutur kata dan gestur tubuhnya yang sopan membuat orang-orang segan dan balik menghormatinya."Oh nggeh-nggeh, monggo, Mas!" salah satu di antara mereka yang berada di barisan terdepan menjawab, mereka pun membelah kerumunan, memberikan jalan untuk Ibrahim dan Arumi mendekat ke arah pintu kamar mandi.Tak berselang lama, seseorang di kamar mandi keluar, sehingga Arumi bisa segera memasuki kamar mandi."Saya tunggu di sini, ya? Bisa, kan?" tanya Ibrahim setengah berbisik."Bisa, Mas," jawab Arumi yakin, perlahan ia pun mulai memasuki kamar mandi dan menutup pintunya. Sebuah pintu tanpa kunci ataupun selot, hanya ada kain yang mengganjal di bagian atas pintu.Sejenak Arumi memandang kamar mandi tersebut dengan bingung. Di dalam ruan

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-25
  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 25

    Bab 25"Mas ... hati-hati dong, Mas!" Arumi segera mengambil secangkir kopi dari tangan suaminya, kemudian menggantinya dengan air mineral."Minum dulu, Mas!" ucapnya seraya menyodorkan botol air mineral yang tinggal separuh.Dengan cepat Ibrahim meraih air mineral tersebut lalu meneguknya hingga tandas tak tersisa."Mas ... Mas ... kok bisa sampai keselek gitu sih? Mangkanya baca bismillah dulu sebelum minum, Mas ...." Arumi mulai mengoceh."Bukan karena tak membaca bismillah saya keselek," sahut Ibrahim meralat."Terus kenapa tiba-tiba keselek?" tanya Arumi sok polos."Ya karena dengerin ucapan kamu yang ngelantur itu." Ibrahim balas menggerutu."Kok ngelantur sih, Mas? Itu beneran, memang Arumi sedang menyatakan perasaan, bukan hanya ngelantur!" jelas Arumi, tak terima ungkapan perasaannya dianggap ngelantur."Sebaiknya kamu lupakan soal perasaan," sahut Ibrahim terdengar dingin, sedingin cuaca di puncak Ijen."Kenapa begitu?" sahut Arumi sembari mencomot ote-ote yang masih hangat.

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-27
  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 26

    Bab 26Suara Ibrahim yang cukup keras seketika membuat Arumi terdiam, hatinya mencolos mendengar sang suami membentaknya hanya karena tak rela ia berkata buruk tentang mantannya. Istri Ibrahim yang belum tersentuh itu tertunduk, antara merasa bersalah dan merasa sedih atas sikap suaminya.Detik berikutnya Ibrahim menyadari kesalahan. Ia mengusap wajah frustasi seraya beristighfar."Ya Allah ... harusnya aku tidak boleh sentimental seperti ini." dalam hati ia merutuki diri sendiri.Perlahan ia meraih kedua bahu Arumi, "Maafkan saya, Arumi ... maafkan saya. Saya terlalu sentimen jika kembali membahas masalah ini. Maaf karena sudah kasar sama kamu." Ibrahim memohon maaf dari sang istri.Arumi meraih kedua tangan suaminya, kemudian perlahan menurunkannya dari bahu. "Sudahlah, Mas ... setidaknya Arumi jadi tahu, alasan mengapa Mas Ibra tidak bisa menerima Arumi. Karena tempat di hati Mas Ibra masih dipenuhi olehnya.Sekeras apapun Arumi berusaha mendobrak pintu hati Mas Ibra, kalau ternyat

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-28
  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 27

    Bab 27Arumi dan Ibrahim melanjutkan perjalanan dengan suasana yang berbeda, saling menggandeng dan bercengkrama. Meskipun tetap kaku, namun Ibrahim terlihat sedikit lebih hangat dari biasanya. Setidaknya ia tidak lagi menolak bersentuhan dengan istrinyaBeberapa kali mereka berhenti, sejenak untuk mengistirahatkan kaki Arumi yang tidak sesuai dengan standar pendaki."Ya Allah, Mas ... jauh banget sih nggak sampai-sampai," keluh Arumi sembari memijat kakinya yang ia selonjorkan."Ya ... sepertinya saya memang salah ngajak kamu mendaki gunung begini. Saya nggak mikir kapasitas kamu yang hanya sekelas pejalan kaki. Harusnya saya ngajak kamu bulan madu di alun-alun kota saja," sahut Ibrahim meremehkan."Yeee ... ngeremehin kamu, Mas ... ini bukan soal kapasitas tau, Mas ... Arumi bisa aja kuat mendaki, tapi harus ada pemanasan dulu. Setidaknya Mas Ibra kasih tahu kek bakal bulan madu ke mana? Kalau tahu mau mendaki kan Arumi bisa olahraga tiap pagi, joging kek atau apa, jadi lebih berten

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-30
  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 28

    Bab 28Belum sempat wanita yang dimintai tolong Arumi itu menjawab, Ibrahim telah terlebih dahulu menarik Arumi menjauh."Loh, Mas ... kenapa? Kita nggak jadi foto? Dia siapa sih?" Arumi memberondong suaminya dengan pertanyaan. Sembari terus memantau wanita tersebut berlari mengejar mereka.Ibrahim tak menjawab, ia terus mempercepat langkah, pandangannya lurus ke depan, sorot matanya menandakan emosi mendalam."Ibrahim! Tunggu ...!" wanita itu masih terus mengejar, ia bahkan sampai berlari demi agar bisa menyamai posisi Ibrahim dan Arumi."Ibrahim, stop!" wanita itu tiba-tiba sudah berada di hadapan Ibrahim dan menghadangnya. Seketika Ibrahim menghentikan langkah diikuti istri di belakangnya. Namun di hadapan wanita itu, Ibrahim membuang muka."Ibrahim, kita harus bicara.""Tak ada yang perlu dibicarakan lagi, Sabrina!" Ibrahim menjawab dingin dan masih enggan memandang wanita bernama Sabrina di hadapannya."Oh, jadi ini wanita bernama Sabrina itu? Ya Allah ... kenapa kita harus diper

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-01

Bab terbaru

  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 39

    Bab 39"Assalamualaikum." Ibrahim mengucap salam, seketika Yusuf dan Azizah menoleh ke arah mereka. Azizah hang tengah menemani putra bungsunta itu menyambut dengan senyuman, memandang Ibrahim yang datang menggandeng tangan istrinya. Sementara Yusuf, ia memandang saudaranya dengan pandangan yang sulit diartikan.Kakak Yusuf itu menutup pintu, kemudian berjalan perlahan menghadap Ibunya, masih dengan tangan yang menggenggam erat tangan istrinya.Diraihnya tangan wanita yang telah melahirkannya itu, lalu menciumnya dengan penuh takdzim, hal yang sama dilakukan juga oleh Arumi, kemudian istri Ibrahim itu berdiri tertunduk di sisi suaminya."Suf ... gimana kabarmu?" tanya Ibrahim berusah tetap terlihat tenang di depan adiknya, adik yang sebelum ini menjadi calon suami dari wanita yang kini menjadi istrinya. "Ya ... beginilah, Bang ... Alhamdulillah, masih Allah berikan kesempatan untuk hidup," sahut Yusuf juga terlihat santai. Pandangannya beralih memandang Ibrahim dan Arumi bergantian.

  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 38

    Bab 38"Kok nangis? Sakit, ya, Rum? Saya mainnya kasar?" Ibrahim bertanya sesaat setelah mencapai puncak kenikmatannya.Arumi menggeleng sembari tersenyum."Terus kenapa nangis? Jangan nangis, dong ...!" Ibrahim mengusap air mata Arumi.Tak menjawab, Arumi hanya memandang suaminya penuh haru."Kenapa, Rum? Kamu menyesal?" sekali lagi Ibrahim bertanya, namun lagi-lagi Arumi menggeleng."Arumi nggak apa-apa, Mas ...." Arumi menjawab sembari menyentuh tangan Ibrahim di pipinya."Terus kenapa nangis?""Gimana, ya, Mas? Arumi bingung jelasinnya," sahut Arumi sembari mengelus perut bagian bawahnya yang terasa nyeri."Bilang aja nggak apa-apa? Sakit ya?" tanya Ibrahim sembari meringis."Iya, Mas ... tapi lebih ke terharu aja sih nangisnya, karena akhirnya kita sudah menjadi suami istri seutuhnya," balas Arumi dengan memandang suaminya penuh cinta."Bukan karena sakit? Saya kasar, ya?" Ibrahim terlihat khawatir dan merasa bersalah.Arumi tersenyum, "memang sakit, Mas, tapi bukan karena Mas Ib

  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 37

    Bab 37Menjelang maghrib, hujan baru reda, sementara Arumi yang sudah mendapatkan kehangatan dan kenyamanan, malah tertidur di bahu suami tercinta.Ibrahim memandang Arumi melalui ekor matanya, wajah gadis itu terlihat damai dalam tidurnya. Kedua sudut bibir Ibrahim terangkat membentuk senyuman yang indah,saat ingatannya memutar kembali momen manis yang baru saja ia lalui bersama Arumi. Manis, semanis bibir Arumi yang akhirnya ia cicipi di tengah hujan badai mengguyur bumi."Arumi Hayfa Hasan, tak pernah kusangka takdirku akan berakhir di pelukannya. Dia hadir menyembuhkan banyak luka, lalu menjadi penyejuk jiwa yang telah lama gersang tanpa sentuhan cinta." Ibrahim membatin.Perlahan ia menggerakkan tangan, membelai pipi Arumi hingga membuat matanya yang terpejam itu terbuka dan perlahan mengembalikan kesadarannya."Mas ...." Arumi tersenyum dan membenarkan posisinya."Sudah reda ya, Mas?" sembari mengucek mata Arumi bertanya."Sudah, sudah hampir maghrib juga. Kita balik, ya? Kamu

  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 36

    Bab 36"Arumi, are you okey?" Ibrahim segara menyambut Arumi di depan toilet. Raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran. Rasa bersalah memenuhi hatinya. Ia tak mengira bahwa aroma kecombrang yang digemarinya akan memberikan pengaruh sejauh itu untuk istrinya."Nggak apa-apa, kok, Mas, maaf, ya?" sahut Arumi sembari tersenyum santai."Saya nggak tahu kalau kamu sangat sensitiv dengan aroma kecombrang, maaf karena sudah memaksa." Ibrahim mengiringi langkah Arumi yang kembali berjalan menuju saung tempat di mana mereka meninggalkan makanan."Arumi nggak terpaksa sih, Mas ... bahkan tadi dengan senang hati makannya, karena disuapin Mas Ibra. Cuma emang nggak suka aja dasarnya, Arumi pikir dengan disuapin Mas Ibra rasa makanan yang nggak enak di mulut Arumi bakal jadi enak. Seperti teori-teori di sinetron-sinetron pas adegan romance gitu. Eh ternyata teorinya sesat." Arumi menceritakan apa adanya sembari terkikik sendiri menertawai dirinya."Kamu itu ada-ada aja! Kamu pikir tangan saya tangah

  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 35

    Bab 35Ibrahim beberapa kali menghela nafas panjang dan menghembuskannya. Mengafirmasi positif pada dirinya."Benar kata Arumi, rilex saja, Ibra! Nggak perlu tegang. Apa yang perlu ditakutkan? Arumi istrimu, dia halal untukmu, kamu halal menikmati setiap keindahan tubuhnya. So, nikmati saja! Bukankah ini sebuah tahap untuk kamu bisa mencintainya secara utuh?" Ibrahim bermonolog dengan dirinya sendiri.Perlahan afirmasi positif itu mulai dirasakan manfaatnya. Ia mulai menikmati momen kebersamaannya dengan Arumi yang cukup intim.Melalui perjalanan sembari mengobrol, membahas pemandangan indah di sepanjang jalan yang mereka lewati. Bahkan sesekali tangan Ibrahim menyentuh tangan Arumi yang melingkar di perutnya, sekedar membelainya saat wanitanya itu tengah membuatnya bahagia dengan celotehannya."Mas tahu nggak?" tanya Arumi masih dengan posisi yang sama."Nggak tahu.""Eh, iya juga ya, kan Arumi belum cerita. Kalau gitu, mau Arumi kasih tau nggak?" Arumi terkekeh."Kasih tahu apa?" sa

  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 34

    Bab 34"Kamu sudah selesai?" Ibrahim meletakkan kembali ponselnya saat melihat Arumi keluar dari kamar mandi."Sudah, Mas." Arumi menjawab sembari mendekat ke arah suaminya."Sudah selesai telepon Ibunya, Mas?" tanya Arumi seraya duduk di tepi ranjang, tepat di sisi suaminya."Sudah.""Terus, gimana?""Aman. Sesuai rencana."Segaris senyum penuh kelegaan terukir di bibir Arumi."Mas mau siap-siap? Yuk Arumi bantu." Arumi menawarkan bantuan. Ibrahim yang masih sedikit pening tak menolak, perlahan ia berganti posisi menjadi duduk dibantu oleh Arumi. Meneguk air mineral sebelum beranjak menuju kamar mandi.Dengan dipapah oleh sang istri, Ibrahim berjalan menuju kamar mandi. Bukan tak mampu berjalan sendiri, hanya saja ia mulai menikmati perhatian-perhatian yang diberikan oleh Arumi."Mandi air hangat, ya, Mas, biar rilex," pesan Arumi saat mereka sampai di ambang pintu kamar mandi."Iya, terima kasih, ya?" ucap Ibrahim sembari tersenyum manis ke arah istrinya. Arumi balas tersenyum dan

  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 33

    Bab 33"Rum ... coba jangan seperti ini." Ibrahim berusaha menjauhkan tubuh Arumi dari tubuhnya setelah beberapa saat berpelukan. Bukannya menjauh, Arumi justru memainkan tangan di dada suaminya."Arumi ...!" Ibrahim memperingati sekali lagi."Kenapa sih, Mas? Masih canggung sama istri sendiri?" tanya Arumi sembari memandang suaminya."Badan saya kotor, Arumi!" jawab Ibrahim tak sepenuhnya berbohong, walau sebenarnya bukan itu alasannya menjauhkan tubuh sang istri. Melainkan karena ia tak ingin Arumi mendengar gemuruh di dadanya yang mendadak berdisko saat tubuh wanita itu menempel menyentuh tubuhnya."Nggak apa-apa lah, Mas ... cuma kotor doang," sahut Arumi sembari meletakkan pipinya kembali di dada sang suami."Saya juga laper, kok tega sekali kamu ini malah manja-manjaan, bukannya bikinin suaminya makanan." Ibrahim kembali beralasan.Perlahan Arumi mengangkat kepala dari dada bidang sang suami. "Mas Ibra mau makan apa?" tanya Arumi terlihat tak bersemangat."Apa saja lah, asalkan

  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 32

    Bab 32Setelah berususah payah membawa tubuh suaminya dan membaringkannya di ranjang, Arumi segera bergerak mencari minyak kayu putih, mengoleskan di telapak kaki sang suami yang terasa dingin, juga di bawah hidungnya untuk melegakan saluran pernapasan.Tak berselang lama, Ibrahim yang merasakan dingin minyak kayu putih menelusuk ke dalam hidungnya, perlahan mulai membuka mata. Ungkap syukur menjadi yang pertama kali ia panjatkan kala pemandangan pertama yang tampak di matanya adalah istrinya."Mas ... kamu sudah sadar?" Tanya Arumi setelah mendapati sang suami telah membuka mata.Ibrahim hanya mengangguk lemah."Kamu minum dulu ya, Mas ...," tawar Arumi pada suaminya yang memandanginya lekat.Ibrahim hanya mengangguk pasrah. Arumi segera mengambil air, memberinya sedotan kemudian membantu sang suami untuk meminum dalam kondisi masih berbaring."Kamu ini kenapa sih, Mas? Kok bisa sampai pingsan begitu?" Tanya Arumi seraya meletakkan kembali botol air mineral di atas nakas, kemudian me

  • Dosen Dingin itu Suamiku   Bab 31

    Bab 31Ibrahim bernafas lega, memandang Arumi yang tengah gundah gulana. Walaupun gadis itu telah banyak mengatainya, namun sedikitpun tak ada rasa sakit di hatinya. Ia memaklumi, dan ia sangat bersyukur sebab Arumi terlihat baik-baik saja.Perlahan ia berjalan mendekat ke arah Arumi, sengaja ia mengendap-endap agar istrinya itu tidak menyadari kedatangannya. Hingga saat jarak di antara mereka hanya tersisa satu meter, Ibrahim berdehem dan membuat Arumi terjingkat kaget."Astaghfirullah," desis Arumi reflek beristighfar sembari mengelus dada, masih dengan posisi memunggungi suaminya."Tenang saja, saya mendengar semua yang kamu ucapkan tentang saya, sehingga kamu terbebas dari dosa, karena saya sudah memaafkannya," sahut Ibrahim dengan nafas yang sedikit memburu. Rasa panik bercampur khawatir yang berlebihan membuat dadanya bergemuruh sepanjang perjalanan, tentu hal itu membuat tubuhnya bergetar dan nafasnya hanya sepenggal-sepenggal.Perlahan Arumi membalikkan tubuhnya, memandang Ibr

DMCA.com Protection Status