Resnu tidak bisa menerima wanita yang diincarnya begitu dekat dengan Tirta. Dia melambaikan tangan kepada Kadir. Kadir segera menghampiri."Malam ini, aku mau Tirta hilang dari dunia ini. Aku nggak peduli cara apa yang kalian gunakan. Selain itu, suruh bawahanmu yang paling bisa diandalkan untuk menyamar menjadi pelayan. Masukkan obat di air Bella," instruksi Resnu sambil menepuk bahu Kadir."Ba ... baik." Kadir cukup terkejut mendengarnya. Dia berkata dengan panik, "Tirta seharusnya mudah dihadapi. Tapi, Bu Bella adalah keturunan resmi Keluarga Purnomo. Kalau Keluarga Purnomo tahu, mereka nggak mungkin diam begitu saja."Keluarga Purnomo mungkin tidak akan memberi Resnu pelajaran karena statusnya. Sementara itu, Kadir yang menjalankan tugas mungkin akan dihabisi oleh Keluarga Purnomo.Resnu mendengus dan berujar, "Ngapain takut? Kalaupun terjadi masalah, aku bisa melindungimu. Lakukan saja sesuai instruksiku. Paham?"Kadir hanya bisa diam-diam mencebik. Jika benar-benar terjadi masala
Di tengah-tengah kabut putih, tubuh seksi Bella terpampang jelas. Tetesan air mengalir, melewati payudaranya yang besar, perutnya yang rata, dan pahanya yang mulus ....Meskipun Tirta sudah membuat persiapan mental, dia tetap terpana dengan pemandangan di depan matanya."Tsk, tsk. Ternyata tubuh Bella begitu seksi!" Tirta menikmati adegan ini sambil meminum anggur dingin.Sekitar sejam kemudian, Bella baru selesai mandi. Dia menyeka tubuhnya, lalu membalutnya dengan jubah mandi. Kemudian, dia berbaring di ranjang sambil melihat ponselnya, seperti sudah siap untuk tidur.Tirta pun tidak berniat untuk melihatnya lagi. Namun, gairahnya masih belum padam. Kemaluannya menjadi sangat besar dan tegang sekarang. Dia tidak mungkin bisa tidur dengan keadaan seperti ini."Hais, sayang sekali. Aku seharusnya bawa wanitaku kemari. Aku bisa mati kalau menahan nafsuku begini," gumam Tirta sambil berguling-guling di ranjang.Seluruh benaknya dipenuhi tubuh seksi Bella. Tirta ingin sekali menyerbu ke k
"Baik, aku akan mengurus semuanya dengan baik," ujar Kadir.Kemudian, Resnu menatap ahli batu mentah di samping dan berkata, "Ayo, kita pergi."Ahli itu mengikuti Resnu. Mereka membawa anggur dan air yang telah disiapkan ke kamar Bella.Sebelum mengetuk pintu, Resnu mengambil gelas yang tidak ditambahkan obat. Tok, tok, tok ....Terdengar suara ketukan pintu. Bella sudah tidur. Dia merasa bingung untuk sesaat. Apa mungkin terjadi sesuatu pada Tirta? Tirta yang mencarinya? Bella tidak mungkin mengabaikannya, jadi segera bangkit dari ranjang."Siapa? Kenapa mencariku malam-malam begini?" tanya Bella.Terdengar suara Resnu dari luar. "Ini aku, maaf sudah mengganggumu. Aku rasa perbuatanku sudah salah, jadi aku mau minta maaf. Aku janji nggak bakal mencari masalah dengan Tirta lagi."Resnu tampak tersenyum, sedangkan Bella tampak keheranan. Untuk apa Resnu minta maaf larut malam begini? Bella tidak langsung membuka pintu karena berwaspada darinya.Kemudian, Bella menyahut, "Kamu minta maaf
Setelah menghabiskan airnya, Bella berkata, "Aku akan panggil Tirta. Kamu harus minta maaf dengan baik nanti."Bella menuju ke kamar Tirta dan mengetuk pintu. Sementara itu, Resnu mengamati tubuhnya dari belakang sambil menyahut, "Tentu saja. Kamu nggak perlu cemas soal itu."Dalam hatinya, Resnu tersenyum nakal dan membatin, 'Tsk, tsk. Seksi sekali tubuh ini. Aku benaran nggak tahan lagi! Kira-kira, gaya apa yang harus kugunakan nanti? Pokoknya aku akan membuatmu terbang ke awang-awang. Hahaha!"Resnu tak kuasa menyunggingkan senyuman. Di sisi lain, Tirta masih belum tidur setelah melihat adegan mandi Bella. Sekujur tubuhnya terasa panas. Untungnya, dia sudah mandi supaya bisa lebih tenang.Ketika mendengar suara ketukan pintu, Tirta tidak langsung merespons. Bella pun bertanya, "Tirta, kamu sudah tidur?"Tirta terkejut mendengar suara Bella. Bukannya Bella sudah tidur tadi? Kenapa tiba-tiba mencarinya?Tirta sontak menggeleng. Ini tidak mungkin. Dia dan Bella tidak akur. Dengan karak
Tirta masih tidak menerima gelas anggur itu. Dia tersenyum dingin dan menimpali, "Minta maaf? Sudahlah, aku tahu isi pikiran kalian. Sebaiknya kamu kembali dan istirahat. Aku nggak bakal minum anggur itu. Apalagi, statusmu begitu tinggi. Mana sanggup aku menerima permohonan maafmu."Tirta mendengus, lalu hendak menutup pintu. Resnu sungguh membenci Tirta. Dia tidak menyangka Tirta akan menolaknya, padahal dia sudah bersikap begitu rendah diri.Jika Tirta menolak meminum anggur ini, Resnu tidak akan bisa meniduri Bella malam ini. Resnu tidak peduli Tirta mati atau tidak. Yang jelas, dia tidak ingin ada yang mengganggu malam pertamanya dengan Bella.Plak! Tiba-tiba, terdengar suara tamparan yang nyaring. Di hadapan semua orang, Resnu menampar diri sendiri dengan kuat."Tirta, apa ini sudah cukup untuk membuktikan ketulusanku? Kalau kamu nggak memaafkanku dan nggak minum anggur ini, aku nggak bakal kembali ke kamarku," ucap Resnu dengan ekspresi tulus sambil menyodorkan gelas anggur lagi.
Namun, karena Bella ada di sampingnya, Resnu belum bisa melakukan apa pun. Resnu tidak berminat meminta maaf lagi. Dia menahan amarahnya saat berkata, "Ya sudah. Karena kamu begitu nggak menghargaiku, aku nggak akan mengganggu istirahatmu lagi. Aku pamit."Resnu menoleh dan berucap kepada Bella, "Bella, aku ke kamarku dulu.""Kita pergi." Resnu melambaikan tangan kepada ahli di sampingnya, lalu mereka pergi.Setelah kedua orang itu pergi, Bella bertanya dengan ekspresi tanpa daya, "Tirta, kenapa kamu keras kepala sekali? Dia sudah minta maaf. Kenapa kamu nggak mau maafin?"Tirta mendengus, lalu menatap Bella dengan kesal sambil membalas, "Kamu bisa terima, tapi belum tentu aku bisa. Kamu sendiri tahu apa yang dia lakukan. Kata maaf saja nggak cukup untuk menebus kesalahannya. Aku punya harga diriku sendiri. Lagian, memangnya orang seperti dia benar-benar bisa minta maaf?"Selesai berbicara, Tirta langsung menutup pintu kamarnya tanpa peduli pada reaksi Bella. Dia balik untuk tidur.Bel
"Sampah! Benar-benar sampah!" Resnu membanting semua barang di kamar.Ketika melihat kamar yang begitu berantakan, Kadir yang berdiri di sebelah bertanya dengan gelisah, "Tenang sedikit, Pak. Apa yang sebenarnya terjadi?"Ahli di samping menyahut, "Kami sudah mencoba minta maaf pada Tirta si berengsek itu. Pak Resnu sampai menampar diri sendiri untuk menunjukkan ketulusannya.""Tapi, bocah itu terus menolak minum anggur pemberian Pak Resnu. Dia bahkan menyuruh Pak Resnu berlutut minta maaf. Lancang sekali! Mana mungkin Pak Resnu melakukan hal semacam itu! Rencana kita jadi gagal! Tapi, untungnya, Bu Bella minum air dari kami."Kadir tentu murka. "Kurang ajar sekali! Tirta ini benar-benar kelewatan! Kita harus memberinya pelajaran! Kita harus melampiaskan amarah Pak Resnu!"Saat berikutnya, Kadir mengubah nada bicaranya. "Tapi, Tirta nggak minum anggurnya. Sepertinya bakal sulit untuk menghabisinya nanti, 'kan? Pasti ada keributan yang terjadi nanti."Ekspresi Resnu tampak ganas. Dia me
"Jangan-jangan Resnu si bajingan itu ingin balas dendam?" gumam Tirta. Dia merapikan bajunya, lalu berkelebat ke belakang pintu untuk bersembunyi.Siapa pun orangnya, mereka jelas berniat jahat karena ingin menyelinap masuk malam-malam begini.Sesaat kemudian, pintu terbuka. Empat pria yang menutup wajah mereka dengan kain hitam diam-diam mendorong pintu. Semuanya memegang pisau sambil menyelinap masuk dengan hati-hati.Tirta melihat jelas semua ini. Tatapannya sontak menjadi dingin. Karena lantai kamar dilapisi karpet yang lembut, tidak terdengar suara langkah kaki apa pun.Keempat pria itu tampak agak gugup. Di tengah-tengah kegelapan, mereka akhirnya tiba di depan ranjang Tirta. Salah satunya menyibak selimut dengan pisau, tetapi tidak terlihat Tirta di sana.Seketika, mereka pun merinding karena menyadari ada yang tidak beres. "Gawat, dia nggak ada di sini."Saat ini, Tirta yang bersembunyi sontak beraksi. Sebelum keempat orang itu bereaksi, dia langsung menutup pintu dan meninju m
"Hehe, jadi kamu Tirta ya? Masih muda dan cuma rakyat jelata, tapi berani menyuruhku masuk untuk menemuimu? Benar-benar nggak tahu diri!" Setelah memasuki klinik, Pinot menatap Tirta dengan tatapan tajam. Sikapnya terlihat seperti pejabat tinggi yang penuh wibawa."Ayah Angkat, dia Tirta. Jangan lepaskan dia begitu saja! Tirta, ayah angkatku sudah datang. Kamu akan berakhir tragis. Setahun lagi akan menjadi hari peringatan kematianmu!" Karsa yang dibawa masuk langsung dipenuhi api kebencian setelah melihat Tirta. Setelah berbicara kepada Pinot, dia berteriak dengan marah kepada Tirta."Kamu ayah angkat Karsa? Huh, sudah tua dan mau mati, tapi masih saja bodoh. Pendiri negara, Pak Saba, ada di sini. Kamu malah berani sesombong ini?" Tirta sama sekali tidak peduli dengan Karsa, melainkan menatap Pinot dan tersenyum dingin."Pak Saba? Saba Dinata? Hahaha, kenapa nggak bilang dia raja saja? Kamu ini cuma orang kampung yang picik. Atas dasar apa kamu mengenal orang sehebat Pak Saba?" Pinot
"Bu ... buset! Me ... mereka punya pistol!" Begitu melihat perubahan situasi yang mendadak, orang-orang itu pun terkesiap.Apalagi, aura yang dipancarkan oleh para pengawal Nagamas itu dipenuhi niat membunuh. Mereka ketakutan hingga memucat dan sekujur tubuh gemetar. Seketika, tidak ada yang berani bergerak.Saat ini, terdengar suara santai seseorang. "Aku Tirta. Beri tahu bos kalian, kalau mau menemuiku, suruh dia masuk sendiri. Mau aku yang keluar? Dia nggak pantas!"Tirta menyesap tehnya, lalu menyunggingkan senyuman meremehkan."Ya, cuma wali kota rendahan. Atas dasar apa dia menyuruh Kak Tirta keluar menemuinya? Dia saja yang merangkak masuk!" ucap Shinta yang memeluk anak harimau."Kita keluar!" Para bawahan itu tidak berani membantah karena mereka dibidik dengan pistol. Mereka berlari keluar dengan ketakutan."Hm? Aku suruh kalian bawa Tirta keluar. Kenapa kalian malah keluar secepat ini?" tanya Pinot dengan kesal saat melihat bawahannya keluar dengan tangan kosong."Ayah Angkat
Semua orang mengikuti arah pandang Pinot. Begitu melihatnya, mereka semua terkejut. Bagaimana bisa mobil dengan plat nomor ibu kota muncul di tempat terpencil seperti ini?Bahkan, mobil yang berada di paling depan punya plat nomor yang begitu istimewa, A99999! Jelas, pemilik mobil ini bukan orang biasa!"Pak Pinot, aku rasa kamu berlebihan. Orang-orang di ibu kota itu nggak mungkin datang ke tempat jelek seperti ini. Ini nggak masuk akal. Mungkin saja, ini rekayasa Tirta. Jangan menakuti diri sendiri," ucap Ladim sambil tersenyum tipis setelah terpikir akan kemungkinan ini."Masuk akal. Kalau Tirta kenal tokoh besar di ibu kota, mana mungkin dia masih tinggal di tempat bobrok seperti ini?""Ayah Angkat, dia mungkin tahu kita bakal kemari untuk balas dendam. Dia takut, makanya ingin menakuti kita dengan cara seperti ini. Kamu jangan tertipu," ujar Karsa yang ingin sekali membalas dendam."Seharusnya begitu. Huh! Bocah ini licik juga! Kalian semua, masuk dan tangkap dia!" Setelah menghel
"Pak Ladim, kalau kamu suka, kita bisa pindahkan dia ke Kota Lais supaya lebih dekat. Setelah kamu menundukkannya, jangan lupa kirim ke tempatku.""Ya, aku memang punya rencana seperti itu." Ladim tertawa terbahak-bahak.Saat ini, tenaga Karsa telah pulih banyak. Tatapannya dipenuhi kebencian. Dia mengertakkan gigi sambil berkata dengan susah payah, "Ayah Angkat, akhirnya kamu datang. Aku jadi cacat gara-gara mereka. Gimana aku bisa berbakti padamu di kemudian hari?""Kamu harus membantuku membalas dendam! Kalau nggak, aku nggak bakal bisa tenang seumur hidup!""Sebenarnya siapa yang membuatmu jadi begini? Kejam sekali." Pinot baru memperhatikan penampilan tragis Karsa. Bukan hanya patah tangan dan kaki, tetapi kelima jari di tangan kiri juga putus.Pinot tak kuasa menarik napas dalam-dalam saking terkejutnya. Kondisi Harto juga sama tragisnya."Nama bocah itu Tirta! Kami bertemu di kota kecil sekitar. Bukan cuma aku, tapi adikku juga! Ayah Angkat, Pak Ladim, kalian harus membalaskan d
Di sisi lain, di dalam kantor polisi.Wali Kota Hamza, Pinot, bersama dengan kepala kepolisian, Ladim, duduk dengan santai di aula utama. Mereka mulai bertanya kepala polisi yang berjaga di depan, Niko."Kapan atasan kalian keluar? Cuma menyerahkan penjahat, sepertinya nggak perlu terlalu lama, 'kan?" Yang berbicara adalah Ladim. Dia menerima banyak hadiah dari Karsa. Ketika ada masalah, dia tentu harus turun tangan."Huh, Bu Susanti sedang sibuk dan nggak punya waktu untuk bertemu dengan kalian. Kalian bisa kembali saja. Lagian, para penjahat itu ditangkap di wilayah kami. Tanpa izin dari Bu Susanti, aku nggak akan melepaskan mereka!"Niko jelas bisa merasakan bahwa mereka datang dengan niat buruk. Makanya, dia mendengus dan berkata dengan kesal."Hehe, memang benar kalian yang tangkap, tapi mereka semua berasal dari Kota Hamza. Jadi, sudah seharusnya diserahkan ke Kepolisian Kota Hamza untuk diproses. Kalian nggak punya hak untuk bernegosiasi denganku. Suruh atasan kalian keluar dan
"Kak Tirta, yang kamu tulis ini benar? Benaran ada efek seperti itu?" Setelah melihat resep untuk pembesaran bokong dengan teliti, ekspresi Shinta penuh kegembiraan.Dengan resep pembesaran payudara dan bokong ini, dia akan menjadi wanita sempurna di masa depan!"Tentu saja benar, untuk apa aku menipumu?" sahut Tirta mengangguk."Tirta, aku tentu percaya dengan keahlian medismu, bahkan kamu bisa dibilang setara dengan dewa. Tapi, apa benaran khasiatnya sebagus itu? Orang mati bisa dibangkitkan kembali?" tanya Saba yang semakin terkejut setelah melihat resep itu."Itu juga benar. Selama nggak ada kerusakan otak, jantung hancur, atau berusia lebih dari 100 tahun, resep ini bisa menyelamatkan mereka. Kalau kamu nggak butuh, keluarga atau temanmu juga bisa menggunakannya. Cukup ikuti resep di atas untuk membuatnya," jelas Tirta."Oke, ini baru namanya kebal dari apa pun! Kalau digunakan di kemiliteran, ini akan sangat berguna! Tirta, terima kasih!" Ini pertama kalinya Saba menunjukkan eksp
"Kak Saba, hadiah ini terlalu berharga. Aku nggak bisa menerimanya!" Mendengar itu, tangan Tirta sampai gemetaran. Dia hendak mengembalikan kotak hitam kecil itu.Meskipun belum pernah mendengar tentang Nagamas, dari namanya saja, Tirta bisa menebak bahwa yang tinggal di sana pasti orang-orang besar seperti Saba!Tirta merasa, sebagai orang biasa yang tidak memiliki jabatan atau kekuasaan, dirinya tidak layak tinggal di tempat seperti itu.Sementara itu, buku kecil biru itu seperti semacam surat pengampunan yang sangat berharga!Tirta merasa dirinya hanya mengobati penyakit orang, secara logika, dia tidak pantas menerima hadiah sebesar ini."Tirta, kenapa sungkan begitu sama aku? Vila itu sudah terdaftar atas namamu. Terima saja. Lagi pula, kalau aku mengundangmu untuk jalan-jalan ke ibu kota, kamu butuh tempat untuk tinggal, 'kan?" Saba melambaikan tangan dan tersenyum."Benar, barang-barang ini nggak ada artinya bagi kakek. Kak Tirta, terima saja. Kalau nggak, kamu nggak boleh mencar
Tirta tersenyum dan berkata, "Ya sudah, besok kamu temani aku beli sayuran."Dengan mata yang berkilat, Tirta langsung menyetujui dengan cepat. Melihat Tirta setuju, Ayu merasa senang. Dia mulai memikirkan, apa yang harus dikenakan besok.....Setelah makan, sekitar setengah jam kemudian, Ayu membawa para wanita menyiram tanaman di kebun.Tirta dengan beberapa anak harimau di pelukannya, sedang duduk santai di depan pintu menikmati sinar matahari.Tiba-tiba, beberapa mobil jeep hitam berhenti perlahan di depan klinik. Pintu mobil terbuka. Shinta adalah yang pertama keluar dari mobil.Gadis itu berkata dengan girang kepada seorang pria tua di dalam mobil, "Kakek, ini tempat tinggal Tirta. Namanya Desa Persik. Ada gunung dan ada air, pemandangannya sangat indah.""Desa Persik ... bagus, bagus. Benar-benar tempat yang bagus untuk menenangkan diri. Pantas saja orang sehebat Tirta tinggal di sini." Saba turun dari mobil dan memandang sekitar.Di depan matanya, ada pegunungan hijau dan air y
"Bi Ayu, aku sudah bawa Tirta kembali! Waktu aku sampai, dia sedang makan nasi kotak di vila!" Setelah kembali ke klinik, Arum melepaskan Tirta dan menepuk tangannya sambil berkata dengan tidak puas."Tirta, Arum sudah masak banyak makanan bergizi untukmu. Kenapa nggak dimakan dan malah pergi ke vila untuk makan nasi kotak?" tanya Ayu dengan bingung."Kenapa lagi?" Agatha tertawa dan menyela, "Karena dia nggak ingin makan kemaluan sapi!"Di sudut meja makan, Nia yang mendengar ini merasa agak malu."Tirta, terakhir kali kamu menghabiskan sepiring penuh kemaluan sapi dalam dua hingga tiga menit. Kenapa kali ini kamu nggak mau makan?" tanya Arum dengan kesal. "Aku kira kamu suka makan itu, jadi aku masak dua batang kali ini!""Ya, Tirta, kenapa kali ini kamu nggak mau makan?" tanya Melati dengan bingung."Aku ... hais, aku sebenarnya nggak butuh makan itu. Tubuhku sehat-sehat saja, makanan seperti itu berlebihan untukku," timpal Tirta dengan lesu."Kenapa berlebihan? Makanan itu sangat b