Share

Bab 125

Penulis: Skavivi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-31 15:29:10

Saya terus mengelus rambut Farah sampai ia tertidur pulas. Saya tersenyum lantas mengecup keningnya. Dengan hati-hati, saya turun dari ranjang. Saya berjalan ke ruang pakaian, mengambil tas besar sambil memasukkan pakaian sekenanya.

Saya berharap, sejauh mana Anna pergi, saya tetap akan menemukannya. Dan saya percaya sekalipun dia ngumpet, dia hanya ingin sejenak menepi, bukan karena membenci saya, menghormati Farah, atau membuat semuanya memburuk di hari yang seharusnya menjadi arti bagi kami.

Saya menggendong tas, memandang Farah sekilas di depan ranjang.

"Saya pergi sebentar, Fa. Ini saya lakukan demi ketentraman hati saya!"

Saya mendorong pintu, asisten pribadi Farah yang memang slalu menunggu di ruangan santai depan kamar saya menghampiri.

"Bapak mau keluar?" tanyanya rikuh.

"Titip Farah seperti biasa. Pastikan slalu makan, kalo dia marah. Minta tolong mama."

"Baik, pak." Asisten pribadi Farah ini langsung masuk ke kamar, sementara saya langsung mencari keberadaan mama dan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (20)
goodnovel comment avatar
Zainawi 76
ngapain Anna ngebolang ke ujung kulon? mau babymoon sm badak cula satu??? bumil ngebolang si Ardi kelimpungan hahahaa
goodnovel comment avatar
Elok Fatimah
......... baru sehari amna pergi ja sudah bikin pak ardi kualahan. carinya sampe segitunya. sudah bucon sekali ini, pak ardi. ...
goodnovel comment avatar
Diena Rasyid
Anna mah kereeeeeeen... wanita yang strong....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dosa Termanisku   Bab 126

    Kami berhenti di wilayah taman nasional ujung kulon di hari yang sangat gelap dan dingin.Saya mendesah lelah, perjalanan penuh prasangka ini membuat saya benar-benar ingin segera bertemu kasur. Mencium seprai rumah. "Polisi meminta pencarian di lakukan besok pagi, bos. Risiko mengganggu warga setempat akan menjadi bumerang bagi anda sendiri dan juga ibu Anna. Lebih baik kita menurut!" kata pengawal saya.Saya mengangguk, benar, semesta sudah menata cerita dan penuh kejutan, lagipula pencarian ini bukanlah pencarian orang hilang yang mempunyai surat tugas atau surat perintah. Pencarian ini hanya mencari kekasih hati yang kabur saja dari rumah. Risiko mengganggu warga setempat karena harus menanyakan keberadaan wanita hamil di waktu malam akan menimbulkan keriuhan dan yang saya takutkan jika nanti malah jadi peluang jahat. "Cari tempat penginapan!" pinta saya."Baik, bos." Saya membuang muka ke pemandangan luar. Semua memang tak sama, Anna dan Farah berbeda. Kecupan dan sentuhannya

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-01
  • Dosa Termanisku   Bab 127

    Saya bangkit dari mimpi buruk semalam yang terasa segala beban masih berada di pundak. Membebani pagi ini hingga rasanya berjalan pun malas sekali. Satu hari sudah berlalu, tapi rasanya sudah seperti membiarkan beberapa kesempatan berbisnis tidak membuahkan hasil.Hancur dan resah.Saya keluar dari kamar, merasakan udara pagi di tempat asing. Tempat yang baru pertama saya menginjakkan kaki di sini. "Gimana bos, enak?" Si botak menyapa sambil membawa segelas kopi hitam di tangannya. "Tidak!" jawab saya jujur, semalam tidak enak. Pelepasan hormon testosteron yang tidak menyenangkan, saya bahkan harus mandi malam dan berakhir sepi sendiri di ranjang."Gelisah galau merana ya bos?" urai si botak, entah mengejek saya atau muka saya benar-benar terlihat merana, saya hanya mengangguk sambil mengikutinya bergabung dengan polisi-polisi dan pengawal saya.Sepiring pisang goreng dan kopi nampaknya sudah di nikmati mereka di gubuk bambu tempat di area parkir."Bagaimana, sudah ada titik terang

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-02
  • Dosa Termanisku   Bab 128

    Tengah hari pun menjelang, setumpuk perdebatan yang saya lakukan dengan diri saya sendiri ternyata sangat mudah di tebak oleh si botak. Dia menawarkan diri ke kota mengambil uang, saya setuju, saya butuh uang tunai, bukan malah membeli logistik sebanyak-banyaknya yang ternyata sama sekali tidak saya minati.Saya bergeming di pinggir warung, merasakan tetesan air hujan yang turun dari atap seng. Tangan saya basah, tapi tidak sebasah air mata Farah dan Anna.Didesak kebutuhan hasrat yang menggelora, saya benar-benar tidak sanggup jika hanya memiliki Farah. Tapi Anna juga bukan hanya pelampiasan nafsu ini. Anna adalah variasi. "Apa gerimis begini masih aman untuk menyebrang?" tanya saya kepada awak kapal yang ikut berteduh waktu hujan meluluh lantakkan segala kelegaan saya. Si awak kapal menaruh tangannya di depan kedua alisnya yang melengkung sambil menyipitkan mata seakan memantau kondisi perairan. Saya memasang muka datar, tolonglah kali ini sejalan, jangan sampai dia bilang tidak

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-04
  • Dosa Termanisku   Bab 129

    Mengalahkan gengsi yang mati-matian saya lakukan, si botak benar-benar memapah saya tanpa sungkan menuju resort terdekat dari bibir pantai. Resort itu berdinding bambu, ada yang berbentuk segitiga atau lingkaran yang seperti rumah-rumah jaman dulu. Terlihat asri dan sejuknya nuansa menjadi Sejenak, saya tertegun sewaktu berdiri di atas pasir putih yang menggelitik kaki saya. Saya membisu memandang rusa, monyet, bahkan babi hutan berkeliaran dengan santai di atas pasir putih yang sama.Anna, masih kurang ramai apa hidup kamu? Kau benar-benar mengambil risiko yang meminta saya untuk menekuk lutut di hadapanmu atau saya kurang memahami mu? Saya bergidik ngeri membayangkan kamu tergesa di kejar babi hutan, kesusahan membawa barang-barangmu, apalagi anak kita yang sudah membuat punggungmu ngilu, atau kamu sedang membohongi diri saya? Saya mengembuskan napas lelah. "Ayo, bos. Lihat-lihatnya nanti lagi ajalah keburu di samperin monyet! Aku males ribut sama hewan liar, ribet urusannya." c

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-05
  • Dosa Termanisku   Bab 130

    "Kamu minta cinta kayak minta gorengan aja mas, gampang banget ngomongnya!" omel Anna sambil berbalik. Saya yang tidak ingin dia sendiri di pulau yang semakin gelap semakin terasa liar ini menahan tangannya. Anna terdiam."Aku menagih cinta sama seperti saat kamu menagih gelora di atas ranjang, Anna. Tidak berlebih, sama, saya meminta cinta kamu." kata saya sambil mendekat, menghirup aroma sampo kelapa dari rambutnya yang ikal lembut sebahu. "Kali ini saja, tolonglah, jangan membahayakan keselamatanmu dan anak kita, Anna. Izinkan saya menemanimu!" Anna menatap saya, berangsur-angsur matahari yang semakin menghilang di ufuk barat membuat saya tidak betah berlama-lama di pinggir pantai."Saya akan berdamai dengan omelanmu, saya akan mendengar semuanya, senang hati, tidak akan membantah, terserah apa katamu tentang saya. Saya akan menerima, tapi di sini, biar saya menemanimu sebagai suamimu!" kata saya penuh harap juga paksaan, sebab jika tidak begitu mana mempan ini perempuan hanya den

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-06
  • Dosa Termanisku   Bab 131

    "Gimana, enak?" tanya saya sewaktu Anna menyantap mi komplit itu dengan penuh penghayatan. Waktu saya coba tadi enak, cita rasa yang memang dari resep pabriknya begitu. Cuma perlu di garis bawahi, untuk ibu hamil yang istimewa seperti dia, rasa yang enak belum tentu enak. Begitu juga sebaliknya.Anna mengerucutkan bibir, meski semangkok mi komplit yang sudah tak bersisa itu ia habiskan. Saya menyipit. "Kenapa, kurang banyak?" tanya saya memastikan, saya sanggup memasaknya lagi, tapi masih ada sup buah yang belum dia sentuh, jadi apakah mi buatan saya tidak enak tapi lapar?Saya mendengar perut Anna berbunyi, bergerak lalu dia menutup mulutnya. Bersendawa dengan malu-malu."Banyak banget sih bikinnya, aku bilang komplit bukan berarti porsi dobel. Jadi kebanyakan kan!" Anna mendesis jengkel, "aku coba sup buahnya, awas kalo susunya nggak manis!"Saya menahan senyum, sambil duduk bersila, saya melihatnya kembali makan dengan penghayatan. Saya yakin enak, pasti, saya bisa masak, apapun,

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-08
  • Dosa Termanisku   Bab 132

    Puas menatap Anna dan menggoda Alinka di dalam rahim ibunya. Saya ikut merebahkan diri di sampingnya. Menatap remang-remang keadaan sambil termenung sendiri.Jeda yang ajaib, perempuan ini slalu berkata seperti itu tapi kata saya, “aku menemui satu persinggahan yang menerima sisi gelap ku, tanpa banyak cela dan pada harapan ini, perempuan ini, memegang rela janji untuk tetap bersama.”Saya memiringkan tubuh, memeluk si pemilik raga yang akan slalu berada di bawah kedudukan Farah, si apa adanya yang slalu tampil ceria di mana saja, saya yakin, dia akan slalu menjadi yang pengertian. "Ardi, Anna, Alinka. Harmonisasi nama yang indah, meski tidak seindah perjalanan yang akan kita lewati nanti bahkan hingga ujung waktu."•••Saya merasakan resah di penghujung mimpi, ketidaktenangan ini semakin lama semakin menjadi-jadi. Saya membuka sebelah mata tanpa benar-benar terbuka, hanya menyipit. Bisa saya saksikan samar-samar Anna duduk bersila sambil memandangi saya. Dia memasang muka datar mes

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-09
  • Dosa Termanisku   Bab 133

    Anna mengangguk sambil menarik tangan saya buru-buru ke resort. Saya yang tahu pasti maksudnya apa menyunggingkan senyum lebar. Anna mau melepas pakaian saya, ajaib, akhirnya setelah berbulan-bulan saya menunggu dengan sabar untuk merasakan bagaimana mencicipi Anna dalam keadaan hamil terwujud. Akhirnya, bisa saya pastikan Anna kembali luluh dengan apa yang saya lakukan. Anna mendorong daun pintu lantas menutupnya sambil tersenyum lebar. "Jadi?" tawarnya sambil melaju ke kamar mandi, mengambil handuk.Saya tersenyum karena pertimbangannya yang baik. Cukup baik karena pergi ke pulau ini jadi tidak sia-sia. "Jadi, kamu tidak keberatan?" Anna menyampirkan handuknya di sofa, lalu mengangkat wajahnya. "Aku ambil bagianku hari ini mas, nanti malam kamu udah jadi bagian Mbak. Lagian aku tau, berbagi cinta emang akan nggak enak. Tapi lebih nggak enak jadi Mbak, jadi biarkan aku menjadi Anna. Tidak perlu jadi nyonya Ardi, bisa kan?" katanya dengan muram. "Kamu tau mas, ada bagian-bagian t

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-11

Bab terbaru

  • Dosa Termanisku   Bab 161

    Beberapa menit yang terjadi dalam hidup saya, dalam keadaan terengah-engah Anna mencengkram rambut belakang saya dengan keras. "Kayaknya aku mau melahirkan sekarang mas, kayaknya aku..." Wajahnya mulai mengeras, kakinya mulai terbuka dan saya mendadak pontang-panting dalam hati ingin sekali memintanya lebih lama bertahan lama dalam perjalanan. "Bagaimana pak?" sahut Johan."Usahakan lebih cepat, Han! Jika di tilang polisi tidak masalah. Saya lebih takut jika anak saya lahir di dalam mobil dan di jalan raya, dia akan menjadi pembalap!"Johan tidak menjawab sebab ia langsung menghidupkan lampu hazard di tengah jalan dan membunyikan klakson mobil berulang kali. Di belakang, mobil yang membuntuti kami ikut menghidupkan lampu hazard—lampu darurat—, tak ayal kejadian itu membuat beberapa pengguna jalan lain melihat ke arah mobil kami di tengah kemacetan."Istri saya mau melahirkan, tolong beri jalan!" teriak saya dari jendela mobil. "Tolong bapak, ibu, kakak... Anna sudah bukaan lima–aaaw

  • Dosa Termanisku   Bab 160

    "Honeymoon, are you sure?" omel Anna sembari berkacak pinggang. Saya mengangguk sambil merapatkan jaket, lama-lama dingin ternyata."Han, tutup semua pintu dan pergilah bersama kuncinya!""Whyyyyy...." teriak Anna dengan panik, "Mas, kamu makin lama malah makin mirip penjahat ya. Han, Han. Jangan..." Anna mendekap tubuh Johan dengan spontan. "Han, delapan tahun kita berusaha menjadi partner kerja dan keluarga yang baik. Tolong dong kali ini aja kamu membantah bos kita! Gak bisa apa sedikit aja membangkang." rengek Anna dengan lucu.Johan menatap saya dengan takut-takut. "Maaf bapak, ini bukan salah saya." katanya sambil berusaha melepas tangan Anna yang tetap kekeh menahannya di dapur.Saya beranjak sembari mengulum senyum. "Lepaskan Johan, Anna. Ada saya yang bisa kamu peluk seperti itu. Jangan dia, dia tidak akan tergoda dengan omelanmu apalagi rayuanmu!" kata saya mengingatkan.Saya hendak meraih rambutnya yang panjang dan pirang keemasan, namun secepat yang saya duga, Anna mengh

  • Dosa Termanisku   Bab 159

    Desember, Musim dingin yang sangat menyejukkan kulit, hati, jiwa tapi tidak dengan isi kepala.Kami sekeluarga bersama rekan seperjuangan meninggalkan musim hujan bulan Desember di tanah air demi menuruti Alinka pergi ke London untuk melihat salju turun dan bisa menjadi keluarga ‘dingin’ dengan kualitas sekian. Saya termenung di depan pemanas ruangan, mendengar obrolan anak muda di belakang saya yang sedang seru-serunya bermain kartu. Naufal membawa pacarnya yang berambut cokelat tua panjang, anak pejabat negara yang kapan hari bapaknya menemui saya untuk mengajak kolaborasi bisnis dan mencocokkan anak kami berdua. Saya tidak tahu jodoh Naufal nantinya siapa, jadi saya cuma bisa senyum-senyum sambil mengambil tawaran pertama saja. Kolaborasi bisnis biar enakan hidup saya, urusan itu kan bisa di atur, kalau jodoh anak saya tidak.Kenzo membawa sahabatnya, laki-laki, tukang nge-game. Saya heran, dulu saya tidak nge-game, tapi anak saya yang satu itu sangat menyukai permainan. Entah y

  • Dosa Termanisku   Bab 158

    Tina memasang muka datarnya setelah bunyi bell berdentang berkali-kali. Parasnya yang semakin berusia dan jompo, dia menyebutkan begitu karena tidak bisa lagi memakai hak tinggi menatap saya dengan wajah jengkel."Masuk aja kali..." ucapnya dengan suara malas di mic rapat yang tertempel di meja kerja, suara itu akan terdengar di louds speaker di depan ruangan saya. Seseorang di luar saya yang pasti adalah keluargaku—bel itu bel khusus private family—mendorong pintu. Seorang wanita dengan anggun melangkah sembari menggandeng tangan anak laki-lakinya yang berekspresi cemberut. Saya menaruh pulpen di meja seraya beranjak. Menyambut keduanya dengan pelukan. "Sebelum kita makan siang, ada yang perlu kamu urus, mas."Apa?Anna merogoh tas kerjanya yang besar, mobil derek mainan Alinskie rusak, dereknya copot dan gigi Sir Tow Mater nama karakter di film kartun itu rompel. Saya menerima mainan yang nyaris pasti akan menjadi rosokan ini dengan wajah ternganga. "Harus aku apakan ini sayang?

  • Dosa Termanisku   Bab 157

    "London, papa. London, aku ingin ke sana. Aku ingin menikmati musim dingin di sana, aku ingin main salju seperti Elsa dan Anna, papa." seru Alinka sembari menarik-narik ujung jas kerja saya di depan lemari kacanya berisi mainannya dan Alinskie. Dua bayi saya yang kami bertiga perjuangkan dan tumbuhkan dengan suka duka cita atas harapan yang besar di rumah ini sudah tumbuh menjadi anak sekolah dasar berusia delapan tahun."Ayolah papa jawab, aku maksa ini." desak Alinka keras kepala. Saya mendesah, batal berangkat ke kantor dengan tertib dan memilih berlutut untuk melihat wajah manis, pipi putih dan tidak suka memakai rok atau dress, dia benci katanya tidak keren seperti kakak-kakaknya juga ampuh memberi contoh baju keren cowok ganteng ibu kota."Anna dan Elsa bukan di London sayang, tapi di Norwegia dan Irlandia. Kita tidak bisa ke sana, kamu belum libur sekolah." kata saya menasihati, tapi tepat seperti yang saya duga ini bukan jawaban yang tepat. Mawar berduriku menjerit, memanggi

  • Dosa Termanisku   Bab 156

    Saya merenung, meyakini diri sekuat mungkin dengan apa terjadi di dalam sana bahwa Anna memang berbicara dari hati ke hati kepada Farah, mengungkap segalanya yang terpendam dan meyakinkan Farah jika ia mampu menjadi yang terakhir, mengalah dan menjadi ibu sambung yang mumpuni. Saya yakin itu, saya yakin karena kerap kali Anna berkata bahwa ia tidak ingin mengambil lebih dari haknya. Walau sejujurnya dengan amat sangat, banyak ragu yang menyapa silih berganti di dalam dada saya. Saya kalut. Bagaimana jika Farah tiada? Tapi logika berkata, jangan Tuhan, jangan dulu. Jangan sekarang, jangan Tuhan. Dia harus kembali padaku, harus kembali bagaimanapun kondisinya. Saya harus memperbaiki kesalahan ini, saya harus memperbaikinya dulu dan akan saya serahkan perhatian lebih.Saya membenturkan kepala belakang di tembok berkali-kali dengan frustrasi seraya mengusap wajah dan tertunduk.•••Derap langkah sepatu yang tergesa-gesa dari ujung koridor yang senyap membuat saya beranjak dan tertegun me

  • Dosa Termanisku   Bab 155

    Dalam keremangan lampu kamar rumah sakit, saya membelai rambut Farah yang terasa kusut dan lembab. Ia masih terlelap seperti tak punya beban apapun. Wajahnya tenang, napasnya teratur, air susu ibu yang seharusnya keluar sebagai insting terkuat seorang ibu menyusui hanya merembes sesekali dan sangat jarang seakan tubuhnya berhenti beroperasi dalam tenang yang menegangkan. "Sepertinya kamu ingin menjadi putri tidur, Fa. Mimpimu bagus?" tanya saya seraya membelai wajahnya. "Kamu mimpi apa? Apa seindah waktu kencan pertama kita di kebun teh Cisarua Bogor? Seindah itu, ah... Kamu membuatku iri jadinya."Saya tersenyum sendiri, entah kenapa ingatan akan masa kencan pertama kami, pendekatan yang lucu itu menggelikan dan menyenangkan."Aku ingat, kamu mengeluh kedinginan dan tidak mau aku peluk. Katamu aku simpanse bonobo yang tidak cukup punya satu pasangan dan kamu yakin itu walaupun kamu mencintaku dengan tulus. Dan kamu tau, itu kata-kata paling kejam yang aku dengar selain buaya darat,

  • Dosa Termanisku   Bab 154

    Entah berapa lama waktu yang saya habiskan untuk menunggu Farah di rumah sakit, keadaannya yang belum stabil mengharuskan Farah mendapatkan perawatan intensif yang lebih dari apa yang saya perkirakan."Makan dulu mas." Anna mengusap kedua bahu saya dari belakang seraya mengecup puncak kepala saya. "Semuanya akan membaik mas, percayalah." bisiknya sambil merangkul pundak saya. "Kamu yang kuat, banyak orang yang membutuhkanmu hari ini dan selamanya sampai waktu berhenti."Saya menelengkan kepala untuk mengecup pipinya yang masih terlihat tembam meski Alinka sudah berusia nyaris tiga bulan. "Terima kasih, makanlah lebih dulu Anna." pinta saya, dia mengasihi dua bayi, Alinka dan Alinskie sekarang, selama seminggu kami di rumah sakit. Anna butuh banyak makan, sementara saya, saya tidak tahu kenapa akhir-akhir ini rasanya energi dalam tubuh saya tidak sekuat dan seegois biasanya. Pikiran saya hanya tersita untuk kepulihan Farah.Saya hanya kerja sebentar lalu ke sini, tidur di sofa dan me

  • Dosa Termanisku   Bab 153

    Dua bulan kemudian. Saya menuruni anak tangga dengan cepat setelah mendengar Naufal berteriak dari bawah memanggil nama saya dan mengatakan mama-nya menyuruh saya turun."Iya, papa turun. Papa turun sayang." kata saya menggebu-gebu.Naufal berkacak pinggang di depan anak tangga paling bawah. Ia mengerut marah, saya tersenyum kanak-kanak. Aturan main di rumah ini sudah berjalan selama dua bulan setelah saya dengan berani dan bertanggung jawab mengatakan pada semua keluarga, rekan bisnis, teman nongkrong, dan media jika saya memiliki dua istri dan bayi mungil. Meski sempat terjadi gonjang-ganjing gosip yang makin lama di gosok makin sip saya percaya waktu akan menjawab semua getir dan getar yang ada. "Papa tadi baru ganti popok adikmu, Fal. Maaf lama, adikmu bawel." seloroh saya, Naufal menutup telinganya. Dia sering begitu jika saya membicarakan Alinka, berbeda dengan Kenzo. Oh anakku yang satu itu memang anak pintar, dia menjadi kakak yang baik dan sering tidur bersama Anna karena b

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status