Share

Bab 337

Author: Hazel
"Jangan sampai selera makan kalian hilang karena orang-orang seperti itu. Kita bakal makan enak nanti," ujar Tirta yang hanya menatap sekelompok orang yang melarikan diri itu.

Kemudian, Tirta menoleh kembali dan menatap para wanita di depannya. Dia hanya tertarik pada makanan mewah yang akan dimakannya nanti. Bagaimanapun, ini pertama kalinya dia memesan makanan semewah dan semahal itu.

Segera, set menu yang dipesan oleh Tirta disajikan. Nabila dan lainnya pun termangu melihat semua makanan itu.

"Ayo, makan. Makanan ini lebih enak kalau dimakan panas-panas. Kalau dingin, nanti rasanya nggak enak lagi," ucap Tirta.

Para wanita itu menatap Tirta dengan sorot mata menyalahkan. Melati berkata, "Kamu boros sekali. Kalau makan makanan yang lebih murah, kita bisa makan bertahun-tahun dengan uang itu. Kamu boleh menikmati hidup, tapi jangan menghamburkan uang sebanyak ini."

Ayu turut menasihati, "Benar, yang penting kita semua bisa hidup tenang. Kalau nggak mengelola keuangan sendiri dengan ba
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 338

    Jika ada yang sudut bibirnya kotor karena makanan, Bram akan langsung menyodorkan serbet. Dengan demikian, Tirta dan lainnya merasa sangat nyaman karena pelayanan yang diberikan Bram.Beberapa saat kemudian, makanan di meja akhirnya tersisa sedikit. Nabila beserdawa, lalu meregangkan pinggangnya dan berkata, "Duh, kenyang sekali. Set menu ini benar-benar enak. Aku akan mulai diet setelah makan ini. Kalau nggak, nanti aku gendut."Nabila mengelus perutnya yang tetap rata meskipun kekenyangan. Tirta menyeka bibirnya sambil menyahut, "Hehe, kamu nggak gendut kok. Setelah makan, kita pergi karaoke saja."Ayu, Arum, dan Melati tampak malu-malu. Sementara itu, Nabila mengangkat tangannya sambil berseru dengan antusias, "Ide bagus! Asal kamu tahu saja, nyanyianku sangat merdu. Aku pernah menang lomba di sekolah lho!"Sekelompok orang itu pun meninggalkan restoran. Di depan pintu, Bram memimpin para staf untuk memberi hormat kepada Tirta."Terima kasih sudah berkunjung. Kami pasti akan mempert

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 339

    "Uhuk, uhuk. Ternyata begini KTV di kota? Pantas saja, banyak orang yang suka kemari," gumam Tirta. Dia tidak bisa menahan kegembiraannya saat melihat dekorasi ruangan ini. Darah di tubuhnya seolah-olah bergejolak hebat.Foto-foto itu terlalu menggoda. Para wanita di foto tampak sangat seksi dengan tubuh telanjang mereka. Pose mereka pun membuat kemaluan Tirta menegang."Tirta, apa-apaan ini? Memalukan sekali ...." Nabila dan lainnya tidak berani menatap foto-foto itu. Mereka tidak pernah datang ke tempat seperti ini."Apa kita perlu ganti ruangan?" usul Tirta saat melihat para wanita itu tidak bisa menerima ruangan ini.Melati menyahut dengan wajah tersipu, "Nggak perlu lagi. Ruangan ini cukup tenang, apalagi kedap suara. Kita bisa bersenang-senang sepuasnya. Lagi pula, kita nggak berniat melakukan hal-hal aneh. Anggap saja kita nggak melihat foto-foto itu."Wanita lainnya pun mengangguk dengan malu. Tirta berkata, "Hehe. Ya sudah, kita akan bersenang-senang di sini."Tirta memesan be

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 340

    Suara mereka semua sangat merdu. Namun, jika dibandingkan dengan Arum, mereka masih kalah sedikit.Ketika berduet dengan Melati, Nabila ingin menggodanya. Dia sengaja menyanyikan nada yang salah supaya Melati kebingungan dan tidak bisa menyanyikan nada yang benar.Melati pun menegur dengan jengkel, "Kamu jangan sengaja begini dong. Aku memang nggak bisa nyanyi. Malu-maluin saja."Nabila tersenyum nakal melihat kekesalan Melati ini. Setelah bernyanyi sekitar 2 jam, Melati yang minum kebanyakan berkata, "Aku ke toilet dulu."Melati mendorong pintu dan keluar. Staf membawanya ke toilet wanita yang berada di dekat ruang privat.Selesai buang air kecil, Melati mencuci tangan dan merapikan rambutnya. Ketika hendak keluar, seorang wanita yang memakai sepatu hak tinggi dan rok mini payet berwarna hitam tiba-tiba menabraknya. Riasan wajah wanita itu pun tampak sangat tebal."Aduh .... Kamu nggak punya mata ya?" bentak wanita itu dengan suara melengking.Melati yang gusar pun menghardik, "Jelas-

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 341

    Tidak ada wanita yang bisa menerima penghinaan seperti ini. Ucapan Aina sungguh keterlaluan! Melati sampai mengepalkan tangannya dan menatap Aina dengan penuh amarah."Sebenarnya kalimat itu lebih cocok untukmu. Aku nggak sepertimu yang murahan dan kotor," ujar Melati."Apa katamu?" Aina minum cukup banyak sehingga agak kesulitan mengendalikan emosinya. Dia mengangkat tangan dan ingin memukul Melati.Saat ini, seorang pria berkaus hitam dan bertato menghampiri. Ada bekas luka yang mengerikan di wajahnya. Pria itu bertanya, "Aina, bukannya kamu cuma ke toilet? Kenapa lama sekali? Aku sudah nggak sabar."Begitu mendekat, pria itu langsung memeras bokong Aina. Ketika melihat kekasihnya, ekspresi Aina pun berubah. Wajah yang tadinya dipenuhi amarah menjadi lembut dan centil."Kak Putro, kenapa kamu baru kemari? Aku ditindas orang lho. Kamu harus membantuku. Wanita ini menabrakku, tapi nggak mau minta maaf. Dia malah bilang aku jual diri di sini," lapor Aina.Ketika mendengar pacarnya ditin

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 342

    "Dasar jalang ...." Melati memegang kepalanya yang terasa agak pusing sambil kembali ke ruang privat dengan wajah berlinang air mata.Ketika melihat air mata Melati dan bekas tamparan di wajahnya, Tirta segera bertanya, "Kak, kamu kenapa? Siapa yang menamparmu?"Wanita lainnya bergegas menghampiri. Mereka mengambil es batu untuk meredakan sakit Melati. Sambil menangis, Melati menceritakan semua yang terjadi.Tirta sontak murka. Dia meninju dinding di samping hingga muncul retakan di sana. "Berengsek! Beraninya dia menamparmu! Di mana mereka? Aku akan memberi mereka pelajaran!"Melati segera menarik Tirta untuk menahannya. Dia menasihati, "Sudahlah, mereka seharusnya datang ramai-ramai. Kita yang bakal repot kalau mencari masalah dengan mereka. Lagian, ini cuma tamparan biasa. Nggak perlu berlebihan."Tatapan Tirta tampak dingin. Dia membalas, "Ini nggak bisa dibiarkan begitu saja. Karena mereka berani main tangan, mereka harus diberi pelajaran."Nada bicara Tirta terdengar sangat dingi

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 343

    Putro tidak mengamati Melati dengan baik tadi karena hanya fokus membela Aina. Meskipun wajahnya agak bengkak, pesona yang dipancarkan Melati jelas sangat memikat. Belum lagi kedua payudaranya yang besar itu.Jika dibandingkan dengan gadis muda, wanita dewasa seperti Melati jauh lebih memesona. Melati memang tidak memakai pakaian seksi seperti Aina, tetapi Putro tidak keberatan. Lagi pula, semua wanita sama saja saat bertelanjang.Putro menatap Melati dengan tatapan mesum. Dia terus mengamati dari atas hingga bawah seperti ingin melahap wanita itu.Putro sudah lama tidak melihat wanita secantik Melati. Dia sudah sering melampiaskan hasratnya kepada berbagai wanita, tetapi Melati tetap membuat gairahnya bergejolak.Putro tersenyum lebar, memperlihatkan giginya yang kuning karena keseringan merokok. Pria itu terkekeh-kekeh, lalu berkata, "Jangan harap aku memberimu penjelasan apa pun. Tapi, kalau kamu bersedia meminjamkan wanita itu kepadaku, aku akan membiarkanmu keluar dengan selamat."

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 344

    Apalagi wanita cantik seperti Melati. Bagaimana bisa wanita seperti ini masih perawan? Putro mengangguk dengan bersemangat. "Bagus, bagus sekali. Aku harus mendapatkan wanita ini!"Baik itu pesona, tubuh, ataupun paras Melati, semuanya jauh di atas Aina. Aina memang tahu cara melayani pria, tetapi kecantikannya masih kurang.Jika hanya untuk bersenang-senang, Aina memang pilihan yang cocok. Namun, jika bisa memilih, Melati barulah pilihan pertama. Wanita ini bisa membangkitkan hasrat pria dengan mudah.Ekspresi Aina tampak agak masam melihat Putro begitu tertarik pada Melati. Amarah berkecamuk dalam hatinya.Aina selalu kalah dari Melati. Itu sebabnya, dia sangat membenci Melati. Namun, Putro bukan pria baik-baik. Jika Melati jatuh ke tangan maniak seperti Putro, wanita ini pasti akan berakhir tragis, terutama jika Melati menolak bersikap patuh padanya.Takutnya, Melati akan disiksa sampai tewas oleh Putro. Sesudah memikirkan ini, muncul senyuman jahat pada wajah Aina. Keirihatiannya p

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 345

    Ucapan Tirta membuat semua orang di Aula Raja termangu. Sesaat kemudian, mereka semua tergelak. "Hahaha!"Beberapa bahkan tertawa hingga tidak bisa menegakkan tubuh mereka. Hendro memegang meja sambil mencela, "Haha ... haha .... Aku nggak tahan lagi. Sepertinya ada masalah dengan otak bocah ini. Beraninya dia mengancam kita?""Hahaha .... Kenapa kamu nggak berkaca dulu sih? Dari mana datangnya kepercayaan dirimu untuk mengancam kami?""Apa yang kudengar barusan? Apa ada masalah dengan pendengaranku? Ini lelucon terkonyol! Idiot ini ingin membuatku tertawa sampai mati ya?"Di mata mereka, Tirta seperti semut kecil yang mencoba mengancam gajah. Itu sebabnya, mereka merasa sangat lucu.Seorang pria bertubuh jangkung dengan rongga mata cekung dan wajah pucat bangkit dari kursi. Penampilannya jelas menunjukkan bahwa dia sudah lama kecanduan seks dan alkohol.Pria itu mengejek, "Bocah, kamu nggak tahu diri sekali. Semua orang yang duduk di sini adalah bos. Aku tahu kamu masih muda dan ingin

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1399

    "Pak Idris, kalau memang ada sesuatu, lebih baik berdiri dan bicarakan saja. Selama bukan hal yang melanggar nurani dan hukum, aku pasti akan bantu." Melihat keadaan itu, Tirta hanya bisa menghela napas dengan pasrah."Benarkah? Kamu benaran bersedia membantuku, tanpa mengungkit kesalahan masa lalu? Tapi, permintaanku ini .... Aku ingin kamu membantuku dan istriku agar bisa punya seorang anak.""Kami sudah menikah 20 tahun, sampai sekarang belum juga punya keturunan. Aku dan istriku sudah pergi ke rumah sakit di seluruh negeri, tapi nggak ada yang bisa menemukan penyebab pastinya ...."Idris akhirnya berdiri dari lantai, tetapi suaranya masih penuh emosi dan sedikit tidak percaya. Dia merasa Tirta yang seperti dewa hidup pasti sulit didekati dan tak mudah diajak bicara. Itu sebabnya, sikapnya terhadap Tirta sangat sungkan."Kenapa nggak? Pak Idris, kamu dan Bu Marila sudah susah payah membantuku mencari Susanti. Aku tentu harus membantumu semaksimal mungkin.""Lagi pula, sekalipun buka

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1398

    Setelah itu, Yuli memperhatikan bahwa wajah Idris tampak agak canggung. Dia pun mengecilkan suaranya dan bertanya dengan hati-hati, "Pak Idris, suaraku terlalu keras sampai mengganggumu ya? Maaf banget ya, aku terlalu bersemangat, jadi nggak bisa kontrol diri.""Nggak, nggak. Bu Yuli, suaramu sama sekali nggak keras. Kamu nggak perlu mengkhawatirkanku. Selama Pak Tirta nggak merasa terganggu, aku nggak akan keberatan sedikit pun." Saat melihat dari ujung mata bahwa Tirta menoleh ke arahnya, Idris buru-buru melambaikan tangan sambil tertawa canggung."Benaran?" Yuli tampak semakin tidak percaya. Seorang gubernur bisa serendah hati ini? Apalagi dari nada bicara Idris, terlihat jelas bahwa dia sangat takut pada Tirta! Jangan-jangan Tirta punya latar belakang yang bahkan membuat seorang gubernur seperti Idris gentar?"Masih sempat ngobrol, nggak pikirin kondisi anak kita sekarang kayak gimana!" Sebelum Yuli sempat melanjutkan, Anton sudah menyela dengan nada kesal."Huh! Kalau anak kita ke

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1397

    "Eh ...." Tirta sebenarnya tidak menyangka bahwa Marila bisa sekompetitif itu dalam hal seperti ini. Namun, dia tetap menatap tubuh Marila dari atas sampai bawah dengan serius, lalu berkata, "Marila, sebenarnya postur tubuhmu cenderung lembut dan anggun.""Ukuran sebesar jeruk bali itu sudah sangat cocok. Bakal terlihat indah, seimbang, alami, dan menambah pesona feminin. Kalau sebesar melon, malah akan kelihatan agak aneh.""Kalau sampai lebih besar dari melon, itu malah jadi nggak enak dipandang. Nggak perlu terlalu mengejar ukuran. Yang pas itu yang terbaik."Mendengar ucapan Tirta, Marila tanpa sadar melirik tubuhnya sendiri, lalu merasa yang dikatakan Tirta masuk akal. Namun, begitu teringat pada Shinta, dia merasa enggan.Dia bertanya, "Kalau begitu, kenapa Shinta yang lebih muda dariku bilang mau sebesar melon? Kalau dia sebesar itu, bukannya juga nggak seimbang?""Benar. Makanya, aku juga nggak pernah berniat bantu dia sampai sebesar melon. Umurnya masih muda, dia belum bisa me

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1396

    "Tapi, Pak Tirta sudah bilang, setelah dia mengantar Bu Susanti pulang, dia akan pergi ke ibu kota sebentar." Marila sudah tidak begitu marah lagi. Lagi pula, Shinta adalah adik kandungnya.Dia berencana untuk segera menjelaskan semuanya kepada Tirta, agar Tirta tidak melihatnya dengan pandangan yang aneh di kemudian hari."Ah, begitu ya. Kalau begitu, aku nggak akan ke sana. Tapi, Kak, sekarang aku benar-benar penasaran. Bisa nggak kamu kasih tahu aku?" Nada suara Shinta yang penuh kekecewaan seketika berubah menjadi bersemangat, bahkan dia melontarkan pertanyaan dengan nada yang berlebihan."Apa itu?" Marila tanpa sadar membalas."Tapi, jangan marah ya. Aku cuma ingin tahu, aku 'kan belum kasih tahu Kak Tirta tentang permintaanmu, terus gimana dia bisa membantumu?" Suara Shinta penuh dengan rasa penasaran dan kegembiraan."Dasar anak nakal! Nanti kalau aku kembali ke ibu kota, lihat saja gimana aku akan memberimu pelajaran!" Marila merasa sangat malu dan marah, lalu langsung memutusk

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1395

    Tirta baru menyadari bahwa kejadian tadi hanyalah sebuah kesalahpahaman!Awalnya, dia berniat untuk mengejar Marila dan menjelaskan semuanya atau mungkin meminta bantuan untuk mencari bahan obat atau jarum perak, lalu benar-benar memberikan perawatan pembesaran dada seperti yang diminta.Namun, saat dia melihat Marila berbalik dan masuk ke ruangan lain, lalu menutup pintu, Tirta pun tidak mengejar lagi."Hais .... Memalukan sekali. Semoga Marila bisa melupakan kejadian ini. Kalau nggak, pasti akan canggung setiap kali kami bertemu." Setelah merasakan kemanisan tadi, Tirta kembali ke kamar tempat Susanti beristirahat untuk melihatnya.Tentu saja, Tirta sudah terbiasa dengan situasi seperti ini, jadi dia merasa cukup tenang.Di sisi lain, saat Marila kembali ke kamarnya dengan penuh rasa malu, dia baru menyadari bahwa celananya ternyata sudah basah."Kapan ini terjadi? Kenapa aku nggak sadar? Gawat, Pak Tirta pasti menyadarinya! Gimana aku bisa menghadapi Pak Tirta sekarang ...." Marila

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1394

    Saat itu, hati Tirta dipenuhi kebingungan dan detak jantungnya juga tak terkendali. Meskipun dada Marila datar, dia tetaplah seorang wanita!Perut putih mulusnya datar, kulitnya sehalus giok, ekspresinya yang malu-malu tampak menggoda. Semuanya membuat hati Tirta bergetar tanpa bisa dikendalikan!"Pak Tirta, tentu saja maksudku ... maksudku ...." Melihat Tirta hanya bengong tanpa melakukan apa-apa, bahkan menatapnya dengan heran, wajah Marila semakin merah. Namun, dia benar-benar malu untuk mengatakan permintaannya secara langsung.Jadi, dia hanya melirik pelan ke arah dadanya, berharap Tirta bisa mengerti maksudnya."Bu Marila, kamu ingin aku bantu ... bantu ... apa ya?" Tirta salah paham dan cukup kaget. Pikirannya mulai liar. Bukannya Marila itu tipe yang kalem? Masa iya wanita ini memintanya memijat dadanya? Mungkin dia merasa kurang nyaman jika melakukannya sendiri?"Benar, Pak Tirta. Aku memang ingin kamu bantu aku .... Tolong segera dimulai ya ...." Melihat Tirta tampak ragu, Ma

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1393

    "Ada apa sih, Kak? Kok suaramu kayak lagi ngumpet-ngumpet gitu? Jangan-jangan Paman nggak dengarin nasihat Kakek lagi ya?" Suara ceria Shinta terdengar dari seberang telepon, dengan nada penuh rasa penasaran."Bukan soal Paman ...." Marila menahan rasa gugup dan malu dalam dirinya, lalu berbisik pelan, "Aku cuma mau tanya, waktu itu gimana caranya kamu buat Pak Tirta bantuin kamu besarin payudara?""Apa? Kakak bicara apa sih? Suaramu kecil banget, aku nggak dengar jelas ...." Shinta terdengar makin bingung.Wajah Marila pun langsung merah padam. Dia terpaksa mengulangi ucapannya dengan suara lebih keras, meskipun merasa malu. "Aku bilang, aku mau tanya, gimana caranya kamu bisa buat Pak Tirta bantu kamu besarin payudara ....""Hahaha! Wah, kamu ini ya! Aku benar-benar nggak nyangka! Waktu itu kamu marahin aku habis-habisan, sekarang kamu malah mau besarin juga!""Yah ... sebenarnya sih aku bisa saja kasih tahu, tapi kamu harus minta maaf dulu sama aku. Kalau suasana hatiku baik, aku bi

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1392

    Ternyata setelah Shinta kembali ke ibu kota, Marila mulai menyadari ada yang aneh dengan perubahan di tubuh adiknya itu, khususnya di area payudara.Meskipun biasanya tertutupi pakaian dan tidak mudah terlihat oleh orang luar, Marila dan Shinta adalah kakak beradik. Tentu saja mereka kerap bersentuhan secara fisik.Suatu kali, Marila tanpa sengaja menyentuh tubuh Shinta dan terkejut mendapati payudara adiknya yang dulu rata telah berubah menjadi seperti buah pir besar!Karena itu, Marila curiga bahwa Shinta diam-diam melakukan operasi pembesaran payudara. Dia langsung memarahi sang adik habis-habisan.Shinta yang masih berjiwa muda dan sensitif, tentu tidak terima dituduh macam-macam tanpa alasan. Akhirnya, mereka bertengkar. Dalam perdebatan itu, Shinta keceplosan.Dari situ, Marila baru tahu bahwa Tirta memiliki kemampuan medis yang begitu ajaib! Melihat adiknya kini justru lebih "berisi" dibanding dirinya, Marila langsung merasa tertekan dan minder.Dia pun bertekad, kalau suatu har

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1391

    Marila takut Tirta kehabisan kesabaran, jadi dia menunjuk ke arah sebuah gedung tinggi di pusat kota."Maaf sudah merepotkanmu. Oh ya, sebelumnya kamu sempat bilang ingin minta bantuanku, 'kan? Nanti setelah aku selesai menenangkan Susanti, aku pasti bantu kamu ...."Tirta melirik Susanti yang sedang tertidur di pelukannya, lalu mengangguk pelan. Dia seperti teringat sesuatu dan menoleh ke arah Marila. Namun, sebelum Tirta selesai bicara, Marila segera menyela dengan ekspresi agak canggung."Pak Tirta, urusanku nggak mendesak! Kamu bisa fokus dulu merawat Bu Susanti. Kalau nanti benar-benar sudah ada waktu luang, baru cari aku."Saat mengatakan itu, Marila tanpa sadar menunduk. Wajahnya pun terlihat agak malu dan pipinya sedikit memerah."Ya sudah kalau begitu." Melihat reaksi Marila, Tirta pun tak memperpanjang pembicaraan. Dia berkata ingin beristirahat sebentar, padahal sebenarnya dia masuk dalam kondisi meditasi untuk berbicara dengan Genta.'Kak Genta, lihat deh, pemandangan di Pr

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status