Kesenjangan perbandingan di antara keduanya benar-benar besar.Tirta berkata, "Aku mau bertaruh 1 miliar. Kalau jumlahnya terlalu besar, takutnya ada yang nggak bisa membayarku nanti."Staf tidak menolak permintaan Tirta. Dia menyahut, "Oke. Tirta bertaruh untuk diri sendiri sebesar 1 miliar."Dengan demikian, muncul nama Tirta di bawah kolom namanya sendiri. Para penonton pun tertawa melihatnya."Kenapa dia malah bertaruh untuk dirinya sendiri?""Pria ini termasuk tampan, tapi otaknya bermasalah. Kalau ingin menghasilkan uang, dia seharusnya bertaruh untuk Grizzly. Kalaupun dia mati nanti, setidaknya keluarganya bisa mendapat uang. Kalau begini, dia bukan cuma akan mati, tapi juga bangkrut ""Ya, kamu benar. Mari kita lihat, gimana idiot ini akan mati."Grizzly yang berada di atas kandang segi delapan sontak tergelak. "Sepertinya ada masalah dengan otakmu ya? Kamu rasa kamu bisa menang dariku? Hei, aku akan bertaruh 2 miliar untuk diriku sendiri juga. Siapa yang akan melewatkan keuntu
Namun, Grizzly tentu tahu sehebat apa tinju yang dilontarkan Tirta tadi. Para penonton malah mengira dirinya hanya bercanda dan mengejeknya. Grizzly tidak bisa menerima ini."Argh!" pekik Grizzly sambil merobek singlet hitamnya. Terlihat otot-ototnya yang sangat kekar. Saat berikutnya , otot-otot itu tampak berkembang dengan cepat.Pada saat yang sama, terdengar suara nyaring tulang.Kekuatan Grizzly meroket. Hanya dengan satu cengkeramannya. Jaring besi kandang sontak diremasnya hingga berubah bentuk. Kemudian, dia mengentakkan kakinya, membuat permukaan lantai pada arena bergetar sesaat.Grizzly menggerakkan tubuhnya sambil berkata dengan angkuh, "Hehe. Bocah, rupanya kamu hebat juga. Kamu nggak mungkin bisa menang dariku. Matilah kamu!"Tirta cukup terkejut melihat situasi seperti ini. Dia tidak pernah melihat ada orang yang bisa meningkatkan kekuatan saat sedang bertarung. Dia bergumam, "Sepertinya petinju di sini memang luar biasa.Seiring bertambahnya kekuatan Grizzly, dia menjad
"Aduh ... tenagamu ini cuma cukup untuk menggaruk badanku. Lebih kuat lagi dong," ejek Tirta sambil menatap Grizzly yang melancarkan serangan sekuat tenaga kepadanya.Tidak peduli serangan apa yang dilancarkan Grizzly, Tirta bisa menebaknya terlebih dahulu. Itu sebabnya, dia menangkis setiap serangan dengan mudah.Setelah menambah kekuatannya, energi Grizzly terkuras semakin cepat. Setelah melancarkan puluhan serangan, Grizzly bernapas terengah-engah.Grizzly menghentikan serangannya untuk sementara waktu. Lengannya bergetar tanpa henti. Ternyata kedua tangannya sudah membengkak. Bahkan, dia mungkin mengalami patah pulang.Grizzly membentak, "Dasar pengecut! Kamu nggak berani membalas seranganku ya? Kalau berani, maju dong!"Tirta tersenyum sinis dan bertanya, "Oh? Kamu yakin? Oke. Aku akan mengabulkan permintaanmu!"Saat berikutnya Tirta sontak tiba di hadapan Grizzly. Grizzly yang terperanjat segera mengangkat kedua tangannya untuk menangkis serangan Tirta. "Buset! Cepat sekali!""Ka
"Tapi, Grizzly sudah menang 62 kali berturut-turut. Nggak pernah ada yang mengalahkan Grizzly. Lelucon macam apa ini?""Nggak mungkin, ini pasti cuma mimpi. Aku pasti lagi di alam mimpi. Cepat, tampar aku!""Gimana bisa Grizzly kalah? Oh tidak, uangku ....""Berengsek kamu Grizzly! Dasar sampah nggak berguna!"Para penonton sontak murka. Mereka sibuk memaki Grizzly. Mereka mempertaruhkan segala aset, tetapi Grizzly malah kalah telak.Dengan perbandingan 1:100, Tirta yang menang taruhan akan mendapat 100 kali lipat dari uang taruhannya. Dia memenangkan semua uang para penonton. Uang itu akan secara otomatis ditransfer ke rekening Tirta.Tirta melirik layar dan mengangguk dengan puas. "Aku cuma menemani kalian bermain sebentar, tapi malah menghasilkan begitu banyak uang. Sepertinya aku nggak bakal rugi meskipun mentraktir kalian semua minum kopi."Suasana hati Tirta menjadi baik karena mendapat banyak uang. Sementara itu, tubuh Grizzly terus mengejang di lantai. Dia menatap Tirta dengan
"Jadi, kamu harus menang 3 ronde baru bisa," ujar Sam yang tidak punya kepercayaan diri lagi.Tirta sontak meraih kerah baju Sam. Sam tentu ketakutan hingga wajahnya memucat dan dahinya bercucuran keringat dingin."Kamu ingin main curang ya! Setelah aku menang 3 ronde, kamu akan menyuruhku menang 100 ronde? Kamu kira aku idiot?" bentak Tirta.Kini, Tirta yakin 100% bahwa Hadi berkomplot dengan bos arena tinju bawah tanah ini. Tujuan mereka sudah sangat jelas, yaitu ingin membunuh Tirta dengan bantuan para petinju di sini.Sam buru-buru menggeleng dan menimpali, "Bukan, bukan begitu. Mana mungkin aku berani mempermainkanmu. Aku serius. Asalkan kamu menang 3 ronde, kamu bisa bertemu Hadi.""Kak, tolong jangan menyulitkanku. Aku cuma menyampaikan pesan dari atasan. Kalaupun kamu membunuhku, aku juga nggak tahu orang yang kamu cari ada di mana."Tirta mengempaskan kerah baju Sam. Dia tersenyum dingin sambil mengejek, "Kamu benar. Kamu cuma penyampai pesan. Jadi, seharusnya nggak masalah ka
Tirta masih menatap lawannya dengan tatapan tidak acuh. Tigor belum mengambil tindakan apa pun. Pria itu hanya berjalan mondar-mandir di hadapan Tirta dengan ekspresi kejam.Tirta bisa menilai bahwa Tigor bukan meremehkannya, melainkan sedang mencari kelemahannya. Tigor berkata, "Aku sudah melihat pertarunganmu tadi. Kamu memang hebat dan pantas menjadi lawanku.""Tapi, kelemahanmu adalah kamu terlalu baik hati. Kalau aku jadi kamu, aku nggak akan melepaskan Grizzly begitu saja. Karena itu bisa menjadi alasan kamu mati di kompetisi ini."Tirta sudah kehilangan kesabarannya karena Panther yang mempermainkannya seperti ini. Jadi, dia langsung menyahut, "Jangan bicara omong kosong lagi. Kalau kamu begitu ingin mati, aku bisa mengabulkan permintaanmu. Cepat sedikit, aku nggak punya banyak waktu."Tigor tidak terpengaruh akan ucapan Tirta. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu tatapannya sontak menjadi tajam. Saat berikutnya, dia menyerbu dengan kecepatan tinggi.Tigor jauh lebih gesit daripa
Hasil kali ini jauh lebih mengerikan daripada yang sebelumnya. Kepala Tigor langsung menghancurkan kandang segi delapan. Tigor terjatuh di luar arena.Meskipun masih bernapas, penampilan Tigor babak belur. Sekujur tubuhnya sampai mengejang. Sekalipun tidak mati, dia tetap sekarat. Bagaimanapun, darah sampai mengalir keluar dari hidung, mulut, telinga, serta matanya.Dengan demikian, pertarungan kedua dimenangkan lagi oleh Tirta. Tirta lagi-lagi memperoleh uang para penonton dan menghasilkan 100 miliar lebih. Hebatnya, dia mengalahkan semua lawannya dengan mudah.Hasil ini membuat Tirta menjadi dipenuhi minat. "Mudah sekali mendapat uang dari arena tinju ini. Kalau jadi dokter, entah berapa pasien yang harus kuobati dulu. Cuma 2 ronde dan waktunya nggak sampai 3 menit, aku sudah dapat sebanyak ini."Hanya saja, jika Pil Kecantikan bisa dijual sampai ke luar negeri, Tirta jelas bisa meraup keuntungan yang lebih banyak lagi.Kini, tidak ada lagi penonton yang mengumpat. Grizzly mengecewak
Panther sontak teringat pada seseorang. Dia menepuk pahanya dan berseru, "Jangan panik! Aku tahu siapa yang bisa melawannya!""Lebih tepatnya, orang itu bukan manusia, tapi monster. Tirta sudah pasti akan mati. Bantu aku ulur waktu sedikit. Aku akan mengundang orang itu kemari.""Sam, kamu harus menggunakan cara apa pun untuk mengulur waktu. Kamu ngerti?" perintah Panther.Sam hanya bisa memaksakan diri untuk mengangguk. Dia menatap Tirta dengan takut sambil berujar, "Kak, bos kami bilang petinju ketiganya masih dalam perjalanan kemari. Kita mungkin harus tunggu setengah jam lagi.""Tolong jangan marah. Kamu mau makan atau minum nggak? Kami akan menyiapkannya untukmu. Beri tahu saja aku kalau kamu butuh sesuatu."Demi mengulur waktu, Sam telah berusaha sebisa mungkin. Dia terpaksa menyanjung Tirta agar suasana hati Tirta membaik. Jika tidak, tidak ada lagi yang bisa melawan Tirta.Tirta terkekeh-kekeh dan membalas, "Oke. Aku akan menunggu selama setengah jam."Sam segera membawa Tirta
Tirta berkata dengan serius, "Sebenarnya kamu juga kekasihku. Aku nggak mungkin membiarkanmu menderita."Mendengar perkataan Tirta, Selina menanggapi dengan senang, "Benaran? Tirta, aku sangat senang kamu bisa bilang begitu. Aku sama sekali nggak menyesal masuk ke gua bawah tanah bersamamu waktu itu."Selina menambahkan, "Sekarang aku masih muda. Aku ingin bekerja di tim reserse beberapa tahun lagi. Kalau ke depannya aku merasa lelah, aku akan mencarimu. Aku jamin aku nggak akan berhubungan intim dengan pria lain selain kamu seumur hidupku."Kemudian, keduanya mengobrol sejenak sebelum mengakhiri panggilan telepon. Tirta tidak mengantuk. Dia menenangkan dirinya, lalu mulai meneliti Mantra Evolusi Semesta semalaman.Hanya saja, Tirta tidak bisa tenang karena Susanti belum bangun. Alhasil, dia baru mengingat sebagian kecil mantra saat subuh. Tirta masih membutuhkan usaha yang lebih keras untuk mengingat semua Mantra Evolusi Semesta.Belasan menit berlalu, Idris dan Rasmi yang berusaha me
Mendengar perkataan Marila, Tirta langsung menelan ludah dan membalas, "Ha? Bu Marila ... mana mungkin kamu bantu aku untuk masalah begini? Sudahlah, aku cuma perlu tahan sebentar."Tirta memang ingin melakukan hal itu, bahkan sekarang dia sangat tersiksa. Namun, Tirta tidak boleh meniduri Marila. Kalau tidak, ke depannya dia akan merasa malu bertemu dengan Saba.Marila menanggapi, "Pak Tirta ... kamu salah paham. Maksudku ... kalau aku bantu kamu keluarkan, apa kamu bisa merasa lebih nyaman? Aku sudah merasa sangat nyaman. Aku bisa memahami perasaan tersiksa seperti itu, tubuh terasa panas sehingga membuat kita gelisah."Marila menambahkan, "Pak Tirta sudah bantu aku memperbesar payudara, tapi nggak meminta imbalan. Aku juga ingin melakukan sesuatu untukmu. Yang penting Pak Tirta nggak menganggapku wanita liar ...."Marila yang perhatian memikirkan kepentingan Tirta. Saat bicara, dia memasukkan tangannya ke dalam baju Tirta, lalu meluncur ke dalam celananya."Tentu saja ... aku nggak
Melihat ekspresi Marila yang penuh penantian, Tirta yang genit tentu tidak bisa menolak permintaannya. Selain payudara Marila yang kecil, sebenarnya dia adalah wanita yang sempurna. Tentu saja, Tirta tidak keberatan bermesraan dengan Marila. Lagi pula, Marila sendiri yang memintanya. Jadi, Tirta sama sekali tidak merasa bersalah. Setelah memikirkan hal ini, hasrat Tirta membara.Tirta berkata, "Bu Marila, aku bisa bantu kamu. Tapi, cuma kita berdua yang tahu hal ini. Kamu nggak boleh beri tahu orang lain."Saat bicara, Tirta melakukan akupunktur pada payudara kiri Marila terlebih dahulu. Marila mengeluarkan suara yang bergetar, lalu Tirta membungkuk ...."Iya ... Pak Tirta ... tenang saja. Aku pasti ... nggak akan beri tahu siapa pun," ucap Marila. Suaranya menjadi aneh. Tubuh hingga jari kakinya menegang.Marila disiksa oleh Tirta, tetapi dia tampak sangat menikmatinya. Ini baru permulaan. Dalam waktu kurang dari 1 menit, kedua kaki Marila gemetaran.Kemudian, Marila yang malu beruca
Ekspresi Marila terlihat gugup dan malu karena hendak dia meminta Tirta memperbesar payudaranya. Marila berujar, "Pak Tirta, aku sudah beli bahan obat-obatan dan 2 bungkus jarum. Apa sekarang kamu ada waktu memperbesar payudaraku?"Tirta mengangguk. Dia teringat pengalaman memperbesar payudara Shinta sebelumnya, jadi dia mengingatkan, "Tentu saja sekarang aku ada waktu. Bu Marila, tapi sebelum memperbesar payudara, aku sarankan kamu siapkan 2 pakaian dalam dan celana bersih dulu.""Ha? Kenapa? Oke, aku siapkan dulu," sahut Marila. Dia sedikit penasaran, tetapi pengalaman terakhir kali membuatnya bisa menebak sesuatu. Dia keluar dari kamar setelah menyerahkan bahan obat-obatan dan jarum kepada Tirta."Susanti, aku nggak mengambil keuntungan dari wanita lain. Aku cuma membantunya, kamu nggak boleh marah padaku," kata Tirta. Dia melihat Susanti yang sedang tertidur, lalu mencium dahinya yang mulus dengan lembut.Kemudian, Tirta keluar dari kamar untuk memasak obat. Sementara itu, Marila t
Di sisi lain, Tirta menelepon Ayu setelah Idris dan Rasmi pergi. Setelah panggilan terhubung, Ayu yang sudah 2 hari tidak bertemu Tirta tentu merasa khawatir. Dia terus menanyakan kondisi Tirta.Tirta menjelaskan kondisinya dengan singkat, "Bi, Susanti terancam bahaya. Jadi, aku langsung naik pesawat untuk mencari Susanti. Tapi, kamu nggak usah khawatir. Sekarang semuanya sudah aman."Tirta memberi tahu Ayu pemikirannya, "Aku berencana membawa Susanti menemuimu setelah dia bangun, lalu kita dan Bi Elisa langsung kembali ke Desa Persik. Kita tinggal di sana untuk beberapa waktu."Mendengar ucapan Tirta, Ayu yang khawatir bertanya, "Ha? Tirta, kalau kamu mau kembali ke Desa Persik, tentu saja aku dan Elisa nggak keberatan. Masalahnya, gimana caranya kamu menjelaskan pada Bu Bella?"Ayu menambahkan, "Bagaimana kalau Bu Bella mau ikut kita kembali ke Desa Persik? Aku rasa berdasarkan sifat Bu Bella, dia pasti nggak terima kalau tahu kamu punya banyak kekasih.""Aku yang akan jelaskan pada
"Aku rasa otakmu bermasalah karena terlalu lama tinggal di Provinsi Naru!" bentak Rasmi. Ucapannya menunjukkan dia tidak menyukai Tirta."Rasmi, kenapa kamu bicara seperti itu? Pak Tirta itu saudara Ayah. Bukannya sudah seharusnya kita bersikap hormat padanya? Lagi pula ...," sahut Idris.Idris berniat menceritakan pada Rasmi bahwa Tirta sudah membantunya menyelesaikan masalah mereka yang tidak bisa mempunyai keturunan.Namun, sebelum Idris selesai bicara, Rasmi menyela, "Apa? Aku nggak marah kalau nggak ungkit masalah itu! Ayah sudah pikun, makanya dia mengakui pemuda itu sebagai saudaranya."Rasmi melanjutkan, "Waktu Ayah menceritakan masalah ini padaku, aku sudah sarankan dia cepat batalkan keputusannya. Ayah pikun karena tua, masa kamu juga sama? Kalau waktu itu Ayah mengakui anak 3 tahun jadi saudaranya, apa kamu juga mau memuja anak kecil itu?"Rasmi menambahkan, "Aku nggak peduli! Apa pun caranya, kamu harus usir pemuda itu dari rumah kita secepatnya! Aku nggak mau tinggal di ho
Begitu melontarkan perkataannya, Marila baru merasa kurang pantas. Dia berbisik lagi dengan wajah memerah, "Pak Tirta, bukan itu maksudku. Jangan salah paham."Tentu saja Tirta tahu Marila tidak bermaksud seperti itu. Dia tertawa, lalu menanggapi, "Oke. Aku tunggu Bu Marila pulang setelah beli bahan obat-obatan."Sesudah itu, Tirta tidak mengatakan apa pun lagi. Mendengar perkataan Tirta, Marila baru merasa tenang. Kemudian, Marila berpamitan dengan Idris.Tirta merasa bosan saat menunggu Marila. Dia kembali ke kamar untuk menemani Susanti. Tirta duduk di samping tempat tidur. Pikirannya sangat kacau.Tirta mendesah dan bergumam, "Setelah Susanti bangun, aku bawa dia cari Bi Ayu, lalu langsung kembali ke Desa Persik. Kak Nabila, Kak Melati, Kak Arum, Kak Farida, dan lainnya pasti merindukanku."Sebenarnya sebelum Susanti tertimpa masalah, Tirta berencana pergi ke ibu kota setelah meninggalkan Provinsi Dohe. Namun, masalah ini terjadi.Tirta juga memahami satu hal. Dia memang bisa menge
"Aku nggak akan pergi lagi. Jangan tiduri aku, ya?" mohon Selina. Wajahnya memerah setelah mendengar ucapan Tirta.Selina berusaha menggerakkan pinggangnya untuk menjauhi sumber masalah itu. Napas Tirta yang hangat membuat wajah Selina merah padam.Tirta menegaskan, "Aku nggak peduli, pokoknya sekarang aku harus menidurimu sampai puas. Terserah kamu mau pergi atau tetap tinggal, aku tetap akan melakukannya!"Hasrat Tirta membara karena pinggang Selina terus bergerak. Dia segera mengerahkan 2 teknik. Yang pertama adalah Teknik Menghilang untuk menyembunyikan tubuhnya dan Selina. Yang kedua adalah Teknik Senyap untuk menutupi suara yang dikeluarkan Selina selanjutnya.Kemudian, Tirta langsung bersanggama dengan Selina. Sementara itu, Selina memelas, "Tirta ... jangan ... aku benci kamu ...."Biarpun mengeluh, tubuh Selina tetap terangsang. Jelas-jelas Tirta sudah melepaskannya, tetapi Selina tidak melepaskan Tirta dan tidak bergerak sedikit pun. Dia membiarkan Tirta memberinya kompensasi
Tirta menunggu sampai Selina berjalan keluar dari taman bunga kompleks tempat Idris tinggal. Dengan begitu, mereka berdua sudah menjauh dari pandangan Anton dan Yuli.Tirta baru maju dan berkata seraya memeluk Selina, "Bu Selina, aku tahu kamu pasti pergi bukan karena dipanggil atasan. Apa kamu punya masalah? Kamu bisa ceritakan padaku.""Aku nggak punya masalah. Pak Tirta, aku cuma ingin pulang untuk mengurus kasus. Selain itu, aku sudah merasa sangat bangga bisa mengenal tokoh hebat sepertimu. Aku nggak mau terus tinggal di sini dan mengganggu Pak Tirta," sahut Selina.Selina memohon, "Pak Tirta, tolong lepaskan aku. Kita berdua nggak punya hubungan apa pun. Kita lupakan masalah yang sudah berlalu."Mata Selina memerah. Dia berbicara sambil terisak dan ingin melepaskan Tirta.Sementara itu, Tirta yang merasa tidak berdaya mendesah dan menimpali, "Bu Selina, aku sudah paham. Kamu pasti merasa aku cuma berpura-pura dan mempermainkan perasaanmu setelah kamu tahu latar belakangku. Jadi,