Share

Bab 329

Author: Hazel
"Kalau kamu berani menyentuh mereka sedikit saja, aku akan buat kalian semua menderita!" Niat membunuh Tirta menguar dari tubuhnya.

"Nak, kamu masih terlalu muda untuk melawanku! Lepaskan aku atau aku akan kuperintahkan untuk menembak mereka semua!" bentak Tora dengan bangga karena mengira Tirta hanya menggertaknya.

"Apa yang kalian lakukan? Hentikan semuanya!" teriak seseorang tiba-tiba di luar pintu. Herman dan beberapa orang lainnya sontak terkejut.

Terlihat Saad membawa beberapa polisi patroli tingkat provinsi yang sedang berdiri di depan pintu. Semua orang bergegas masuk ke klinik dengan wajah muram.

"Tora, besar sekali nyalimu!" Didengar dari perkataan Tora dan adegan di dalam tadi, mereka telah bisa menebak apa yang telah telah terjadi. Saad, Mauri, dan Susanti marah besar.

"Pak ... Saad?"

"Kapten Mauri ...."

Tora, Herman, dan Gavan seketika menjadi panik dan berkeringat dingin. Saad dan Mauri telah lama menjabat posisi tinggi, sehingga wibawa mereka bukanlah sesuatu yang bisa d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
hans
***** lanjut bos
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 330

    Mauri adalah atasan langsung dari Gavan. Menghadapi pertanyaan seperti itu, Gavan merasa sangat bersalah. Wajahnya menjadi pucat dan berkeringat dingin."Pak, kami memang datang setelah menerima laporan. Tapi karena masalah ini sangat mendesak dan nyawa Pak Tora berada dalam bahaya, kami terpaksa datang duluan tanpa sempat melapor dulu," kata Gavan dengan suara gemetaran.Mendengar hal ini, Saad dan Mauri saling bertukar pandang. Mereka benar-benar merasa kecewa sepenuhnya. Saad tidak ingin lagi mendengar alasan mereka. Dia langsung melambaikan tangan kepada Mauri."Tangkap mereka semua, jangan ada yang ketinggalan satu pun!" perintahnya.Mauri mengangguk dengan wajah kesal. Begitu tangannya dilambaikan, polisi kabupaten di belakangnya tanpa ragu menyita senjata para polisi patroli. Herman, Tora, dan Gavan juga tentunya langsung ditangkap."Tirta!" Melati yang akhirnya bebas, langsung bersembunyi di belakang Tirta sambil menangis tersedu-sedu."Nggak apa-apa, Kak Melati. Semuanya sudah

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 331

    Namun setelah ucapan Tirta dilontarkan, ekspresi Herman, Tora, dan Gavan sontak menjadi kecut. Mereka sadar bahwa yang menanti mereka adalah pemecatan dari jabatan mereka dan menghabiskan sisa hidup di penjara!Sebab, kejahatan yang mereka lakukan terlalu banyak. Begitu diselidiki, semuanya pasti akan terbongkar! Pada saat ini, mata Gavan langsung merah padam. Dia mencengkeram Tora dan mengguncangnya dengan keras."Semua ini gara-gara kamu yang menyeretku dalam masalah ini. Kalau nggak, mana mungkin aku jadi begini! Semua salahmu!" teriak Gavan."Sialan, mana kutahu latar belakangnya sehebat ini? Kalau nggak, mana mungkin aku kepikiran mau balas dendam? Apa gunanya kamu menyalahkanku?" Tora merasa putus asa dan mereka pun terlibat dalam perkelahian."Tangkap semuanya dan bawa untuk diinterogasi!"Namun, anggota yang dibawa oleh Mauri tentu tidak akan memberi mereka kesempatan untuk bertindak kasar. Mereka langsung menahan Tora dan yang lainnya untuk dibawa ke kantor polisi kabupaten da

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 332

    Memikirkan hal ini, wajah Mauri menjadi serius. "Mungkin kalian salah paham. Kali ini kami datang karena perbuatan Tora dan Herman yang menindas rakyat. Mereka datang membuat keributan di klinik Tirta dan kami nggak bisa terima hal ini!"Setelah Mauri selesai bicara, warga desa di sekitarnya langsung tertegun. Beberapa orang yang lebih cepat tanggap bahkan menunjukkan kilat ketakutan di mata mereka. Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa Tirta ternyata memiliki latar belakang yang begitu kuat!Bagi warga desa, camat sudah dianggap sebagai pejabat besar. Namun, sekarang Tirta justru mendapatkan dukungan penuh dari kantor polisi kabupaten! Apakah Tirta masih orang yang sama seperti yang mereka kenal dulu?Melihat reaksi para warga desa yang terkejut, Saad menunjukkan senyuman tipis. Meski sekarang Saad berada di posisi yang tinggi, dulu dia juga pernah merintis karier dari bawah. Karena itulah, dia memahami apa yang ada di benak Mauri.Berhubung Tirta memang membutuhkan dukungan, Saad

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 333

    "Dokter ajaib, kalau begitu aku pulang dulu. Kalau ada waktu, datanglah bertamu ke rumahku. Aku sudah merindukanmu!" ujar Saad.Setelah penghargaan untuk Tirta selesai diberikan, Saad yang memiliki kesibukan sebagai wali kota, tentu tidak bisa berlama-lama di tempat itu. Setelah berbasa-basi sejenak dengan Tirta, dia pun pamit dan pergi."Tirta, kami juga sudah harus pergi. Kalau ada masalah lagi, segera hubungi aku!" ujar Mauri. Sekarang dia harus segera menangani urusan penangkapan Tora dan bersiap-siap kembali bersama Susanti dan para polisi tingkat kabupaten."Baik, terima kasih banyak, Pak Mauri," jawab Tirta seraya tersenyum."Tirta, aku juga harus kembali." Meski sebenarnya ingin tinggal lebih lama lagi, Susanti terpaksa harus pergi bersama Mauri karena urusan pekerjaan. Dalam hati, dia merasa kesal pada Tora dan yang lainnya karena masalah yang mereka timbulkan.Saat pemeriksaan nanti, Susanti bertekad tidak akan membiarkan Tora lolos begitu saja.Tirta dan yang lainnya tentu t

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 334

    "Aku pernah ke sana sama teman-teman sekelasku sebelumnya, memang seru sekali. Omong-omong, aku juga ingin main ke sana lagi. Karena Tirta dapat hadiah sebanyak itu, ayo kita ke sana saja!" usul Nabila.Melihat tampang mereka yang kegirangan, Tirta tersenyum semringah.Sekitar sejam kemudian, Tirta mengemudikan mobilnya membawa beberapa wanita itu ke sebuah restoran termewah di kota, Restoran Ekuilateral."Kalau mau makan, tentu saja kita harus makan yang terbaik! Kalian nggak usah sungkan hari ini. Kita harus bersenang-senang sampai puas."Mendengar itu, para wanita itu pun tersenyum dan mengangguk, lalu masuk ke Restoran Ekuilateral bersama Tirta.Mereka memang sudah mempersiapkan diri sebelumnya, mengetahui bahwa Restoran Ekuilateral adalah restoran terbaik di kota dengan tarif yang pastinya tidak murah. Meskipun demikian, mereka tetap saja merasa terkejut ketika melihat harga di menu saat memesan makanan. Harga semua makanan di sini setara dengan biaya hidup mereka selama beberapa

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 335

    Melihat beberapa pria yang tiba-tiba muncul dengan tubuh yang dipenuhi bau alkohol, Nabila dan wanita lainnya seketika mengerutkan alis. Ditambah lagi, Dika melihat mereka dengan tatapan mesum sehingga membuat mereka semakin waspada.Sementara itu, Dika bahkan berjalan ke sisi Arum sambil memegang segelas anggur putih. Dia meletakkan tangannya di sandaran kursi Arum, seolah-olah ingin menunjukkan pesonanya sebagai seorang pria.Arum mengernyit, lalu bergeser ke arah yang berlawanan secara refleks. Sorot matanya dipenuhi rasa jijik dan waspada yang terlihat jelas.Nabila berkata dengan ekspresi muak, "Maaf, kami nggak ingin kenalan denganmu. Kami sedang makan sekarang, ini adalah acara keluarga. Sebaiknya kamu kembali ke tempatmu."Menghadapi penolakan seperti itu, Dika tidak merasa tersinggung. Sebaliknya, dia duduk dengan angkuh sambil sengaja menggerakkan pergelangan tangannya untuk memamerkan jam tangan emas Rolex-nya.Selain itu, dia juga menonjolkan kalung emas besar yang tergantu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 336

    Arum dan lainnya benar-benar membenci pria gendut yang menyombongkan diri sejak tadi. Arum langsung berucap, "Nggak perlu. Aku nggak tertarik dengan barang-barang nggak penting seperti ini. Lagian, Tirta sudah sering membawa kami makan makanan enak."Sudut bibir Dika berkedut melihat sikap angkuh Arum. Ekspresinya tampak agak canggung. Dia tidak mengerti mengapa trik mereka yang biasanya selalu berhasil bisa gagal hari ini.Tirta menatap Dika yang berani menggoda secara terang-terangan di hadapannya. Ekspresinya pun dipenuhi penghinaan. Pria ini ingin merebut wanita-wanitanya dengan uang? Hehe!Plak .... Tirta membanting sebuah barang kecil ke atas meja. Itu adalah kunci mobil yang ukurannya tidak besar. Hanya saja, kunci mobil itu berhasil membuat Dika dan lainnya tidak bisa berkata-kata.Bagaimanapun, mereka bukan orang yang tidak berwawasan. Hanya dengan melihat sekilas, mereka tahu bahwa itu adalah kunci mobil Maybach.Harga mobil Maybach berkisar antara 10 miliar hingga 20 miliar.

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 337

    "Jangan sampai selera makan kalian hilang karena orang-orang seperti itu. Kita bakal makan enak nanti," ujar Tirta yang hanya menatap sekelompok orang yang melarikan diri itu.Kemudian, Tirta menoleh kembali dan menatap para wanita di depannya. Dia hanya tertarik pada makanan mewah yang akan dimakannya nanti. Bagaimanapun, ini pertama kalinya dia memesan makanan semewah dan semahal itu.Segera, set menu yang dipesan oleh Tirta disajikan. Nabila dan lainnya pun termangu melihat semua makanan itu."Ayo, makan. Makanan ini lebih enak kalau dimakan panas-panas. Kalau dingin, nanti rasanya nggak enak lagi," ucap Tirta.Para wanita itu menatap Tirta dengan sorot mata menyalahkan. Melati berkata, "Kamu boros sekali. Kalau makan makanan yang lebih murah, kita bisa makan bertahun-tahun dengan uang itu. Kamu boleh menikmati hidup, tapi jangan menghamburkan uang sebanyak ini."Ayu turut menasihati, "Benar, yang penting kita semua bisa hidup tenang. Kalau nggak mengelola keuangan sendiri dengan ba

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1399

    "Pak Idris, kalau memang ada sesuatu, lebih baik berdiri dan bicarakan saja. Selama bukan hal yang melanggar nurani dan hukum, aku pasti akan bantu." Melihat keadaan itu, Tirta hanya bisa menghela napas dengan pasrah."Benarkah? Kamu benaran bersedia membantuku, tanpa mengungkit kesalahan masa lalu? Tapi, permintaanku ini .... Aku ingin kamu membantuku dan istriku agar bisa punya seorang anak.""Kami sudah menikah 20 tahun, sampai sekarang belum juga punya keturunan. Aku dan istriku sudah pergi ke rumah sakit di seluruh negeri, tapi nggak ada yang bisa menemukan penyebab pastinya ...."Idris akhirnya berdiri dari lantai, tetapi suaranya masih penuh emosi dan sedikit tidak percaya. Dia merasa Tirta yang seperti dewa hidup pasti sulit didekati dan tak mudah diajak bicara. Itu sebabnya, sikapnya terhadap Tirta sangat sungkan."Kenapa nggak? Pak Idris, kamu dan Bu Marila sudah susah payah membantuku mencari Susanti. Aku tentu harus membantumu semaksimal mungkin.""Lagi pula, sekalipun buka

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1398

    Setelah itu, Yuli memperhatikan bahwa wajah Idris tampak agak canggung. Dia pun mengecilkan suaranya dan bertanya dengan hati-hati, "Pak Idris, suaraku terlalu keras sampai mengganggumu ya? Maaf banget ya, aku terlalu bersemangat, jadi nggak bisa kontrol diri.""Nggak, nggak. Bu Yuli, suaramu sama sekali nggak keras. Kamu nggak perlu mengkhawatirkanku. Selama Pak Tirta nggak merasa terganggu, aku nggak akan keberatan sedikit pun." Saat melihat dari ujung mata bahwa Tirta menoleh ke arahnya, Idris buru-buru melambaikan tangan sambil tertawa canggung."Benaran?" Yuli tampak semakin tidak percaya. Seorang gubernur bisa serendah hati ini? Apalagi dari nada bicara Idris, terlihat jelas bahwa dia sangat takut pada Tirta! Jangan-jangan Tirta punya latar belakang yang bahkan membuat seorang gubernur seperti Idris gentar?"Masih sempat ngobrol, nggak pikirin kondisi anak kita sekarang kayak gimana!" Sebelum Yuli sempat melanjutkan, Anton sudah menyela dengan nada kesal."Huh! Kalau anak kita ke

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1397

    "Eh ...." Tirta sebenarnya tidak menyangka bahwa Marila bisa sekompetitif itu dalam hal seperti ini. Namun, dia tetap menatap tubuh Marila dari atas sampai bawah dengan serius, lalu berkata, "Marila, sebenarnya postur tubuhmu cenderung lembut dan anggun.""Ukuran sebesar jeruk bali itu sudah sangat cocok. Bakal terlihat indah, seimbang, alami, dan menambah pesona feminin. Kalau sebesar melon, malah akan kelihatan agak aneh.""Kalau sampai lebih besar dari melon, itu malah jadi nggak enak dipandang. Nggak perlu terlalu mengejar ukuran. Yang pas itu yang terbaik."Mendengar ucapan Tirta, Marila tanpa sadar melirik tubuhnya sendiri, lalu merasa yang dikatakan Tirta masuk akal. Namun, begitu teringat pada Shinta, dia merasa enggan.Dia bertanya, "Kalau begitu, kenapa Shinta yang lebih muda dariku bilang mau sebesar melon? Kalau dia sebesar itu, bukannya juga nggak seimbang?""Benar. Makanya, aku juga nggak pernah berniat bantu dia sampai sebesar melon. Umurnya masih muda, dia belum bisa me

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1396

    "Tapi, Pak Tirta sudah bilang, setelah dia mengantar Bu Susanti pulang, dia akan pergi ke ibu kota sebentar." Marila sudah tidak begitu marah lagi. Lagi pula, Shinta adalah adik kandungnya.Dia berencana untuk segera menjelaskan semuanya kepada Tirta, agar Tirta tidak melihatnya dengan pandangan yang aneh di kemudian hari."Ah, begitu ya. Kalau begitu, aku nggak akan ke sana. Tapi, Kak, sekarang aku benar-benar penasaran. Bisa nggak kamu kasih tahu aku?" Nada suara Shinta yang penuh kekecewaan seketika berubah menjadi bersemangat, bahkan dia melontarkan pertanyaan dengan nada yang berlebihan."Apa itu?" Marila tanpa sadar membalas."Tapi, jangan marah ya. Aku cuma ingin tahu, aku 'kan belum kasih tahu Kak Tirta tentang permintaanmu, terus gimana dia bisa membantumu?" Suara Shinta penuh dengan rasa penasaran dan kegembiraan."Dasar anak nakal! Nanti kalau aku kembali ke ibu kota, lihat saja gimana aku akan memberimu pelajaran!" Marila merasa sangat malu dan marah, lalu langsung memutusk

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1395

    Tirta baru menyadari bahwa kejadian tadi hanyalah sebuah kesalahpahaman!Awalnya, dia berniat untuk mengejar Marila dan menjelaskan semuanya atau mungkin meminta bantuan untuk mencari bahan obat atau jarum perak, lalu benar-benar memberikan perawatan pembesaran dada seperti yang diminta.Namun, saat dia melihat Marila berbalik dan masuk ke ruangan lain, lalu menutup pintu, Tirta pun tidak mengejar lagi."Hais .... Memalukan sekali. Semoga Marila bisa melupakan kejadian ini. Kalau nggak, pasti akan canggung setiap kali kami bertemu." Setelah merasakan kemanisan tadi, Tirta kembali ke kamar tempat Susanti beristirahat untuk melihatnya.Tentu saja, Tirta sudah terbiasa dengan situasi seperti ini, jadi dia merasa cukup tenang.Di sisi lain, saat Marila kembali ke kamarnya dengan penuh rasa malu, dia baru menyadari bahwa celananya ternyata sudah basah."Kapan ini terjadi? Kenapa aku nggak sadar? Gawat, Pak Tirta pasti menyadarinya! Gimana aku bisa menghadapi Pak Tirta sekarang ...." Marila

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1394

    Saat itu, hati Tirta dipenuhi kebingungan dan detak jantungnya juga tak terkendali. Meskipun dada Marila datar, dia tetaplah seorang wanita!Perut putih mulusnya datar, kulitnya sehalus giok, ekspresinya yang malu-malu tampak menggoda. Semuanya membuat hati Tirta bergetar tanpa bisa dikendalikan!"Pak Tirta, tentu saja maksudku ... maksudku ...." Melihat Tirta hanya bengong tanpa melakukan apa-apa, bahkan menatapnya dengan heran, wajah Marila semakin merah. Namun, dia benar-benar malu untuk mengatakan permintaannya secara langsung.Jadi, dia hanya melirik pelan ke arah dadanya, berharap Tirta bisa mengerti maksudnya."Bu Marila, kamu ingin aku bantu ... bantu ... apa ya?" Tirta salah paham dan cukup kaget. Pikirannya mulai liar. Bukannya Marila itu tipe yang kalem? Masa iya wanita ini memintanya memijat dadanya? Mungkin dia merasa kurang nyaman jika melakukannya sendiri?"Benar, Pak Tirta. Aku memang ingin kamu bantu aku .... Tolong segera dimulai ya ...." Melihat Tirta tampak ragu, Ma

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1393

    "Ada apa sih, Kak? Kok suaramu kayak lagi ngumpet-ngumpet gitu? Jangan-jangan Paman nggak dengarin nasihat Kakek lagi ya?" Suara ceria Shinta terdengar dari seberang telepon, dengan nada penuh rasa penasaran."Bukan soal Paman ...." Marila menahan rasa gugup dan malu dalam dirinya, lalu berbisik pelan, "Aku cuma mau tanya, waktu itu gimana caranya kamu buat Pak Tirta bantuin kamu besarin payudara?""Apa? Kakak bicara apa sih? Suaramu kecil banget, aku nggak dengar jelas ...." Shinta terdengar makin bingung.Wajah Marila pun langsung merah padam. Dia terpaksa mengulangi ucapannya dengan suara lebih keras, meskipun merasa malu. "Aku bilang, aku mau tanya, gimana caranya kamu bisa buat Pak Tirta bantu kamu besarin payudara ....""Hahaha! Wah, kamu ini ya! Aku benar-benar nggak nyangka! Waktu itu kamu marahin aku habis-habisan, sekarang kamu malah mau besarin juga!""Yah ... sebenarnya sih aku bisa saja kasih tahu, tapi kamu harus minta maaf dulu sama aku. Kalau suasana hatiku baik, aku bi

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1392

    Ternyata setelah Shinta kembali ke ibu kota, Marila mulai menyadari ada yang aneh dengan perubahan di tubuh adiknya itu, khususnya di area payudara.Meskipun biasanya tertutupi pakaian dan tidak mudah terlihat oleh orang luar, Marila dan Shinta adalah kakak beradik. Tentu saja mereka kerap bersentuhan secara fisik.Suatu kali, Marila tanpa sengaja menyentuh tubuh Shinta dan terkejut mendapati payudara adiknya yang dulu rata telah berubah menjadi seperti buah pir besar!Karena itu, Marila curiga bahwa Shinta diam-diam melakukan operasi pembesaran payudara. Dia langsung memarahi sang adik habis-habisan.Shinta yang masih berjiwa muda dan sensitif, tentu tidak terima dituduh macam-macam tanpa alasan. Akhirnya, mereka bertengkar. Dalam perdebatan itu, Shinta keceplosan.Dari situ, Marila baru tahu bahwa Tirta memiliki kemampuan medis yang begitu ajaib! Melihat adiknya kini justru lebih "berisi" dibanding dirinya, Marila langsung merasa tertekan dan minder.Dia pun bertekad, kalau suatu har

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1391

    Marila takut Tirta kehabisan kesabaran, jadi dia menunjuk ke arah sebuah gedung tinggi di pusat kota."Maaf sudah merepotkanmu. Oh ya, sebelumnya kamu sempat bilang ingin minta bantuanku, 'kan? Nanti setelah aku selesai menenangkan Susanti, aku pasti bantu kamu ...."Tirta melirik Susanti yang sedang tertidur di pelukannya, lalu mengangguk pelan. Dia seperti teringat sesuatu dan menoleh ke arah Marila. Namun, sebelum Tirta selesai bicara, Marila segera menyela dengan ekspresi agak canggung."Pak Tirta, urusanku nggak mendesak! Kamu bisa fokus dulu merawat Bu Susanti. Kalau nanti benar-benar sudah ada waktu luang, baru cari aku."Saat mengatakan itu, Marila tanpa sadar menunduk. Wajahnya pun terlihat agak malu dan pipinya sedikit memerah."Ya sudah kalau begitu." Melihat reaksi Marila, Tirta pun tak memperpanjang pembicaraan. Dia berkata ingin beristirahat sebentar, padahal sebenarnya dia masuk dalam kondisi meditasi untuk berbicara dengan Genta.'Kak Genta, lihat deh, pemandangan di Pr

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status