"Astaga ... woy, kamu ngapain masuk kamar orang tanpa permisi?" teriak Alvin yang terkejut saat melihat Mia yang kini tengah menatapnya dengan mata melotot.
Mia tak menjawab dan hanya diam membatu sambil menatap Alvin tanpa berkedip."Heh Mia. Kamu liat apa?" tanya Alvin heran melihat Mia yang menatapnya seperti itu. Ia lalu mengikuti arah tatapan Mia dan ia baru menyadari jika ia ternyata tidak mengenakan handuk saat keluar dari kamar mandi. Dan kini Alvin tengah berdiri di hadapan seorang wanita dengan bertelanjang tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya.Alvin berteriak histeris, ia lalu berbalik dan kembali masuk ke dalam kamar mandi.Mia tersadar dari rasa terkejutnya saat mendengar teriakan Alvin. Tubuhnya yang tadi sempat membeku kini sudah bisa digerakan dan kini tubuh Mia terasa lemas karena apa yang sudah ia saksikan barusan. Tanpa terasa tubuhnya terjatuh ke lantai. Ia tak bertenaga untuk berdiri saking syok dan terkejutnya."Ya Tuhan. Apa yang"Syifa?" seru Dimas dengan wajah yang terkejut."Mas Dimas habis ngapain? Kenapa keluar dari kamar mbak Queen?" tanya Syifa."Ah ... itu. Mas habis ...." Dimas bingung harus menjawab apa. Ia lalu melihat Syifa. "Fa, nanti Alvin jemput kita, jadi sekarang lebih baik kamu siap-siap gih. Kita kan mau pulang ke kota," bujuk Dimas. Ia sengaja mengalihkan pembicaraan karena tak inhin diinterogasi sama calon adik iparnya ini."Eh, kita pulang hari ini?" tanya Syifa dengan senyuman yang tersungging di bibirnya. "Hore, akhirnya bisa bebas juga dari sini," ucapnya dengan senang.Dimas mendekat lalu mengusap kepala Syifa dengan lembut."Maafin Mas ya Syifa, kamu jadi harus bersembunyi di sini," ucap Dimas dengan sedih. Ia sedih saat melihat Syifa yang biasanya aktif bermain keluar bersama teman-temannya kini harus terkurung di tempat terpencil seperti ini.Syifa tersenyum ke arah Dimas."Kenapa Mas minta maaf, ini semua bukan salah Mas Dimas atau siapapun. Yang sala
Dimas yang sudah selesai dengan urusannya di kamar mandi segera keluar dengan wajah yang kusut, ia merasa keaal pada Queenza dan juga orang yang sudah mengganggunya."Ayo duduk Nak Dimas." Bu Maya membawa Dimas duduk di kursi makan. "Kamu mau makan sama apa biar Ibu ambilkan," tawar bu Maya.Dimas tersenyum dengan paksa ia lalu menggelengkan kepalanya."Tidak perlu Bu, saya bisa ambil sendiri." Dimas lalu mengambil piring yang disidorkan bu Maya.Bu Maya yang melihat itu langsung menyikut Queenza yang kebetulan duduk di sampingnya."Apa Bu?" tanya Queenza yang tidak pahan dengan kode yang ibunya berikan."Itu ambilin makanannya nak Dimas. Kamu harusnya layani dia," bisik bu Maya.Queenza lalu menganggukan kepalanya dan mengambil piring di tangan Dimas."Biar aku ambilkan makanannya," ucap Queenza dengan lembut.Dimas kali ini tak menolak saat Queenza yang akan mengambilkan makanannya.Bu Maya yang melihat itu hanya tersenyum tipis.Hening,
"Vin, kamu kok malah tidur sih? Bangun, itu bos kamu makin dekat ke sini. Dia pasti bakalan marahin kita. Alvin bangun," teriak Mia.Alvin malah semakin memejamkan matanya."Alvin, ih!" Mia sudah sangat ketakutan saat melihat Dimas yang semakin dekat ke arah mobil."Aku gak tidur," jawab Alvin dengan suara yang lirih."Terus kenapa kamu merem, itu bos kamu makin dekat ke sini. Wah, aku gak mau ya dimarahi sendiri. Harusnya kamu yang disalahkan soalnya kamu yang udah bunyikan klaksonnya," oceh Mia.Alvin masih diam tak menjawab."Alvin, kamu itu kenapa sih?" teriak Mia yang kesal dengan Alvin yang sedari tadi terus memejamkan matanya.Alvin menarik napasnya dalam-dalam lalu berucap. "I-itu tangan kamu ...."Mia yang mendengar ucapan Alvin spontan melihat ke arah tangannya. Matanya melotot saat melihat kalau kini tangannya berada tepat di pangkal paha Alvin."Ataga," teriak Mia, ia segera menjauhkan tangannya dari pangkal paha Alvin. Jadi sedari tadi yang ia pegang itu pahanya Alvin dan
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dan memakan waktu yang laumayan lama. Akhirnya mobil yang mereka tumpangi pun sampai juga di kota. Saat Alvin akan membelokan mobil itu ke arah rumah baru Dimas. Dimas lebih dulu berucap."Kita mampir ke pusat kota dulu Vin," perintah Dimas.Alvin menganggukan kepalanya. Ia tak jadi membelokan mobil itu dan terus melajukan mobilnya sesuai perintah Dimas."Kita mau ngapain ke pusat kota Mas?" tanya Queenza yang penasaran.Dimas menoleh ke kelakang dan tersenyum ke arah Queenza. "Kita mau belanja dulu sayang, sebelum pulang."Queenza hanya berohria saja mendengar jawaban Dimas.Tiba di pusat kota Alvin segera memasuki sebuah mall yang besar di kota itu.Dimas turun terlebih dahulu dari mobil itu lalu membukakan pintu mobil untuk Queenza. "Yuk turu sayang,"Queenza menyambut uluran tangan Dimas dan tersenyum. "Terima kasih Mas.""Hmm!"Setelah Queenza keluar Dimas segera merangkul pinggang Queenza
"Heh, kamu ngapain malah bengong di sini," seru Alvin pada Mia yang sejak tadi hanya diam saja.Mia yang sejak tadi melihat terus ke arah Dimas dan Syifa tak menghiraukan seruan Alvin dan masih fokus melihat mereka dari kejauhan."Lihat apa sih? Serius banget?" Alvin yang penasaran dengan apa yang dilihat Mia pun mengikuti arah pandang Mia. "Kamu kenapa liatin mereka begitu? Kayak yang cemburu gitu?""Enak aja, aku gak cemburu cuma heran aja. Apa Mbak Queen gak cemburu lihat calon suaminya dipeluk-peluk wanita lain?" celetuk Mia. "Kenapa harus cemburu? Dia kan adiknya, bukan orang lain," jawab Alvin dengan santainya.Mia menoleh ke arah Alvin dan memukul pelan punggung Alvin. "Harusnya Mbak Queen itu waspada. Bisa aja kan adiknya itu coba merebut pak Dimas. Ya ... kan siapa yang tau. Banyak kan sekarang ipar jadi pelakor," jawab Mia.Alvin tampak terdiam beberapa saat. Ucapan Mia sedikit menyentil hatinya. Ada benarnya juga ucapan Mia, Queenza aja Dimas rebut dari adiknya. Jadi gak a
"Apa? Kamu barusan bilang apa?" tanya Dimas memastikan lagi, ia menatap tajam Mia dan Queenza secara bergantian."Apa? Apa ya? Kok aku lupa? Apa jangan-jangan aku amnesia? Kok bisa lupa dengan apa yang udah aku ucapkan ya?" elak Mia."Mia! Saya serius tidak bercanda," bentak Dimas.Seketika tubuh Mia bergetar melihat tatapan tajam Dimas. "Maaf," ucap Mia dengan pelan sambil menundukan kepalanya."Kenapa minta maaf? Saya kan minta kamu mengulang ucapan kamu tadi. Apa yang kamu bilang? Siapa yang terpesona sama Queen? Ayo bilang," desak Dimas."Enggak ada pak, tadi saya hanya bercanda. Para lelaki itu bukan terpesona sama mbak Queen, tapi mereka terpesona sama senyumanku," ucap Mia dengan pedenya. Ia pikir dengan cara begitu Dimas tidak akan mengamuk karena cemburu.Mia masih menundukan kepalanya."Pede banget kamu," ledek Alvin.Mia yang mendengar itu sontak mendongakkan kepalanya dan menatap tajam Alvin."Maksud kamu apa bilang gitu? Kamu gak percaya kalau cowok-cowok semua pada terpe
"Ya Tuhan Mia, kamu sempat-sempatnya tidur disaat begini," gerutu Alvin. Ia heran dengan Mia yang bisa tidur di mana dan kapan saja. "Woy bangun." Alvin mencoba membangunkan Mia.Mia yang merasa terusik pun mengerjapkan-gerjapkan matanya."Udah nyampe?" ucapnya sambil menggosok-gosok matanya."Dasar kebo, udah dari tadi kali kita nyampe. Kamu itu gak bisa apa gak tidur. Kamu itu baru nyampe di kota orang. Untung saja kamu naik mobil ini. Kalau saja kamu naik bus atau angkutan umum lainnya. Bisa-bisa ka—"Ucapan Alvin terhenti saat Mia membekap mulut Alvin yang terus nyerocos."Sssttt, bukan waktunya kamu ngomel, lebih baik kamu simpan omelan kamu itu dan bantuin aki buat angkut barang," ucap Mia. Ia lalu melepaskan tangannya yang membekap mulut Alvin. "Minggir." Alvin yang berdiri di pintu masuk mobil pun bergeser dan memberikan jalan untuk Mia keluar.Setelahnya mereka berdua mengangkat semua barang yang masih ada di mobil masuk ke dalam rumah."Akhirnya beres juga," ucap Mia setelah
"Hallo sayang, apa kabar?" ucap seseorang yang berdiri di hadapan Queenza.Queenza diam membeku di ambang pintu. Tangannya yang masih memegang handle pintu bergetar hebat, ingin rasanya ia berlari dari sana. Akan tetapi tubuhnya membeku dan tak bisa digerakan."Mbak." Mia bangkit lalu berjalan ke arah Queenza. Ia hendak membawa Queenza kembali ke dalam kamar.Namun lelaki yang kini berdiri di depan pintu sudah lebih dulu membawa tangan Queenza dan menyeretnya keluar."Lepas Mas, kamu ... ke-kenapa ada di sini?" tanya Queenza saat tersadar dari rasa terkejutnya. Ia mencoba melepaskan genggaman tangan Ervan. Lelaki itu menoleh sekilas ke arah Queenza dan tersenyum."Kenapa aku gak boleh ada di sini? Aku cuma mau bawa istriku pulang. Apa salahnya?" ucap Ervan sambil tersenyum menyeringai.Queenza terus memberontak dan mencoba melepaskan diri dari Ervan. Namun, sekuat apapun Queenza mencoba melepaskan genggaman tangan Ervan. Ia tak bisa melawan kekuatan Ervan. Queenza pun pasrah dan tak b