Uang bisa menggerakkan hati manusia.Hanya dengan berpikir sejenak saja, Tirta langsung bisa menebak bahwa Agatha pasti diculik karena Pil Kecantikan. Kalau saja Susanti tidak memberitahunya, Tirta sama sekali tidak tahu bahwa Agatha telah diculik.Memikirkan Agatha yang bahkan tidak bisa menjamin keselamatannya sendiri saat ini, membuat Tirta sangat khawatir. Tanpa sadar, dia mencengkeram tangan Susanti hingga terasa sakit.Melihat reaksi Tirta seheboh ini, Susanti baru teringat. Bukankah Direktur Farmasi Santika adalah wanita cantik yang dilindungi Tirta mati-matian saat berada di rumah sakit waktu itu?"Tirta, kamu jangan emosi dulu. Dengarkan ceritaku pelan-pelan," ujar Susanti sambil menarik kembali tangannya dengan perasaan cemburu."Penculikannya baru terjadi semalam. Waktu mendapat kabarnya, kami sudah blokir semua akses kota semalam. Bahkan Pak Saad juga sudah mengutus orang untuk membantu penyelidikan.""Menurut informasi yang kami dapatkan saat ini, Agatha menghilang di Farm
Di seluruh kota, hampir setiap jalan dipenuhi dengan mobil polisi. Setiap pintu masuk dijaga ketat oleh petugas patroli yang memeriksa setiap kendaraan. Wali kota yang turun tangan untuk memerintahkan pencarian. Ditambah lagi, seluruh tenaga kepolisian telah dikerahkan, menunjukkan betapa seriusnya mereka menangani kasus ini.Bukan hanya karena Tirta yang terlibat, tapi juga karena Farmasi Santika yang sedang meroket. Perusahaan ini berpotensi menjadi perusahaan besar. Bagi pemerintah setempat, hal ini tentu sangat menguntungkan. Sekarang dengan adanya ancaman yang berusaha merusak hal baik tersebut, mereka bertekad untuk menyelesaikan kasus ini tanpa menyisakan celah sedikit pun.Kasus penculikan Agatha telah menjadi pembicaraan hangat di kota dan semua orang mengetahuinya.Di lantai tujuh sebuah apartemen kecil yang terpencil, seorang pria paruh baya menatap keluar jendela menyaksikan mobil-mobil polisi yang berpatroli tanpa henti di jalanan. Ekspresinya tampak sangat cemas saat buru
"Dipo? Siapa itu? Dia yang culik Agatha?" tanya Tirta."Ini ... meski masih belum bisa dipastikan, kemungkinannya sangat besar." Setelah berhenti sejenak, Mauri melihat informasi yang didapatkannya dan memberi penjelasan pada Tirta."Dipo adalah keturunan langsung dari keluarga kaya di ibu kota provinsi, yang memiliki bisnis di bidang produk kecantikan.""Menurut informasi dari para pemegang saham, sekitar dua hari yang lalu, entah bagaimana Dipo mendengar kabar tentang kesuksesan Pil Kecantikan dan datang secara khusus dari ibu kota provinsi untuk mengajukan kerja sama dengan Bu Agatha.""Dia menawarkan dua triliun untuk membeli Farmasi Santika, tapi ditolak mentah-mentah oleh Bu Agatha. Sore harinya, Dipo datang lagi dengan tawaran empat triliun, tapi tetap ditolak. Pada akhirnya, Dipo nggak lanjut negosiasi lagi sama Bu Agatha. Dari sini, mudah ditebak bahwa yang paling dia incar adalah formula Pil Kecantikan."Mendengar hal itu, Tirta berkata dengan sinis, "Dia pikir bisa beli form
Di luar ruang VIP, ada lebih dari sepuluh pengawal profesional dengan gaji tahunan miliaran yang berjaga-jaga. Semua ini jelas menunjukkan betapa istimewanya status dan kekayaan mereka.Tidak heran, enam penari cantik yang biasanya sombong itu berani menampilkan tubuh mereka. Jika salah satu dari mereka mendapatkan perhatian dari para pemuda ini, mungkin itu akan menjadi kesempatan besar bagi mereka untuk mengubah nasib.Di antara keempat pemuda tersebut, ada seorang pria muda berusia 20-an dengan wajah tirus, hidung bengkok, bibir tipis, dan mengenakan jam tangan mewah. Dia adalah Dipo. Dua dari tiga orang lainnya adalah teman dekat Dipo yang juga berasal dari keluarga kaya di ibu kota provinsi."Pak Resnu, nggak kusangka bisa ketemu denganmu di tempat sekecil ini. Maaf kalau pertanyaanku lancang, tapi kenapa tanganmu bisa patah?"Dipo mengangkat gelas anggurnya, lalu bertanya dengan penuh rasa hormat kepada seorang pemuda yang terbaring lemah di sofa dengan wajah pucat. Jika Tirta ad
Resnu memang sudah menanti-nantikan penawaran Dipo ini, sehingga dia langsung menyetujuinya tanpa ragu-ragu.Setelah itu, dia mendesak dengan tidak sabaran, "Karena Pak Dipo begitu menghargaiku, aku juga nggak sungkan-sungkan lagi. Tapi, di mana kalian menyekap pemilik Pil Kecantikan itu? Cepat bawa dia kemari, aku bantu kalian menanyakan formulanya supaya kita bisa sukses besar!""Pak Resnu nggak usah buru-buru. Orangnya ada di tempat lain, tapi sekarang ini seluruh kota dipenuhi polisi patroli. Bahkan wali kota sendiri juga turun tangan langsung untuk mencarinya. Sebaiknya kita tunggu dua hari dulu supaya keributan ini mereda sebelum menanyakan soal Pil Kecantikan.""Pak Resnu, kita minum dulu," tambah Dipo sambil mengangkat gelasnya."Ya, Pak Resnu, kita minum dulu untuk merayakannya." Kedua pemuda kaya lainnya juga merasa senang karena berhasil mengajak Resnu untuk bergabung. Bagaimanapun, mereka memang kaya, tetapi posisi Resnu jauh di atas mereka karena memiliki ayah yang menjaba
Seketika, Dipo berpikir bahwa dia harus bersenang-senang dengan wanita yang luar biasa seperti Agatha."Haha, kalau Pak Resnu nggak tertarik, kami nggak sungkan-sungkan lagi ya." Lukky dan seorang pemuda lainnya mulai memeluk dan mencium para penari tersebut. Setelah itu, terdengar suara desahan yang bertubi-tubi.Dipo perlahan-lahan berubah pikiran. Dia menarik salah seorang penari dan melepas sabuk pinggangnya. Baru saja hendak melampiaskan nafsunya, pintu ruangan VIP itu tiba-tiba didorong hingga terbuka.Bos Queen Club masuk dengan wajah panik. Sebelum dia sempat berbicara, Dipo telah menyelanya sambil mengernyit, "Bukannya sudah kubilang, jangan ganggu kami kalau nggak ada urusan penting!"Bos itu berkata sambil tertawa getir, "Pak Dipo, aku juga nggak mau mengganggu kalian. Tapi, wali kota dan kepala kepolisian datang bersama seorang pemuda untuk mencari Bapak! Aku nggak bisa menghalangi mereka. Mereka akan tiba sebentar lagi!"Mendengar hal itu, ekspresi Dipo dan kedua pemuda la
Begitu Tirta melangkah masuk, Mauri, Saad, dan Susanti pun mengikuti. Situasi mendadak ini membuat para penari di ruang privat buru-buru memakai pakaian mereka, lalu berdiri di samping tanpa berani bergerak. Sekalipun Saad dan lainnya tidak bersuara, mereka bisa menebak identitas pendatang ini."Kalian semua pecundang ya? Aku bayar kalian mahal-mahal, tapi kalian nggak sanggup mengadang orang-orang ini? Apa gunanya aku mempekerjakan kalian!" Dipo tidak meladeni Tirta, melainkan langsung membentak para pengawalnya.Dipo awalnya ingin mengulur waktu. Setelah Resnu kembali, dia akan menyuruh Resnu mengatasi masalah ini. Siapa sangka, para pengawal yang dibayar mahal ini justru tidak bisa menghentikan mereka."Pak ... a ... aku ... aku akan mengusir mereka sekarang juga!" Pemimpin pengawal murka karena ditendang Tirta. Kini, dia dimaki oleh Dipo lagi. Amarahnya makin berkecamuk.Setelah bangkit dari lantai, pemimpin pengawal itu langsung menerjang ke depan untuk bertarung dengan Tirta. Dar
"Hehe. Hal seperti ini wajar kok. Ini bukan kesalahan besar. Setelah bayar denda, paling-paling aku dipenjara beberapa hari. Tapi, ayahku berteman baik dengan kepala polisi ibu kota provinsi. Kalau kalian menangkapku karena masalah ini, takutnya dia nggak senang lho," ujar Dipo dengan ekspresi dingin dan senyuman nakal.Meskipun situasi sudah seperti ini, Dipo masih tidak melepaskan bos wanita di pelukannya. Bisa dilihat betapa angkuhnya Dipo ini."Kamu ...." Begitu mendengarnya, ekspresi Mauri menjadi sangat masam. Dia tidak bisa melawan karena Amal yang dibicarakan Dipo adalah atasannya.Jika Mauri menangkap mereka dan yang dikatakan Dipo adalah kenyataan, Amal pasti akan memberi perintah untuk membebaskan mereka. Orang kaya dan berkuasa memang bisa bertindak semena-mena.Tirta bisa melihat bahwa Dipo menolak untuk kerja sama. Dia hendak melakukan akupunktur untuk menghipnosis Dipo, tetapi Saad tiba-tiba mendengus dan berkata, "Dipo, jangan mengalihkan topik pembicaraan. Yang kami us
Tirta benar-benar tidak menyangka bahwa mereka akan menyetujui syarat yang dia ajukan semudah itu. Hal itu membuat suasana hatinya membaik secara drastis.Sebelum pergi, Tirta kembali melirik Kurnia, seakan ingin mengatakan sesuatu. "Pak Tirta, kalau ada perintah, silakan katakan saja," kata Kurnia dengan hormat sambil mengepalkan tangan sebagai tanda penghormatan."Kurnia, bagaimanapun juga, akulah yang membuat lenganmu patah. Aku punya resep obat yang bisa membuat lenganmu tumbuh kembali.""Tapi, mencari bahan-bahannya mungkin akan memakan waktu yang cukup lama. Kalau kamu bersedia menunggu, aku bisa membantumu memulihkan lenganmu sepenuhnya."Tirta mengingat teknik pengobatan ajaib yang diwariskan oleh Genta di dalam ingatannya, lalu menawarkan solusi itu kepada Kurnia."Aku bersedia! Tentu saja aku bersedia! Terima kasih atas kebaikanmu, Pak Tirta!"Mendengar hal itu, Kurnia begitu terkejut dan terharu hingga langsung berlutut di depan Tirta untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya
"Sudahlah, Laras. Tindakan nggak senonoh apa pun yang pernah kubuat padamu sebelumnya, setidaknya sekarang aku nggak pernah begitu lagi sama kamu, 'kan?""Kamu nggak boleh panggil aku bajingan mesum lagi. Kamu boleh panggil aku Tirta saja, atau Kak Tirta juga boleh. Kalau kamu nggak bisa lakukan itu, sebaiknya kamu kembali saja ke dunia misterius," kata Tirta sambil menarik napas dalam-dalam, berusaha menjaga reputasinya."Huh, kalau begitu aku panggil Tirta saja. Sepertinya kita juga sebaya!" jawab Laras sambil menoleh ke arah lain setelah berpikir sejenak."Kak Tirta, aku nggak akan panggil kamu bajingan mesum. Karena kamu adalah orang baik."Tina merasa ekspresi serius Tirta saat membela diri tadi cukup menggelikan. Dengan sedikit keberanian, dia menepuk lengan Tirta dan berkata demikian."Hehe, bagus! Tina memang paling penurut."Suasana hati Tirta menjadi semakin bagus. Dia mengusap rambut panjang Tina dengan lembut sebelum mengalihkan pandangannya ke Tina, Laras, serta Kimmy yang
"Nak, jangan persulit kami!"Para pesilat kuno yang berhasil selamat dan beberapa ketua sekte berusaha untuk bernegosiasi dengan Tirta."Persulit kalian? Hehe .... Kamu kira aku nggak tahu apa yang ada di pikiran kalian? Kalian cuma merasa batu alami terlalu berharga dan nggak mau memberikannya padaku, bukan?""Sejujurnya saja, semua sumber daya dunia fana ini sama sekali nggak menarik bagiku. Aku cuma menginginkan batu alami! Aku bisa menyelamatkan kalian, tapi aku juga bisa membunuh kalian!""Siapa pun yang nggak setuju, jangan salahkan aku kalau aku berubah menjadi musuh kalian!"Tirta menyeringai dingin sambil menatap para ahli seni bela diri kuno yang tersisa di sekelilingnya.Saat mengucapkan kata-kata itu, aura dingin dan niat membunuh yang mengerikan terpancar dari tubuhnya!"Cecunguk ini ternyata punya sedikit keberanian juga."Di dalam lautan kesadarannya, Genta berkomentar dengan nada santai. Jika dia yang berada di posisi Tirta sekarang, para pesilat kuno ini tidak akan sel
"Yang penting jangan lupakan kamu ...," gumam Tirta. Permintaan Tina sangat sederhana. Dia benar-benar wanita yang polos.Tirta mendesah, lalu menyetujui permintaan Tina, "Oke, namamu Tina, 'kan? Kalau begitu, kamu ikut aku saja. Aku ... ada sesuatu yang nggak bisa kukatakan padamu sekarang. Nanti aku baru beri tahu kamu setelah pulang."Tina langsung berhenti menangis setelah Tirta menyetujui permintaannya. Dia menyeka air matanya, lalu berujar kepada Edwan dengan antusias, "Pak Edwan, Kakak setuju aku ikut dia. Aku ... nggak ikut kalian pulang lagi."Tina berpesan, "Pak Edwan, tolong sampaikan pada guruku. Kalau ada kesempatan, aku dan Kakak akan pergi ke dunia misterius untuk mengunjungi guruku.""Oke. Kalian berdua jaga diri baik-baik. Kami pamitan dulu," balas Edwan sambil tersenyum. Dia memberi hormat kepada Tirta, lalu membawa membawa murid Sekte Kebebasan meninggalkan puncak gunung.Setelah Edwan dan lainnya pergi, Tina berdiri di belakang Tirta. Dia mengamati wajah Tirta, lalu
Di puncak gunung, semua pesilat kuno yang diselamatkan Tirta memberi hormat kepadanya. Salah satu pesilat kuno berkata, "Sobat, kamu sudah menyelamatkan kami, tapi kami nggak tahu namamu. Apa kamu bisa beri tahu kami? Ke depannya, kami pasti akan mengunjungimu setelah beristirahat di dunia misterius."Tirta berpikir sejenak, lalu menanggapi, "Sebenarnya aku nggak perlu beri tahu kalian namaku. Kalau kalian mau membalasku, bantu aku cari batu spiritual setelah kalian kembali ke dunia misterius. Eh, salah. Maksudku cari batu alami."Tirta menambahkan, "Nantinya aku akan ambil batu alami itu waktu aku pergi ke dunia misterius."Tirta sudah merebut energi internal mereka. Biarpun sedikit keterlaluan, Tirta sudah menyelamatkan mereka. Tindakan Tirta sama seperti dokter yang mengangkat salah satu organ dalam pasien untuk menyelamatkannya.Pasien tidak akan menyalahkan dokter. Sebaliknya, pasien akan membayar biaya pengobatan setelah selamat. Jadi, batu alami yang diminta Tirta bisa dianggap
Hanya saja, suara mereka tidak terlalu keras saat memarahi Tirta. Bagaimanapun, mereka menunggu diselamatkan Tirta.Tirta yang sudah menikmati perhatian para murid wanita baru berjalan keluar dari kerumunan. Dia mulai menyingkirkan Air Kutukan para pesilat kuno pria dan pemimpin sekte.Tentu saja, Tirta para pesilat kuno pria yang tidak bersedia berlutut kepada Tirta dan cemburu kepadanya mendapatkan giliran terakhir. Alhasil, mereka mati disiksa oleh Air Kutukan sebelum diselamatkan Tirta.Sementara itu, Elisa yang berdiri di hutan tersembunyi dan tidak bisa dilihat Tirta melihat para murid wanita diselamatkan. Dia berkomentar dengan ekspresi kesal, "Bocah ini memang genit ...."Sebenarnya, tadi Elisa tidak pergi. Dia beralasan ingin turun gunung, tetapi dia diam-diam kembali lagi untuk melihat cara Tirta menetralkan racun.Sebagai murid Sekte Mujarab, Elisa memiliki minat belajar yang tinggi. Dia ingin mempelajari cara Tirta menetralkan racun. Selain itu, Elisa juga mulai tertarik pa
Tirta hanya menyingkirkan Air Kutukan dari tubuh murid wanita itu dan melirik bagian dadanya beberapa kali. Murid wanita itu memakai baju, dia juga tidak rugi biarpun dilirik Tirta.Sebenarnya hanya Tirta sendiri tahu apa yang dilihatnya. Meskipun murid wanita itu memakai baju, tetap tidak berpengaruh bagi Tirta.Setelah puas melihat tubuh wanita itu, Tirta berkata kepada murid wanita yang bokongnya berisi, "Itu ... Adik yang bokongnya berisi. Kamu maju, racun di tubuhmu terlalu kuat. Biar aku bantu kamu netralkan racunnya."Murid wanita itu menghampiri Tirta, lalu Tirta menemukan target lain lagi. Matanya berbinar-binar.Tirta tersenyum lebar sambil berujar, "Itu ... Kakak yang pinggangnya ramping dan dadanya berisi. Aku hampir melupakanmu. Kamu juga maju, aku sekalian netralkan racun kalian berdua."Murid wanita yang mempunyai pinggang ramping dan dada berisi terlihat seksi saat berjalan menghampiri Tirta. Dia sangat cantik. Murid wanita itu bertanya dengan ragu-ragu, "Dik, apa kamu
Tirta menjawab dalam hati, 'Kak, jangan goda aku lagi. Aku sama sekali nggak punya niat itu. Kita harus segera selamatkan orang biar kamu bisa menyerap energi internal orang-orang ini secepatnya. Kita juga bisa pulang ke kediaman Keluarga Purnomo.'Tirta juga merasa bersyukur. Untung saja, tadi dia tidak menggoda murid wanita yang tampangnya jelek. Dia pasti tidak tahan kalau diganggu oleh wanita jelek.Setelah tersadar, Tirta sudah menyingkirkan Air Kutukan murid wanita ini. Kemudian, dia mulai menyingkirkan Air Kutukan murid Sekte Kebebasan lainnya.Kali ini, Tirta berusaha mengendalikan dirinya setelah tahu pemikiran wanita dari dunia misterius yang kolot. Dia tidak menggoda murid wanita yang cantik.Tentu saja, ini juga karena Tirta tidak melihat wanita cantik lagi. Kalau tidak, dia pasti langsung menunjukkan sifat aslinya.Dalam waktu belasan menit, Tirta sudah menyingkirkan Air Kutukan belasan murid Sekte Kebebasan. Biarpun kehilangan semua energi internal, mereka tetap berterima
Tirta melirik sekilas ke arah dada wanita itu yang terlihat begitu indah dan menonjol, lalu menyeringai dengan senyum jahil.Wanita itu langsung terpaku di tempat dan wajahnya memerah seketika. Dia menggigit bibirnya dengan gugup dan merasa sangat malu.Kemudian, wanita itu menoleh ke arah Edwan dengan ekspresi penuh dilema seolah meminta petunjuk. Dia berucap, "Aaaargh .... Pak Edwan! Dia ... dia mau aku menciumnya!" Edwan menghela napas panjang, lalu berkata dengan lembut kepada wanita itu, "Tina, sebelum bawa kalian keluar, aku sudah berjanji kepada gurumu bahwa aku akan memastikan kalian pulang tanpa kekurangan apa pun. Jadi, cium saja anak muda ini. Dia bukan orang jahat kok. Dia adalah penyelamatmu."Dalam pikiran Edwan, kalau Tina tidak mau mencium Tirta, mungkin dia tidak akan menyelamatkannya."Aku ...." Tina ragu-ragu cukup lama. Pada akhirnya, dia menarik kembali liontin gioknya, lalu mengumpulkan seluruh keberaniannya dan memejamkan mata.Kemudian, Tina maju selangkah dan