"Yo," ucap ketua OSIS."Hiyah, pasti ketua OSIS sedang pergi. Hm, pasti sedang pergi," ucap Sera seraya mundur perlahan-lahan.Sera benar-benar tidak menerima kenyataan ini ditambah alasan Emi yang geram tadi karena sudah tahu siapa ketua OSIS di sekolah ini yang tak lain dan tak bukan adalah Alaric.Saat ditengah pelajaran tadi, Alaric sempat ijin karena tugas mendadak—tugas OSIS. Dan alasan kenapa para guru tidak bisa marah lama-lama dengannya—seperti guru killer yang kemarin—sebab dirinya adalah ketua OSIS.Kepala Sera serasa akan meledak. Ini menjelaskan kenapa Alaric bepergian dengan mudah saat di tengah pelajaran. Tapi kenapa Emi mau membicarakan ketua OSIS?"Aneh. Aku pergi dulu ada yang mau kutanyakan ke Emi," ucap Sera seraya membuka pintu."Sera, apa kau mau jadi anggota OSIS? Sebenarnya kami kekurangan anggota," tawar Alaric."Sama sekali tidak tertarik. Kenapa menawar posisi itu kepadaku? Sudah tahu aku murid baru," tolak Sera."Karena jika kau anggota OSIS maka aku bisa b
"Bisakah kau menjauh dari, Ken?"Sera terdiam sejenak sebelum ia menjawab pertanyaan Emi yang sangat mendadak. Sambil memegang kedua tangan Emi dan memasang wajah senang, Sera menjawab ..."Tentu saja. Tapi ini terlalu mendadak memangnya ada apa?""Nanti aku akan jelaskan," balasnya lembut.Tidak lama kemudian Elica membawa jajanan dan teh untuk mereka. Saat memakannya tidak ada satupun percakapan yang berlangsung, benar-benar suasana yang teramat canggung.Kring!Jam istirahat selesai. Mereka kembali ke kelas seraya membuang sampah jajanan mereka. Saat masuk, perasaan Sera menjadi sedikit sakit saat mengigat perkataan Emi tadi.Kalimat-kalimat itu terngiang-ngiang di kepala Sera. Sampai-sampai ia tak sadar menabrak Ken yang berada di depannya, ia sekilas menatap Ken dengan tatapan bingung."Kenapa?" tanya Ken.Sera tidak menjawabnya. Jika di pikir-pikir lagi Sera tidak menyukai Ken akibat sifatnya yang seenaknya. Ia melupakan sifatnya itu hanya karena ia bertingkah baik di depannya.
"ken?" Sera tidak bisa berhenti berjalan akibat tarikan teman-temannya itu. ia hanya bisa melihat sekilas pertarungan mereka—Ken dan Alaric—hingga membuat bangunan sekolah retak.Setelah berlari cukup lama, mereka sampai di rumah Emi yang bisa di bilang lokasinya cukup unik karena sangat dekat dengan hutan yang masih sangat lebat bahkan beruang dan hewan-hewan karnivora lainnya terlihat menatap mereka berempat."Ayo, masuk. Oh iya, maaf Sera. Hari kepindahanmu penuh dengan hal tegang dan tidak normal seperti ini sebagai gantinya aku akan ceritakan terror tanggal 13 di sekolah kita." Emi membuka rumahnya.Sebelum masuk, Sera mengamati rumah yang mirip dengan kuil Jepang. Di sana juga ada berbagai kertas yang tulisannya tidak bisa di baca oleh Sera dan ada boneka-boneka yang di gantung tepat di salah satu pohon dekat rumah Emi.Kesan pertama datang ke rumah teman adalah horor. Tampaknya kedua orang tua Emi tidak ada di rumah hal itu di buktikan dengan rak sepatu hanya ada sepatu Emi."
"Aku hanyalah gadis biasa, anak biasa, dan hidup sederhana. Tapi, semuanya berubah ketika aku datang ke kuil."Saat terkepung, Emi teringat dengan masa kecilnya. Di mana ia tinggal bersama keluarganya di perkotaan yang jauh dari kota yang ia tinggali saat ini.Ketika berumur 5 tahun ia mejalani hari-hari dengan kebahagiaan sebelum akhirnya semuanya berubah ketika sang ibu yang mulai bertingkah aneh layaknya kesurupan.Saat itu Emi tidak mengerti mengenai roh jahat apalagi melihat mereka. Jadi, ayahnya memanggil berbagai dokter hingga 'orang pintar' yang mampu mengusir hal gaib."Maaf, tidak ada yang bisa saya lakukan," ucapan sama yang selalu terucap semua dokter."Jika bayar 5 kali lipat pasti saya akan mengusir makhluk ini," ucap semua 'orang pintar'Namun, ayahnya tidak sebodoh itu. Akhirnya harapan hampir padam di tambah sang ibu terus mengamuk hingga akhirnya menyerang keluarganya sendiri dengan sangat kejam.Sang ayah hanya bisa menghindar lalu mengurung istri tercintanya. Sampa
Roh-roh jahat menerobos masuk, Emi terus membunyikan loncengnya. Sera yang tidak mau hanya menonton—serta teringat dengan masa lalunya—memutuskan membantu Emi dengan melemparkan buku-buku ke arah roh jahat yang mendekat.Mereka terus berjuang hingga salah satu roh jahat macan mengigit pundak kiri Sera. Meski sangat menyakitkan ia terus berjuang sampai titik darah penghabisan."Sera! Jika terus seperti ini, kita akan kalah. Aku akan menyegel semuanya dalam sekejap, tapi aku butuh waktu cukup lama," saran Emi."Baiklah. Aku akan menahan mereka sebisa mungkin," balas Sera.Emi mundur ke belakang Sera lalu mengucapkan berbagai kata-kata yang tidak bisa di pahami. Kata-kata itu seakan mengandung magis dan harapan Emi yang ingin mengakhiri semua ini.GRAAA!Dengan pundak yang mengalir darah, Sera terus melawan meski ia terus di terkam, tercabik-cabik, ataupun terjatuh berkali-kali. Sera tetap bangkit dengan napas yang terengah-engah."Hanya seperti ini tidak akan pernah menjatuhkan ku! 'Mere
"Jika itu mau kamu,"Ken mendekatkan dirinya lalu menjerat Emi dengan kedua tangannya agar tidak bisa menjauh. Dengan perlahan Ken mendekatkan bibirnya ke bibir Emi sedangkan Emi menutup mata karena malu."Ken?" suara asing terdengar.Sontak mereka berdua langsung berjauhan. Ken menoleh ke sumber suara itu yang ternyata adalah Alaric yang sedang menggendong Sera di punggungnya."Apa yang terjadi pada Sera?" tanya Ken sambil mendekat."Jangan mendekat! Untungnya, Sera tidak melihat perlakuan busuk kalian. Emi, kau itu gadis suci! Seharusnya kau tidak boleh melakukan hal seperti itu apalagi di bawah pohon ini," protes Alaric.Ternyata pohon itu bukanlah pohon beringin biasa. Ketika ada yang menyatakan perasaannya hingga melakukan hal yang berbau romantis maka mereka tidak bisa berpisah hingga ajal menjemput.Tentu saja, Emi mengetahui hal itu karena itu ia mengajak Ken untuk datang ke tempat ini. Sedangkan Ken yang kesal—masih mengenai masalah tadi—jadi dia tidak menyadari hal tersebut.
"MENJAUHLAH DARI SERA!"Ken menghajar mereka semua hingga mereka memutuskan untuk melarikan diri. Sera langsung terduduk akibat ketakutan dan hanya bisa bergetar di samping toilet.Ken langsung mendekap Sera dengan lembut lalu membawanya pergi dari sana. Sebelum itu, ia melepaskan almamater sekolahnya—masih memakai seragam sekolah—lalu memberikannya kepada Sera.Tentu saja, Ken sudah membersihkan baju dan almetnya yang tadi terkena bercak darah. Mereka berdua keluar lalu mendatangi Alaric yang duduk seraya menyantap dada ayam goreng."Ada apa? Kalian beduah lejadih apa?" ucapnya tidak jelas karena mulutnya penuh."Ba–baga–gaimana k–kau bi–bisa ta–ta–tahu?" "Tenangkan dirimu dulu. Menemukanmu tidak sulit seperti menemukan bintang utara karena bersinar lebih terang dari yang lain." Ken membantu Sera duduk.Setelah Sera duduk, Alaric langsung pindah tempat duduk ke samping Sera karena Ken akan duduk di situ. Ken hanya bisa memasang wajah kesal sambil memutar kedua matanya.Dia duduk di
Truk itu mendadak menghilang menyisakan Sera yang mematung. Pria itu memberikan Sera sebuah gelang yang terbuat dari benang lalu memakaikannya di pergelangan tangan kirinya."I—""Untuk jaga-jaga. Karena dia gadis suci," ucapnya lalu menghilang."Membunuh Emi? Apa maksudnya? Menurutnya aku akan melakukannya? Gelang ini ...." Sera berusaha melepaskan gelangnya."Adek! Adek tidak apa-apa?" seorang pria paruh baya mendatanginya lalu membawanya ke pinggir jalan yang aman.Sera lupa bahwa dirinya berada di jalan. Dengan wajah tenang, Sera berterima kasih kepada pria paruh baya itu lalu pergi meninggalkan tempat itu.Sebelum pergi, tangannya di tarik oleh anak laki-laki yang tadi ia selamatkan. Kedua orang tua anak itu turut mendatanginya dengan wajah bahagia sampai-sampai kedua mata mereka mengeluarkan genangan air."Kami benar-benar sangat berterima kasih. Jika, kamu tidak menolong anak kami, kami tidak tahu hal buruk apa yang terjadi? Apa kamu tidak apa-apa?" panik ayah anak itu."Aah, s
Almin mengecek sekitaran lalu meminta mereka untuk bergegas pergi dari sini. Namun, belum sempat untuk berlari mereka semua tiba-tiba terjatuh tanpa sebab seakan ada yang menarik kaki mereka.Dari jauh, terdengar suara dedaunan yang amat sangat berisik. Secara mengejutkan, Almin terangkat ke atas, ia mencoba meraih dahan pohon tapi sayang belum sempat meraihnya sesosok bayangan hitam muncul dan menelannya."Almin? ALMIN! DASAR!" Repi berdiri lalu menerjang bayangan hitam itu.Bayangan itu juga ikut menerjang serta hendak melahap Repi, tetapi Embi dengan berani menarik Repi hingga jatuh ke belakang hingga terguling dengan begitu Embi yang di lahap.Tidak ingin perjuangan mereka sia-sia, Yuri langsung membantu mereka semua untuk berdiri lalu berlari sekencang mungkin kecuali Sera yang ketakutan hingga tak mampu mengerakkan kakinya.Yuri yang sangat kesal menyeret Sera tapi sayang bayangan hitam itu melemparkan kayu nan runcing ke arah mereka. Dengan sigap, Yuri langsung menjadi dinding
Semua menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang diperlukan lalu memasukkannya ke dalam mobil sewa. Pada awalnya Sera sempat ragu tetapi dirinya mempercayai perkataan Repi bahwa semuanya akan baik-baik saja.Mereka berangkat pagi-pagi dengan suhu udara yang menusuk kulit hingga membuat mereka bersin-bersin karena sangat dingin. Meski begitu, mereka tetap melanjutkan perjalanan menuju ke tempat perkemahan.Selama perjalanan, Sera hanya bisa menatap luar jendela mobil dengan wajah gelisah dan bergumam tidak jelas. Repi yang duduk di sebelahnya langsung menenangkan Sera dengan berbagai candaan."Ikan ikan apa yang profesinya ngelawak tapi gak ngelawak?" "Ikan apa?""Ikan badut ...Ketawa sedikit aja meski gak lucu.""Sudah tahu tidak lucu." Sera lanjut menatap luar.Tanpa ia sadari, ia dan teman-temannya sedang di awasi dari jarak yang amat jauh seakan sudah menanti kedatangan mereka. Sesuatu itu juga tampak melirik Sera lalu menghilang ketika Sera menoleh ke arahnya meski jaraknya sangat
"Sera! Ayo bangun. Bukankah kita akan berkemah besok? Jika kamu terus-menerus tidur besok kamu kesulitan tidur." Suara nan lembut terdengar.Dengan membuka matanya perlahan, Sera yang masih muda—sekitar 13 tahun—terbangun dari mimpinya yang menurutnya cukup mengerikan.Perempuan yang memanggilnya adalah Jasmine—yang lebih tua 4 bulan dari Sera—dia berambut panjang serta selalu bersikap seperti seorang ibu."Dasar! Sera, memangnya kamu itu kukang? Setiap hari hanya bisa tidur?" kesal seorang perempuan yang tatapannya tajam serta rambutnya pendek tapi berantakan."Hei! Jangan terlalu kasar Repi! Sera itu masih kecil," bela Jasmine."Kecil? Sebaiknya kau cuci matamu dulu!" ejek Repi.Tidak lama setelah mereka berdebat muncul perempuan lainnya. Salah satunya Embi berambut pendek tapi lurus, Nami dengan kuncir kudanya, dan Almin yang bersanggul plus berkacamata.Almin seperti pemimpin, dia sangat tegas tapi tetap kalem. Almin meminta mereka untuk bergegas menyiapkan semua barang dan melihat
"Apa yang terjadi padanya? Apa dia …." Sera menahan ucapannya."Tidak mungkin. Dia sangat hebat dan kuat bahkan sekarang pun aku sama sekali tidak bisa menyainginya." Ken mengangkat kepalanya.Suasana dingin dan pemandangan nan asri terpampang di depan mereka. Sera menyadari sesuatu yaitu, hari sudah semakin larut bahkan jalanan menjadi gelap gulita.Dan juga Sera menyadari sesuatu yang lain yaitu bunga di taman bermekaran tanpa sinar matahari dan kupu-kupu yang berterbangan kesana kemari.Mungkin karena memiliki ciri khas khusus makanya hal seperti ini sudah biasa—itu yang dipikirkan Sera. Sambil berdiri, Sera meminta Ken untuk memberikannya senter jika punya."Ada." Ken berdiri lalu menggandeng Sera menuju ke rumahnya."Mana? Kok, kamu ikut?" tanyanya."Ada. Senternya aku biar kalau mataku menatapmu tidak silau. Bukankah ini senter paling keren?" gombalnya.Sera hanya bisa tersenyum malu. Di tengah jalan, Sera sempat gemetar akibat rasa takut yang menghantuinya sebab akhir-akhir ini
Melihat Ken yang antusias, Serei mengajaknya ke dalam hutan agar aman dari manusia-manusia lainnya yang menganggap Ken bukan manusia.Tentu saja, bahaya terus mengintai Ken di dalam hutan—roh jahat yang tidak menerima keberadaan Ken serta hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan yang berbahaya.Serei mengetahui hal tersebut tapi tetap membawa Ken kesana, tentu saja Serei akan melindunginya sepenuh hati hingga Ken siap pergi ke dunia luar."Pelajaran yang akan aku ajarkan dulu adalah bahasa, huruf, dan angka. Kita mulai bahasa dulu." Serei mengambil daun lebar yang dijadikan buku dan ranting untuk dijadikan pensil."Bagaimana kamu bisa memahami bahasaku, Serei? Dan juga aku bisa memahami bahasamu. Apa kamu juga berasal dari tempat tinggalku?" "Oh, itu …Kamu akan tahu suatu hari nanti," Sera mengelak.Mereka pun melanjutkan pelajaran dengan suasana riang. Hingga tanpa sadar malam telah tiba, mereka berdua menghentikan pelajaran dan mencari tempat untuk tidur.Biasanya Serei tidur di atas pohon t
Beberapa tahun yang lalu …"Tangkap, Tuan muda!" ucap seseorang dengan zirah lengkap.Seorang anak laki-laki—Ken—melarikan diri istana yang sangat teramat megah serta peradaban terlihat sangat maju berbeda dengan planet bumi yang manusia tinggali.Ken yang masih muda sekitar berumur 6 tahun menyadari bahaya yang sedang direncanakan oleh seseorang. Dia sadar bahwa keluar dari istana sangat sulit karena itu dia bertarung menggunakan tangan kosong.Meski sempat kalah, dia tidak menyerah dan terus melarikan diri hingga menemukan sebuah portal rahasia di ruang bawah tanah istana."Tuan muda ada di sana!" "Bertaruh atau tidak? Aku pilih bertaruh!" Ken memasuki portal itu seketika portal itu menghilang bersama Ken tanpa meninggalkan jejak.Para penjaga yang berbaju zirah berkumpul ke tempat itu seraya membongkar satu tempat ke tempat lain. Mereka sama sekali tidak bisa menemukan Ken."Mungkin dia pergi menggunakan portal yang aku buat." Muncul seseorang di belakang mereka."Hormat!" Semua p
Alaric yang merasa sedikit kesepian ingin mengajak Sera berjalan-jalan. Namun, malam sudah semakin larut di tambah besok masih masuk sekolah."Sera, apa hari sabtu kamu ada waktu? Kalau tidak ada boleh ikut denganku? Sebagai balas Budi yang belum kamu balas," senyum Alaric."Ihh, hari sabtu? Aah, Sabtu ini aku ada kegiatan," balasnya seraya sedikit memiringkan kepalanya.Alaric tak mampu berkata-kata lagi. Saat berjalan, Sera tak sengaja tersandung lalu di tangkap Alaric yang sangat sigap.Kedua tangan Sera memegang kedua pundak Alaric sedangkan Alaric memegang pinggang Sera agar dirinya tak jatuh ke tanah yang berdebu.Mereka berdua terlihat sangat jelas di mata Ken yang berada di belakang mereka. Ternyata, setelah membawa Emi ke ruang perawatan dirinya langsung mengejar Sera."Kalian tidak pacaran, kan?" tanya Ken sinis."Oh, Ken. Memangnya kalau pacaran kenapa? Kamu kan udah punya Serei kalau aku punya Sera tidak ada masalah, kan?" ejek Alaric."A—Bohong! Aku sama sekali tidak mau
Saat tiba, Ken langsung memanggil rekannya—Mely yang sedang ngopi sambil baca koran harian. Untungnya, Mely bertugas menjaga rumah sakit jadi dia mudah ditemui.Mely memuntahkan kopi yang baru saja ia teguk lalu menyiapkan kamar operasi. Ken membaringkan Emi di ranjang rumah sakit lalu mendorongnya bersama Elica menuju ruangan yang ditunjuk Mely.Di saat bersamaan, Alaric dan Sera sampai di rumah sakit. Mereka langsung mengejar Ken dan Elica, meski Sera sempat kesulitan berlari karena matanya masih tertutup."Kalian tunggu sini! Emi pasti akan aku selamatkan bagaimana pun caranya!" Ken masuk ke ruangan operasi bersama dengan Mely."Well, kita harus menunggu." Alaric menuntun Sera untuk duduk di kursi tunggu bersama dengan Elica."Emi …Aku mohon …Bertahanlah!" doa Elica seraya melipat kedua tangannya.Sera yang tidak tahu keadaan luar, ia ingin melepas penutup matanya tapi Alaric melarangnya karena yakin bahwa penglihatannya masih belum kembali.Elica menoleh ke arah Sera yang duduk di
Melihat benang-benang itu terus menarik Emi dari berbagai arah membuat mereka panik. Alaric dan Ken meloncat lalu memotong-motong benang itu dengan pisau bedah dan tinta pulpen yang berubah menjadi tombak."AAAAARG!" Emi mulai kesakitan."Emi bertahanlah!" Elica mencari cara memutuskan benang-benang itu.Karena serangan Ken dan Alaric sama sekali tidak membuat benang itu tergores sedikitpun. Mereka terus berusaha memotong benang yang sangat kuat bagaikan baja.Saat sedang berusaha, benang-benang itu terus menarik hingga membuat lengannya mulai mengeluarkan suara aneh.Pakaiannya mulai sobek perlahan, rasa perih yang amat sakit tidak bisa Emi tahan selamanya, dan benang-benang itu juga menarik lehernya ke depan yang membuat rasa sakit yang sangat luar biasa."Emi? Hah …Hah …." Sera tak mampu bergerak.Melihat Emi yang kesakitan serta badannya yang mulai terlihat akan terbelah mengingatkan Sera dengan salah satu sahabatnya yang meninggal akibat benang yang membelah badannya.Rasa sesak,