Tirta menggenggam tangan Bella untuk sengaja membuat Resnu kesal. Bukankah Resnu menyukai Bella? Jika ingin menyerang seseorang, seranglah hal yang paling menyakitkan baginya."Bu Bella, cuma penyu saja kok, nggak usah marah."Bella yang hampir tak bisa lagi menahan amarahnya, terkejut melihat Tirta yang masih tetap tenang. Dia pun akhirnya memutuskan untuk duduk kembali sesuai perintah Tirta. Sementara itu, Resnu melihat Tirta memegang tangan Bella.Bahkan dia saja belum pernah menyentuh tangan Bella, tapi Tirta malah sudah menyentuhnya duluan. Api kecemburuan dalam tatapannya semakin membara.Dari luar, Tirta memang terlihat sangat tenang. Namun di dalam hatinya, Tirta sudah memikirkan cara untuk memberi pelajaran kepada Resnu. Diam-diam, Tirta meletakkan tangannya di bawah meja dan mulai mengendalikan aliran energi perak di dalam tubuhnya.Di bawah kendali dari Tirta, penyu yang sudah dimasak hingga empuk tadi malah tiba-tiba bergerak.Resnu dan yang lain terus mengolok-olok Tirta d
Mana mungkin ada hal tidak masuk akal seperti ini di dunia ini? Di saat semua orang masih memikirkan dari mana datangnya penyu ini, Resnu mulai memaki, "Apa yang kalian lihat? Cepat bantu aku lepaskan penyu ini! Dia menggigit kemaluanku dengan erat. Aduh ...."Master yang dibawa Resnu dan Kadir langsung panik, buru-buru merogoh celana Resnu."Aduh, yang pelan .... Kemaluanku ...."Semua orang berusaha melepas semua anggota tubuh penyu yang sudah dimasak itu, tetapi hanya tersisa kepala penyu yang terus menggigit kemaluan Resnu. Kadir dan master itu tak lagi peduli dengan panas yang membakar tangan mereka saat mencoba segala cara untuk melepaskan kepala penyu tersebut. Wajah mereka basah oleh keringat. Namun, gerakan mereka yang canggung membuatnya terlihat seolah-olah mereka sedang "membantu" Resnu. Pemandangan ini begitu aneh hingga bisa saja disalahartikan sebagai sesuatu yang tidak pantas oleh siapa pun yang tidak tahu situasi sebenarnya."Rasain!" Tirta tertawa terbahak-bahak meni
"Cari tahu apa yang sebenarnya terjadi!" Kadir sungguh murka dan terkejut. Dia ingin melayani Resnu dengan baik supaya kariernya terjamin di masa depan. Siapa sangka, malah terjadi hal di luar nalar seperti ini.Kalau sampai Resnu cacat, Kadir tidak akan bisa menyanjungnya lagi. Sudah syukur jika Resnu tidak memberinya pelajaran."Panggil manajer kalian kemari!" pekik Kadir lagi.Sesaat kemudian, seorang manajer yang bertubuh agak gendut buru-buru menghampiri. Dia pun menyapa, "Pak ...."Resnu tidak bisa menahan amarahnya lagi. Dia menunjuk manajer itu sambil memaki, "Sebenarnya kalian ini bisa masak atau nggak? Gimana bisa kalian menyajikan labi-labi yang masih hidup? Labi-labi itu menggigitku. Lihat!"Banyak staf yang berkerumun untuk melihat. Resnu semula ingin memperlihatkan cederanya, tetapi akhirnya merasa malu sehingga mengurungkan niatnya."Gara-gara kalian, sekarang aku jadi mati rasa. Kalau aku kenapa-napa, jangan harap kalian bisa lolos begitu saja! Paham?" bentak Resnu.Kad
Resnu tidak tahu apa yang menimpanya kali ini. Yang jelas, dia tidak bisa menahan amarahnya lagi melihat Tirta mentertawakannya.Resnu menoleh dan memelototi Tirta dengan galak. Sejak awal, dia ingin memberi Tirta pelajaran. Sekarang, dia ingin membunuh Tirta."Beraninya orang kampungan sepertimu mengkritikku. Hari ini, aku akan ... aduh! Ah! Ah ...." Resnu tampak kesakitan. Entah karena digigit labi-labi atau karena murka pada Tirta, Resnu merasakan sakit hingga ke kepalanya.Rasa sakit itu seperti ada yang menggunting kulitnya dengan kejam. Resnu kesakitan sampai berlutut di hadapan Tirta, lalu tak kuasa berguling-guling di lantai."Aduh! Sakit sekali! Tolong aku!" seru Resnu meminta bantuan.Tirta tentu tidak akan melewatkan kesempatan ini. Dia berpura-pura terkejut sambil berucap, "Pak Resnu, ngapain sungkan-sungkan begini? Kamu sampai berlutut memberi hormat lho. Apa aku harus memberimu hadiah?"Resnu mengerlingkan matanya dengan kesal. Dia tidak bisa melontarkan sepatah kata pun
Bella memegang gelasnya sambil berkata, "Maaf sekali, aku mengundangmu kemari untuk melihat batu, tapi Resnu malah bersikap selancang itu kepadamu. Aku akan bersulang untukmu sebagai permohonan maaf."Tirta melambaikan tangan dan menimpali, "Nggak usah minta maaf. Aku nggak mau minum kalau kamu bersulang untuk minta maaf."Tirta telah membalaskan dendamnya sehingga merasa sangat lega. Setelah mendengarnya, Bella termangu dan bertanya, "Kenapa begitu?""Kalau anggur ini untuk merayakan kecacatan Resnu, aku baru mau minum. Aku bukan orang yang nggak bisa membedakan kawan dengan lawan," balas Tirta.Bella tertawa sebelum berucap, "Haha. Rupanya begitu. Kamu ini memang nakal. Ya sudah. Untuk merayakan Resnu masuk rumah sakit, mari kita bersulang."Ting .... Terdengar dentingan gelas. Tirta dan Bella benar-benar merayakan insiden yang menimpa Resnu. Jika Resnu mengetahuinya, dia mungkin akan marah besar hingga tekanan darahnya naik. Wanita yang disukainya dan pria yang dibencinya malah mera
Pelayan tentu tidak berani membantah instruksi Tirta. Dia mengangguk dan menghidangkan sup labi-labi.Bella hanya bisa menggeleng. Tirta ini ada-ada saja. Resnu sudah terluka, tetapi Tirta masih menolak untuk melepaskannya. Dasar nakal.Bella benar-benar tidak memahami karakter Tirta. Tirta tidak tertarik pada uang, terkadang terlihat bijaksana, terdengar terlihat licik. Hanya saja, perbuatan Tirta terhadap Resnu tidak bisa dibilang keterlaluan."Ayo, kita pergi istirahat." Selesai makan, Bella membawa Tirta memesan kamar. Harus diakui bahwa kamar di Hotel Lanuta ini sangat bagus. Bella memesan 2 kamar presidential suite. Kamar Tirta tepat di sebelah kamar Bella."Resnu bakal kembali nanti. Sebaiknya kamu istirahat di kamar dan jangan berkeliaran. Panggil saja pelayan kalau butuh sesuatu. Kamu asing dengan lingkungan di sini. Jangan sampai Resnu macam-macam padamu lagi. Kalau ada masalah, cari saja aku. Paham?" pesan Bella yang tahu sejahat apa Resnu.Tirta tersenyum dan membalas, "Ten
Resnu tidak bisa menerima wanita yang diincarnya begitu dekat dengan Tirta. Dia melambaikan tangan kepada Kadir. Kadir segera menghampiri."Malam ini, aku mau Tirta hilang dari dunia ini. Aku nggak peduli cara apa yang kalian gunakan. Selain itu, suruh bawahanmu yang paling bisa diandalkan untuk menyamar menjadi pelayan. Masukkan obat di air Bella," instruksi Resnu sambil menepuk bahu Kadir."Ba ... baik." Kadir cukup terkejut mendengarnya. Dia berkata dengan panik, "Tirta seharusnya mudah dihadapi. Tapi, Bu Bella adalah keturunan resmi Keluarga Purnomo. Kalau Keluarga Purnomo tahu, mereka nggak mungkin diam begitu saja."Keluarga Purnomo mungkin tidak akan memberi Resnu pelajaran karena statusnya. Sementara itu, Kadir yang menjalankan tugas mungkin akan dihabisi oleh Keluarga Purnomo.Resnu mendengus dan berujar, "Ngapain takut? Kalaupun terjadi masalah, aku bisa melindungimu. Lakukan saja sesuai instruksiku. Paham?"Kadir hanya bisa diam-diam mencebik. Jika benar-benar terjadi masala
Di tengah-tengah kabut putih, tubuh seksi Bella terpampang jelas. Tetesan air mengalir, melewati payudaranya yang besar, perutnya yang rata, dan pahanya yang mulus ....Meskipun Tirta sudah membuat persiapan mental, dia tetap terpana dengan pemandangan di depan matanya."Tsk, tsk. Ternyata tubuh Bella begitu seksi!" Tirta menikmati adegan ini sambil meminum anggur dingin.Sekitar sejam kemudian, Bella baru selesai mandi. Dia menyeka tubuhnya, lalu membalutnya dengan jubah mandi. Kemudian, dia berbaring di ranjang sambil melihat ponselnya, seperti sudah siap untuk tidur.Tirta pun tidak berniat untuk melihatnya lagi. Namun, gairahnya masih belum padam. Kemaluannya menjadi sangat besar dan tegang sekarang. Dia tidak mungkin bisa tidur dengan keadaan seperti ini."Hais, sayang sekali. Aku seharusnya bawa wanitaku kemari. Aku bisa mati kalau menahan nafsuku begini," gumam Tirta sambil berguling-guling di ranjang.Seluruh benaknya dipenuhi tubuh seksi Bella. Tirta ingin sekali menyerbu ke k
Di sisi lain, Tirta menelepon Ayu setelah Idris dan Rasmi pergi. Setelah panggilan terhubung, Ayu yang sudah 2 hari tidak bertemu Tirta tentu merasa khawatir. Dia terus menanyakan kondisi Tirta.Tirta menjelaskan kondisinya dengan singkat, "Bi, Susanti terancam bahaya. Jadi, aku langsung naik pesawat untuk mencari Susanti. Tapi, kamu nggak usah khawatir. Sekarang semuanya sudah aman."Tirta memberi tahu Ayu pemikirannya, "Aku berencana membawa Susanti menemuimu setelah dia bangun, lalu kita dan Bi Elisa langsung kembali ke Desa Persik. Kita tinggal di sana untuk beberapa waktu."Mendengar ucapan Tirta, Ayu yang khawatir bertanya, "Ha? Tirta, kalau kamu mau kembali ke Desa Persik, tentu saja aku dan Elisa nggak keberatan. Masalahnya, gimana caranya kamu menjelaskan pada Bu Bella?"Ayu menambahkan, "Bagaimana kalau Bu Bella mau ikut kita kembali ke Desa Persik? Aku rasa berdasarkan sifat Bu Bella, dia pasti nggak terima kalau tahu kamu punya banyak kekasih.""Aku yang akan jelaskan pada
"Aku rasa otakmu bermasalah karena terlalu lama tinggal di Provinsi Naru!" bentak Rasmi. Ucapannya menunjukkan dia tidak menyukai Tirta."Rasmi, kenapa kamu bicara seperti itu? Pak Tirta itu saudara Ayah. Bukannya sudah seharusnya kita bersikap hormat padanya? Lagi pula ...," sahut Idris.Idris berniat menceritakan pada Rasmi bahwa Tirta sudah membantunya menyelesaikan masalah mereka yang tidak bisa mempunyai keturunan.Namun, sebelum Idris selesai bicara, Rasmi menyela, "Apa? Aku nggak marah kalau nggak ungkit masalah itu! Ayah sudah pikun, makanya dia mengakui pemuda itu sebagai saudaranya."Rasmi melanjutkan, "Waktu Ayah menceritakan masalah ini padaku, aku sudah sarankan dia cepat batalkan keputusannya. Ayah pikun karena tua, masa kamu juga sama? Kalau waktu itu Ayah mengakui anak 3 tahun jadi saudaranya, apa kamu juga mau memuja anak kecil itu?"Rasmi menambahkan, "Aku nggak peduli! Apa pun caranya, kamu harus usir pemuda itu dari rumah kita secepatnya! Aku nggak mau tinggal di ho
Begitu melontarkan perkataannya, Marila baru merasa kurang pantas. Dia berbisik lagi dengan wajah memerah, "Pak Tirta, bukan itu maksudku. Jangan salah paham."Tentu saja Tirta tahu Marila tidak bermaksud seperti itu. Dia tertawa, lalu menanggapi, "Oke. Aku tunggu Bu Marila pulang setelah beli bahan obat-obatan."Sesudah itu, Tirta tidak mengatakan apa pun lagi. Mendengar perkataan Tirta, Marila baru merasa tenang. Kemudian, Marila berpamitan dengan Idris.Tirta merasa bosan saat menunggu Marila. Dia kembali ke kamar untuk menemani Susanti. Tirta duduk di samping tempat tidur. Pikirannya sangat kacau.Tirta mendesah dan bergumam, "Setelah Susanti bangun, aku bawa dia cari Bi Ayu, lalu langsung kembali ke Desa Persik. Kak Nabila, Kak Melati, Kak Arum, Kak Farida, dan lainnya pasti merindukanku."Sebenarnya sebelum Susanti tertimpa masalah, Tirta berencana pergi ke ibu kota setelah meninggalkan Provinsi Dohe. Namun, masalah ini terjadi.Tirta juga memahami satu hal. Dia memang bisa menge
"Aku nggak akan pergi lagi. Jangan tiduri aku, ya?" mohon Selina. Wajahnya memerah setelah mendengar ucapan Tirta.Selina berusaha menggerakkan pinggangnya untuk menjauhi sumber masalah itu. Napas Tirta yang hangat membuat wajah Selina merah padam.Tirta menegaskan, "Aku nggak peduli, pokoknya sekarang aku harus menidurimu sampai puas. Terserah kamu mau pergi atau tetap tinggal, aku tetap akan melakukannya!"Hasrat Tirta membara karena pinggang Selina terus bergerak. Dia segera mengerahkan 2 teknik. Yang pertama adalah Teknik Menghilang untuk menyembunyikan tubuhnya dan Selina. Yang kedua adalah Teknik Senyap untuk menutupi suara yang dikeluarkan Selina selanjutnya.Kemudian, Tirta langsung bersanggama dengan Selina. Sementara itu, Selina memelas, "Tirta ... jangan ... aku benci kamu ...."Biarpun mengeluh, tubuh Selina tetap terangsang. Jelas-jelas Tirta sudah melepaskannya, tetapi Selina tidak melepaskan Tirta dan tidak bergerak sedikit pun. Dia membiarkan Tirta memberinya kompensasi
Tirta menunggu sampai Selina berjalan keluar dari taman bunga kompleks tempat Idris tinggal. Dengan begitu, mereka berdua sudah menjauh dari pandangan Anton dan Yuli.Tirta baru maju dan berkata seraya memeluk Selina, "Bu Selina, aku tahu kamu pasti pergi bukan karena dipanggil atasan. Apa kamu punya masalah? Kamu bisa ceritakan padaku.""Aku nggak punya masalah. Pak Tirta, aku cuma ingin pulang untuk mengurus kasus. Selain itu, aku sudah merasa sangat bangga bisa mengenal tokoh hebat sepertimu. Aku nggak mau terus tinggal di sini dan mengganggu Pak Tirta," sahut Selina.Selina memohon, "Pak Tirta, tolong lepaskan aku. Kita berdua nggak punya hubungan apa pun. Kita lupakan masalah yang sudah berlalu."Mata Selina memerah. Dia berbicara sambil terisak dan ingin melepaskan Tirta.Sementara itu, Tirta yang merasa tidak berdaya mendesah dan menimpali, "Bu Selina, aku sudah paham. Kamu pasti merasa aku cuma berpura-pura dan mempermainkan perasaanmu setelah kamu tahu latar belakangku. Jadi,
Selain itu, perasaan Selina campur aduk saat melihat Tirta. Melihat ekspresi mereka yang terkejut, Idris tertawa dan bertanya, "Apa Pak Tirta nggak pernah beri tahu kalian?"Idris membatin, 'Pak Tirta sangat hebat. Biarpun nggak ada Pak Saba, Pak Tirta bisa mendekati petinggi negara yang lain asalkan dia mau.'Sayangnya, Idris sudah berjanji kepada Tirta tidak akan mengungkapkan kehebatannya. Kalau tidak, Idris akan menjadi pelindung Tirta dan memamerkan kehebatannya.Yuli masih merasa antusias. Bahkan, dia sangat bangga hingga memandangi Tirta seraya tersenyum lebar dan menjawab, "Nggak. Pak Tirta, kenapa kamu nggak beri tahu kami hal sepenting ini?"Sekarang Tirta terpaksa harus mengakuinya. Dia berdeham, lalu menanggapi dengan ekspresi tenang, "Karena aku merasa hal seperti ini nggak perlu diumbar. Aku juga nggak ingin memanfaatkan status Pak Saba untuk bertindak semena-mena."Kenyataannya memang seperti itu. Tirta tidak pernah berinisiatif mengatakan dirinya adalah saudara Saba.Yu
Tirta tertawa licik, lalu membalas, 'Oke. Kak, aku akan pergi. Nanti malam jangan berpikiran untuk menghabisiku lagi.'Kemudian, Tirta keluar dengan perasaan gembira. Dia melihat Idris yang antusias sedang duduk tegak sambil mengobrol dengan Marila, Yuli, dan Selina.Begitu Tirta keluar, Idris langsung berhenti bicara. Dia berdiri, lalu menyambut Tirta, "Pak Tirta ...."Yuli juga menghampiri Tirta dan menimpali sembari tersenyum, "Pak Tirta, apa kita bisa bicara sebentar? Ada yang ingin kutanyakan padamu.""Ada apa? Tentu saja boleh," sahut Tirta.Yuli sangat senang melihat Tirta menyetujui permintaannya. Dia segera menarik Tirta kembali ke kamar. Namun, sebelum Yuli membawa Tirta masuk ke kamar, Anton yang keberatan menghentikan Yuli, "Aduh, berhenti! Yuli, kamu gila, ya? Kenapa kamu nggak langsung bertanya pada Pak Tirta di sini saja? Untuk apa kamu bawa dia ke kamar? Kamu kira ini rumahmu?"Anton berucap pada Tirta dengan ekspresi canggung, "Pak Tirta, begini. Ibunya Susanti ingin
Namun, bagian tubuh yang telah dipijat oleh Tirta terasa hangat dan nyaman, membuat Idris sangat rileks."Sudah beres. Pak Idris, masalahmu berasal dari kelelahan berkepanjangan ditambah dengan faktor bawaan, menyebabkan kondisi tubuhmu lebih lemah dari orang lain, makanya sulit menghasilkan sperma.""Dengan metode kedokteran barat, masalah seperti ini sangat sulit ditangani, bahkan sering kali tak terdeteksi.""Tapi di tanganku, ini bukan masalah besar. Kalau kondisi tubuh istrimu juga memungkinkan, aku jamin malam ini kamu bisa langsung tepat sasaran."Saat mengatakan itu, alis Tirta tiba-tiba berkerut. Dia baru teringat satu hal. Dia sudah berhubungan intim dengan begitu banyak wanita, tetapi sejauh ini belum ada satu pun yang hamil."Wah, terima kasih banyak, Pak Tirta! Kalau aku dan istriku benar-benar bisa punya anak, aku pasti akan undang kamu ke acara syukuran!"Idris yang tenggelam dalam euforia itu sama sekali tidak menyadari ekspresi aneh di wajah Tirta. Dia sangat bersyukur
"Pak Idris, kalau memang ada sesuatu, lebih baik berdiri dan bicarakan saja. Selama bukan hal yang melanggar nurani dan hukum, aku pasti akan bantu." Melihat keadaan itu, Tirta hanya bisa menghela napas dengan pasrah."Benarkah? Kamu benaran bersedia membantuku, tanpa mengungkit kesalahan masa lalu? Tapi, permintaanku ini .... Aku ingin kamu membantuku dan istriku agar bisa punya seorang anak.""Kami sudah menikah 20 tahun, sampai sekarang belum juga punya keturunan. Aku dan istriku sudah pergi ke rumah sakit di seluruh negeri, tapi nggak ada yang bisa menemukan penyebab pastinya ...."Idris akhirnya berdiri dari lantai, tetapi suaranya masih penuh emosi dan sedikit tidak percaya. Dia merasa Tirta yang seperti dewa hidup pasti sulit didekati dan tak mudah diajak bicara. Itu sebabnya, sikapnya terhadap Tirta sangat sungkan."Kenapa nggak? Pak Idris, kamu dan Bu Marila sudah susah payah membantuku mencari Susanti. Aku tentu harus membantumu semaksimal mungkin.""Lagi pula, sekalipun buka