"Ya Tuhan Mia, kamu sempat-sempatnya tidur disaat begini," gerutu Alvin. Ia heran dengan Mia yang bisa tidur di mana dan kapan saja. "Woy bangun." Alvin mencoba membangunkan Mia.Mia yang merasa terusik pun mengerjapkan-gerjapkan matanya."Udah nyampe?" ucapnya sambil menggosok-gosok matanya."Dasar kebo, udah dari tadi kali kita nyampe. Kamu itu gak bisa apa gak tidur. Kamu itu baru nyampe di kota orang. Untung saja kamu naik mobil ini. Kalau saja kamu naik bus atau angkutan umum lainnya. Bisa-bisa ka—"Ucapan Alvin terhenti saat Mia membekap mulut Alvin yang terus nyerocos."Sssttt, bukan waktunya kamu ngomel, lebih baik kamu simpan omelan kamu itu dan bantuin aki buat angkut barang," ucap Mia. Ia lalu melepaskan tangannya yang membekap mulut Alvin. "Minggir." Alvin yang berdiri di pintu masuk mobil pun bergeser dan memberikan jalan untuk Mia keluar.Setelahnya mereka berdua mengangkat semua barang yang masih ada di mobil masuk ke dalam rumah."Akhirnya beres juga," ucap Mia setelah
"Hallo sayang, apa kabar?" ucap seseorang yang berdiri di hadapan Queenza.Queenza diam membeku di ambang pintu. Tangannya yang masih memegang handle pintu bergetar hebat, ingin rasanya ia berlari dari sana. Akan tetapi tubuhnya membeku dan tak bisa digerakan."Mbak." Mia bangkit lalu berjalan ke arah Queenza. Ia hendak membawa Queenza kembali ke dalam kamar.Namun lelaki yang kini berdiri di depan pintu sudah lebih dulu membawa tangan Queenza dan menyeretnya keluar."Lepas Mas, kamu ... ke-kenapa ada di sini?" tanya Queenza saat tersadar dari rasa terkejutnya. Ia mencoba melepaskan genggaman tangan Ervan. Lelaki itu menoleh sekilas ke arah Queenza dan tersenyum."Kenapa aku gak boleh ada di sini? Aku cuma mau bawa istriku pulang. Apa salahnya?" ucap Ervan sambil tersenyum menyeringai.Queenza terus memberontak dan mencoba melepaskan diri dari Ervan. Namun, sekuat apapun Queenza mencoba melepaskan genggaman tangan Ervan. Ia tak bisa melawan kekuatan Ervan. Queenza pun pasrah dan tak b
"Ada apa ya Pak? Kok rame banget," tanya Mia pada pak supir ambulance saat melihat jalanan yang mereka lewati macet.Mia yang ikut dengan mobil ambulance yang ditumpangi Abi dan kini dia duduk di kursi depan di samping pak supir jadi dia dapat melihat suasana jalan yang ramai."Gak tau Mbak. Sepertinya ada kecelakaan. Itu ada ambulance," ucap pak supir pada Mia.Mia pun mengangguk-anggukan kepalanya lalu memfokuskan kembali ke layar ponselnya dan mencoba menghubungi Alvin yang sedari tadi tak mengangkat teleponnya.Setelah beberapa saat Alvin pun akhirnya mengangkat teleponnya."Ada apa sih ganggu aja, aku lagi rapat," ucap Alvin di sebrang telepon sana."Alvin Mbak Queen, dia ...."Belum selesai Mia berucap, tatapan mata Mia tanpa sengaja melihat mobil yang tabrakan itu. Ia menyipitkan matanya saat melihat korban yang sedang dievakuasi dari mobil yang ringsek itu.Seketika mata Mia melebar, jantungnya berdetak dengan cepat saat ia melihat siapa yang tengah dibopong oleh petugas medis
"Ada apa dengan Queen Dok?" tanya Dimas menyela ucapan dokter.Dokter itu lama menatap Dimas."Pasien sekarang dalam keadaan kritis dan koma. Bapak dan Ibu banyak-banyak berdoa saja agar pasien cepat sadar dari komanya," ucap Dokter itu. "Sebentar lagi pasien akan dipindahkan ke ruang ICU."Setelah mengucapkan itu dokter pun pergi.Dimas meluruhkan tubuhnya dan terduduk di kursi tunggu yang ada di sana. Ia mendongakkan kepalanya menatap langit-langit rumah sakit, ia tidak pernah menyangka jika Queenza akan dalam keadaan seperti ini. Ia lalu melihat ke arah Mia."Mia ... sebenarnya ada apa? Kenapa bisa Queenza seperti ini?" ucap Dimas dengan suara yang begitu lirih karena syok dengan apa yang baru saja ia dengar dari dokter.Mia dengan suara yang pelan dan terisak-isak menceritakan semua kejadian di saat ia pertama kali melihat Abi datang dengan wajah penuh luka dan diseret oleh anak buah Ervan, sampai akhirnya Queenza kecelakaan.Dimas yang mendengar semu
Dimas yang mendengar pertanyaan Queenza terkejut. Ia menatap Queenza dengan tatapan yang sedih."Sayang, kamu gak kenal sama aku? Apa kamu amnesia?" tanya Dimas yang berpikir jika Queenza amnesia.Queenza tak menjawab dan hanya diam menatap Dimas dengan dalam."Aku panggil dokter biar periksa kamu," ucap Dimas yang khawatir dengan kondisi Queenza. Ia lalu berlari keluar untuk memanggil dokter.Di luar Dimas bertemu dengan Mia yang baru saja selesai berbicara dengan dokter."Pak Dimas udah datang? Kok malah keluar?" tanya Mia yang heran melihat Dimas keluar dari ruang ICU."Saya mau panggil dokter," jawab Dimas."Mbak Queen kenapa?" tanya Mia yang ikutan panik saat mendengar ucapan Dimas. "Tapi barusan kata dokter mbak Queen baik-baik saja dan bisa dipindahkan ke ruang perawatan," ucapnya lagi."Queenza amnesia," ucap Dimas."Apa? Serius Pak?" tanya Mia yang terkejut."Serius. Dia tadi gak kenal sama saya dan nanya siapa saya," jawab Dimas.
"Ya ampun Mbak," ucap Mia dengan wajah yang terkejut."Ada apa Mi? Kenapa kamu terkejut begitu? Aku kan cuma tanya keadaan bang Abi," ucap Queenza yang heran melihat reaksi Mia."Aku lupa Mbak, untung Mbak ingetin soal pak Abi." Mia lalu berdiri dan hendak pergi keluar."Kamu mau ke mana Mia?" tanya Queenza."Aku mau telpon pak Abi Mbak, mau ngabarin kalau Mbak udah sadar.""Kenapa gak di sini aja teleponnya?" tanya Queenza lagi yang heran."Aku telepon di luar aja, lagian aku gak bisa lama-lama di ruangan ini, ini kan ICU jadi gak boleh lama berada di sini," ucap Mia, setelahnya Mia pun pergi dari sana.Queenza yang ditinggal sendiri di ruangan itu menoleh ke seisi ruangan. Dan dia baru menyadari jika kini dia tengah berada di ruangan yang penuh dengan alat-alat medis. Queenza melirik ke arah tangannya, ia lalu berusaha untuk menggerakan jari-jari tangannya. Namun tak bisa."Ya Tuhan, apa aku lumpuh?" gumam Queenza dengan lirih. Ia pun berusaha menggerakan jari-jarinya. Queenza terus
"Jadi gimana Mia? Apa kamu mau?" tanya orang yang kini berdiri di depan Mia itu.Mia tak menjawab dan hanya diam saja."Mia!" Orang itu menjentikan jarinya di depan wajah Mia."Hah ... kamu tadi bilang apa Vin?" ucap Mia saat ia tersadar dari rasa terkejutnya.Alvin menatap Mia dengan tajam. Ia sudah membuang rasa ego dan malunya hanya untuk berbicara tadi. Tapi, Mia malah tidak mendengarkannya."Kamu gak dengar apa yang aku katakan tadi?" tanya Alvin dengan nada yang kecewa.Mia menggelengkan kepalanya."Aku dengar apa yang kamu ucapkan tadi. Tapi ... apa aku gak salah dengar?" tanya Mia."Enggak, kamu gak salah dengar. Aku suka sama kamu dan sepertinya aku mulai mencintai kamu Mia," ucap Alvin mengulang perkataannya tadi.Mia kembali terkejut saat mendengar ucapan Alvin. Ternyata ia memang tidak salah dengar tadi, Mia pun menatap Avlin dengan wajah yang syok."Tapi kenapa?" tanya Mia."Kenapa apanya?" "Iya, kenapa bisa?" ucap Mia ya
"Alvin," teriak Mia saat mendengar bisikan Alvin. Ia lalu menjauhkan dirinya dari Alvin dan pergi dari hadapan Alvin dengan wajah yang merah karena malu.Alvin tersenyum saat melihat Mia yang terlihat salah tingkah. "Lucu," ucapnya.Mia tiba di depan ruang perawatan Queenza. Dan saat ia akan masuk ke dalam ia sempat melewati Dimas yang tengah duduk di kursi lorong depan kamar Queenza. Ia tak berani menyapa Dimas dan memilih pergi masuk ke dalam."Mbak," seru Mia saat ia sudah masuk. Ia lalu mendekat pada Queenza yang tengah mengobrol dengan Abi. Mia sekilas menoleh ke arah bu Maya yang tengah duduk di sofa yang ada di sana dan tersenyum ramah pada bu Maya. "Mbak cari aku tadi?" tanyanya saat sudah dekat dengan Queenza.Queenza menanggukan kepalanya."Kamu dari mana aja Mi?" tanya Queenza."Emm ... itu, tadi ... aku habis makan di kantin Mbak," jawab Mia bohong. Ia tak mungkin mengatakan jika dia habis dari taman belakang rumah sakit dan baru saja ditembak oleh Alvin. Oh Tidak.Queenza