Agatha berkata, "Jangan terburu-buru. Bahan obatnya sudah ketemu, tapi ada sedikit kerepotan di sini. Untuk sementara waktu, aku nggak bisa pergi. Jadi, aku nggak bisa memberimu obatnya."Tirta bertanya, "Kenapa? Apa ada masalah terjadi?"Dari nada bicara Agatha, Tirta bisa merasakan bahwa suasana hati Agatha sedang kurang baik. Pada akhirnya, Agatha menceritakan semuanya, "Hais .... Setelah menjadi Presdir Farmasi Santika, banyak pemegang saham yang nggak menyukaiku. Mereka terus mencari masalah denganku.""Pada dasarnya, urusan internal Farmasi Santika memang banyak dan rumit. Kalau aku membuat kesalahan, mereka akan melaporkanku habis-habisan."Agatha merasa sangat frustrasi karena terus dipersulit oleh para petinggi. Jika bukan karena dia merasa enggan menyerahkan Farmasi Santika kepada orang lain, dia mungkin sudah mengundurkan diri dari jabatannya.Sesudah mendengarnya, Tirta mendengus dan berujar, "Besar sekali nyali mereka. Aku akan mencari tahu siapa yang telah mengusik wanita
"Sudah ada banyak konsumen yang mengeluh karena membeli obat palsu. Agatha nggak mengawasi perusahaan dan karyawan dengan baik. Dia membiarkan orang-orang yang punya motif tersembunyi mencoreng nama baik Farmasi Santika. Sampai saat ini, masalah ini masih belum diselesaikan dengan baik.""Membayar kompensasi saja bukan masalah besar. Tapi, reputasi Farmasi Santika adalah hasil kerja keras kita selama bertahun-tahun. Mana mungkin kita membiarkannya hancur di tangan orang lain begitu saja?"Orang lainnya menghasut, "Aku rasa yang ingin menghancurkan reputasi Farmasi Santika bukan cuma karyawan tingkat bawah. Bagaimanapun, atasan adalah teladan untuk semua orang."Mereka tidak bisa mengeluarkan bukti yang konkret untuk membuktikan Agatha merupakan biang kerok di balik kejadian ini. Yang jelas, dari nada bicara mereka semua, mereka jelas menuduh Agatha.Yang suaranya paling besar tidak lain adalah Rudi dan Ezra. Ezra melirik Agatha dan berkata, "Menurut berbagai bukti yang ada di perusahaa
Agatha jelas-jelas tahu ini adalah rencana jahat Rudi dan Ezra, tetapi dia tidak punya cara untuk menghadapi mereka. Dia hanya bisa memberanikan diri untuk berkata, "Semuanya, tolong tenang dulu. Masalah ini terlihat agak aneh, tapi karena sudah terjadi, sebaiknya kita pikirkan cara untuk mengatasinya.""Aku memang masih muda, tapi aku juga bagian dari Farmasi Santika. Aku tentu berharap Farmasi Santika bisa berkembang dengan baik. Kuharap kalian semua memberiku kesempatan sekali lagi. Aku janji, masalah seperti ini nggak akan terjadi lagi."Karena Agatha sudah buntu, Rudi dan Ezra tidak mungkin akan memberinya kesempatan lagi. Mereka tentu akan menekannya habis-habisan.Rudi tersenyum dingin dan berujar, "Bu Agatha, aku rasa ini bukan cara yang baik. Kalaupun kami memberimu kesempatan, takutnya seluruh Farmasi Santika nggak bisa menerima keputusan ini."Ezra berucap, "Bu Agatha, masalah ini bukan permainan anak kecil. Kamu nggak punya kesempatan lagi. Kamu memang masih muda sehingga k
Tidak ada seorang pun yang meladeni Agatha. Semuanya sibuk mengangkat tangan untuk melakukan voting.Setelah sejumlah besar pemegang saham memberikan suara dan beberapa memilih untuk golput, hasilnya adalah Ezra mendapat 46 suara dan Rudi mendapat 47 suara."Menurut hasil voting, Pak Rudi mendapat 47 suara sehingga unggul 1 suara dari Pak Ezra. Dengan demikian, presdir baru Farmasi Santika adalah Pak Rudi."Ezra menatap Rudi dengan terkejut. Ekspresinya dipenuhi keengganan saat berkata, "Rudi, kamu ...."Ezra telah menyuap banyak pemegang saham sebelum mendesak Agatha. Alhasil, ternyata Rudi jauh lebih licik darinya. Suara yang didapatkan Rudi lebih banyak."Kalian nggak lihat ada yang golput? Aku nggak bisa menerima hasil ini. Kita harus voting ulang," ucap Ezra sambil menatap para pemegang saham yang golput itu dengan kesal."Sekarang bukan waktunya untuk menonton keseruan. Lebih baik kalian memilihku. Farmasi Santika pasti akan berkembang baik di bawah pimpinanku. Ketika saat itu ti
Setelah menjadi manusia transparan sejak tadi, bala bantuan Agatha akhirnya tiba. Dia langsung berlari ke hadapan Tirta, lalu memeluknya sambil berkata dengan mata berkaca-kaca, "Tirta, akhirnya kamu datang!"Tirta mengelus rambut Agatha, lalu menenangkan dengan lembut, "Tenang saja, ada aku di sini, badut-badut ini nggak akan bisa apa-apa."Rudi mengamati Tirta, lalu mendengus dan mencela, "Siapa kamu? Ini urusan internal Farmasi Santika. Kamu bukan bagian dari Farmasi Santika. Penolakanmu nggak berguna di sini."Tirta melirik wajah cabul Rudi dan membalas, "Agatha adalah Presdir Farmasi Santika. Jabatan ini hanya untuknya. Selain dia, nggak ada yang boleh menjabat sebagai presdir."Ketika mendengar perkataan ini, Rudi tertawa terbahak-bahak dan mengejek, "Memangnya siapa kamu? Apa hakmu bicara di sini? Kamu ingin menentang keputusan kami, kamu nggak berhak!""Apa yang dilakukan para satpam itu? Masa mereka membiarkan orang gila seperti ini masuk ke perusahaan? Cepat panggil satpam ke
Belasan satpam di luar kantor semuanya terhempas jatuh dan bergelinding di lantai. Kekuatan benturan yang besar membuat tulang mereka patah dan otot mereka sobek, sehingga mereka tidak bisa berdiri lagi.Di dalam kantor, Tirta bergerak dengan gesit meluncurkan pukulan demi pukulan secepat kilat. Pukulannya mendarat dengan sangat tepat pada para pemegang saham dan satpam. Dalam sekejap, bayangan Tirta telah tersebar di seluruh ruangan.Dalam hitungan detik, lebih dari 100 orang yang berani melawan, semuanya telah tergeletak di lantai. Tubuh mereka mengalami patah tulang dan retak tulang dengan berbagai tingkat keparahan. Mereka sama sekali tidak punya kesempatan untuk berdiri. Tirta mendarat di tempat asalnya dan menggerakkan pergelangan tangannya dengan perlahan."Ada lagi yang mau berkelahi? Biar kukabulkan keinginannya."Masih ada 20-30 pemegang saham yang lebih tua tidak berani menyerangnya. Melihat pemandangan tragis di hadapan mereka, semua pemegang saham tercengang dan salut terh
Namun sekarang, dia malah berbalik untuk membela Agatha? Namun melihat tindakan Tirta yang mengerikan tadi, para pemegang saham lainnya sebenarnya bisa memahami tindakan Ezra. Setelah berpindah pihak, Ezra tampaknya semakin menikmati perannya.Merasa sok adil, dia menuduh Rudi yang sedang diinjak di bawah kaki Tirta, "Semuanya gara-gara orang ini! Bukan cuma nggak hormat sama Bu Agatha, dia bahkan berniat buruk dengan menyogok para pemegang saham dengan uang dan wanita. Dia mau memaksa Bu Agatha turun dari posisinya dan menjadi direktur di sini.""Orang nggak tahu terima kasih dan ambisius begini memang sudah seharusnya dikeluarkan dari Perusahaan Santika. Kalau pengacau seperti ini terus dibiarkan di sini, kelak pasti akan timbul makin banyak masalah. Benar nggak menurut kalian?"Ezra langsung menghasut para pemegang saham lainnya untuk menyudutkan Rudi dan mengeluarkannya dari perusahaan.Tirta hanya tertawa sinis. Mana mungkin dia tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Ezra? Orang in
Rudi dan Ezra saling memandang sekilas. Seolah-olah sudah melupakan rasa sakit karena diinjak oleh Tirta tadi, Rudi mulai menyindir dengan sinis."Nak, Perusahaan Farmasi Santika sangat rumit. Selain itu, bisnis farmasi juga sangat rumit. Dengan kemampuanmu ini, kamu kira kami akan percaya hanya dengan sepatah kata darimu? Jangan bercanda."Ezra juga menyahut, "Kalau cuma sekadar omong, bukankah itu terlalu naif?"Rudi kembali menimpali, "Kalau benaran bisa membuat semua orang di sini mendapat keuntungan tambahan 60 miliar per tahun hanya dengan mengandalkan bocah tengik sepertimu, kami nggak keberatan memanggilmu kakek.""Tapi masalahnya, apa kamu punya kemampuan seperti itu? Jangan-jangan kamu mau kami semua ikut melakukan pertunjukan silat denganmu di luar sana?"Semua pemegang saham tertawa terbahak-bahak. Tirta juga tidak marah. Dia hanya berkata pada Agatha, "Kak Agatha, ambilkan kertas dan pena."Agatha langsung memberikan catatan kerjanya. Tirta mulai menuliskan sebuah resep di
Tirta berkata dengan serius, "Sebenarnya kamu juga kekasihku. Aku nggak mungkin membiarkanmu menderita."Mendengar perkataan Tirta, Selina menanggapi dengan senang, "Benaran? Tirta, aku sangat senang kamu bisa bilang begitu. Aku sama sekali nggak menyesal masuk ke gua bawah tanah bersamamu waktu itu."Selina menambahkan, "Sekarang aku masih muda. Aku ingin bekerja di tim reserse beberapa tahun lagi. Kalau ke depannya aku merasa lelah, aku akan mencarimu. Aku jamin aku nggak akan berhubungan intim dengan pria lain selain kamu seumur hidupku."Kemudian, keduanya mengobrol sejenak sebelum mengakhiri panggilan telepon. Tirta tidak mengantuk. Dia menenangkan dirinya, lalu mulai meneliti Mantra Evolusi Semesta semalaman.Hanya saja, Tirta tidak bisa tenang karena Susanti belum bangun. Alhasil, dia baru mengingat sebagian kecil mantra saat subuh. Tirta masih membutuhkan usaha yang lebih keras untuk mengingat semua Mantra Evolusi Semesta.Belasan menit berlalu, Idris dan Rasmi yang berusaha me
Mendengar perkataan Marila, Tirta langsung menelan ludah dan membalas, "Ha? Bu Marila ... mana mungkin kamu bantu aku untuk masalah begini? Sudahlah, aku cuma perlu tahan sebentar."Tirta memang ingin melakukan hal itu, bahkan sekarang dia sangat tersiksa. Namun, Tirta tidak boleh meniduri Marila. Kalau tidak, ke depannya dia akan merasa malu bertemu dengan Saba.Marila menanggapi, "Pak Tirta ... kamu salah paham. Maksudku ... kalau aku bantu kamu keluarkan, apa kamu bisa merasa lebih nyaman? Aku sudah merasa sangat nyaman. Aku bisa memahami perasaan tersiksa seperti itu, tubuh terasa panas sehingga membuat kita gelisah."Marila menambahkan, "Pak Tirta sudah bantu aku memperbesar payudara, tapi nggak meminta imbalan. Aku juga ingin melakukan sesuatu untukmu. Yang penting Pak Tirta nggak menganggapku wanita liar ...."Marila yang perhatian memikirkan kepentingan Tirta. Saat bicara, dia memasukkan tangannya ke dalam baju Tirta, lalu meluncur ke dalam celananya."Tentu saja ... aku nggak
Melihat ekspresi Marila yang penuh penantian, Tirta yang genit tentu tidak bisa menolak permintaannya. Selain payudara Marila yang kecil, sebenarnya dia adalah wanita yang sempurna. Tentu saja, Tirta tidak keberatan bermesraan dengan Marila. Lagi pula, Marila sendiri yang memintanya. Jadi, Tirta sama sekali tidak merasa bersalah. Setelah memikirkan hal ini, hasrat Tirta membara.Tirta berkata, "Bu Marila, aku bisa bantu kamu. Tapi, cuma kita berdua yang tahu hal ini. Kamu nggak boleh beri tahu orang lain."Saat bicara, Tirta melakukan akupunktur pada payudara kiri Marila terlebih dahulu. Marila mengeluarkan suara yang bergetar, lalu Tirta membungkuk ...."Iya ... Pak Tirta ... tenang saja. Aku pasti ... nggak akan beri tahu siapa pun," ucap Marila. Suaranya menjadi aneh. Tubuh hingga jari kakinya menegang.Marila disiksa oleh Tirta, tetapi dia tampak sangat menikmatinya. Ini baru permulaan. Dalam waktu kurang dari 1 menit, kedua kaki Marila gemetaran.Kemudian, Marila yang malu beruca
Ekspresi Marila terlihat gugup dan malu karena hendak dia meminta Tirta memperbesar payudaranya. Marila berujar, "Pak Tirta, aku sudah beli bahan obat-obatan dan 2 bungkus jarum. Apa sekarang kamu ada waktu memperbesar payudaraku?"Tirta mengangguk. Dia teringat pengalaman memperbesar payudara Shinta sebelumnya, jadi dia mengingatkan, "Tentu saja sekarang aku ada waktu. Bu Marila, tapi sebelum memperbesar payudara, aku sarankan kamu siapkan 2 pakaian dalam dan celana bersih dulu.""Ha? Kenapa? Oke, aku siapkan dulu," sahut Marila. Dia sedikit penasaran, tetapi pengalaman terakhir kali membuatnya bisa menebak sesuatu. Dia keluar dari kamar setelah menyerahkan bahan obat-obatan dan jarum kepada Tirta."Susanti, aku nggak mengambil keuntungan dari wanita lain. Aku cuma membantunya, kamu nggak boleh marah padaku," kata Tirta. Dia melihat Susanti yang sedang tertidur, lalu mencium dahinya yang mulus dengan lembut.Kemudian, Tirta keluar dari kamar untuk memasak obat. Sementara itu, Marila t
Di sisi lain, Tirta menelepon Ayu setelah Idris dan Rasmi pergi. Setelah panggilan terhubung, Ayu yang sudah 2 hari tidak bertemu Tirta tentu merasa khawatir. Dia terus menanyakan kondisi Tirta.Tirta menjelaskan kondisinya dengan singkat, "Bi, Susanti terancam bahaya. Jadi, aku langsung naik pesawat untuk mencari Susanti. Tapi, kamu nggak usah khawatir. Sekarang semuanya sudah aman."Tirta memberi tahu Ayu pemikirannya, "Aku berencana membawa Susanti menemuimu setelah dia bangun, lalu kita dan Bi Elisa langsung kembali ke Desa Persik. Kita tinggal di sana untuk beberapa waktu."Mendengar ucapan Tirta, Ayu yang khawatir bertanya, "Ha? Tirta, kalau kamu mau kembali ke Desa Persik, tentu saja aku dan Elisa nggak keberatan. Masalahnya, gimana caranya kamu menjelaskan pada Bu Bella?"Ayu menambahkan, "Bagaimana kalau Bu Bella mau ikut kita kembali ke Desa Persik? Aku rasa berdasarkan sifat Bu Bella, dia pasti nggak terima kalau tahu kamu punya banyak kekasih.""Aku yang akan jelaskan pada
"Aku rasa otakmu bermasalah karena terlalu lama tinggal di Provinsi Naru!" bentak Rasmi. Ucapannya menunjukkan dia tidak menyukai Tirta."Rasmi, kenapa kamu bicara seperti itu? Pak Tirta itu saudara Ayah. Bukannya sudah seharusnya kita bersikap hormat padanya? Lagi pula ...," sahut Idris.Idris berniat menceritakan pada Rasmi bahwa Tirta sudah membantunya menyelesaikan masalah mereka yang tidak bisa mempunyai keturunan.Namun, sebelum Idris selesai bicara, Rasmi menyela, "Apa? Aku nggak marah kalau nggak ungkit masalah itu! Ayah sudah pikun, makanya dia mengakui pemuda itu sebagai saudaranya."Rasmi melanjutkan, "Waktu Ayah menceritakan masalah ini padaku, aku sudah sarankan dia cepat batalkan keputusannya. Ayah pikun karena tua, masa kamu juga sama? Kalau waktu itu Ayah mengakui anak 3 tahun jadi saudaranya, apa kamu juga mau memuja anak kecil itu?"Rasmi menambahkan, "Aku nggak peduli! Apa pun caranya, kamu harus usir pemuda itu dari rumah kita secepatnya! Aku nggak mau tinggal di ho
Begitu melontarkan perkataannya, Marila baru merasa kurang pantas. Dia berbisik lagi dengan wajah memerah, "Pak Tirta, bukan itu maksudku. Jangan salah paham."Tentu saja Tirta tahu Marila tidak bermaksud seperti itu. Dia tertawa, lalu menanggapi, "Oke. Aku tunggu Bu Marila pulang setelah beli bahan obat-obatan."Sesudah itu, Tirta tidak mengatakan apa pun lagi. Mendengar perkataan Tirta, Marila baru merasa tenang. Kemudian, Marila berpamitan dengan Idris.Tirta merasa bosan saat menunggu Marila. Dia kembali ke kamar untuk menemani Susanti. Tirta duduk di samping tempat tidur. Pikirannya sangat kacau.Tirta mendesah dan bergumam, "Setelah Susanti bangun, aku bawa dia cari Bi Ayu, lalu langsung kembali ke Desa Persik. Kak Nabila, Kak Melati, Kak Arum, Kak Farida, dan lainnya pasti merindukanku."Sebenarnya sebelum Susanti tertimpa masalah, Tirta berencana pergi ke ibu kota setelah meninggalkan Provinsi Dohe. Namun, masalah ini terjadi.Tirta juga memahami satu hal. Dia memang bisa menge
"Aku nggak akan pergi lagi. Jangan tiduri aku, ya?" mohon Selina. Wajahnya memerah setelah mendengar ucapan Tirta.Selina berusaha menggerakkan pinggangnya untuk menjauhi sumber masalah itu. Napas Tirta yang hangat membuat wajah Selina merah padam.Tirta menegaskan, "Aku nggak peduli, pokoknya sekarang aku harus menidurimu sampai puas. Terserah kamu mau pergi atau tetap tinggal, aku tetap akan melakukannya!"Hasrat Tirta membara karena pinggang Selina terus bergerak. Dia segera mengerahkan 2 teknik. Yang pertama adalah Teknik Menghilang untuk menyembunyikan tubuhnya dan Selina. Yang kedua adalah Teknik Senyap untuk menutupi suara yang dikeluarkan Selina selanjutnya.Kemudian, Tirta langsung bersanggama dengan Selina. Sementara itu, Selina memelas, "Tirta ... jangan ... aku benci kamu ...."Biarpun mengeluh, tubuh Selina tetap terangsang. Jelas-jelas Tirta sudah melepaskannya, tetapi Selina tidak melepaskan Tirta dan tidak bergerak sedikit pun. Dia membiarkan Tirta memberinya kompensasi
Tirta menunggu sampai Selina berjalan keluar dari taman bunga kompleks tempat Idris tinggal. Dengan begitu, mereka berdua sudah menjauh dari pandangan Anton dan Yuli.Tirta baru maju dan berkata seraya memeluk Selina, "Bu Selina, aku tahu kamu pasti pergi bukan karena dipanggil atasan. Apa kamu punya masalah? Kamu bisa ceritakan padaku.""Aku nggak punya masalah. Pak Tirta, aku cuma ingin pulang untuk mengurus kasus. Selain itu, aku sudah merasa sangat bangga bisa mengenal tokoh hebat sepertimu. Aku nggak mau terus tinggal di sini dan mengganggu Pak Tirta," sahut Selina.Selina memohon, "Pak Tirta, tolong lepaskan aku. Kita berdua nggak punya hubungan apa pun. Kita lupakan masalah yang sudah berlalu."Mata Selina memerah. Dia berbicara sambil terisak dan ingin melepaskan Tirta.Sementara itu, Tirta yang merasa tidak berdaya mendesah dan menimpali, "Bu Selina, aku sudah paham. Kamu pasti merasa aku cuma berpura-pura dan mempermainkan perasaanmu setelah kamu tahu latar belakangku. Jadi,