Share

Bab 131

Penulis: Skavivi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-08 00:03:46

"Gimana, enak?" tanya saya sewaktu Anna menyantap mi komplit itu dengan penuh penghayatan. Waktu saya coba tadi enak, cita rasa yang memang dari resep pabriknya begitu. Cuma perlu di garis bawahi, untuk ibu hamil yang istimewa seperti dia, rasa yang enak belum tentu enak. Begitu juga sebaliknya.

Anna mengerucutkan bibir, meski semangkok mi komplit yang sudah tak bersisa itu ia habiskan.

Saya menyipit. "Kenapa, kurang banyak?" tanya saya memastikan, saya sanggup memasaknya lagi, tapi masih ada sup buah yang belum dia sentuh, jadi apakah mi buatan saya tidak enak tapi lapar?

Saya mendengar perut Anna berbunyi, bergerak lalu dia menutup mulutnya. Bersendawa dengan malu-malu.

"Banyak banget sih bikinnya, aku bilang komplit bukan berarti porsi dobel. Jadi kebanyakan kan!" Anna mendesis jengkel, "aku coba sup buahnya, awas kalo susunya nggak manis!"

Saya menahan senyum, sambil duduk bersila, saya melihatnya kembali makan dengan penghayatan.

Saya yakin enak, pasti, saya bisa masak, apapun,
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (9)
goodnovel comment avatar
Claresta Ayu
Hahaha...Anna Anna kasihan pak Ardi tw, dy tuh sudah puasa lama ga' dapet jatah dari kamu dan bu Farah d tambah lg puasa panjang setelah kalian kalian melahirkan nanti?? Sabar ya pak Ardi Anna ny msih ngambek. wkwk
goodnovel comment avatar
Elok Fatimah
wah, sudah punya nama si baby princessnya anna. padahal blm launching. ......
goodnovel comment avatar
Diena Rasyid
maw ingetin anna jangan berhenti ngambek nya ya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dosa Termanisku   Bab 132

    Puas menatap Anna dan menggoda Alinka di dalam rahim ibunya. Saya ikut merebahkan diri di sampingnya. Menatap remang-remang keadaan sambil termenung sendiri.Jeda yang ajaib, perempuan ini slalu berkata seperti itu tapi kata saya, “aku menemui satu persinggahan yang menerima sisi gelap ku, tanpa banyak cela dan pada harapan ini, perempuan ini, memegang rela janji untuk tetap bersama.”Saya memiringkan tubuh, memeluk si pemilik raga yang akan slalu berada di bawah kedudukan Farah, si apa adanya yang slalu tampil ceria di mana saja, saya yakin, dia akan slalu menjadi yang pengertian. "Ardi, Anna, Alinka. Harmonisasi nama yang indah, meski tidak seindah perjalanan yang akan kita lewati nanti bahkan hingga ujung waktu."•••Saya merasakan resah di penghujung mimpi, ketidaktenangan ini semakin lama semakin menjadi-jadi. Saya membuka sebelah mata tanpa benar-benar terbuka, hanya menyipit. Bisa saya saksikan samar-samar Anna duduk bersila sambil memandangi saya. Dia memasang muka datar mes

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-09
  • Dosa Termanisku   Bab 133

    Anna mengangguk sambil menarik tangan saya buru-buru ke resort. Saya yang tahu pasti maksudnya apa menyunggingkan senyum lebar. Anna mau melepas pakaian saya, ajaib, akhirnya setelah berbulan-bulan saya menunggu dengan sabar untuk merasakan bagaimana mencicipi Anna dalam keadaan hamil terwujud. Akhirnya, bisa saya pastikan Anna kembali luluh dengan apa yang saya lakukan. Anna mendorong daun pintu lantas menutupnya sambil tersenyum lebar. "Jadi?" tawarnya sambil melaju ke kamar mandi, mengambil handuk.Saya tersenyum karena pertimbangannya yang baik. Cukup baik karena pergi ke pulau ini jadi tidak sia-sia. "Jadi, kamu tidak keberatan?" Anna menyampirkan handuknya di sofa, lalu mengangkat wajahnya. "Aku ambil bagianku hari ini mas, nanti malam kamu udah jadi bagian Mbak. Lagian aku tau, berbagi cinta emang akan nggak enak. Tapi lebih nggak enak jadi Mbak, jadi biarkan aku menjadi Anna. Tidak perlu jadi nyonya Ardi, bisa kan?" katanya dengan muram. "Kamu tau mas, ada bagian-bagian t

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-11
  • Dosa Termanisku   Bab 134

    Setelah menyudahi harmonisasi percintaan yang tidak cukup memuaskan raga. Saya dan Anna keluar dari kamar mandi. Duduk-duduk santai di lantai sambil menyantap logistik yang Anna beli, membunuh waktu dengan bercengkrama tentang hari kemarin yang terlalui dengan banyak mengalihkan atensi, melebur dengan alam, berharap, setiap energi baik yang tercipta dari sang khalik bisa membuat dahaga akan perasaan ini membaik. "Kita pulang jam berapa, Anna?" tanya saya sembari memainkan ujung rambutnya yang sedikit lembab. Anna mengunyah roti croissant kemasan, menghabiskannya lalu meneguk susu ibu hamil kemasan. Saya menghela napas, tadi sudah habis satu buah apel, masih lanjut lagi sepertinya rasa lapar itu."Habis ini ada trip lihat terumbu karang mas, tapi aku nggak berani. Takut dikira anak gajah lagi berenang, takut membahayakan jantung semua orang yang lihat. Jadi aku nggak setega itu."Saya jadi menyunggingkan senyum, dia ini memang merepotkan, saya setuju kok kalau dia tidak perlu berena

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-16
  • Dosa Termanisku   Bab 135

    Saya tersenyum lemah di hadapan Anna yang membersihkan bibir saya dengan tisu basah di pinggir dermaga setelah saya memuntahkan lagi isi perut untuk kesekian kali."Kayaknya jadi petualangan yang tak terlupakan nih, mas. Selamat ya, semoga jadi kenangan." Anna bersikap seperti ibu-ibu yang sedang memberi semangat pada anaknya setelah melakukan berbagai kegiatan out door dan pulang dengan badan meriang. Saya meneguk air rasa-rasa yang dia berikan sebelum menekan ulu hati yang terasa ngilu."Makan dulu sebelum pulang! Saya harus kembali berenergi."Sigap, semuanya langsung pergi ke tempat parkir. Naik ke kendaraan masing-masing dan bergerak keluar dari wilayah taman nasional ujung kulon ini.Saya menghela napas, tujuh jam paling cepat saya dan Anna akan kembali ke rumah. Bertemu Farah dan kembali harus menjalani kehidupan yang riil. Menjadi orang kantoran, padahal ternyata jalan-jalan seperti kemarin lumayan bikin saya enjoy dan melihat hal-hal baru. Anna menepuk pundaknya, "Sini sand

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-16
  • Dosa Termanisku   Bab 136

    "Ya ampun, Annaaaaaa...." teriak mama sambil mencubit lengan Anna dengan gemas. "Anak nakal, bisa-bisanya pergi ke ujung kulon sendirian, bisa-bisanya pergi ke sana waktu hamil besar. Ar-Ar, rasanya mama mau pingsan."Tubuh mama berayun mundur, membetur pintu, Anna yang di cubit tetap memasang wajah cengengesan sambil mengipasi wajah mama dengan mengibaskan tangannya."Mama jangan pingsan, nanti Alinka sedih." kata Anna, "Alinka siapa?" tanya mama sambil memegang dadanya."Alinka cucu mama. Kata mas Ardi artinya berharga." Anna menjelaskan sambil menggandeng tangan mama, "masuk yuk, ma. Aku mau rebahan di kasur. Punggungku capek."Mama menatap Anna tak berdaya. Dari wajahnya seperti terjadi pergulatan batin yang kuat."Ayo, ma. Alinka udah puas jalan-jalan." aku Anna dengan muka datar.Mama kemudian berjalan lemah ke dalam rumah dan ambruk di sofa."Ya Tuhan, kalian ke ujung kulon hanya untuk membicarakan nama anak. Ardi! Apa kamu tidak bisa mengatur istrimu? Kalo tidak bisa mama aka

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-18
  • Dosa Termanisku   Bab 137

    "Memang pemandangan yang menyenangkan, paling tidak itu yang saya lihat karena Bian cukup memperhatikan Anna." balas saya dengan tenang. Tidak akan pernah saya tunjukkan rasa keterkejutan ini di depan Farah. "Bukannya sekali pembohong tetap pembohong mas?" urainya dengan santai. "Betul sekali sayangku Farah, bukannya kamu juga pernah begitu, arisan sosialita puluhan juta berhadiah kencan dengan berondong sewaan juga?" Ah iya, sambil bercerita tentang kesalahannya. Saya menarik mundur kursi roda yang ia pakai. Membawa Farah ke dapur, memasak masakan kesukaannya. Walau sebenarnya saya tidak berminat sekali membicarakan hal itu, saya sudah menerima dia menghabiskan ratusan juta demi arisan sialan pembawa petaka rumah tangga saya. "Biar aku suapi." tawar saya sewaktu semua sudah masak dan menjadi hangat. Saya akan menuruti perintah Anna untuk tetap mengasihi Farah tanpa cela agar Anna juga mampu ia terima. Namun jika Farah tetap bersikukuh pada keegoisannya, persetan dengan perintah

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-21
  • Dosa Termanisku   Bab 138

    Seminggu setelah pembagian harta gono-gini, pengacara saya menemui saya di rumah tengah malam. Saya melonggarkan dasi setelah menyampirkan jas di kursi."Bagaimana hasilnya?" tanya saya di ruangan pribadi saya di lantai dua. "Farah terima dengan hasilnya?" Pengacara saya hanya tersenyum, dia mengangkat tas kulitnya yang slalu dia bawa kemana-mana. Mengeluarkan berbagai surat-surat."Ibu Farah menerimanya dengan senang, itu karena bapak juga menambahkan sebidang tanah untuknya beliau."Usai berucap, pengacara saya nampak membaca surat-surat penting itu dengan teliti. Menumpuknya sesuai nama saya dan Farah di meja kayu jati klasik yang saya beli waktu jalan-jalan di toko mebel klasik. Cinta sekali saya dengan meja ini, sentuhannya halus, dan kokoh."Untuk Anna yang sudah saya katakan, apa kamu sudah mengurusnya?" tanya saya sambil bersedekap."Sudah, pasti, pak. Bagian untuk ibu Anna saya ambil dari milik bapak. Mungkin bapak akan memeriksanya?" tawar pengacara saya sambil mengulurkan

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-23
  • Dosa Termanisku   Bab 139

    Saya benar-benar tidak tahu cara berpikir Farah itu bagaimana. Dia sudah tidak bisa bekerja, tidak bisa melakukan apapun dengan sendiri, tapi kelakuannya bikin saya geram. Anna hanya saya bagi sedikit dari harta yang saya punya, itu bahkan belum termasuk saham dan penghasilan lainnya dari perusahaan yang saya miliki. Tapi kenapa secuil harta ini dia persulit sendiri dengan ketakutannya."Benar-benar tidak berubah!" maki saya dalam hati.Di ruang keluarga, saya memanggil anak-anaknya, meminta mereka untuk segera masuk ke dalam mobil."Papa beneran bisa lihat aku ikut turnamen futsal di sekolah?""Bisa, kenapa?"Di mobil, Naufal yang duduk di dekat saya menatap saya dengan tidak berani. "Kenapa begitu?" tanya saya, "kamu tidak percaya?" "Papa kelihatannya tidak senang!" balas Naufal dengan lirih. Saya menghela napas. Tidak mungkin saya menceritakan tentang ibunya, salah-salah saya cuma di kira hanya membandingkannya nanti dengan Anna. Saya mengulas senyum dengan terpaksa karena ana

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-25

Bab terbaru

  • Dosa Termanisku   Bab 161

    Beberapa menit yang terjadi dalam hidup saya, dalam keadaan terengah-engah Anna mencengkram rambut belakang saya dengan keras. "Kayaknya aku mau melahirkan sekarang mas, kayaknya aku..." Wajahnya mulai mengeras, kakinya mulai terbuka dan saya mendadak pontang-panting dalam hati ingin sekali memintanya lebih lama bertahan lama dalam perjalanan. "Bagaimana pak?" sahut Johan."Usahakan lebih cepat, Han! Jika di tilang polisi tidak masalah. Saya lebih takut jika anak saya lahir di dalam mobil dan di jalan raya, dia akan menjadi pembalap!"Johan tidak menjawab sebab ia langsung menghidupkan lampu hazard di tengah jalan dan membunyikan klakson mobil berulang kali. Di belakang, mobil yang membuntuti kami ikut menghidupkan lampu hazard—lampu darurat—, tak ayal kejadian itu membuat beberapa pengguna jalan lain melihat ke arah mobil kami di tengah kemacetan."Istri saya mau melahirkan, tolong beri jalan!" teriak saya dari jendela mobil. "Tolong bapak, ibu, kakak... Anna sudah bukaan lima–aaaw

  • Dosa Termanisku   Bab 160

    "Honeymoon, are you sure?" omel Anna sembari berkacak pinggang. Saya mengangguk sambil merapatkan jaket, lama-lama dingin ternyata."Han, tutup semua pintu dan pergilah bersama kuncinya!""Whyyyyy...." teriak Anna dengan panik, "Mas, kamu makin lama malah makin mirip penjahat ya. Han, Han. Jangan..." Anna mendekap tubuh Johan dengan spontan. "Han, delapan tahun kita berusaha menjadi partner kerja dan keluarga yang baik. Tolong dong kali ini aja kamu membantah bos kita! Gak bisa apa sedikit aja membangkang." rengek Anna dengan lucu.Johan menatap saya dengan takut-takut. "Maaf bapak, ini bukan salah saya." katanya sambil berusaha melepas tangan Anna yang tetap kekeh menahannya di dapur.Saya beranjak sembari mengulum senyum. "Lepaskan Johan, Anna. Ada saya yang bisa kamu peluk seperti itu. Jangan dia, dia tidak akan tergoda dengan omelanmu apalagi rayuanmu!" kata saya mengingatkan.Saya hendak meraih rambutnya yang panjang dan pirang keemasan, namun secepat yang saya duga, Anna mengh

  • Dosa Termanisku   Bab 159

    Desember, Musim dingin yang sangat menyejukkan kulit, hati, jiwa tapi tidak dengan isi kepala.Kami sekeluarga bersama rekan seperjuangan meninggalkan musim hujan bulan Desember di tanah air demi menuruti Alinka pergi ke London untuk melihat salju turun dan bisa menjadi keluarga ‘dingin’ dengan kualitas sekian. Saya termenung di depan pemanas ruangan, mendengar obrolan anak muda di belakang saya yang sedang seru-serunya bermain kartu. Naufal membawa pacarnya yang berambut cokelat tua panjang, anak pejabat negara yang kapan hari bapaknya menemui saya untuk mengajak kolaborasi bisnis dan mencocokkan anak kami berdua. Saya tidak tahu jodoh Naufal nantinya siapa, jadi saya cuma bisa senyum-senyum sambil mengambil tawaran pertama saja. Kolaborasi bisnis biar enakan hidup saya, urusan itu kan bisa di atur, kalau jodoh anak saya tidak.Kenzo membawa sahabatnya, laki-laki, tukang nge-game. Saya heran, dulu saya tidak nge-game, tapi anak saya yang satu itu sangat menyukai permainan. Entah y

  • Dosa Termanisku   Bab 158

    Tina memasang muka datarnya setelah bunyi bell berdentang berkali-kali. Parasnya yang semakin berusia dan jompo, dia menyebutkan begitu karena tidak bisa lagi memakai hak tinggi menatap saya dengan wajah jengkel."Masuk aja kali..." ucapnya dengan suara malas di mic rapat yang tertempel di meja kerja, suara itu akan terdengar di louds speaker di depan ruangan saya. Seseorang di luar saya yang pasti adalah keluargaku—bel itu bel khusus private family—mendorong pintu. Seorang wanita dengan anggun melangkah sembari menggandeng tangan anak laki-lakinya yang berekspresi cemberut. Saya menaruh pulpen di meja seraya beranjak. Menyambut keduanya dengan pelukan. "Sebelum kita makan siang, ada yang perlu kamu urus, mas."Apa?Anna merogoh tas kerjanya yang besar, mobil derek mainan Alinskie rusak, dereknya copot dan gigi Sir Tow Mater nama karakter di film kartun itu rompel. Saya menerima mainan yang nyaris pasti akan menjadi rosokan ini dengan wajah ternganga. "Harus aku apakan ini sayang?

  • Dosa Termanisku   Bab 157

    "London, papa. London, aku ingin ke sana. Aku ingin menikmati musim dingin di sana, aku ingin main salju seperti Elsa dan Anna, papa." seru Alinka sembari menarik-narik ujung jas kerja saya di depan lemari kacanya berisi mainannya dan Alinskie. Dua bayi saya yang kami bertiga perjuangkan dan tumbuhkan dengan suka duka cita atas harapan yang besar di rumah ini sudah tumbuh menjadi anak sekolah dasar berusia delapan tahun."Ayolah papa jawab, aku maksa ini." desak Alinka keras kepala. Saya mendesah, batal berangkat ke kantor dengan tertib dan memilih berlutut untuk melihat wajah manis, pipi putih dan tidak suka memakai rok atau dress, dia benci katanya tidak keren seperti kakak-kakaknya juga ampuh memberi contoh baju keren cowok ganteng ibu kota."Anna dan Elsa bukan di London sayang, tapi di Norwegia dan Irlandia. Kita tidak bisa ke sana, kamu belum libur sekolah." kata saya menasihati, tapi tepat seperti yang saya duga ini bukan jawaban yang tepat. Mawar berduriku menjerit, memanggi

  • Dosa Termanisku   Bab 156

    Saya merenung, meyakini diri sekuat mungkin dengan apa terjadi di dalam sana bahwa Anna memang berbicara dari hati ke hati kepada Farah, mengungkap segalanya yang terpendam dan meyakinkan Farah jika ia mampu menjadi yang terakhir, mengalah dan menjadi ibu sambung yang mumpuni. Saya yakin itu, saya yakin karena kerap kali Anna berkata bahwa ia tidak ingin mengambil lebih dari haknya. Walau sejujurnya dengan amat sangat, banyak ragu yang menyapa silih berganti di dalam dada saya. Saya kalut. Bagaimana jika Farah tiada? Tapi logika berkata, jangan Tuhan, jangan dulu. Jangan sekarang, jangan Tuhan. Dia harus kembali padaku, harus kembali bagaimanapun kondisinya. Saya harus memperbaiki kesalahan ini, saya harus memperbaikinya dulu dan akan saya serahkan perhatian lebih.Saya membenturkan kepala belakang di tembok berkali-kali dengan frustrasi seraya mengusap wajah dan tertunduk.•••Derap langkah sepatu yang tergesa-gesa dari ujung koridor yang senyap membuat saya beranjak dan tertegun me

  • Dosa Termanisku   Bab 155

    Dalam keremangan lampu kamar rumah sakit, saya membelai rambut Farah yang terasa kusut dan lembab. Ia masih terlelap seperti tak punya beban apapun. Wajahnya tenang, napasnya teratur, air susu ibu yang seharusnya keluar sebagai insting terkuat seorang ibu menyusui hanya merembes sesekali dan sangat jarang seakan tubuhnya berhenti beroperasi dalam tenang yang menegangkan. "Sepertinya kamu ingin menjadi putri tidur, Fa. Mimpimu bagus?" tanya saya seraya membelai wajahnya. "Kamu mimpi apa? Apa seindah waktu kencan pertama kita di kebun teh Cisarua Bogor? Seindah itu, ah... Kamu membuatku iri jadinya."Saya tersenyum sendiri, entah kenapa ingatan akan masa kencan pertama kami, pendekatan yang lucu itu menggelikan dan menyenangkan."Aku ingat, kamu mengeluh kedinginan dan tidak mau aku peluk. Katamu aku simpanse bonobo yang tidak cukup punya satu pasangan dan kamu yakin itu walaupun kamu mencintaku dengan tulus. Dan kamu tau, itu kata-kata paling kejam yang aku dengar selain buaya darat,

  • Dosa Termanisku   Bab 154

    Entah berapa lama waktu yang saya habiskan untuk menunggu Farah di rumah sakit, keadaannya yang belum stabil mengharuskan Farah mendapatkan perawatan intensif yang lebih dari apa yang saya perkirakan."Makan dulu mas." Anna mengusap kedua bahu saya dari belakang seraya mengecup puncak kepala saya. "Semuanya akan membaik mas, percayalah." bisiknya sambil merangkul pundak saya. "Kamu yang kuat, banyak orang yang membutuhkanmu hari ini dan selamanya sampai waktu berhenti."Saya menelengkan kepala untuk mengecup pipinya yang masih terlihat tembam meski Alinka sudah berusia nyaris tiga bulan. "Terima kasih, makanlah lebih dulu Anna." pinta saya, dia mengasihi dua bayi, Alinka dan Alinskie sekarang, selama seminggu kami di rumah sakit. Anna butuh banyak makan, sementara saya, saya tidak tahu kenapa akhir-akhir ini rasanya energi dalam tubuh saya tidak sekuat dan seegois biasanya. Pikiran saya hanya tersita untuk kepulihan Farah.Saya hanya kerja sebentar lalu ke sini, tidur di sofa dan me

  • Dosa Termanisku   Bab 153

    Dua bulan kemudian. Saya menuruni anak tangga dengan cepat setelah mendengar Naufal berteriak dari bawah memanggil nama saya dan mengatakan mama-nya menyuruh saya turun."Iya, papa turun. Papa turun sayang." kata saya menggebu-gebu.Naufal berkacak pinggang di depan anak tangga paling bawah. Ia mengerut marah, saya tersenyum kanak-kanak. Aturan main di rumah ini sudah berjalan selama dua bulan setelah saya dengan berani dan bertanggung jawab mengatakan pada semua keluarga, rekan bisnis, teman nongkrong, dan media jika saya memiliki dua istri dan bayi mungil. Meski sempat terjadi gonjang-ganjing gosip yang makin lama di gosok makin sip saya percaya waktu akan menjawab semua getir dan getar yang ada. "Papa tadi baru ganti popok adikmu, Fal. Maaf lama, adikmu bawel." seloroh saya, Naufal menutup telinganya. Dia sering begitu jika saya membicarakan Alinka, berbeda dengan Kenzo. Oh anakku yang satu itu memang anak pintar, dia menjadi kakak yang baik dan sering tidur bersama Anna karena b

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status