Setelah menjadi manusia transparan sejak tadi, bala bantuan Agatha akhirnya tiba. Dia langsung berlari ke hadapan Tirta, lalu memeluknya sambil berkata dengan mata berkaca-kaca, "Tirta, akhirnya kamu datang!"Tirta mengelus rambut Agatha, lalu menenangkan dengan lembut, "Tenang saja, ada aku di sini, badut-badut ini nggak akan bisa apa-apa."Rudi mengamati Tirta, lalu mendengus dan mencela, "Siapa kamu? Ini urusan internal Farmasi Santika. Kamu bukan bagian dari Farmasi Santika. Penolakanmu nggak berguna di sini."Tirta melirik wajah cabul Rudi dan membalas, "Agatha adalah Presdir Farmasi Santika. Jabatan ini hanya untuknya. Selain dia, nggak ada yang boleh menjabat sebagai presdir."Ketika mendengar perkataan ini, Rudi tertawa terbahak-bahak dan mengejek, "Memangnya siapa kamu? Apa hakmu bicara di sini? Kamu ingin menentang keputusan kami, kamu nggak berhak!""Apa yang dilakukan para satpam itu? Masa mereka membiarkan orang gila seperti ini masuk ke perusahaan? Cepat panggil satpam ke
Belasan satpam di luar kantor semuanya terhempas jatuh dan bergelinding di lantai. Kekuatan benturan yang besar membuat tulang mereka patah dan otot mereka sobek, sehingga mereka tidak bisa berdiri lagi.Di dalam kantor, Tirta bergerak dengan gesit meluncurkan pukulan demi pukulan secepat kilat. Pukulannya mendarat dengan sangat tepat pada para pemegang saham dan satpam. Dalam sekejap, bayangan Tirta telah tersebar di seluruh ruangan.Dalam hitungan detik, lebih dari 100 orang yang berani melawan, semuanya telah tergeletak di lantai. Tubuh mereka mengalami patah tulang dan retak tulang dengan berbagai tingkat keparahan. Mereka sama sekali tidak punya kesempatan untuk berdiri. Tirta mendarat di tempat asalnya dan menggerakkan pergelangan tangannya dengan perlahan."Ada lagi yang mau berkelahi? Biar kukabulkan keinginannya."Masih ada 20-30 pemegang saham yang lebih tua tidak berani menyerangnya. Melihat pemandangan tragis di hadapan mereka, semua pemegang saham tercengang dan salut terh
Namun sekarang, dia malah berbalik untuk membela Agatha? Namun melihat tindakan Tirta yang mengerikan tadi, para pemegang saham lainnya sebenarnya bisa memahami tindakan Ezra. Setelah berpindah pihak, Ezra tampaknya semakin menikmati perannya.Merasa sok adil, dia menuduh Rudi yang sedang diinjak di bawah kaki Tirta, "Semuanya gara-gara orang ini! Bukan cuma nggak hormat sama Bu Agatha, dia bahkan berniat buruk dengan menyogok para pemegang saham dengan uang dan wanita. Dia mau memaksa Bu Agatha turun dari posisinya dan menjadi direktur di sini.""Orang nggak tahu terima kasih dan ambisius begini memang sudah seharusnya dikeluarkan dari Perusahaan Santika. Kalau pengacau seperti ini terus dibiarkan di sini, kelak pasti akan timbul makin banyak masalah. Benar nggak menurut kalian?"Ezra langsung menghasut para pemegang saham lainnya untuk menyudutkan Rudi dan mengeluarkannya dari perusahaan.Tirta hanya tertawa sinis. Mana mungkin dia tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Ezra? Orang in
Rudi dan Ezra saling memandang sekilas. Seolah-olah sudah melupakan rasa sakit karena diinjak oleh Tirta tadi, Rudi mulai menyindir dengan sinis."Nak, Perusahaan Farmasi Santika sangat rumit. Selain itu, bisnis farmasi juga sangat rumit. Dengan kemampuanmu ini, kamu kira kami akan percaya hanya dengan sepatah kata darimu? Jangan bercanda."Ezra juga menyahut, "Kalau cuma sekadar omong, bukankah itu terlalu naif?"Rudi kembali menimpali, "Kalau benaran bisa membuat semua orang di sini mendapat keuntungan tambahan 60 miliar per tahun hanya dengan mengandalkan bocah tengik sepertimu, kami nggak keberatan memanggilmu kakek.""Tapi masalahnya, apa kamu punya kemampuan seperti itu? Jangan-jangan kamu mau kami semua ikut melakukan pertunjukan silat denganmu di luar sana?"Semua pemegang saham tertawa terbahak-bahak. Tirta juga tidak marah. Dia hanya berkata pada Agatha, "Kak Agatha, ambilkan kertas dan pena."Agatha langsung memberikan catatan kerjanya. Tirta mulai menuliskan sebuah resep di
"Benar, masuk akal juga. Gimana kamu bisa membuktikan bahwa resep yang kamu berikan ini, efeknya benar-benar seperti yang kamu bilang?" tanya para pemegang saham lainnya yang juga merasa ragu.Tirta tertawa sinis. "Kalian kira aku mengeluarkan resep ini adalah untuk memohon supaya kalian bisa untung besar? Menggelikan sekali.""Tentu saja kalian boleh memilih untuk nggak percaya, aku nggak maksa kalian. Tapi, aku bisa saja meracik pil ini sekarang dan kalian lihat saja sendiri apakah efeknya berkhasiat atau nggak."Rudi dan Ezra saling memandang sekilas. Mereka juga sebenarnya mulai tergiur. Melihat tampang Tirta yang begitu percaya diri, mereka mulai meragukan apakah resep yang dipegangnya itu benar-benar seberharga itu?Kedua orang yang cerdik itu pun lantas mengangguk setuju, "Oke. Kalau Pil Kecantikan ini benar-benar sehebat yang kamu bilang, kami akan tetap tinggal di sini dan membiarkan Bu Agatha tetap jadi direktur."Tanpa basa-basi, Tirta langsung menarik Agatha. "Oke, kalau be
Agatha awalnya berniat menelan pil itu dengan bantuan air. Namun siapa sangka, pil tersebut langsung larut begitu masuk ke mulutnya. Aroma yang kuat langsung meledak di dalam mulut Agatha, bahkan memenuhi seluruh ruangan kantor dan bertahan cukup lama."Hmm .... Pil ini ternyata langsung larut di mulut, nggak pahit sama sekali, malah enak rasanya," kata Agatha. "Seluruh tubuhku terasa seperti dipenuhi aliran hangat. Dimulai dari perut bagian bawah dan perasaan ini menyebar ke seluruh tubuh. Nyaman sekali."Efek dari Pil Kecantikan itu sangat nyata. Sebelumnya, Agatha memiliki sedikit lingkaran hitam di bawah matanya karena kelelahan mengurus perusahaan dan penampilannya terlihat lelah dan kusam. Namun setelah mengonsumsi Pil Kecantikan ini, tidak perlu menunggu beberapa hari untuk melihat efeknya.Kulit Agatha menjadi lebih halus dan cerah. Penampilannya tampak lebih segar dan bersemangat. Wajahnya yang memang sudah cantik, kini tampak semakin cemerlang. Semua masalah kecil pada kulitn
Kedua orang itu langsung menunjukkan senyuman palsu. "Efek Pil Kecantikan ini ajaib sekali. Kalau begitu, potensinya pasti akan sangat besar kelak.""Benar sekali. Bu Agatha, sebelumnya kami memang bersalah. Kami bersedia mengikuti Bu Agatha sebagai pemimpin. Semoga Bu Agatha nggak perhitungan sama kami. Kami akan mengelola Pil Kecantikan ini dengan baik supaya bisa lebih berkembang lagi ke depannya.""Nggak. Dengan khasiat Pil Kecantikan ini, memasuki pasar internasional adalah hal yang sangat mudah."Kedua orang ini hanya berpura-pura patuh pada Agatha, tetapi dalam hati mereka sebenarnya masih tetap berniat buruk. Mereka ingin mencari cara untuk mendapatkan resep Pil Kecantikan ini.Namun, mereka tidak terburu-buru. Tidak masalah jika membiarkan Agatha duduk lebih lama di posisi Direktur Farmasi Santika. Siapa juga yang tidak ingin mendapat banyak uang di dunia ini? Jika bisa bersabar lebih lama, semua keuntungan akan menjadi milik mereka.Memikirkan hal ini, Rudi dan Ezra saling me
Namun, ketidakpuasan para pemegang saham ini terhadap Agatha sedikit berbeda dari Rudi dan Ezra. Mereka tidak terlalu peduli dengan posisi Direktur Farmasi Santika. Selama bisa menghasilkan uang, menjadi bawahan pun tidak masalah bagi mereka.Dalam bisnis, tidak ada yang memalukan selama bisa menghasilkan uang. Oleh karena itu, para pemegang saham ini buru-buru mengangguk setuju. "Kami bisa menerima syarat ini," kata mereka.Tirta tersenyum tipis dan memanggil Agatha. "Kak Agatha, kamu bisa mulai siapkan kontraknya."Dengan penuh kegembiraan, Agatha segera pergi untuk menyusun kontrak. Tak lama kemudian, dia kembali dengan setumpuk kontrak tebal dan membagikannya kepada para pemegang saham untuk ditandatangani. Dengan adanya kontrak ini, siapa pun yang mencoba untuk berbuat curang akan dikeluarkan dari perusahaan dengan mudah.Tidak butuh waktu lama, hampir semua pemegang saham telah menandatangani kontrak tersebut. Namun, Rudi dan Ezra tetap diam dan belum melakukan apa pun. Tirta lal
Di sisi lain, Tirta menelepon Ayu setelah Idris dan Rasmi pergi. Setelah panggilan terhubung, Ayu yang sudah 2 hari tidak bertemu Tirta tentu merasa khawatir. Dia terus menanyakan kondisi Tirta.Tirta menjelaskan kondisinya dengan singkat, "Bi, Susanti terancam bahaya. Jadi, aku langsung naik pesawat untuk mencari Susanti. Tapi, kamu nggak usah khawatir. Sekarang semuanya sudah aman."Tirta memberi tahu Ayu pemikirannya, "Aku berencana membawa Susanti menemuimu setelah dia bangun, lalu kita dan Bi Elisa langsung kembali ke Desa Persik. Kita tinggal di sana untuk beberapa waktu."Mendengar ucapan Tirta, Ayu yang khawatir bertanya, "Ha? Tirta, kalau kamu mau kembali ke Desa Persik, tentu saja aku dan Elisa nggak keberatan. Masalahnya, gimana caranya kamu menjelaskan pada Bu Bella?"Ayu menambahkan, "Bagaimana kalau Bu Bella mau ikut kita kembali ke Desa Persik? Aku rasa berdasarkan sifat Bu Bella, dia pasti nggak terima kalau tahu kamu punya banyak kekasih.""Aku yang akan jelaskan pada
"Aku rasa otakmu bermasalah karena terlalu lama tinggal di Provinsi Naru!" bentak Rasmi. Ucapannya menunjukkan dia tidak menyukai Tirta."Rasmi, kenapa kamu bicara seperti itu? Pak Tirta itu saudara Ayah. Bukannya sudah seharusnya kita bersikap hormat padanya? Lagi pula ...," sahut Idris.Idris berniat menceritakan pada Rasmi bahwa Tirta sudah membantunya menyelesaikan masalah mereka yang tidak bisa mempunyai keturunan.Namun, sebelum Idris selesai bicara, Rasmi menyela, "Apa? Aku nggak marah kalau nggak ungkit masalah itu! Ayah sudah pikun, makanya dia mengakui pemuda itu sebagai saudaranya."Rasmi melanjutkan, "Waktu Ayah menceritakan masalah ini padaku, aku sudah sarankan dia cepat batalkan keputusannya. Ayah pikun karena tua, masa kamu juga sama? Kalau waktu itu Ayah mengakui anak 3 tahun jadi saudaranya, apa kamu juga mau memuja anak kecil itu?"Rasmi menambahkan, "Aku nggak peduli! Apa pun caranya, kamu harus usir pemuda itu dari rumah kita secepatnya! Aku nggak mau tinggal di ho
Begitu melontarkan perkataannya, Marila baru merasa kurang pantas. Dia berbisik lagi dengan wajah memerah, "Pak Tirta, bukan itu maksudku. Jangan salah paham."Tentu saja Tirta tahu Marila tidak bermaksud seperti itu. Dia tertawa, lalu menanggapi, "Oke. Aku tunggu Bu Marila pulang setelah beli bahan obat-obatan."Sesudah itu, Tirta tidak mengatakan apa pun lagi. Mendengar perkataan Tirta, Marila baru merasa tenang. Kemudian, Marila berpamitan dengan Idris.Tirta merasa bosan saat menunggu Marila. Dia kembali ke kamar untuk menemani Susanti. Tirta duduk di samping tempat tidur. Pikirannya sangat kacau.Tirta mendesah dan bergumam, "Setelah Susanti bangun, aku bawa dia cari Bi Ayu, lalu langsung kembali ke Desa Persik. Kak Nabila, Kak Melati, Kak Arum, Kak Farida, dan lainnya pasti merindukanku."Sebenarnya sebelum Susanti tertimpa masalah, Tirta berencana pergi ke ibu kota setelah meninggalkan Provinsi Dohe. Namun, masalah ini terjadi.Tirta juga memahami satu hal. Dia memang bisa menge
"Aku nggak akan pergi lagi. Jangan tiduri aku, ya?" mohon Selina. Wajahnya memerah setelah mendengar ucapan Tirta.Selina berusaha menggerakkan pinggangnya untuk menjauhi sumber masalah itu. Napas Tirta yang hangat membuat wajah Selina merah padam.Tirta menegaskan, "Aku nggak peduli, pokoknya sekarang aku harus menidurimu sampai puas. Terserah kamu mau pergi atau tetap tinggal, aku tetap akan melakukannya!"Hasrat Tirta membara karena pinggang Selina terus bergerak. Dia segera mengerahkan 2 teknik. Yang pertama adalah Teknik Menghilang untuk menyembunyikan tubuhnya dan Selina. Yang kedua adalah Teknik Senyap untuk menutupi suara yang dikeluarkan Selina selanjutnya.Kemudian, Tirta langsung bersanggama dengan Selina. Sementara itu, Selina memelas, "Tirta ... jangan ... aku benci kamu ...."Biarpun mengeluh, tubuh Selina tetap terangsang. Jelas-jelas Tirta sudah melepaskannya, tetapi Selina tidak melepaskan Tirta dan tidak bergerak sedikit pun. Dia membiarkan Tirta memberinya kompensasi
Tirta menunggu sampai Selina berjalan keluar dari taman bunga kompleks tempat Idris tinggal. Dengan begitu, mereka berdua sudah menjauh dari pandangan Anton dan Yuli.Tirta baru maju dan berkata seraya memeluk Selina, "Bu Selina, aku tahu kamu pasti pergi bukan karena dipanggil atasan. Apa kamu punya masalah? Kamu bisa ceritakan padaku.""Aku nggak punya masalah. Pak Tirta, aku cuma ingin pulang untuk mengurus kasus. Selain itu, aku sudah merasa sangat bangga bisa mengenal tokoh hebat sepertimu. Aku nggak mau terus tinggal di sini dan mengganggu Pak Tirta," sahut Selina.Selina memohon, "Pak Tirta, tolong lepaskan aku. Kita berdua nggak punya hubungan apa pun. Kita lupakan masalah yang sudah berlalu."Mata Selina memerah. Dia berbicara sambil terisak dan ingin melepaskan Tirta.Sementara itu, Tirta yang merasa tidak berdaya mendesah dan menimpali, "Bu Selina, aku sudah paham. Kamu pasti merasa aku cuma berpura-pura dan mempermainkan perasaanmu setelah kamu tahu latar belakangku. Jadi,
Selain itu, perasaan Selina campur aduk saat melihat Tirta. Melihat ekspresi mereka yang terkejut, Idris tertawa dan bertanya, "Apa Pak Tirta nggak pernah beri tahu kalian?"Idris membatin, 'Pak Tirta sangat hebat. Biarpun nggak ada Pak Saba, Pak Tirta bisa mendekati petinggi negara yang lain asalkan dia mau.'Sayangnya, Idris sudah berjanji kepada Tirta tidak akan mengungkapkan kehebatannya. Kalau tidak, Idris akan menjadi pelindung Tirta dan memamerkan kehebatannya.Yuli masih merasa antusias. Bahkan, dia sangat bangga hingga memandangi Tirta seraya tersenyum lebar dan menjawab, "Nggak. Pak Tirta, kenapa kamu nggak beri tahu kami hal sepenting ini?"Sekarang Tirta terpaksa harus mengakuinya. Dia berdeham, lalu menanggapi dengan ekspresi tenang, "Karena aku merasa hal seperti ini nggak perlu diumbar. Aku juga nggak ingin memanfaatkan status Pak Saba untuk bertindak semena-mena."Kenyataannya memang seperti itu. Tirta tidak pernah berinisiatif mengatakan dirinya adalah saudara Saba.Yu
Tirta tertawa licik, lalu membalas, 'Oke. Kak, aku akan pergi. Nanti malam jangan berpikiran untuk menghabisiku lagi.'Kemudian, Tirta keluar dengan perasaan gembira. Dia melihat Idris yang antusias sedang duduk tegak sambil mengobrol dengan Marila, Yuli, dan Selina.Begitu Tirta keluar, Idris langsung berhenti bicara. Dia berdiri, lalu menyambut Tirta, "Pak Tirta ...."Yuli juga menghampiri Tirta dan menimpali sembari tersenyum, "Pak Tirta, apa kita bisa bicara sebentar? Ada yang ingin kutanyakan padamu.""Ada apa? Tentu saja boleh," sahut Tirta.Yuli sangat senang melihat Tirta menyetujui permintaannya. Dia segera menarik Tirta kembali ke kamar. Namun, sebelum Yuli membawa Tirta masuk ke kamar, Anton yang keberatan menghentikan Yuli, "Aduh, berhenti! Yuli, kamu gila, ya? Kenapa kamu nggak langsung bertanya pada Pak Tirta di sini saja? Untuk apa kamu bawa dia ke kamar? Kamu kira ini rumahmu?"Anton berucap pada Tirta dengan ekspresi canggung, "Pak Tirta, begini. Ibunya Susanti ingin
Namun, bagian tubuh yang telah dipijat oleh Tirta terasa hangat dan nyaman, membuat Idris sangat rileks."Sudah beres. Pak Idris, masalahmu berasal dari kelelahan berkepanjangan ditambah dengan faktor bawaan, menyebabkan kondisi tubuhmu lebih lemah dari orang lain, makanya sulit menghasilkan sperma.""Dengan metode kedokteran barat, masalah seperti ini sangat sulit ditangani, bahkan sering kali tak terdeteksi.""Tapi di tanganku, ini bukan masalah besar. Kalau kondisi tubuh istrimu juga memungkinkan, aku jamin malam ini kamu bisa langsung tepat sasaran."Saat mengatakan itu, alis Tirta tiba-tiba berkerut. Dia baru teringat satu hal. Dia sudah berhubungan intim dengan begitu banyak wanita, tetapi sejauh ini belum ada satu pun yang hamil."Wah, terima kasih banyak, Pak Tirta! Kalau aku dan istriku benar-benar bisa punya anak, aku pasti akan undang kamu ke acara syukuran!"Idris yang tenggelam dalam euforia itu sama sekali tidak menyadari ekspresi aneh di wajah Tirta. Dia sangat bersyukur
"Pak Idris, kalau memang ada sesuatu, lebih baik berdiri dan bicarakan saja. Selama bukan hal yang melanggar nurani dan hukum, aku pasti akan bantu." Melihat keadaan itu, Tirta hanya bisa menghela napas dengan pasrah."Benarkah? Kamu benaran bersedia membantuku, tanpa mengungkit kesalahan masa lalu? Tapi, permintaanku ini .... Aku ingin kamu membantuku dan istriku agar bisa punya seorang anak.""Kami sudah menikah 20 tahun, sampai sekarang belum juga punya keturunan. Aku dan istriku sudah pergi ke rumah sakit di seluruh negeri, tapi nggak ada yang bisa menemukan penyebab pastinya ...."Idris akhirnya berdiri dari lantai, tetapi suaranya masih penuh emosi dan sedikit tidak percaya. Dia merasa Tirta yang seperti dewa hidup pasti sulit didekati dan tak mudah diajak bicara. Itu sebabnya, sikapnya terhadap Tirta sangat sungkan."Kenapa nggak? Pak Idris, kamu dan Bu Marila sudah susah payah membantuku mencari Susanti. Aku tentu harus membantumu semaksimal mungkin.""Lagi pula, sekalipun buka