Beranda / Romansa / Dosa Dibalik Cadar / DDC 49: Reaksi Anak-anak

Share

DDC 49: Reaksi Anak-anak

Penulis: Ana_miauw
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-25 15:12:07
Fery tersenyum getir. Dia kembali berdiri karena Priscilla tak kunjung menjawab lamarannya. Wanita itu diam membisu dan terlihat begitu bimbang. Layaknya seperti memberatkan sesuatu.

Ya Tuhan, jantungnya benar-benar dag dig dug der. Dadanya seakan sesak seperti terhimpit beban yang besar di dalam sana.

Apakah benar ia akan di permalukan di depan umum oleh Priscilla? Kekasih yang sudah di pacarinya selama bertahun-tahun?

“Kamu hanya perlu menjawab iya, atau tidak Cill ...” ucap Fery pelan. Sampai kapan pun Fery tidak akan pernah siap mendengarkan penolakan Priscilla. Ah, semoga saja tidak.

Dan akhirnya Priscilla mengangguk setelah terdiam selama beberapa saat.

Memejemkan matanya sejenak Priscilla menjawab “Ya, aku mau ...”

Sorak gembira para teman-teman semua yang ikut menghadiri lamaran suprise itu. Fery mengeluarkan cincin yang di tengahnya terdapat permata yang indah. Lalu memasukkannya ke jari manis Priscilla.

Laki-laki itu lantas memeluk mesra Priscilla setelahnya. Bersyukur karen
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 50: Menggali Lubang Sendiri

    Cilla POV.Bingung. Apa yang harus aku lakukan dengan anak-anak Raffa yang kini berada di hadapanku? Aku seperti mempunyai ikatan batin yang kuat. Mereka tidak asing denganku. Hatiku mengatakan kami dekat. Tapi karena apa?“Mama jangan pergi lagi, yaa...”Ucapan anak laki-laki yang berumuran sekitar tujuh tahunan ini benar-benar membuat hatiku teriris. Hingga tanpa sadar bulir-bulir air mata menetes di pipiku. Bagaimana mungkin anak-anak sekecil ini telah kehilangan ibunya untuk selama-lamanya?Aku tak bisa membayangkan betapa sedihnya menjadi mereka. Apalagi Raffa yang menghadapinya setiap hari. Pasti hari-hari yang dia lalui, tidaklah mudah. Meskipun aku yakin, Tuhan mempunyai alasan yang kuat di balik semua ini. “Nggak, Sayang.” aku menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan mereka. Tidak mungkin aku mematahkan hati anak-anak yang terus saja menatapku dengan penuh pengharapan.Semakin lama pelukan kedua anak-anak ini semakin mengerat tanpa ada yang mau melepas. Sembari aku te

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 51: Jauhi Tunangan ku

    Author POV.“Mi...” panggil Raffa pelan. Ummi masih diam saja semenjak kepergian Priscilla. Tentu karena jawaban Priscilla yang beliau dengar barusan. Bahwa Priscilla, sudah memiliki calon sendiri.Raffa mengelus pundak Ummi yang berdiri membelakanginya. Posisinya menghadap keluar dinding kaca. Matanya menerawang jauh melihat lampu-lampu malam yang bersinar bertebaran dari lantai lima.“Ummi....”Ummi membalikkan tubuhnya menatap sang putra, “Apa kamu nggak kecewa seperti Ummi?” Raffa menggeleng pelan, “Nggak seharusnya Ummi berkata seperti itu tadi.”“Hati Ummi sakit melihatnya, Nak. Apalagi setelah melihat reaksi anak-anak pada Cilla. Ummi ingin sekali bisa memilikinya,” lirih Ummi yang tenggorokannya seperti tercekat. Tak sanggup membayangkan bagaimana perasaan putranya selama ini.“Sebelumnya Raffa memang sudah tau saat pertama kali Raffa bertemu dengannya. Kami memang bertemu saat Priscilla sudah membawa pasangan,” jelas Raffa.“Kenapa kamu nggak bilang?”“Sudah, tapi mungkin Um

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 52: Perdebatan Dua Laki-laki

    Raffa menanggapinya dengan raut wajah yang tenang. Emosi yang tersulut pada wajah laki-laki itu sama sekali tak membuatnya ikut terpancing.Bukan tak bisa melawan, tapi ia hanya sedang menghindari keributan. Selain ini tempat umum, mungkin sebagian orang juga telah banyak yang mengenalnya.Sangat memalukan jika orang-orang sampai menilai buruk tentangnya yaitu 'memperebutkan seorang perempuan' yang bisa saja menjadi berita di berbagai media. “Aku tau kamu mampu mendapatkan perempuan yang lebih dari Cilla. Carilah perempuan lain. Jangan ambil Cilla dariku.” Laki-laki itu terus saja menyudutkannya tanpa ber-tabayyun terlebih dahulu kepada Raffa.“Tidak pantas, seorang tokoh agama menikung perempuan yang sudah di lamar oleh seorang laki-laki. Aku pikir kamu lebih tau tentang ini!” ujarnya penuh penekanan di setiap kalimatnya.“Saat pertama kali saya bertemu dengannya, saya sudah tau kalian memiliki hubungan. Jadi saya memang tidak pernah berharap,” jawab Raffa pelan. “Mungkin kita harus

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 53: Dia Bukan Putri Kandungku

    “Kak Latief kenapa nggak ikut, Bah?” tanya Raffa. Keduanya baru saja pulang dari Masjid yang lokasinya tak jauh dari Hotel.“Mereka punya liburan sendiri, lagipula nggak suka perjalanan jauh,” jawab Abah.Latief dan Maryam lebih suka ke Pantai daripada daerah pegunungan. Biasanya mereka lebih sering ke Bali. Sama sepertinya, sambil momong anak-anak.“Oh,” jawab Raffa, “Abah nggak capek jalan kaki begini?”“Eleh-eleh, jangan ragukan kemampuan Abah, atuh. Mau disuruh jalan kaki lima kilo meter saja masih sanggup.” ucapan Abah barusan sontak membuat Raffa terkekeh.Lelaki tua ini! Hanya menyusuri koridor saja sudah ngos-ngosan. Sesak seperti orang yang kekurangan oksigen. Tapi dengan percaya diri berkata demikian.“Tadi berangkat masih gelap, sekarang sudah mulai kelihatan remang-remang. Matahari juga udah mulai keliatan ya, Raff,” gumam Abah lagi.“Iya, kita tadi terlalu banyak ngobrolnya di Masjid, Bah.”“Harusnya kita itu mengaji bukan ngobrol, ya?”“Nggak papa, ‘kan ngobrolnya yang be

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 54: Jangan Lakukan Itu

    “Ya Allah, Sifaa!!”“Aaaaakhhh!!” Terdengar suara teriakan Priscilla dan orang-orang yang berada di sana. Semua sangat terkejut. Sangat terkejut. “Syifa ...” terdengar suara Ummi yang melemah. Air mata sudah membanjiri pipinya. Begitu juga dengan Raffa yang langsung berlari menghampiri. Ketakutan dan kekhawatiran akan keadaan Syifa sangat menguasai dirinya.Semua orang yang berada di sana juga berhambur mendekati Syifa. Berkerumun layaknya sebuah tontonan. Melihat lebih dekat tubuh kecil bocah berusia dua tahun lima bulan itu sudah terkapar lemas di lantai. Dengan kaki dan jidat yang luka akibat terkena pinggiran Luggage trolley. Yang bahannya terbuat dari besi.“Adeeeek, bangun Dek, bangun ...” Zikra menangis tersedu-sedu sambil mengguncang tubuh adiknya. “Maafin Kakak dek, ngga bisa jagai adek. Adek baanguuuuuunnn, adeeeekkk ....”Raffa langsung mengangkat putrinya lalu membopongnya keluar Hotel. Disusul oleh Priscilla yang menuntun tangan Zikra. Beruntung, Pak Jo sangat sigap sehi

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-29
  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 55: Izinkan Aku Ikut Denganmu

    Ketiga orang itu terkejut. Yaitu Fery, Yoto dan istrinya saat mendengar kejujuran dari Nida.Mereka sama sekali tak pernah menaruh curiga terhadap keluarga ini dan seluk beluknya. Tak menyangka sama sekali bahwa anak kesayangan pasangan Surya dan Nida ternyata bukanlah darah daging mereka. “Ja-jadi Priscilla bukan anak kandungmu?” tanya Yoto. Beliau terlihat pias.“Iya Pak Yoto,” jawab Papi Surya sejujur-jujurnya. Ini adalah langkah yang paling baik menurutnya.Mereka sudah memikirkannya dari jauh-jauh hari. Ketika Priscilla akan menikah nanti, mereka akan membuka yang sebenar-benarnya. Bahwa, ada wali sebenarnya yang jauh lebih berhak menikahkan Priscilla daripada dirinya. Terkecuali, jika Ayahnya memang telah tiada.“Saya tidak bisa memiliki anak. Tiga puluh tahun silam, saya di vonis mandul oleh dokter. Jadi kami terpaksa mengadopsi Priscilla dari orang tua yang sangat kekurangan. Kami sama-sama saling membutuhkan, kita butuh anak, dan dia butuh sekali uang untuk biaya kehidupannya

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-29
  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 56: Kebersamaan

    Sesampainya di Kota Jakarta“Nah, ini rumah Ummi dan keluarga,” ucap Ummi kepada Priscilla saat menunjukkan rumah tinggalnya.Priscilla menatap bangunan besar yang ada di depannya penuh dengan kekaguman. Memang tidak terlalu mewah, tapi sangat nyaman untuk di huni. Terdapat beberapa pilar di teras untuk membantu menopang besarnya bangunan. Di hiasi tanaman-tanaman dan rerumputan hijau yang kian menambah kesejukan.“Sangat nyaman sekali rumahnya, Mi,” jawab Priscilla akhirnya. Masih dengan terus menatap sekeliling. Lalu menginjakkan kakinya ke tanah. Duduk di saung yang terletak di ujung rumah.Mereka sampai lebih dulu daripada mobil Raffa beserta anak-anaknya. Sebab, Raffa terlebih dahulu menyelesaikan urusannya bersama Pak Jo di rumah sakit tempat Syifa di rawat.“Dulu, menantu Ummi, biasa menyuapi Zikra di sini. Nanti nggak lama disusul sama Raffa,” ucap Ummi yang juga ikut duduk di sampingnya. “Mereka keluarga yang sangat bahagia dan romantis sekali. Ummi sampai iri melihatnya.”Ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01
  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 57: Baper

    “Priscilla, bisa kita berangkat sekarang?” Raffa mengulang pertanyaannya karena Priscilla tak kunjung menjawab.Priscilla akhirnya berdiri dan berucap, “Ustadz, Mami aku ngabarin kalau Papi aku sakit.”Namun bukannya Raffa berucap Innanilah atas musibah yang Cilla sampaikan, laki-laki itu malah mengerutkan dahi. Terasa mengganjal, sebab bisa jadi ini hanyalah tipu daya mereka saja agar Priscilla mau pulang ke rumah.“Jadi, kamu mau pulang dulu apa gimana?” tanya Raffa.“Aku bingung ,” jawab Priscilla.“Itu akibatnya kalau kamu pergi tanpa izin.”“Aku nggak izin karena ada sesuatu yang bikin aku marah banget. Aku kesel sama mereka. Apalagi ...” Priscilla menggantung ucapannya. Ia bingung akan menceritakan masalahnya atau tidak pada pria ini.Tapi setelah sesaat berpikir ia menjawab, “Pokoknya aku lagi marah kemaren, jadi aku nggak izin!” wanita itu tampak enggan menjelaskan lebih lanjut.“Sebaiknya Cilla hubungi dulu orang tua Cilla atau orang terdekat. Pastikan sekarang keadaan Papi Ci

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01

Bab terbaru

  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 77: End

    Tidak terasa sudah tiga hari Raffa menginap di rumah Mami Nida dan Papi surya. Banyak yang sudah dilakukannya di sana karena kedatangannya disambut antusias oleh warga setempat. Masjid yang biasanya sepi berubah menjadi ramai seketika semenjak mengetahui ada tamu luar biasa yang datang dari kota. Banyak dari mereka yang memintanya untuk mengadakan kajian setiap harinya; baik kuliah subuh maupun sehabis maghrib di masjid-masjid dekat daerah itu.Kali pertama Raffa berdakwah di hadapan mertua dan istrinya. Menjadi kebanggan tersendiri di hati Surya dan Nida. Sungguh pilihan yang tepat, tak sia-sia Sarah batal menikah dengan Fery. Rupanya, sosok yang dinikahinya adalah seorang pemuda yang lebih hebat daripada dokter itu. Bahkan kedatangannya pun dapat mengangkat derajat Mami dan Papi Surya. Semua terpana terkagum-kagum. Dan kedua orang tua itu juga merasa menjadi lebih disegani masyarakat karena anaknya menikah dengan salah satu putra ulama terkenal di negeri ini, yaitu Abah Hasyim A

  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 76: Menjemput Kesayangan

    Tampaknya tidak ada yang terlihat membahayakan di raut wajah mereka berdua. Mereka mengobrol selayaknya orang yang telah akrab tanpa ada aura-aura yang memancing keributan. Sarah mendesahkan nafasnya lega, fiuhhh. Semoga semua akan baik-baik saja seperti sedang yang terlihat.“Loh, Mas. Kok kamu ada di sini?” tanya Sarah. “Kenapa nggak ngabarin kalau kamu mau ke sini.”“Kejutan,” hanya itu jawaban Raffa dibubuhi oleh seulas senyum.“Anak-anak sama siapa kamu tinggal?” tanya Sarah lagi.“Sama Maryam.”Maryam lagi, Maryam lagi. Duri dalam daging, musuh dalam selimut, serigala berbulu domba entah sebutan apalagi yang pantas untuk wanita itu. Mungkin kalau Maryam tak menyukai Raffa, mana mungkin dia mau membantu kesulitan Raffa. Dan hanya sesama perempuan yang tahu, karena laki-laki itu memang kurang peka.“Oh,” kata Sarah dengan nada yang bercampur baur dengan kekecewaan.“Oh iya, langsung saja Cilla.” ucap Fery yang masih saja memanggilnya Priscilla. “Aku hanya ingin mengantarkan undang

  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 75: With You

    Raffa menoleh pada saat melihat pintu terbuka. Ia melihat Umminya yang sedang tersenyum tulus dan membawakan sesuatu untuknya yang terletak diatas nampan. “Ummi, jangan repot-repot, nanti Raffa bisa ngambil sendiri.” ia berusaha baik-baik saja walaupun kepala sedang berdenyut hebat. Karena takut menambah kekhawatiran Ummi kepadanya. “Nggak papa, kamu kan lagi sakit,” jawab ummi sambil meletakkan makanannya ke meja. Kasih Ibu memang sepanjang masa. Sampai Raffa telah menginjak umur yang bisa dikatakan kepala tiga seperti ini pun masih sangat diperdulikannya. Tak ada lagi wanita yang lebih mulia dibandingkan dengan seorang Ibu di dunia ini.“Apa nggak sebaiknya kamu kabari Sarah kalau kamu sedang sakit, Nak.”“Nggak usah, Bu. Raffa takut Sarah kepikiran. Biar Sarah tinggal di sana dulu sepuasnya sampai pikirannya fresh lagi,” jawab Raffa sambil menerima satu dua suap dari tangan Ummi.“Benar kata Mami, mungkin Sarah sedang butuh berlibur. Salahnya Raffa juga karena nggak pernah mengaj

  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 74: Penyesalan Seorang Pengkhianat

    “Apa kamu masih marah?” tanya Raffa. Masih berada di samping istrinya.“Aku bukan orang yang sesabar itu seperti Salwa, masih ada ganjalan di sebelah sini,” tunjuk Sarah di dadanya.“Jangan bawa-bawa nama itu, nanti kita bisa bertengkar lagi,” jelas Raffa menekankan kalimatnya. Karena sedikit saja masalah sepele bisa membuat mereka naik darah. Untuk saat ini, menghidari adalah lebih baik. “Aku jujur, Sarah, aku mencintaimu. Aku siap dihukum jika aku berbohong.”“Aku masih butuh waktu, Mas,” jawab Sarah akhirnya setelah lama terdiam.Raffa menunduk dan menghela nafasnya, “Apa kamu masih ingin tetap pergi bersama Mami dan Papi?”Sarah mengangguk pelan. Kenapa harus seperti ini, Raffa harus bagaimana dan cara apa yang harus dilakukan agar Sarah tak meninggalkannya?“Apa itu harus? Kalau begitu, aku ikut saja.”“Nggak usah, kamu banyak tugas di sini, Mas. Untuk apa kamu ikut?”“Sarah, apa kamu masih nggak percaya?”“Percaya, tapi aku masih perlu bukti,” jawab Sarah."Itu sama saja!" sahu

  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 73: Meminta Maaf

    “Sarah! Sarah!” panik Raffa langsung menghampiri. “Sarah, kamu kenapa?” Ia menyatukan wajahnya di kening Sarah. Otak Raffa mendadak kosong tak bisa berpikir apa-apa lagi. Tubuhnya bergetar juga mengeluarkan keringat dingin.Sementara Sarah terus meringis menahan sesuatu yang terasa sakit dan begitu memelintir. Ini sama dengan kemarin yang dirasakannya sebelum Raffa pulang ke Indonesia. Dengan kesadaran yang sudah hilang setengahnya, Raffa mengangkat tubuh Sarah ke sofa agar Sarah bisa berbaring dengan nyaman. Raffa segera menghubungi dokter yang sebelumnya menangani Sarah.“Bangun sayang Plis, kamu jangan mati, jangan mati.” bibir Raffa bergetar ketakutan. Ia tak bisa membayangkan apa yang terjadi jika Sarah tiada. Seumur hidupnya, Raffa tak pernah bisa memaafkan dirinya sendiri.“Sarah, bangun Sarah ….” air mata telah menetes-netes di pelupuk mata sebab karena teringat bagaimana istrinya dulu. Terpejam karena kesakitannya melahirkan seorang anak dan tidak bisa bangun lagi. Trauma aka

  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 72: Menguping Pembicaraan Maryam

    Raffa seketika langsung menendang kopernya lalu menghampiri Ummi yang sudah tergeletak di lantai. Mata beliau terbuka, tapi bibirnya pucat. Pun suara teriakannya yang sudah tak terdengar lagi. Hanya karena mementingkan emosi, Raffa mengorbankan seorang perempuan yang paling dicintainya. Raffa mengangkat tubuh kepala Ummi dalam tangis.“Ummi, Ummi, maafkan Raffa Ummi....” Raffa mengguncang tubuh Umminya yang sudah tergolek lemas. “Ada apa ini?” tanya Abah mendekat di susul oleh beberapa anggota keluarga yang lain. Seperti Maryam, Latief dan asisten rumah tangga yang turut menyaksikan. “Astaghfirullah!” Beliau lantas berjongkok. “Ummi!”“Ayo cepat bawa ke rumah sakit!” titah Abah.“Ada apa sebenarnya ini Raffa?” tanya Latief. “Kenapa Ummi bisa sampai jatuh?”Sarah turun dengan sedikit tergesa untuk melihat dengan jelas apa yang terjadi. Wanita itu hanya bisa menangis namun tak bisa berbuat apa-apa.“Ini pasti gara-gara kalian berantem, aku mendengarnya tadi, Bah. Kata Maryam itu mereka

  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 71: Emosi Selalu Mengundang Bahaya

    Raffa keluar setelah obrolan mereka selesai. Ia buru-buru menghapus sisa-sisa kesedihan yang baru saja terlukis di wajahnya untuk menyambut anak-anaknya tercinta. Yang kini sudah terdengar celotehannya setelah mobil jemputan terhenti di depan rumah.“Papaaaaa!” teriak anak-anak yang baru saja pulang bersama Maryam dan juga kedua anaknya. Wajah-wajah ceria dan suka cita berlarian ke dalam rumah. Tas masih menggendong di punggung keduanya. Syifa tidak sekolah, tapi anak kecil itu hanya meniru-niru membawa tas seperti kakak-kakaknya.Kedua anak itu langsung memeluk papanya yang sudah sangat dirindukan. Berapa minggu mereka tak bertemu? “Hihihi, Papa kok banak rambutna?” tanya Syifa lucu melihat jambang Papanya.“Iya ini papa belum cukur, sayang. Gimana kabarnya ini anak-anak Papa.”“Baik, Pa,” jawab Zikra.“Cipa juda baik Pa,” sahut Syifa ikut-ikutan.Raffa berjongkok untuk mengimbangi tinggi mereka untuk berbalas mencium keduanya dengan penuh kasih sayang. Tak pernah bosan rasanya mena

  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 70: Kabar Baik Tapi Tak Menyenangkan

    “Assalamualaikum!”“Waalaikumsalam,” jawab Ummi seraya berjalan keluar menyambut suara yang tak asing di telinganya. Siapa lagi kalau bukan putra kesayangannya, yaitu, Raffa Ar Rasyid.Ummi sangat merindukan Raffa yang sudah pergi meninggalkan rumah selama hampir satu bulan lamanya. Banyak hal yang terjadi setelah Raffa pergi. Ummi pikir, beliau harus segera menyampaikannya setelah Raffa tak lelah lagi.“Waduh, itu jambang sudah sampai ke mana-mana, kamu nggak cukur di sana Nak?” tanya Ummi yang pangling dengan penampilan baru putranya. Jambang hampir menutup sebagian wajahnya. "Sudah seperti Wan Qodir kamu, Nak."Raffa terkekeh pelan.“Lagi malas merawat diri, Ummi. Akhir-akhir ini Raffa jadi pemalas,” jawab Raffa kemudian menyambut uluran tangan Ummi, cinta pertamanya.“Hati-hati, malas itu salah satu godaan setan. Jangan lupa terus beristigfar kalau malas ya, Nak,” kata Ummi menasihati. Lalu di respons dengan anggukan kepala.“Memangnya kelihatan jelek, ya?”“Iya, sedikit lebih tua

  • Dosa Dibalik Cadar    DDC 69: KENANGAN MENYAKITKAN

    Malam telah berganti pagi. Dunia terasa cepat sekali berganti hari. Tak terasa sebentar lagi sudah waktunya Raffa pergi dari rumah dalam kurun waktu yang tidak sebentar. Sanggupkah? Sanggupkah Sarah menahan rindu selama itu. Sarah sudah terbiasa dengan Raffa yang selalu tidur di sisinya. Bagaimana bila besok ia sendiri?Sarah akui, ia sudah sangat mencintai Raffa. Tak bisa hidup tanpanya.Sarah membuka pintu pintu lemari mengeluarkan baju-baju milik suaminya untuk ia packing ke dalam koper. Tapi bukannya mengambil, Sarah malah tertegun seakan tak rela bila suaminya pergi.“Kenapa melamun?” tanya Raffa lalu memeluknya dari belakang. Jarak yang begitu dekat membuatnya mampu merasakan hembusan nafas hangat Raffa yang menerpa kulit lehernya. Dan Sarah menyukai itu.“Nggak papa,” elaknya, "jangan lama-lama di sana ya."“Aku hanya pergi sebentar. Kalau kamu sama anak-anak bisa ikut sih udah aku bawa. Kita ke sana sama-sama sambil bulan madu. Tapi sayangnya Zikra masih sekolah ‘kan?”"Kita

DMCA.com Protection Status