Ketika sampai di sekolah ia melihat Ken sejauh mata memandang di taman sekolah—kebetulan masih sepi karena masih pagi—Sera merasa canggung ditambah ia diperlakukan aneh oleh Ken.Perasaannya kocar-kacir ketika mengingat hingga tak sengaja ia tersandung lalu jatuh ke belakang. Sesaat sebelum jauh, dirinya menimpa badan seseorang yang tampak gagah.Sera melirik ke belakang lalu melihat perawakan seseorang yang tidak asing baginya. Orang itu terdengar tertawa kecil sebelum kemudian membantu Sera berdiri."Pagi, Sera," ucap orang itu yang ternyata Alaric."Kukira siapa? Pagi juga," balas Sera lesu."Seperti biasa kamu cantik hingga membuat cuaca cerah setiap hari di hatiku," goda Alaric."A–apa?" Sera yang tidak terbiasa dengan kalimat itu hanya bisa gelagapan ditambah ia kembali teringat kejadian semalam.Sera yang tidak ingin berlama-lama di sana langsung pergi ke kelas tanpa berkata-kata. Melihat tindakan aneh Sera, Alaric hendak menanyakan hal tersebut kepada orang yang membawa Sera k
"Yo," ucap ketua OSIS."Hiyah, pasti ketua OSIS sedang pergi. Hm, pasti sedang pergi," ucap Sera seraya mundur perlahan-lahan.Sera benar-benar tidak menerima kenyataan ini ditambah alasan Emi yang geram tadi karena sudah tahu siapa ketua OSIS di sekolah ini yang tak lain dan tak bukan adalah Alaric.Saat ditengah pelajaran tadi, Alaric sempat ijin karena tugas mendadak—tugas OSIS. Dan alasan kenapa para guru tidak bisa marah lama-lama dengannya—seperti guru killer yang kemarin—sebab dirinya adalah ketua OSIS.Kepala Sera serasa akan meledak. Ini menjelaskan kenapa Alaric bepergian dengan mudah saat di tengah pelajaran. Tapi kenapa Emi mau membicarakan ketua OSIS?"Aneh. Aku pergi dulu ada yang mau kutanyakan ke Emi," ucap Sera seraya membuka pintu."Sera, apa kau mau jadi anggota OSIS? Sebenarnya kami kekurangan anggota," tawar Alaric."Sama sekali tidak tertarik. Kenapa menawar posisi itu kepadaku? Sudah tahu aku murid baru," tolak Sera."Karena jika kau anggota OSIS maka aku bisa b
"Bisakah kau menjauh dari, Ken?"Sera terdiam sejenak sebelum ia menjawab pertanyaan Emi yang sangat mendadak. Sambil memegang kedua tangan Emi dan memasang wajah senang, Sera menjawab ..."Tentu saja. Tapi ini terlalu mendadak memangnya ada apa?""Nanti aku akan jelaskan," balasnya lembut.Tidak lama kemudian Elica membawa jajanan dan teh untuk mereka. Saat memakannya tidak ada satupun percakapan yang berlangsung, benar-benar suasana yang teramat canggung.Kring!Jam istirahat selesai. Mereka kembali ke kelas seraya membuang sampah jajanan mereka. Saat masuk, perasaan Sera menjadi sedikit sakit saat mengigat perkataan Emi tadi.Kalimat-kalimat itu terngiang-ngiang di kepala Sera. Sampai-sampai ia tak sadar menabrak Ken yang berada di depannya, ia sekilas menatap Ken dengan tatapan bingung."Kenapa?" tanya Ken.Sera tidak menjawabnya. Jika di pikir-pikir lagi Sera tidak menyukai Ken akibat sifatnya yang seenaknya. Ia melupakan sifatnya itu hanya karena ia bertingkah baik di depannya.
"ken?" Sera tidak bisa berhenti berjalan akibat tarikan teman-temannya itu. ia hanya bisa melihat sekilas pertarungan mereka—Ken dan Alaric—hingga membuat bangunan sekolah retak.Setelah berlari cukup lama, mereka sampai di rumah Emi yang bisa di bilang lokasinya cukup unik karena sangat dekat dengan hutan yang masih sangat lebat bahkan beruang dan hewan-hewan karnivora lainnya terlihat menatap mereka berempat."Ayo, masuk. Oh iya, maaf Sera. Hari kepindahanmu penuh dengan hal tegang dan tidak normal seperti ini sebagai gantinya aku akan ceritakan terror tanggal 13 di sekolah kita." Emi membuka rumahnya.Sebelum masuk, Sera mengamati rumah yang mirip dengan kuil Jepang. Di sana juga ada berbagai kertas yang tulisannya tidak bisa di baca oleh Sera dan ada boneka-boneka yang di gantung tepat di salah satu pohon dekat rumah Emi.Kesan pertama datang ke rumah teman adalah horor. Tampaknya kedua orang tua Emi tidak ada di rumah hal itu di buktikan dengan rak sepatu hanya ada sepatu Emi."
"Aku hanyalah gadis biasa, anak biasa, dan hidup sederhana. Tapi, semuanya berubah ketika aku datang ke kuil."Saat terkepung, Emi teringat dengan masa kecilnya. Di mana ia tinggal bersama keluarganya di perkotaan yang jauh dari kota yang ia tinggali saat ini.Ketika berumur 5 tahun ia mejalani hari-hari dengan kebahagiaan sebelum akhirnya semuanya berubah ketika sang ibu yang mulai bertingkah aneh layaknya kesurupan.Saat itu Emi tidak mengerti mengenai roh jahat apalagi melihat mereka. Jadi, ayahnya memanggil berbagai dokter hingga 'orang pintar' yang mampu mengusir hal gaib."Maaf, tidak ada yang bisa saya lakukan," ucapan sama yang selalu terucap semua dokter."Jika bayar 5 kali lipat pasti saya akan mengusir makhluk ini," ucap semua 'orang pintar'Namun, ayahnya tidak sebodoh itu. Akhirnya harapan hampir padam di tambah sang ibu terus mengamuk hingga akhirnya menyerang keluarganya sendiri dengan sangat kejam.Sang ayah hanya bisa menghindar lalu mengurung istri tercintanya. Sampa
Roh-roh jahat menerobos masuk, Emi terus membunyikan loncengnya. Sera yang tidak mau hanya menonton—serta teringat dengan masa lalunya—memutuskan membantu Emi dengan melemparkan buku-buku ke arah roh jahat yang mendekat.Mereka terus berjuang hingga salah satu roh jahat macan mengigit pundak kiri Sera. Meski sangat menyakitkan ia terus berjuang sampai titik darah penghabisan."Sera! Jika terus seperti ini, kita akan kalah. Aku akan menyegel semuanya dalam sekejap, tapi aku butuh waktu cukup lama," saran Emi."Baiklah. Aku akan menahan mereka sebisa mungkin," balas Sera.Emi mundur ke belakang Sera lalu mengucapkan berbagai kata-kata yang tidak bisa di pahami. Kata-kata itu seakan mengandung magis dan harapan Emi yang ingin mengakhiri semua ini.GRAAA!Dengan pundak yang mengalir darah, Sera terus melawan meski ia terus di terkam, tercabik-cabik, ataupun terjatuh berkali-kali. Sera tetap bangkit dengan napas yang terengah-engah."Hanya seperti ini tidak akan pernah menjatuhkan ku! 'Mere
"Jika itu mau kamu,"Ken mendekatkan dirinya lalu menjerat Emi dengan kedua tangannya agar tidak bisa menjauh. Dengan perlahan Ken mendekatkan bibirnya ke bibir Emi sedangkan Emi menutup mata karena malu."Ken?" suara asing terdengar.Sontak mereka berdua langsung berjauhan. Ken menoleh ke sumber suara itu yang ternyata adalah Alaric yang sedang menggendong Sera di punggungnya."Apa yang terjadi pada Sera?" tanya Ken sambil mendekat."Jangan mendekat! Untungnya, Sera tidak melihat perlakuan busuk kalian. Emi, kau itu gadis suci! Seharusnya kau tidak boleh melakukan hal seperti itu apalagi di bawah pohon ini," protes Alaric.Ternyata pohon itu bukanlah pohon beringin biasa. Ketika ada yang menyatakan perasaannya hingga melakukan hal yang berbau romantis maka mereka tidak bisa berpisah hingga ajal menjemput.Tentu saja, Emi mengetahui hal itu karena itu ia mengajak Ken untuk datang ke tempat ini. Sedangkan Ken yang kesal—masih mengenai masalah tadi—jadi dia tidak menyadari hal tersebut.
"MENJAUHLAH DARI SERA!"Ken menghajar mereka semua hingga mereka memutuskan untuk melarikan diri. Sera langsung terduduk akibat ketakutan dan hanya bisa bergetar di samping toilet.Ken langsung mendekap Sera dengan lembut lalu membawanya pergi dari sana. Sebelum itu, ia melepaskan almamater sekolahnya—masih memakai seragam sekolah—lalu memberikannya kepada Sera.Tentu saja, Ken sudah membersihkan baju dan almetnya yang tadi terkena bercak darah. Mereka berdua keluar lalu mendatangi Alaric yang duduk seraya menyantap dada ayam goreng."Ada apa? Kalian beduah lejadih apa?" ucapnya tidak jelas karena mulutnya penuh."Ba–baga–gaimana k–kau bi–bisa ta–ta–tahu?" "Tenangkan dirimu dulu. Menemukanmu tidak sulit seperti menemukan bintang utara karena bersinar lebih terang dari yang lain." Ken membantu Sera duduk.Setelah Sera duduk, Alaric langsung pindah tempat duduk ke samping Sera karena Ken akan duduk di situ. Ken hanya bisa memasang wajah kesal sambil memutar kedua matanya.Dia duduk di